Anda di halaman 1dari 13

KELUARGA SEJAHTERA III PLUS

MAKALAH INI DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA


KULIAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS 1 (KELUARGA)

Dosen Pengampu : Sutarno, M.Kes


Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Erna Sari (108115069)


2. Ida Haifah (108115038)
3. Endah Ariyani (108115046)
4. Ahsan Isnawan (108115059)

PRODI S1 KEPERAWATAN 3B

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


KELUARGA SEJAHTERA 3 PLUS
A. Konsep Keluarga
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat
akan tercipta komunitas keluarga yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami
oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang
lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat
mempengaruhi system keluarga tersebut dan mempengaruhi komunitas
setempat, bahkan komunitas global. Sehat seharusnya dimulai dengan
membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga.
Perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk membangun
keluarga sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebagai pemberi
asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat
mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya.
Dengan demikian, apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan,
mereka tidak datangke pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah kronis.
Perawat keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan
kesehatan keluarga ssehingga tercapai Indonesia sehat

B. Istilah Dalam Keluarga


1. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa
kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar
anggota dan antarkeluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Menurut
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga
sejahtera terdiri dari:
a. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti : spiritual, pangan,
sandang, papan, kesehatan dan KB

2
b. Keluarga Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya
seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga,
interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
c. Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan
kebutuhan social psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang
teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi
seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan
masyarakat
e. Keluarga Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang
teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki
kepedulian social yang tinggi.
2. Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
3. Kualitas Keluarga
Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi,
social budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai
agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.

3
4. Kemandirian Keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat
dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan
meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan
mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan
kesadaran dan tanggungjawab.
5. Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan
ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-
mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan
keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin.
6. NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang
membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang
berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

C. Definisi Keluarga Sejahtera 3 Plus


Keluarga Sejahtera 3 Plus yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh
kebutuhan meliputi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan
serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif
dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian social yang tinggi.

D. Indikator Keluarga Sejahtera 3 Plus


Keluarga Sejahtera III Plus adalah keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan
dasar minimum, kebutuhan dasar pisikologis, kebutuhan perkembangan dan
sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif
mengikuti gerakan semacam itu. Adapun syarat yang dapat dilakukan sebagai
keluarga sehjatera III plus adalah mampu memenuhi indicator 1-21 di tambah
indicator sebagai berikut :

4
1. Indikator KS I, II, & III
2. Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan
bagi kegiatan soaial masyarakat dalam bentuk materi
3. Kepala keluarga atau anggota aktif sebagai pengurus perkumpulan,
yayasan, atau instuisi masyarakat lain

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejateraan


1. Faktor Intern
a. Jumlah Anggota Keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat
tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan,
pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti
hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan
lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan
dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
b. Tempat Tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga.
Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan
penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan
mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang
tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati.
Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang
disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman
dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal.
c. Keadaan Sosial Ekonomi Keluarga
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat
adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga
dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik
dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara
anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar
didasari ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan

5
adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan
saling mempercayai.
d. Keadaan Ekonomi Keluarga
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang
dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula
cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin
banyak sumber-sumber keuangan/pendapatan yang diterima, maka akan
meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/
pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain
diluar berdagang, dsb.
2. Faktor Ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya
kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di
hindarkan, karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan
kehidupan dan kesejahteraan keluarga. Faktor yang dapat mengakibatkan
kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota keluarga yang datangnya
dari luar lingkungan keluarga antara lain :
a. Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
b. Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus
penyakit.
c. Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income
perkapita rendah, inflasi. (BKKBN, 1994 : 18-21)

F. Peran Perawat Keluarga


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut : (a) melakukan kerja bersama
keluarga secara kolektif, (b) memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan
kemampuan keluarga, (c) menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan
tahap perkembangan keluarga, (d) menerima dan mengakui struktur keluarga,
dan (e) menekankan pada kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut :

6
1. Sebagai Pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
2. Sebagai Coordinator Pelaksana Pelayanan Keperawatan, perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan
untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayananan
kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
3. Sebagai Pelaksana Pelayanan Perawatan, pelayanan perawatan dapat
diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota
keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian
anggota keluarga yang sakit dapat dapat menjadi “entry point” bagi
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara
komprehensif.
4. Sebagai Supervisor Pelayanan Keperawatan, perawat melakukan
supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah
secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.
Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara
mendadak.
5. Sebagai Pembela (Advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga
untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien. Perawat diharapakan
mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada perawatan
yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.
6. Sebagai Fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu,
keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat memberikan jalan
keluar dalam mengatasi masalah.
7. Pemberi Informasi, dalam hal ini perawat memberitahukan kepada
keluarga tentang segala sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan
kesehatan.

7
8. Penyuluh, agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam
tentang kesehatan dan tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus
memberikan penyuluhan baik kepada perorangan dalam keluarga ataupun
kelompok dalam masyarakat.
9. Motivator, apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba
melaksanakan perilaku positif dalam kesehatan, harus terus didorong agar
konsisten dan lebih berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan
sebagai motivator.
10. Sebagai Peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga
11. Pengkaji Data Individu, Keluarga dan Masyarakat sehingga didapat
data yang akurat dan dapat dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-
peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau bersama-
sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.

G. Masalah Dan Tindak Lanjut


Kenyataan, dalam melaksanakan perannya sebagai pembina keluarga
sejahtera masih banyak ditemukan hambatan/masalah antara lain :
1. Faktor Keluarga
a. Keluarga menolak kehadiran perawat
b. Ketidak-percayaan masyarakat terhadap perawat
c. Adat istiadat
d. Ekonomi, dll.
2. Faktor Perawat
a. Secara kuantitas jumlah perawat masih kurang
b. Secara kualitas, belum optimal. Hal ini terjadi karena "basic"
pendidikan perawat yang berbeda-beda, kemauan menambah ilmu
pengetahuan masih kurang, kepercayaan diri yang kurang.
c. Terlalu muda khususnya bagi perawat yang ada di desa (PKD) sehingga
sering diabaikan oleh masyaakat

8
d. Kompensasi yang berlebihan dengan rasa sesama Corps ("ESPRIT DE
CORPS") yang kurang.
e. Masih ada perawat yang bekerja di luar wewenangnya sebagai perawat,
dll.
Untuk menanggulangi masalah/hambatan di atas, khususnya ditujukan kepada
diri sendiri (perawat) antara lain :
1. Interospeksi, yaitu menilai, mengevaluasi diri sendiri, kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki, kesempatan apa yang bisa diraih/diperoleh dan
tantangan apa yang akan dihadapi.
2. Perubahan perilaku untuk maju dan berkembang dengan kemauan yang
keras untuk menambah ilmu pengetahuan
3. Menunjukkan "eksistensi" perawat sebagai "mitra dokter" Menyadari dan
mencari upaya-upaya koordinasi dan kolaborasi Meningkatkan rasa
sesama Corps
4. Dan yang terpenting adalah "menghargai diri sendiri"
5. Perubahan pendidikan keperawatan
6. Mentaati kode etik keperawatan

H. Masalah Dan Tindak Lanjut Pada Keluarga Sejahtera 3 Plus


1. Masalah yang Dihadapi : tidak mampu mempertahankan kesejahteraan
dalam keluarganya atau indikator pemenuhan kebutuhan yang telah
tercapai seperti pemenuhi kebutuhan dasar minimum, kebutuhan dasar
pisikologis, kebutuhan perkembangan dan sekaligus secara teratur ikut
menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif mengikuti gerakan dalam
masyarakat.
2. Tindak Lanjut yang Dilakukan Perawat kepada Keluarga :
a. Sebagai pendidik dan pemberi informasi : perawat memberikan penkes
kepada keluarga cara mengatasi kelurga yang sakit di rumah secara
mandiri (misalnya, balita yang demam bisa dilakukan kompres hangat
pada seluruh tubuhnya selama 15 menit / WTS, untuk menurunkan

9
demamnya) dan untuk melakukan cek kesehatan rutin minimal 2x
sebulan agar mengetahui status kesehatan keluarga.
b. Sebagai penyuluh : penkes pada keluarga tentang pola hidup sehat,
olahraga teratur, pola makan yang sehat, rutin mengontrol
kehamilannya, KB, ke posyandu untuk mengetahui tumbang anaknya,
penyakit dan cara mengatasinya dll.
c. Sebagai fasilitator dan supervisor pelayanan keperawatan : memberikan
layanan home care atau kunjungan rutin min 2x dalam sebulan untuk
mengecek status kesehatan keluarga (cek TD, gula, kolesterol, asam
urat).
d. Sebagai motivator : memberikan motivasi kepada keluarga untuk
senantiasa bekerja keras mendapatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga serta menyisihkannya untuk menabung dan uang
tabungan itu bisa digunakan untuk membantu sesama (kegiatan sosial).
e. Sebagai pemberi askep dan pelayanan kesehatan : pemberian imunisasi,
vaksinasi, pemberikan perawatan di RS atau puskesmas, membantu
persalinan dll.
f. Perawat memberikan informasi dan mengajak keluarga untuk
ikutsertaan dalam jaminan kesehatan (misalnya, BPJS) selain dapat
memberikan kemudahan keluarga apabila sakit, juga dengan membayar
iuran yang setiap bulannya kita setor (walaupun keluarga kita tidak ada
yang sakit), uang iuran itu dapat membantu sesama yang sakit. (secara
tidak langsung).
g. Menyediakan wadah kepada keluarga yang ingin memberikan
sumbangan uang untuk dibelikan obat-obatan atau alat penunjang
kesehatan, sumbangan makanan atau menjadi pengurus dikegiatan
posyandu atau pos lansia.
h. Memberikan kesempatan dan waktu kepada keluarga untuk
melaksanakan ibadah sholat dan membaca al quran dan memberi
pengertian bahwa yang memberikan sakit dan kesembuhan hanya Allah

10
SWT, oleh karenanya keluarga dianjurkan untuk selalu berdoa kepada-
Nya.
i. Memberikan bantuan kepada keluarga yang meminta agar salah satu
keluarga yang sakit untuk didoakan dan mengajarkan kepada keluarga
cara mendoakan dan membimbing doa anggota keluarga yang sakit.
j. Membantu keluaga yang sakit untuk beribadah seperti memberitahukan
dan memposisikan pasien ke arah kiblat, mengajarkan bersuci di tempat
diur, sholat di tempat tidur serta menyiapkan alat dan membantu
berwudhu, tayamum dan sholat.

11
KESIMPULAN
Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat yang berpengaruh
besar terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Hal ini terkait erat dengan
fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas. Oleh karena itu keluarga harus dibangun menjadi keluarga-keluarga
yang sehat, sejahtera, maju dan mandiri yang dalam konteks ini saya terjemahkan
secara singkat sebagai keluarga sejahtera.
Keluarga yang sejahtera, dengan demikian, tentu menjadi dambaan setiap
orang untuk mencapainya. Bukan saja karena dengan mencapai tingkat
kesejahteraan tertentu, seseorang akan dapat menikmati hidup secara wajar dan
menyenangkan karena tercukupi kebutuhan materill dan spirituilnya, tetapi
dengan kondisi keluarga yang sejahtera setiap individu didalamnya akan
mendapat kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi, bakat dan
kemampuan yang dimiliki.

12
DAFTAR PUSTAKA
Sudiharto, S.kep.,M.kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC
Syaripudin, Tatang. 2008. Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan Ilmu:Bandung.
http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/Batasan MDK.aspx
http://jurnalpatrolinews.com/2015/02/16/mmbuat-peta-keluarga-bersama-
posdaya-2/
http://duniaiptek.com/indikator-keluarga-sejahtera-/

13

Anda mungkin juga menyukai