Kelompok 5
PRODI S1 KEPERAWATAN 3B
2
b. Keluarga Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya
seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga,
interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
c. Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan
kebutuhan social psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang
teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi
seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan
masyarakat
e. Keluarga Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang
teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki
kepedulian social yang tinggi.
2. Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
3. Kualitas Keluarga
Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi,
social budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai
agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
3
4. Kemandirian Keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat
dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan
meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan
mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan
kesadaran dan tanggungjawab.
5. Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan
ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-
mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan
keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin.
6. NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang
membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang
berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
4
1. Indikator KS I, II, & III
2. Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan
bagi kegiatan soaial masyarakat dalam bentuk materi
3. Kepala keluarga atau anggota aktif sebagai pengurus perkumpulan,
yayasan, atau instuisi masyarakat lain
5
adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan
saling mempercayai.
d. Keadaan Ekonomi Keluarga
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang
dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula
cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin
banyak sumber-sumber keuangan/pendapatan yang diterima, maka akan
meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/
pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain
diluar berdagang, dsb.
2. Faktor Ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya
kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di
hindarkan, karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan
kehidupan dan kesejahteraan keluarga. Faktor yang dapat mengakibatkan
kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota keluarga yang datangnya
dari luar lingkungan keluarga antara lain :
a. Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
b. Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus
penyakit.
c. Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income
perkapita rendah, inflasi. (BKKBN, 1994 : 18-21)
6
1. Sebagai Pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
2. Sebagai Coordinator Pelaksana Pelayanan Keperawatan, perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan
untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayananan
kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
3. Sebagai Pelaksana Pelayanan Perawatan, pelayanan perawatan dapat
diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota
keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian
anggota keluarga yang sakit dapat dapat menjadi “entry point” bagi
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara
komprehensif.
4. Sebagai Supervisor Pelayanan Keperawatan, perawat melakukan
supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah
secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.
Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara
mendadak.
5. Sebagai Pembela (Advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga
untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien. Perawat diharapakan
mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada perawatan
yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.
6. Sebagai Fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu,
keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat memberikan jalan
keluar dalam mengatasi masalah.
7. Pemberi Informasi, dalam hal ini perawat memberitahukan kepada
keluarga tentang segala sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan
kesehatan.
7
8. Penyuluh, agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam
tentang kesehatan dan tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus
memberikan penyuluhan baik kepada perorangan dalam keluarga ataupun
kelompok dalam masyarakat.
9. Motivator, apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba
melaksanakan perilaku positif dalam kesehatan, harus terus didorong agar
konsisten dan lebih berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan
sebagai motivator.
10. Sebagai Peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga
11. Pengkaji Data Individu, Keluarga dan Masyarakat sehingga didapat
data yang akurat dan dapat dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-
peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau bersama-
sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.
8
d. Kompensasi yang berlebihan dengan rasa sesama Corps ("ESPRIT DE
CORPS") yang kurang.
e. Masih ada perawat yang bekerja di luar wewenangnya sebagai perawat,
dll.
Untuk menanggulangi masalah/hambatan di atas, khususnya ditujukan kepada
diri sendiri (perawat) antara lain :
1. Interospeksi, yaitu menilai, mengevaluasi diri sendiri, kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki, kesempatan apa yang bisa diraih/diperoleh dan
tantangan apa yang akan dihadapi.
2. Perubahan perilaku untuk maju dan berkembang dengan kemauan yang
keras untuk menambah ilmu pengetahuan
3. Menunjukkan "eksistensi" perawat sebagai "mitra dokter" Menyadari dan
mencari upaya-upaya koordinasi dan kolaborasi Meningkatkan rasa
sesama Corps
4. Dan yang terpenting adalah "menghargai diri sendiri"
5. Perubahan pendidikan keperawatan
6. Mentaati kode etik keperawatan
9
demamnya) dan untuk melakukan cek kesehatan rutin minimal 2x
sebulan agar mengetahui status kesehatan keluarga.
b. Sebagai penyuluh : penkes pada keluarga tentang pola hidup sehat,
olahraga teratur, pola makan yang sehat, rutin mengontrol
kehamilannya, KB, ke posyandu untuk mengetahui tumbang anaknya,
penyakit dan cara mengatasinya dll.
c. Sebagai fasilitator dan supervisor pelayanan keperawatan : memberikan
layanan home care atau kunjungan rutin min 2x dalam sebulan untuk
mengecek status kesehatan keluarga (cek TD, gula, kolesterol, asam
urat).
d. Sebagai motivator : memberikan motivasi kepada keluarga untuk
senantiasa bekerja keras mendapatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga serta menyisihkannya untuk menabung dan uang
tabungan itu bisa digunakan untuk membantu sesama (kegiatan sosial).
e. Sebagai pemberi askep dan pelayanan kesehatan : pemberian imunisasi,
vaksinasi, pemberikan perawatan di RS atau puskesmas, membantu
persalinan dll.
f. Perawat memberikan informasi dan mengajak keluarga untuk
ikutsertaan dalam jaminan kesehatan (misalnya, BPJS) selain dapat
memberikan kemudahan keluarga apabila sakit, juga dengan membayar
iuran yang setiap bulannya kita setor (walaupun keluarga kita tidak ada
yang sakit), uang iuran itu dapat membantu sesama yang sakit. (secara
tidak langsung).
g. Menyediakan wadah kepada keluarga yang ingin memberikan
sumbangan uang untuk dibelikan obat-obatan atau alat penunjang
kesehatan, sumbangan makanan atau menjadi pengurus dikegiatan
posyandu atau pos lansia.
h. Memberikan kesempatan dan waktu kepada keluarga untuk
melaksanakan ibadah sholat dan membaca al quran dan memberi
pengertian bahwa yang memberikan sakit dan kesembuhan hanya Allah
10
SWT, oleh karenanya keluarga dianjurkan untuk selalu berdoa kepada-
Nya.
i. Memberikan bantuan kepada keluarga yang meminta agar salah satu
keluarga yang sakit untuk didoakan dan mengajarkan kepada keluarga
cara mendoakan dan membimbing doa anggota keluarga yang sakit.
j. Membantu keluaga yang sakit untuk beribadah seperti memberitahukan
dan memposisikan pasien ke arah kiblat, mengajarkan bersuci di tempat
diur, sholat di tempat tidur serta menyiapkan alat dan membantu
berwudhu, tayamum dan sholat.
11
KESIMPULAN
Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat yang berpengaruh
besar terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Hal ini terkait erat dengan
fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas. Oleh karena itu keluarga harus dibangun menjadi keluarga-keluarga
yang sehat, sejahtera, maju dan mandiri yang dalam konteks ini saya terjemahkan
secara singkat sebagai keluarga sejahtera.
Keluarga yang sejahtera, dengan demikian, tentu menjadi dambaan setiap
orang untuk mencapainya. Bukan saja karena dengan mencapai tingkat
kesejahteraan tertentu, seseorang akan dapat menikmati hidup secara wajar dan
menyenangkan karena tercukupi kebutuhan materill dan spirituilnya, tetapi
dengan kondisi keluarga yang sejahtera setiap individu didalamnya akan
mendapat kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi, bakat dan
kemampuan yang dimiliki.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sudiharto, S.kep.,M.kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC
Syaripudin, Tatang. 2008. Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan Ilmu:Bandung.
http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/Batasan MDK.aspx
http://jurnalpatrolinews.com/2015/02/16/mmbuat-peta-keluarga-bersama-
posdaya-2/
http://duniaiptek.com/indikator-keluarga-sejahtera-/
13