PEMBAHASAN
Keluarga sehat merupakan kunci dari penerus bangsa yang cemerlang. Secara definisi,
keluarga sehat adalah keluarga yang setiap individunya berada dalam kondisi yang sejahtera,
baik dari segi dari fisik maupun mental, sehingga dapat hidup normal secara sosial dan
ekonomi di tengah masyarakat lainnya. Untuk mencapainya, tentunya ada standar yang harus
dicapai terlebih dahulu oleh suatu keluarga.
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mencapai keluarga sehat, antara lain :
Kemenkes RI memecah aspek tersebut menjadi 12 indikator keluarga sehat. Berikut ini
adalah penjelasannya:
Tidak semata membatasi jumlah anak dalam keluarga, program KB juga bertujuan untuk
memastikan bahwa setiap anak mendapat ASI yang cukup dan pola asuh yang optimal
sehingga bisa menjadi anak yang sehat dan cerdas, program KB juga dapat menurunkan
risiko kematian ibu dan bayi serta mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, sehingga
dapat menjaga kesejahteraan keluarga.
Imunisasi anak sangat penting dilakukan guna mencegah terjadinya penyakit infeksi yang
bisa berakibat fatal baginya, seperti polio, campak, dan difteri.
Keunggulan air susu ibu (ASI) sebagai sumber nutrisi bayi memang sudah tidak diragukan
lagi. ASI dapat melindungi bayi dari beragam penyakit serta mendukung perkembangan
tubuh dan otaknya secara optimal, sehingga ia tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas.
Itulah sebabnya pemberian ASI eksklusif sangat berperan besar untuk membentuk keluarga
sehat.
Berat badan bayi perlu ditimbang setiap bulannya, sejak lahir sampai usia 5 tahun. Hal ini
penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak selalu baik, serta
mendeteksi secara dini bilamana terdapat gangguan pada pertumbuhannya.
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang dapat menurunkan kualitas hidup
seseorang dan keluarganya. Tuberkulosis yang tidak ditangani dengan benar berisiko
menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah dan penularan ke orang-orang terdekat.
Hipertensi adalah penyakit kronis yang sering terabaikan karena sering kali tidak memiliki
gejala. Meski begitu, dampak yang terjadi akibat hipertensi bisa fatal, mulai dari serangan
jantung hingga stroke. Hal ini tentu akan memengaruhi keadaan suatu keluarga, apalagi jika
terjadi pada kepala keluarganya.
Gangguan jiwa tidak hanya dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya secara signifikan,
tapi juga keluarganya.
Anggota keluarga tidak ada yang merokok
Sudah kita ketahui bersama bahwa asap rokok mengandung banyak zat beracun bagi tubuh.
Meskipun hanya satu orang yang merokok di rumah, asapnya bisa dihirup anggota keluarga
lain dan membuat mereka menjadi perokok pasif. menjadi perokok pasif sama berbahayanya
dengan menjadi perokok aktif.
Dengan menjadi anggota program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, seluruh
anggota keluarga bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai kebutuhan, tanpa harus
memikirkan biaya. Ini juga bisa menjaga keadaan finansial keluarga
Sarana air bersih sangat penting untuk menjaga kesehatan keluarga dari berbagai penyakit
infeksi. Untuk mewujudkan hal ini, pastikan sumber air yang Anda pakai di rumah tidak
tergenang atau tercemar dengan berbagai kotoran maupun polutan.
Memiliki akses sanitasi layak dan jamban sehat juga termasuk indikator penting dalam
mewujudkan keluarga sehat. Untuk itu, setiap anggota keluarga diharuskan selalu buang air
besar dan buang air kecil di jamban atau toilet. Selain membuat lingkungan bersih dan tidak
berbau, langkah ini juga dapat membantu mencegah penyakit infeksi.
Konsep Keluarga Sejahtera menurut UU No.10 tahun 1992 adalah keluarga yang
dibentuk atas dasar perkawinan yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
material yang layak. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan serasi,
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (A.
Mungit, 1996). Tujuan keluarga sejahtera adalah untuk meningkatkan pengetahuan kelurga
tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
menganalisis potensi peluang yang dimiliki, untuk meningkatkan kemampuan masayarakat
dalam memecahkan masalahnya secara mandiri, untuk meningkatkan gotong royong dan
kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga prasejahtera untuk meningkatkan
kesejahteraanya dan untuk mengembangkan keluarga agar timbul rasa aman, tentram dan
harapan masa depan yang lebih baik merupakan salah satu pembentuk ketahanan keluarga
dalam membangun keluarga sejahtera.
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya
cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran
pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran
untuk transportasi dan lingkungan yang serasi.
2. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan
tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih
menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati.
3. Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan
sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau
harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati
dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.
4. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat
meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan
keluarga.
B. Faktor eksternal
1. Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
2. Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
3. Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah,
inflasi.(BKKBN, 1994 : 18-21)
Tahapan- Tahapan Keluarga Sejahtera
1. Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih 5 kebutuhan dasar
2. Keluarga sejahtera I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.
3. Keluarga sejahtera II
Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya,
juga telah dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
4. Keluarga sejahtera III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial
psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan
sumbangan yanag teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
5. Keluarga sejahtera III plus
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangannya telah terpenuhi serta memiliki kepeduliaan sosial
yang tinggi (1 s/d 23 terpenuhi).
1. Pemberi informasi
2. Penyuluh
3. Pendidik
4. Motivator
5. Penghubung keluarga dengan sarana kesehatan
6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait
7. Pemberi pelayanan kesehatan
8. Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan kekuatan
mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya
9. Pengkaji data individu
C. KONSEP HOME CARE
Perawatan kesehatan dirumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
merupakan suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Home Care
adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan kepada klien individu
dan atau keluarga di tempat tinggal mereka (di rumah), bertujuan untuk memandirikan klien
dalam pemeliharaan kesehatan, meningkatkan derajat kesehatan, upaya pencegahan penyakit
dan resiko kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan (Warhola dalam Bukit, 2008).
Pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh petugas dan sarana kesehatan milik
publik yang didirikan khusus untuk itu, baik pemerintah ataupun swasta. Sedangkan
pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan oleh dokter keluarga.
Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karena
merupakan unit dari masyarakat, keluarga memiliki peran yang cukup signifikan dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Tinggi rendahnya derajat kesehatan keluarga akan
sangat menentukan tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu bentuk dari pendekatan keluarga yang dapat dilakukan oleh puskesmas adalah
melalui kegiatan kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal. Dengan kunjungan rumah,
puskesmas dapat memperoleh data profil kesehatan keluarga (prokesga) yang berguna untuk
mengenali secara lebih menyeluruh (holistic) masalah-masalah kesehatan di keluarga. Selain
itu, kegiatan promotif dan preventif terhadap keluarga juga dapat terlaksana dengan
kunjungan rumah. Kombinasi dari profil kesehatan keluarga dan upaya promotif-preventif
tentu akan lebih efektif dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan di keluarga. Program
pendekatan keluarga yang dilaksanakan puskesmas juga secara langsung akan menguatkan
manajemen puskesmas secara internal, yang mencakup sumber daya manusia, pendanaan,
sarana prasarana, program kesehatan, sistem informasi dan jejaring dengan pihak terkait di
lingkup wilayah kerjanya seperti puskesmas pembantu (pustu), puskesmas keliling (pusling),
pos pelayanan terpadu (posyandu), bidan desa dan lain-lain.
Tahap perkembangan keluarga adalah tantangan emosional dan intelektual yang harus
dihadapi oleh sebuah keluarga. Sebuah keluarga akan berkembang dari segi usia
pernikahannya maupun penambahan anggota keluarga baru lewat hadirnya
keturunan.Anggota keluarga harus mempelajari skill tertentu dalam setiap tahap
perkembangan keluarga. Masalahnya, tidak semua tahap keluarga dapat dilalui dengan
mulus, terutama jika ada situasi yang memberatkan keluarga, misalnya masalah finansial,
penyakit kronis yang menyerang anggota keluarga, hingga kematian.
Mengenal tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga dimulai ketika pasangan memulai hidup baru dalam
jenjang pernikahan dan berakhir ketika mereka masuk kategori lanjut usia. Secara rinci,
berikut tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (tokoh psikolog) yang dilalui nyaris
setiap keluarga di dunia:
1. Tahap pasangan menikah dan belum memiliki anak (beginning family)
Pada tahap ini, pria dan wanita akan saling melakukan penyesuaian atas sifat dari masing-
masing individu yang baru menjalin pernikahan. Tugas perkembangan pada fase ini adalah: