Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

TREN DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA

A. PROGRAM KELUARGA SEHAT

Keluarga sehat merupakan kunci dari penerus bangsa yang cemerlang. Secara definisi,
keluarga sehat adalah keluarga yang setiap individunya berada dalam kondisi yang sejahtera,
baik dari segi dari fisik maupun mental, sehingga dapat hidup normal secara sosial dan
ekonomi di tengah masyarakat lainnya. Untuk mencapainya, tentunya ada standar yang harus
dicapai terlebih dahulu oleh suatu keluarga.

Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mencapai keluarga sehat, antara lain :

 kesehatan ibu dan anak


 kondisi penyakit menular dan tidak menular
 lingkungan rumah dan sekitarnya
 kesehatan jiwa
 serta gaya hidup.

Kemenkes RI memecah aspek tersebut menjadi 12 indikator keluarga sehat. Berikut ini
adalah penjelasannya:

 Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

Tidak semata membatasi jumlah anak dalam keluarga, program KB juga bertujuan untuk
memastikan bahwa setiap anak mendapat ASI yang cukup dan pola asuh yang optimal
sehingga bisa menjadi anak yang sehat dan cerdas, program KB juga dapat menurunkan
risiko kematian ibu dan bayi serta mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, sehingga
dapat menjaga kesejahteraan keluarga.

 Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan


Fasilitas kesehatan yang memadai akan mendukung proses persalinan yang aman dan minim
risiko komplikasi kehamilan.

 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

Imunisasi anak sangat penting dilakukan guna mencegah terjadinya penyakit infeksi yang
bisa berakibat fatal baginya, seperti polio, campak, dan difteri.

 Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif

Keunggulan air susu ibu (ASI) sebagai sumber nutrisi bayi memang sudah tidak diragukan
lagi. ASI dapat melindungi bayi dari beragam penyakit serta mendukung perkembangan
tubuh dan otaknya secara optimal, sehingga ia tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas.
Itulah sebabnya pemberian ASI eksklusif sangat berperan besar untuk membentuk keluarga
sehat.

 Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

Berat badan bayi perlu ditimbang setiap bulannya, sejak lahir sampai usia 5 tahun. Hal ini
penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak selalu baik, serta
mendeteksi secara dini bilamana terdapat gangguan pada pertumbuhannya.

 Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang dapat menurunkan kualitas hidup
seseorang dan keluarganya. Tuberkulosis yang tidak ditangani dengan benar berisiko
menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah dan penularan ke orang-orang terdekat.

 Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

Hipertensi adalah penyakit kronis yang sering terabaikan karena sering kali tidak memiliki
gejala. Meski begitu, dampak yang terjadi akibat hipertensi bisa fatal, mulai dari serangan
jantung hingga stroke. Hal ini tentu akan memengaruhi keadaan suatu keluarga, apalagi jika
terjadi pada kepala keluarganya.

 Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan

Gangguan jiwa tidak hanya dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya secara signifikan,
tapi juga keluarganya.
 Anggota keluarga tidak ada yang merokok

Sudah kita ketahui bersama bahwa asap rokok mengandung banyak zat beracun bagi tubuh.
Meskipun hanya satu orang yang merokok di rumah, asapnya bisa dihirup anggota keluarga
lain dan membuat mereka menjadi perokok pasif. menjadi perokok pasif sama berbahayanya
dengan menjadi perokok aktif.

 Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Dengan menjadi anggota program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, seluruh
anggota keluarga bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai kebutuhan, tanpa harus
memikirkan biaya. Ini juga bisa menjaga keadaan finansial keluarga

 Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

Sarana air bersih sangat penting untuk menjaga kesehatan keluarga dari berbagai penyakit
infeksi. Untuk mewujudkan hal ini, pastikan sumber air yang Anda pakai di rumah tidak
tergenang atau tercemar dengan berbagai kotoran maupun polutan.

 Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Memiliki akses sanitasi layak dan jamban sehat juga termasuk indikator penting dalam
mewujudkan keluarga sehat. Untuk itu, setiap anggota keluarga diharuskan selalu buang air
besar dan buang air kecil di jamban atau toilet. Selain membuat lingkungan bersih dan tidak
berbau, langkah ini juga dapat membantu mencegah penyakit infeksi.

B. KONSEP KELUARGA SEJAHTERA

Konsep Keluarga Sejahtera menurut UU No.10 tahun 1992 adalah keluarga yang
dibentuk atas dasar perkawinan yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
material yang layak. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan serasi,
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (A.
Mungit, 1996). Tujuan keluarga sejahtera adalah untuk meningkatkan pengetahuan kelurga
tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
menganalisis potensi peluang yang dimiliki, untuk meningkatkan kemampuan masayarakat
dalam memecahkan masalahnya secara mandiri, untuk meningkatkan gotong royong dan
kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga prasejahtera untuk meningkatkan
kesejahteraanya dan untuk mengembangkan keluarga agar timbul rasa aman, tentram dan
harapan masa depan yang lebih baik merupakan salah satu pembentuk ketahanan keluarga
dalam membangun keluarga sejahtera.

Faktor- Faktor Keluarga Sejahtera :

A. Faktor intern keluarga


1. Jumlah anggota keluarga

Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya
cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran
pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran
untuk transportasi dan lingkungan yang serasi.

2. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan
tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih
menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati.
3. Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan
sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau
harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati
dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.
4. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat
meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan
keluarga.
B. Faktor eksternal
1. Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
2. Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
3. Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah,
inflasi.(BKKBN, 1994 : 18-21)
Tahapan- Tahapan Keluarga Sejahtera

1. Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih 5 kebutuhan dasar
2. Keluarga sejahtera I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.
3. Keluarga sejahtera II
Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya,
juga telah dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
4. Keluarga sejahtera III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial
psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan
sumbangan yanag teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
5. Keluarga sejahtera III plus
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangannya telah terpenuhi serta memiliki kepeduliaan sosial
yang tinggi (1 s/d 23 terpenuhi).

Peran Perawat dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera

1. Pemberi informasi
2. Penyuluh
3. Pendidik
4. Motivator
5. Penghubung keluarga dengan sarana kesehatan
6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait
7. Pemberi pelayanan kesehatan
8. Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan kekuatan
mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya
9. Pengkaji data individu
C. KONSEP HOME CARE

Perawatan kesehatan dirumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
merupakan suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Home Care
adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan kepada klien individu
dan atau keluarga di tempat tinggal mereka (di rumah), bertujuan untuk memandirikan klien
dalam pemeliharaan kesehatan, meningkatkan derajat kesehatan, upaya pencegahan penyakit
dan resiko kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan (Warhola dalam Bukit, 2008).

1. Pengelola Pelayanan Home Care


Home Care menurut Bukit (2008) dapat dilakukan oleh Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas), Pelayanan Kesehatan dibawah koordiinasi Rumah Sakit,
Pelayanan Keperawatan Hospice, Pelayanan Kesehatan praktek mandiri atau
berkelompok dan Yayasan Pelayanan Sosial.

2. Kriteria Klien Home Care


Adapun kriteria pendaftaran klien untuk melakukan perawatan di rumah atau
Home Care menurut Zang (2003) adalah Homebound, kebutuhan akan pelayanan
terampil, rencana penanganan klien di bawah dokter, masuk akal dan diperlukan.
Homebound atau klien harus berada di rumahnya sendiri. Klien sebaiknya berada di
luar rumah dalam waktu singkat, tidak sering dan berhubungan dengan keperluan
medis. Kriteria kedua adalah kebutuhan akan pelayanan terampil.

3. Manfaat Home Care


Manfaat pelayanan Home Care dalam Home Care for seniors (2011) adalah :
1. memberikan individu yang membutuhkan perawatan harkat dan kemadirian
2. dapat membantu mencegah atau menunda perawatan di Rumah Sakit atau panti
jompo
3. mengizinkan kebebsaan maksimal dan kenyamanan bagi individu
4. menawarkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu dan keluarg
dukungan keluarga sambil menjaga kebersamaan mereka
5. dukungan keluarga sambil menjaga kebersamaan mereka
D. KONSEP PPROGRAM INDONESIA SEHAT PENDEKATAN KELUARGA
(PIS-PK) DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA
A. Konsep pelayanan kesehatan dasar di negara maju

Pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh petugas dan sarana kesehatan milik
publik yang didirikan khusus untuk itu, baik pemerintah ataupun swasta. Sedangkan
pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan oleh dokter keluarga.

B. Konsep pelayanan kesehatan dasar di indonesia

Di Indonesia menerapkan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan


masyarakat dalam satu wadah terpadu yang dikenal sebagai pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas). Sehingga puskesmas menjalankan kedua pelayanan tersebut secara bersamaan.
Upaya kesehatan yang ada di puskesmas mencakup upaya kuratif, rehabilitatif, preventif dan
promotif. Dalam perkembangannya, Fungsi pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat
yang dilakukan oleh puskesmas berupa tindakan kuratif (pengobatan) menjadi lebih dominan
dibandingkan kegiatan-kegiatan promotif dan preventif.

C. Program kesehatan dengan pendekatan keluarga

Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karena
merupakan unit dari masyarakat, keluarga memiliki peran yang cukup signifikan dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Tinggi rendahnya derajat kesehatan keluarga akan
sangat menentukan tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

D. Puskesmas sebagai penentu keberhasilan program pendekatan keluarga

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 39 Tahun 2016


tentang "Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga",
pemerintah telah menetapkan bahwa pelaksana dari program ini adalah pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas). Puskesmaslah ujung tombak dan penentu keberhasilan program ini.
Adapun area prioritas/sasaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui program ini
adalah penurunan angka kematian ibu/angka kematian bayi (AKI dan AKB), penurunan
prevalensi balita pendek (stunting), penanggulangan penyakit menular dan penanggulangan
penyakit tidak menular. Pelaksanaannya melalui pendekatan upaya promotif dan preventif
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
E. Contoh Kegiatan Program Pendekatan Keluarga

Salah satu bentuk dari pendekatan keluarga yang dapat dilakukan oleh puskesmas adalah
melalui kegiatan kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal. Dengan kunjungan rumah,
puskesmas dapat memperoleh data profil kesehatan keluarga (prokesga) yang berguna untuk
mengenali secara lebih menyeluruh (holistic) masalah-masalah kesehatan di keluarga. Selain
itu, kegiatan promotif dan preventif terhadap keluarga juga dapat terlaksana dengan
kunjungan rumah. Kombinasi dari profil kesehatan keluarga dan upaya promotif-preventif
tentu akan lebih efektif dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan di keluarga. Program
pendekatan keluarga yang dilaksanakan puskesmas juga secara langsung akan menguatkan
manajemen puskesmas secara internal, yang mencakup sumber daya manusia, pendanaan,
sarana prasarana, program kesehatan, sistem informasi dan jejaring dengan pihak terkait di
lingkup wilayah kerjanya seperti puskesmas pembantu (pustu), puskesmas keliling (pusling),
pos pelayanan terpadu (posyandu), bidan desa dan lain-lain.

F. Hal yang mempengaruhi keberhasilan program pendekatan keluarga

Keberhasilan program ini tentunya memerlukan pemahaman dan komitmen yang


sungguh-sungguh, sistematis dan terencana dari seluruh petugas puskesmas. Kesamaan
pemahaman dan komitmen yang kuat akan menghasilkan tercapainya target area
prioritas/sasaran dari program ini. Komitmen untuk bekerja di dalam dan di luar gedung
puskesmas tentu juga perlu didukung oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten/Kota
sebagai induk dari puskesmas. Salah satu bentuk dukungan dari Dinkes adalah melalui
alokasi anggaran berupa dana operasional puskesmas. Walaupun puskesmas sudah memiliki
dana kapitasi dari BPJS Kesehatan yang dapat digunakan untuk pelaksanaan program ini,
dukungan alokasi anggaran dari Dinkes tentu juga diharapkan tetap didapatkan. Terlebih
kegiatan kunjungan rumah yang memerlukan pengorbanan ekstra dari petugas puskesmas.
Kunjungan rumah yang dilakukan harus mempertimbangkan jumlah petugas puskesmas,
jumlah keluarga di wilayah kerja puskesmas, kondisi geografis dan juga pendanaan.
E. KONSEP TUMBUH KEMBANG KELUARGA

Tahap perkembangan keluarga adalah tantangan emosional dan intelektual yang harus
dihadapi oleh sebuah keluarga. Sebuah keluarga akan berkembang dari segi usia
pernikahannya maupun penambahan anggota keluarga baru lewat hadirnya
keturunan.Anggota keluarga harus mempelajari skill tertentu dalam setiap tahap
perkembangan keluarga. Masalahnya, tidak semua tahap keluarga dapat dilalui dengan
mulus, terutama jika ada situasi yang memberatkan keluarga, misalnya masalah finansial,
penyakit kronis yang menyerang anggota keluarga, hingga kematian.
Mengenal tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga dimulai ketika pasangan memulai hidup baru dalam
jenjang pernikahan dan berakhir ketika mereka masuk kategori lanjut usia. Secara rinci,
berikut tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (tokoh psikolog) yang dilalui nyaris
setiap keluarga di dunia:
1. Tahap pasangan menikah dan belum memiliki anak (beginning family)
Pada tahap ini, pria dan wanita akan saling melakukan penyesuaian atas sifat dari masing-
masing individu yang baru menjalin pernikahan. Tugas perkembangan pada fase ini adalah:

 Membina hubungan intim dan memuaskan


 Mendiskusikan visi dan misi keluarga, termasuk rencana memiliki anak atau
menundanya
 Menjalin hubungan baik dengan masing-masing keluarga dari suami maupun istri.

2. Tahap kelahiran anak pertama (child bearing family)


Tahap ini terjadi ketika pasangan suami-istri tengah menantikan kelahiran anak pertamanya.
Tahap perkembangan keluarga ini akan berlangsung hingga anak kemudian lahir dan berusia
hingga 30 bulan.Tugas perkembangan pada fase ini adalah:
1. Mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua
2. Melakukan adaptasi menyusul peran sebagai orangtua baru
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3. Keluarga dengan anak sekolah (families with preschoolers)


Tahap perkembangan keluarga ini dimulai saat anak berusia 2,5 tahun hingga 5 tahun. Di fase
ini, beberapa keluarga juga mulai memiliki anak kedua sehingga orangtua harus membagi
fokus antara menyiapkan keperluan anak sekolah dengan kebutuhan anak kedua yang masih
bayi.Pada fase ini, tugas Anda sebagai orangtua adalah:
1. Memastikan rasa aman setiap anggota keluarga
2. Membantu anak untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan bayi baru lahir sambil memenuhi kebutuhan anak lain
4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam keluarga maupun dengan
masyarakat
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak.

4. Keluarga dengan anak sekolah (families with children)


Tahap keluarga ini bisa dibilang sebagai tahap perkembangan dengan aktivitas paling
sibuk. Saat ini, anak tertua akan berusia 6-12 tahun dengan aktivitas yang padat, begitu pula
orangtua yang harus bekerja atau beraktivitas dengan agendanya sendiri.Tugas orangtua pada
fase ini mirip dengan tahap keempat, misalnya membantu anak beradaptasi dengan
lingkungan dan menjaga keintiman dengan pasangan. Sedangkan tugas tambahan lainnya
adalah menyiapkan kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat.
5. Keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Remaja di sini adalah anak yang berusia mulai dari 13 tahun hingga 19-20 tahun.
Tahap perkembangan keluarga ini bisa lebih singkat jika anak pertama yang beranjak remaja
memutuskan hidup terpisah dengan orangtua, misalnya mengenyam pendidikan di luar
kota.Selain bertugas menjaga keharmonisan keluarga, tahap perkembangan keluarga ini juga
menantang orangtua untuk membangun komunikasi yang baik dengan anak. Orangtua wajib
memberi kebebasan pada anak, namun juga memberi tanggung jawab sesuai usia dan
kemampuan anak.
6. Keluarga dengan anak dewasa (launching center families)
Tahap perkembangan keluarga ini dimulai saat anak pertama memutuskan keluar dari
rumah orangtua. Oleh karena itu, orangtua bertugas membantu anak untuk mandiri sambil
menata kembali peran mereka di dalam rumah tangga dengan anggota keluarga yang masih
ada.
7. Keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahap keluarga ini memasuki masa-masa akhir ketika anak terakhir telah
meninggalkan rumah atau orangtua menjelang waktu pensiun. Pada fase ini, tugas utama
Anda adalah menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat, diet seimbang, olahraga rutin,
menikmati hidup, sambil tetap menjaga keharmonisan dengan pasangan.
8. Keluarga usia lanjut
Terakhir, tahap perkembangan keluarga akan masuk kategori usia lanjut saat suami-
istri telah pensiun hingga salah satunya meninggal dunia. Di saat inilah suami-isteri bertugas
untuk saling merawat dan mempertahankan hubungan baik dengan anak dan sosial
masyarakat.Ketika tahap perkembangan keluarga belum terpenuhi, cari tahu mengenai tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi serta kendala mengapa tugas tersebut belum
terpenuhi.
Menjaga keluarga harmonis
Dalam melalui tahapan perkembangan keluarga tentu tidak selalu mudah. Mungkin ada
berbagai konflik yang terjadi. Untuk menjaga keluarga harmonis, berikut yang harus
dilakukan:
1. Berkomunikasi
2. Prioritaskan keluarga
3. Saling menghormati
4. Bertukar cerita
5. Meluangkan waktu bersama
6. Saling memberi apresiasi
7. Tolong-menolong
8. Hadapi masalah dengan baik.

F. TINGKATAN ASKEP DAN KEMANDIRIAN KELUARGA

Anda mungkin juga menyukai