Anda di halaman 1dari 19

NAMA : ANGENIA ITONIAT ZEGA

NIM : 032017044
TUGAS : RANGKUMAN KEPERAWATAN KELUARGA
DOSEN : LINDAWATI SIMORANGKIR S.Kep NS M.Kep

RANGKUMAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Konsep Keluarga Sejahtera


keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang
sah, mampu memenuhi hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, seimbang antara anggota dan antar
anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Keluarga Sejahtera ada 3 tahap yaitu :
a. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya
Indikator yang digunakan, yaitu :
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut.
2) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.
3) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/
sekolah dan bepergian.
4) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
5) Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana/petugas
kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan perkembangannya seperti menabung dan memperoleh informasi
Indikator yang digunakan, yaitu :
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
2) Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk
pauk.
3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.
4) Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.
5) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.
6) Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas
mempunyai penghasilan tetap.
7) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.
8) Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.
9) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
c. Keluarga Sejahtera Tahap III (KSIII) adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan pengembangan, namun belum dapat
memberikan sumbangan material terhadap masyarakat.
Indikator yang digunakan, yaitu :
1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
2) Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
3) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
5) Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.
6) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.
7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan
kondisi daerah setempat.

2. Konsep Keperawatan Keluarga


Keluarga adalah matriks dari perasaan beridentitas dari anggota-anggotanya merasa
memiliki dan berbeda. Tugas utamanya adalah memelihara pertumbuhan psikososial
anggota-anggotanya dan kesejahteraan selama hidupnya secara umum. Keperawatan
keluarga adalah bidang keahlian khusus yang bersifat dinamis, perlu mendapat perhatian
dalam praktik, pendidikan dan penelitian yang bertujuan meningkatkan kesehatan keluarga
secara menyeluruh dan setiap anggota keluarga.
3. Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga
a. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan
(politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-
kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau komunitas”.
Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai operasionalisasi
dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat konseptual.
Pencegahan pada promosi kesehatan adalah :
1) Pencegahan Primer
Tingkat pencegahan primer ini meliputi peningkatan kesehatan dan
tindakan preventif khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari
penyakit dan cedera.
2) Temuan kasus merupakan pencegahan sekunder, sehingga diagnosa dini dan
penanganan segera dapat dilakukan. Jika penyakit tersebut bersibat
menghambat penyembuhan, tujuannya adalah untuk mengontrol perkembangan
penyakit tersebut dan mencegah kecacatan.
3) Rehabilitasi merupakan fokus utama dari pencegahan tertier. Rehabilitasi
meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat akibat penyakit dan luka
hingga pada tingkat fungsi yangoptimal atau hingga mereka dapat berguna
pada tingkat yang paling tinggi, secara fisik, sosial, emosional dan vokasional.
b. Strategi Promosi Kesehatan
4. Pelaksanaan Intervensi dan Pemulihan Kesehatan Keperawatan Keluarga
a. Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Keluarga
Klasifikasi freeman’s, menghasilkan intervensi keperawatan keluarga, seperti berikut:
1) Suplemental. Perawat sebagai pemberi pelayanan langsung dengan mengintervensi
bidang-bidang keluarga tidak bisa melakukannya.
2) Fasilitatif. Perawat menyingkirkan halangan-halangan terhadap perawatan yang
tidak diperlukan seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan
pelayanan kesehatan di rumah.
3) Perkembangan. Perawat membantu keluarga dalam memanfaatkan sumber-sumber
dan dukungan sosial sehingga tindakan keperawatan mandiri/ bertanggungjawab atas
kesehatan sendiri.
Klasifikasi menurut wright dan leahey
1) Kognitif: yang meliputi pemberian informasi, gagasan baru tentang suatu keadaan
dan mengemukakan pengalaman.
2) Afektif: dirancang untuk mengubah emosi keluarga agar dapat memecahkan masalah
secara efektif.
3) Perilaku: berkomunikasi secara efektif dengan anggota lainnya dengan sifatnya
berbeda-beda.
Intervensi yang ditujukan pada perubahan perilaku keluarga
Intervensi yang ditujukan pada perubahan perilaku keluarga bertujuan untuk
memperkokoh fungsi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Konsep-konsep
perubahan sifat sangat membantu dalam menolong keluarga agar berubah. Wright dan
leahey mewarnai sejumlah konsep perubahan yang mereka anggap penting dalam
membantu mereka bekerjasama dengan keluarga-keluarga yang bermasalah, yaitu:
1) Perubahan tergantung pada konteks
2) Perubahan tergantung pada persepsi klien terhadap masalah
3) Perubahan tergantung pada tujuan-tujuan yang realistis
4) Pemahaman itu sendiri tidak menyebabkan perubahan
5) Perubahan tidak perlu secara merata pada semua anggota keluarga
6) Perubahan dapat memiliki banyak penyebab.
Intervensi keperawatan keluarga
Strategi intervensi khusus yang digunakan oleh professional perawatan kesehatan
bersama dengan keluarga tergantung pada tingkat berfungsinya keluarga. Leavit(1982)
mengklasifikasikan keluarga dalam beberapa tipe: sangat fungsional, agak fungsional,
sangat disfungsional, akut dan kronis.
Untuk keluarga yang fungsional, tindakan bersifat promotif dan preventif,
sedangkan untuk keluarga yang disfungsional dan akut tindakan yang diberikan lebih
bersifat suportif dan promotif. Intervensi yang diimplementasikan, tergantung pada
keluarga karena keluarga merupakan partisipan aktif dalam penyusunan tujuan.
Secara umum intervensi keperawatan keluarga sebagaimana:
1) Memodifikasi perilaku
2) Pembuatan kontrak
3) Manajemen/koordinasi kasus
4) Strategi-strategi kolaboratif
5) Konseling termasuk dukungan, perilaku kognitif dan membuat kembali kerangka
6) Memberikan kuasa kepada keluarga lewat partisipasi aktif
7) Modifikasi lingkungan
8) Advokasi keluarga
9) Intervensi krisis keluarga
10) Membuat jaringan kerja, termasuk pemakaian kelompok bantuan diri dan dukungan
social
11) Memberikan informasi dan keahlian teknis
12) Model peran
13) Suplementasi peran
14) Pengajaran berbagai strategi, termasuk manajemen stress, modifikasi gaya hidup, dan
bimbingan antisipasi.

b. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan


Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan menurut UU (Pasal 63)
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan
status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat penyakit dan/atau akibat cacat, atau
menghilangkan cacat.
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan di fasilitas pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama,
tingkat kedua dan tingkat ketiga.Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan
ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

5. Trend dan Isu Keperawatan Keluarga Secara Global


a. Trend Keperawatan Keluarga secara Global
1) Meningkatnya jumlah profesional kesehatan yang mengakui bahwa pengalaman
bekerja secara internasional dapat memperluas keterampilan, pengetahuan, dan
kompetensi budaya mereka.
2) Meningkatnya permintaan untuk home care.
3) Ketersediaan petugas kesehatan termasuk perawatan yang terbatas untuk memberikan
perawatan dan peran yang kurang terampil.
4) Cakupan kesehatan universal meningkatkan kesetaraan akses ke perawatan kesehatan
berkualitas dan mengurangi hambatan finansial bagi mereka yang mungkin tidak
mampu membayar perawatan kesehatan.
5) Distribusi tenaga kesehatan yang tidak memadai.
6) Family-centered care (FCC).
7) Perawatan berbasis rumah sakit ke intervensi berbasis masyarakat dan rumah.
b. Isu Keperawatan Keluarga Secara Global
1) Pendekatan keperawatan keluarga perlu didalami lebih baik lagi.
2) Lingkup-aturan praktik dan hambatan profesional lainnya mencegah perawat
memaksimalkan efektivitasnya.
3) Perawat masa depan harus diharuskan untuk menanggapi prioritas kesehatan yang
baru muncul dan mengembangkan model perawatan.
4) Defisit dalam pengetahuan siswa keperawatan juga dapat dijelaskan oleh temuan
yang menunjukkan bahwa fakultas tidak merasa kompeten mengajar konten.
6. Trend dan Issue Keluarga Secara Nasional
a. Trend Keperawatan keluarga secara nasional
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017, prevalensi stunting di
dunia sekitar 150,8 juta balita, dan lebih dari dua juta anak dibawah umur 5 tahun
meninggal dunia karena stunting yang banyak disebabkan oleh praktik pemberian makan
yang buruk dan terjadinya infeksi berulang (WHO, 2011; UNICEF, 2008 dalam
Wijogowati, 2010). Indonesia menempati peringkat ketiga dengan negara prevalensi
stunting tertinggi di Asia Tenggara setelah Timor Leste dan India yaitu 29,6% pada tahun
2017 (Buletin Stunting, 2018).

Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI)


tahun 2016, masalah stunting akan menjadi masalah kesehatan masyarakat apabila
prevalensi mencapai 20% atau lebih. Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah
asupan gizi dari makanan yang disediakan dan pola pemberian makan oleh ibu. Dampak
yang akan ditimbulkan dari stunting yaitu tidak hanya secara fisik, tetapi juga kepada
fungsi kognitif yang akan terganggu yaitu berpengaruh terhadap IQ anak (Niga, 2016).

b. Issue Keperawatan keluarga secara nasional


Self-Awareness yang dalam bahasa Indonesia adalah kesadaran diri ialah
kesadaran seseorang yang mampu memahami, menerima, dan mengelola seluruh potensi
dalam diri untuk pengembangan hidup di masa depan (Goleman, 2007). Menurut Mayers
(2012) menyatakan bahwa self-awareness adalah perhatian yang terus menerus terhadap
keadaan batin individu. Kesadaran diri dalam pengendalian glikemik dapat membantu
seseorang mempertahankan status kesehatannya. Kesadaran diri ini dapat timbul dari
adanya pengetahuan yang cukup, dan akan terus berlanjut sebagai kehendak kuat yang
diterapkan pada perubahan perilaku penderita keluarga menjadi perilaku sehat (Sari,
2016).

7. Proses Keperawatan Keluarga


Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga
dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010).
Perawat harus dapat mengetahui apa saja tahapan dari proses keperawatan dimulai dari
pengkajian, perumusan masalah, dan asuhan keperawatan ini agar dapat mempermudah
dalam menjalankan asuhan keperawatan kepada klien atau keluarga. Tahap-tahap dalam
proses keperawatan ini saling bergantungan satu sama lainnya dan bersifat dinamis, dan
disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke tahap
yang lain.

8. Diagnosa dan Prioritas Keperawatan Keluarga


a. Diagnosa keperawatan keluarga: actual
Contoh: Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan anak balita T keluarga bapak N
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
kekurangan nutrisi.
b. Diagnosa keperawatan keluarga: resiko (ancaman)
Diagnosa keperawatan keluarga resiko dirumuskan apabila sudah ada data yang
menunjang namun belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah yang kurang
bersih, pola makan yang adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat, dsb.
Contoh:
1) Resiko gangguan perkembangan pada balita (anak P) keluarga bapak N berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi terhadap balita.
2) Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak N berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah komunikasi.
c. Diagnosa keperawatan keluarga: sejahtera (potensial)
Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera merupakan suatu keadaan dimana keluarga
didalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Rumusan
diagnosanya boleh tidak menggunakan etiologi.
Contoh:
1) Potensial peningkatan status kesehatan bayi (anak K) keluarga bapak K
2) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga
bapakA.
9. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan.
Tahap ini mempunyai beberapa kegiatan mulai dari memprioritaskan masalah keperawatan,
merumuskan tujuan, dan menyusun rencana tindakan keperawatan. Tahap ini merupakan
tahap yang penting karena sangat berkaitan dengan pelaksanaan tindakan keperawatan.
Setelah melakukan tindakan keperawatan keluarga, dilakukan penilaian untuk melihat
keberhasilannya. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tujuan umum dan khusus yang telah
dirumuskan dan bila belum atau tidak berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai.
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan
kesediaan keluarga. Evaluasi dapat dilaksanakan secara formatif dan sumatif.
Metode evaluasi yang digunakan hendaknya bervariasi, sesuai dengan tindakan yang
dilakukan. Hasil evaluasi dapat ditindaklanjuti dengan modifikasi atau terminasi. Terminasi
dilakukan jika keluarga telah mampu atau mandiri dan terminasi harus benar-benar disepakati
antara keluarga, perawat, dan tim kesehatan lainnya.

10. Keluarga Baru Menikah


Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing.Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak
keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya.
Tugas-tugas Keluarga Baru menikah
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB.
d. Menetapkan tujuan bersama
e. Mempersiapkan menjadi orangtua
f. Memahami perinatal care (pengertian kehamilan) persalinan dan menjadi orangtua

11. Keluarga Menanti Kelahiran


Perkembangan keluarga pada tahap awal ini adalah mulainya pembentukan keluarga
yang berakhir dengan lahirnya anak pertama. Pembentukan keluarga pada umumnya dimulai
dari perkawinan seorang laki-laki dengan perempuan serta berpindah dari status lajang ke
hubungan baru yang intim serta mulai meninggalkan keluarganya masing-masing. Pada
tahap ini pasangan belum mempunyai anak.
Tugas-tugas Keluarga Menanti kelahiran
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)
12. Keluarga dengan Anak Prasekolah
Menurut Indra (2016), tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orangtua beradaptasi terhadap kebutuhan-
kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya.
Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orangtua.
Tugas-tugas keluarga pada Anak Prasekolah
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bersalin, prifasi, keamanan
b. Mensosialisasikan anak
c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang
lain
d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan
hubungan orangtua dan anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas).

13. Keluarga dengan Anak Sekolah


Anak usia sekolah adalah periode kehidupan yang dimulai sejak usia 6 hingga 12
tahun. Periodeini berbeda antara anak satu dengan yang lain dikarenakan latar belakang
setiap anak yangberbeda. Anak usia sekolah memiliki berbagai karakteristik perkembangan
yang merupakanpeningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,
maturasi, serta pembelajaran.
Tugas-tugas Keluarga dengan Anak sekolah
a. Mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
c. Memenuhi kebutuhan fisik anggpta keluaga.

14. Keluarga pada Remaja dan Dewasa


Menurut WHO remaja adalah seorang anak yang berusia 12 – 24 tahun, namun
jika usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan bukan lagi
remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tapi masih tergantung pada orang tua
( tidak mandiri ) maka tetap dimasukkan dalam kelompok remaja ( Makfudli dan Ferry,
2013 ). Remaja merupakan tahapan seseorang dimana dia berada di antara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi
(Kemenkes 2013).
Tugas-tugas pada Remaja
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang
sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan oang. Hindari perdebatan,
permusuhan dan kecurigaan.
d. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

Tahap ini dimulai pada saat yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak
dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tatp tinggal bersama orangtua.
Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasikan kembali keluarga untuk tetap
berperan dalam melepas anak untuk hidup sendiri. Tugas-tugas Keluarga pada dewasa :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
15. Keluarga dengan Masalah kesehatan yang lazim pada anak
a. Gizi buruk
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya dibawah rata-rata. Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan
nutrisi seperti protein, karbonhidrat, lemak, dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.
Cara menilai status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran antropometrik, klinik,
biokimia, dan biofisik. Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5
tahun. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi. Anak
balita usia 12-59 bulan merupakan kelompok umur yang rawan terhadap gangguan
kesehatan dan gizi.
b. Diare
Diare merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian anak di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah
penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak. Diare adalah pengeluaran
feses yang konsistensinya lembek sampai cair dengan frekuensi pengeluaran feses
sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari. Diare dapat mengakibatkan demam, sakit perut,
penurunan nafsu makan, rasa lelah dan penurunan berat badan. Diare dapat
menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, sehingga dapat terjadi
berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik, kerusakan organ
bahkan sampai koma.
c. ISPA
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens ISPA di negara
berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah
15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Pada tahun 2010, jumlah kematian pada
balita Indonesia sebanyak 151.000 kejadian, dimana 14% dari kejadian tersebut
disebabkan oleh pneumonia (WHO, 2012).
Jenis kelamin balita yang menderita ISPA paling banyak berjenis kelamin laki-
laki tetapi perbedaan jumlahnya tidak terlalu signifikan, hal ini dikarenkan aktivitas anak
laki-laki yang lebih aktif bermain diluar bersama teman-temannya sehingga lebih mudah
terpapar faktor penyebab ISPA. Umur balita yang paling banyak menderita ISPA adalah
kebanyakan dibawah 5 tahun hal ini dikarenakan belum terbentuknya sistem imun secara
sempurna pada anak sehingga membuat balita sangat rentan terhadap paparan penyakit
yang ada disekitar lingkungan tempat tinggalnya.

16. Keluarga dengan Masalah yang Lazim Pada Remaja


a. Jerawat dan Penyakit Kulit lainnya
Jerawat atau yang dalam istilah medisnya disebut acne vulgaris, adalah kelainan
kulit yang ditandai peradangan kronis pada kelenjar minyak, ditandai dengan munculnya
komedo, benjolan kecil dengan ukuran bervariasi serta kadang-kadang disertai
pembentukan parut. Remaja juga sering menderita penyakit kulit lainnya seperti scabies,
jamuran, eksim/dermatitis.
b. Kelainan Mata
Pada remaja sering dijumpai kelainan penglihatan berupa rabun jauh, rabun dekat
ataupun astigmatisma. Kelainan-kelainan ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan
mata untuk berakomodasi.
c. Infeksi Menular seksual dan HIV/AIDS
Penyakit Menular Seksual biasanya dialami oleh remaja yang aktif secara seksual,
apakah itu sering gonta-ganti pacar/pasangan ataupun remaja yang sering menggunakan
jasa penjaja seks.
d. Kehamilan Tidak Dinginkan dan Aborsi
Kehamilan yang Tidak Diinginkan disebabkan oleh hubungan seks pranikah serta
pernikahan dini. Dampak langsungnya adalah meningkatnya tindakan aborsi kriminal.
Bila ini dilakukan pada bukan ahli kandungan akan bisa menyebabkan pendarahan,
infeksi bahkan kematian. Sekitar 16 juta anak perempuan berusia 15 sampai 19 tahun
melahirkan setiap tahun  atau sekitar 11% dari semua kelahiran di seluruh dunia.
e. Merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang menyebabkan kenikmatan bagi penikmatnya
diain pihak juga dapat merugikan kesehatan perokok dan orang-orang sekitarnya.
Merokok dapat menyebabkan risiko tekena penyakit saluran pernafasan, penyakit
jantung koroner, stroke dan lain-lain  Sebagian besar perokok di seluruh dunia dimulai
ketika mereka remaja. Sampai saat ini tercatat 150 juta orang remaja perokok. Jumlah ini
meningkat secara global, khususnya di kalangan wanita muda. Setengah dari para
perokok akan mati premature.
f. Ketergantungan NAPZA dan Bahaya Alkohol
Akibat pergaulan negatif remaja adalah terjerumusnya mereka pada
penyalahgunaan Narkotika, zat Psikoaktif dan Zat Aditif lainnya yang menyebabkan
ketergantungan.  Bahaya lainnya adalah alcohol, dimana pengaruh alcohol menyebabkan
kurangnya kesadaran dan hilangnya control diri sehingga sering melakukan perbauatan
berisiko seperti perkelahian, kecelakaan. Ketergantungan alcohol juga dapat
menyebabkan kematian.
g. Kecelakaan/ Trauma
Kecelakan biasanya adalah kejadian yang sering dialami oleh remaja terutama
sebagai akibat prilaku atau kenakalan remaja yang sering kebut-kebutan, tawuran dan
gagah-gagahan. Kecelakaan adalah penyebab utama kematian dan cacat di antara
remaja. Trauma luka lalu lintas di Jalan mengambil remaja sekitar 1 orang 000 setiap
hari.
h. Malnutrisi
Banyak remaja di negara berkembang masuk kategori kekurangan gizi, dengan
risiko rentan terhadap penyakit dan kematian dini. Sebaliknya, kelebihan berat badan
dan obesitas  semakin meningkat.
i. Kesehatan Mental
Sekitar 20% dari remaja akan mengalami masalah kesehatan mental, yang paling
sering depresi atau kecemasan. Risiko meningkat oleh pengalaman kekerasan,, devaluasi
penghinaan dan kemiskinan, dan bunuh diri merupakan salah satu penyebab utama
kematian pada orang muda.
j. Kekerasan
Kekerasan adalah salah satu penyebab utama kematian di kalangan anak muda,
terutama laki-laki: 565 diperkirakan merupakan orang-orang muda berusia 10 hingga 29
tahun meninggal setiap hari melalui kekerasan interpersonal. Membina hubungan antara
orang tua dan anak-anak sejak awal kehidupan merupakan hal terpenting untuk
mencegah prilaku kekerasan pada remaja.
17. Keluarga dengan Masalah yang Lazim Pada Lansia
a. Immobility (kurang bergerak)
1) Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
2) Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak
seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia.
3) Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus
menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan
sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.
4) Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur anti
dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.
b. Instability (Instabilitas dan Jatuh)
1) Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan kesadaran
mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
2) Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien misalnya
kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran,penglihatan, gangguan
keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko
ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai
licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat
terpeleset dll).
3) Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak,
sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.
4) Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh
adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh,
memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan
otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar
lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
c. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)
1) Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dikehendaki
dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan atau
kesehatan.
2) Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila penyakit yang
mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih, gangguan kesadaran, obat-
obatan, masalah psikologik dan skibala.
3) Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas : tipe urgensi yaitu keinginan
berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya  overaktifitas/kerja otot detrusor
karena hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat-obatan antimuskarinik
prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran
kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis
baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume
normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi
sumbatan/retensi urin.
4) Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera panggul, operasi
anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
5) Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering
mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
d. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan Delirium)
1) Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan
oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran
sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna.
2) Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup berkurangnya
kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang
lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya
aktivitas.
3) Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
4) Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai dengan
gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi
yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
5) Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka pendek,
gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi waktu,
tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan
melompat-lompat, gangguan siklus tidur.
e. Infection (infeksi)
1) Pada lanjut usia terdapat  beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya
tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.
2) Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu
badan yang rendah lebih sering dijumpai.
3) Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium
sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan
adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.

f. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatandan


penciuman)
1) Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan menyebabkan
pasien sulit untuk diajak komunikasi
2) Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan cara
memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi
koklea.
3) Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau komplikasi
dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan memakai alat bantu
kacamata atan dengan operasi pada katarak.
g. Isolation (Depression)
1) Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah
kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
peliharaan.
2) Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya
terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa
direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi.
Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan.
h. Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang  sekitar 25% pada usia 40-70 tahun.
Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit
mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup
dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.
i. Impecunity (Tidak punya penghasilan)
1) Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan
penghasilan.
2) Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan
hari tuanya.
3) Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti
interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia mengalami depresi.
j. Iatrogenic(penyakit karena pemakaian obat-obatan)
1) Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat
yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka
waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
2) Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat
tersebut yang dapat mengancam jiwa.
k. Insomnia(Sulit tidur)
1) Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang
lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan
insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak
juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya.
2) Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk
masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika
terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi
hari.
3) Agar bisa tidur :  hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu
tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore hari,
batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30
menit atau kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis
tagihan dan membaca.
l. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),Daya tahan tubuh menurun
bisa disebabkan oleh proses menua disertai penurunan fungsi organ tubuh,  juga
disebabkan penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang menurun.
m. Impotence(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual
pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon,
syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi.
n. Impaction (sulit buang air besar)
1) Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang
mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.
2) Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan, kotoran
dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi
penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.

Anda mungkin juga menyukai