NIM : 032017044
TUGAS : RANGKUMAN KEPERAWATAN KELUARGA
DOSEN : LINDAWATI SIMORANGKIR S.Kep NS M.Kep
Tahap ini dimulai pada saat yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak
dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tatp tinggal bersama orangtua.
Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasikan kembali keluarga untuk tetap
berperan dalam melepas anak untuk hidup sendiri. Tugas-tugas Keluarga pada dewasa :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
15. Keluarga dengan Masalah kesehatan yang lazim pada anak
a. Gizi buruk
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya dibawah rata-rata. Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan
nutrisi seperti protein, karbonhidrat, lemak, dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.
Cara menilai status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran antropometrik, klinik,
biokimia, dan biofisik. Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5
tahun. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi. Anak
balita usia 12-59 bulan merupakan kelompok umur yang rawan terhadap gangguan
kesehatan dan gizi.
b. Diare
Diare merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian anak di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah
penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak. Diare adalah pengeluaran
feses yang konsistensinya lembek sampai cair dengan frekuensi pengeluaran feses
sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari. Diare dapat mengakibatkan demam, sakit perut,
penurunan nafsu makan, rasa lelah dan penurunan berat badan. Diare dapat
menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, sehingga dapat terjadi
berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik, kerusakan organ
bahkan sampai koma.
c. ISPA
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens ISPA di negara
berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah
15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Pada tahun 2010, jumlah kematian pada
balita Indonesia sebanyak 151.000 kejadian, dimana 14% dari kejadian tersebut
disebabkan oleh pneumonia (WHO, 2012).
Jenis kelamin balita yang menderita ISPA paling banyak berjenis kelamin laki-
laki tetapi perbedaan jumlahnya tidak terlalu signifikan, hal ini dikarenkan aktivitas anak
laki-laki yang lebih aktif bermain diluar bersama teman-temannya sehingga lebih mudah
terpapar faktor penyebab ISPA. Umur balita yang paling banyak menderita ISPA adalah
kebanyakan dibawah 5 tahun hal ini dikarenakan belum terbentuknya sistem imun secara
sempurna pada anak sehingga membuat balita sangat rentan terhadap paparan penyakit
yang ada disekitar lingkungan tempat tinggalnya.