Anda di halaman 1dari 15

NOTULENSI SMALL GROUP DISCUSSION

KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun Oleh
Kelompok 14

Asprilla Fernando 1810913210025


Antung Jahra Fauziah 1810913320020
Cemberlee S Wambrauw 1810913720004
Nurhaliza Maharani Ashar 1810913320020
Siti Amalia 1810913320001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
1. KONSEP KELUARGA SEJAHTERA
1.1 Definisi Keluarga Sejahtera
Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang
layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi,
selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).
Menurut BKKBN pengertian keluarga sejahtera adalah keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan anggotanya, baik kebutuhan sandang, pangan, perumahan,
social dan agama; keluarga yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan
keluarga dengan jumlah anggota keluarga, keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan
kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah
khusus disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.

1.2 Indikator Dan Tingkatan Keluarga Sejahtera


a. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya (basic need) secara minimal seperti kebutuhan akan spiritual, pangan,
sandang, papan, kesehatan dan KB. Indikator Keluarga Pra Sejahtera meliputi:
1) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota
keluarga.
2) Seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih dalam sehari.
3) Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda untuk
aktivitas (misalnya di rumah, bekerja, sekolah dan bepergian).
4) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
5) Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke
sarana kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera 1
Keluarga Sejahtera 1 yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan
tempat tinggal dan transportasi. Keluarga Sejahtera 1 yakni keluarga yang
kebutuhan dasar telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum
terpenuhi. Indikator Keluarga Sejahtera 1 sebagai berikut:
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
2) Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan atau telor.
3) Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu
stel pakaian baru.
4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m untuk tiap pengguna rumah.
5) Seluruh anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir.
6) Paling kurang satu anggota keluarga yang umurnya diatas 15 tahun punya
penghasilan tetap.
7) Seluruh anggota keluarga yang berusia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf
latin.
8) Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah.
9) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasangan usia subur memakai alat
kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
c. Keluarga Sejahtera Keluarga Sejahtera yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan
keluarganya. Indikator Keluarga Sejahtera meliputi:
1) Keluarga mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
2) Keluarga mempunyai tabungan.
3) Keluarga biasanya makan bersama minimal sekali dalam sehari.
4) Turut serta dalam kegiatan masyarakat.
5) Keluarga mengadakan rekreasi bersama minimal sekali dalam 6 bulan.
6) Keluarga dapat memperoleh berita dari surat kabar/ radio/ televisi/ majalah.
7) Anggota keluarga dapat menggunakan sarana transportasi.
8) Memberikan sumbangan secara teratur dan sukarela untuk kegiatan social
masyarakat dalam bentuk materi.
9) Aktif sebagai pengurus yayasan/instansi.

1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan


a. Faktor Internal
1) Jumlah Anggota Keluarga Zaman sekarang tuntutan keluarga semakin
meningkat, tidak hanya cukup dengan kebutuhanprimer (sandang, pangan,
papan, pendidikan) tetapi kebutuhan lainnya seperti hiburan, rekreasi, sarana
ibadah, sarana untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan ini
akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam
keluarga sedikit.
2) Tempat TinggalSuasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan
keluarga. Tempat tinggal yang diatur sesuai selera keindahan, bersih, aman
akan menimbulkan suasana yang tenang. Sebaliknya tempat tinggal yang
tidak teratur dan kotor tidak jarang akan menimbulkan suasana kebosanan.
Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga karena
tidak memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat tempat tinggal yang
membuat kacaunya pikiran.
3) Keadaan Sosial Ekonomi KeluargaKeadaan sosial dalam keluarga dapat
dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-
benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.
Manifestasi daripada hubungan hubungan yang benar-benar didasari
ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling
hormat menghormati, toleransi, bantu membantu dan saling mempercayai.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat
meningkatkan taraf hidup anggota keluarga. Semakin banyak sumber
keuangan atau pendapatan yang diterima maka akan meningkatkan taraf
hidup keluarga. Adapun sumber keuangan/pendapatan dapat diperoleh dari
menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb (BKKBN, 2015).
b. Faktor Eksternal
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangkan agar tidak
terjadi kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga karena hal ini
dapat mengganggukenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga. Faktor
yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa atau ketentraman batin anggota
keluarga yang datang dari luar lingkungan keluarga antara lain:
1) Faktor ManusiaIri hati dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
2) Faktor Alam Bahaya alam, kerusuhan, dan berbagai macam virus penyakit.
3) FaktorEkonomi NegaraPendapatan tiap penduduk atau income perkapita
rendah, inflasi. (BKKBN, 2015)

2. KONSEP KELUARGA MANDIRI


2.1 Pengertian Konsep Keluarga Mandiri
Menurut Depkes (2006), keluarga mandiri merupakan kemampuan keluarga
dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, hal ini di perlukan agar keluarga tau
tentang kesehatan keluarga. Hal itu sangat diperlukan agar keluarga bisa mandiri
dalam upaya pemeliharaan kesehatan di dalam keluarga.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010). Sedangkan
menurut Depkes RI (1998), keluarga sebagai unit terkecil masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal dalam satu rumah dalam keadaan
saling ketergantungan.

2.2 Penilaian Kemandirian Keluarga


Penilaian Kemandirian Keluarga Menurut Makhfudli (2009:188), kemandirian
keluarga dalam program Perawatan Kesehatan dibagi menjadi empat tingkat dari
keluarga mandiri tingkat satu (paling rendah) sampai keluarga mandiri tingkat empat
(paling tinggi).
a. Keluarga Mandiri Tingkat I
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
b. Keluarga Mandiri Tingkat II
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
4) Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara aktif.
5) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
c. Keluarga Mandiri Tingkat III
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
4) Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara aktif.
5) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
d. Keluarga Mandiri Tingkat IV
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
4) Memanfaatkan fasilitas kesehatan secara aktif.
5) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. - Psikoterapi
individual.
6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif. - Rehabilitasi psikiatri.
7) Melaksanakan tindakan promotif secara akti aktiif - Latihan keterampilan
sosial.

2.3 Indikator Keluarga Mandiri


Keluarga mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan tingkat
kemandirian keluarga. Kemandirian keluarga berorientasi pada lima fungsi keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatannya yaitu :
1) Mampu mengenal masalah kesehatannya.
2) Mampu mengambil keputusan tepat untuk mengatasi kesehatannya.
3) Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk anggota keluarga yang
memerlukan bantuan keperawatan.
4) Mampu memodifikasi lingkungan sehingga menunjang upaya peningkatan
kesehatan.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluarga Mandiri


a. Sosial Ekonomi :
Karena status sosial ekonomi keluarga membentuk gaya hidup keluarga status ini
juga merupakan faktor yang sangat kuat didalam nilai keluarga, nilai ini dominan
dari masyarakat berbeda-beda. Terkait dengan dimensi waktu, keluarga miskin
lebih berorientasi pada masa kini daripada kelas menengah.
Diantara beberapa keluarga miskin misalnya waktu dan perjanjian dipersiapkan
sebagai sesuatu yang fleksibel artinya kegiatan dimulai jika semua orang yang
terlibat sudah sampai sebaliknya keluarga kelas memengah, menganut nilai waktu
yang dominan dan mengharapkan ketepatan waktu serta ketrampilan manajemen
waktu yang baik (Friedman, 1998:186).
b. Etnis
Latar belakang etnik memberikan perbedaan yang besar dalam memandang
pentingnya suatu nilai dalam keluarga. Contohnya: keluarga irlandia- amerika
menempatkan nilai yang tinggi pada kemandirian. Kebudayaan irlandia penuh
dengan ungkapan yang menggambarkan pentingnya tersebut anda sudah
merapikan tempat tidur, yang mengungkapkan arti bahwa anggota keluarga yang
sudah menikah tidak boleh membawa masalah rumah tangga mereka kepada orang
tua. Sebaliknya, keluarga Italia-Amerika akan sulit mebayangkan ungkapan
tersebut (Friedman, 1998:338).
c. Letak Geografis
Dalam hal tempat tinggal penduduk desa versus kota, penduduk desa cenderung
lebih tradisional dan konservatif daripada penduduk urban dan sub urban.
Masyarakat suburban sebagian menengah, dan biasanya lebih mendukung nilai
kebudayaan kelas menengah penduduk urban. Sebaliknya , masyarakat urban,
teridiri dari beragam macam populasi, pada umumnya terdiri dari keluarga yang
berasal dari beragam kelas social , dan dari bermacam etnik serta kelompok rasial,
jadi keluarga urban biasanya menunjukkan perbedaan nilai yang besar, meskipun
secara umum cenderung memilih pandangan social dan politik yang lebih liberal
(Friedman, 1998:340).
d. Perbedaan generasi
Variable lain yang mempengaruhi nilai dan norma keluarga adalah pada generasi
manakah anggota tersebut hidup. Contohnya di amerika serikat ada system nilai
generasi . kebanyakan nilai inti juga dapat berubah karena pergeseran nilai yang
berlaku dalam masyarakat (Fridman, 1998:340).

3. KONSEP KELUARGA SEHAT


3.1 Definisi
Keluarga adalah Lembaga yang merupakan unit terkecil dari masyarakat.
Keluarga sehat adalah suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik secara fisik, mental,
dan sosial yang kemudia memungkinkan terciptanya keluarga utuh agar bisa hidup
normal secara sosial maupun ekonomi. Sehat adalah suatu keadaan dinamis dimana
individu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan internal dan eksternal
untuk mempertahankan keadaan sehatnya. derajat kesehatan tidak hanya ditentukan
oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih dominan justru adalah kondisi lingkungan
dan perilaku masyarakat (Kementrian Kesehatan RI, 2016).
Keluarga Sehat adalah suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik secara fisik,
mental, dan sosial  yang kemudian memungkinkan terciptanya keluarga utuh agar bisa
hidup normal secara sosial maupun ekonomi. Didalam keluarga nantinya akan terjalin
hubungan yang bersifat multifungsional yang didalamnya akan terdapat banyak
interkasi. Interasksi tersebut adalah hubungan antara suami dan istri, orangtua dan
anak, serta adik dan kakak. (Notoatmodjo,2010)
3.2 Ciri-ciri Keluarga Sehat
- Sehat badan dan jiwa
- Tercukupinya makanan bergizi
- Terciptanya lingkungan bersih
- Interaksi sosial dengan etika dan hukum (Achjar,2011)

3.3 Indikator keluarga sehat


Menurut Peraturan Kemenkes RI No.39 tahun 2016 tentang pedoman
penyelenggaraan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga, ada 12
indikator utama yang ditetapkan sebagai penanda status Kesehatan Keluarga, yaitu :
1) mengikuti Keluarga Berencana (KB),
2) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
3) Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
4) Memberi bayi ASI Ekslusif,
5) Memantau pertumbuhan pada balita,
6) Penderita TB mendapatkan pengobatan sesuai standar
7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok,
10) Keluarga menjadi anggota JKN,
11) Menggunakan jamban sehat,
12) Menggunakan air bersih

3.4 Tugas keluarga dalam pemeliharaan Kesehatan :


1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya;
2) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat;
3) Memberian perawatan kepada anggota keluarga yang sakit;
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya;
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.

Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dapat dilakukan


oleh Puskesmas bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk pihak akdemisi akan
berjalan dengan baik, bila dilaksanakan dengan langkah-langkah persiapan yang
meliputi:
1) sosialisasi,;
2) pengorganisasian;
3) pembiayaan; dan
4) persiapan pendataan (Kemenkes RI, 2016).

3.5 Karakteristik Keluarga Sehat


1) Anggota keluarga berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya, mereka
berinteraksi berulang kali dalam berbagai konteks.
2) Keluarga sehat dapat menentukan prioritas. Anggota keluarga memahami
bahwa kebutuhan keluarga merupakan prioritas.
3) Keluarga sehat saling menguatkan, mendukung dan menghormati antar anggota
keluarga.
4) Anggota keluarga memiliki hubungan peran yang fleksibel, membahi kekuatan,
menanggapi perubahan, mendukung pertumbuhan dan otonomi anggota kelarga
lainnya, dan mengikutsertakan dalam pembuatan keputusan yang berdampak
pada mereka.
5) Keluarga mengajarkan tentang nilai-nilai dan kepercayaan keluarga, sosial serta
agama.
6) Keluarga sehat bertanggung jawab dan menghargai tugas anggota keluarga
lainnya.
7) Keluarga sehat memiliki selera bermain dan bercanda untuk menghabiskan
waktu luang mereka.
8) Keluarga sehat memiliki kemampuan mengatasi stres dan krisis yang
merupakan hasil positif dari koping. Mereka tahu kapan harus mencari bantuan
dari ahlinya.

4. FUNGSI KELUARGA
4.1 Pengertian Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah ukuran dari bagaimana sebuah keluarga beroperasi
sebagai unit dan bagaimana anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Hal ini
mencerminkan gaya pengasuhan, konflik keluarga, dan kualitas hubungan
keluarga. Fungsi keluarga mempengaruhi kapasitas kesehatan dan kesejahteraan
seluruh anggota keluarga (Families, 2010).

4.2 Macam-macam Fungsi Keluarga


Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya antara lain (Wirdhana et al.,
2013) :
a. Fungsi Keagamaan
Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak mengenal,
menanamankan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai
agama, sehingga bisa menjadi insan-insan yang agamis, berakhlak baik
dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada seluruh anggota
keluarganya dalam mengembangkan kekayaan sosial budaya bangsa
yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
c. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap
hubungan suami dengan istri, orang tua dengan anak-anaknya, anak
dengan anak, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga
keluarga menjadi tempat utama bersemainya kehidupan yang penuh
cinta kasih lahir dan batin.
d. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya dalam
menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi
setiap ]anggota keluarganya.
e. Fungsi Reproduksi
Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan keturunannya
yang sudah menjadi fitrah manusia sehingga dapat menunjang
kesejahteraan umat manusia secara universal.
f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Fungsi keluarga dalam memberikan peran dan arahan kepada
keluarganya dalam mendidik keturunannyasehingga dapat menyesuaikan
kehidupannya di masa mendatang.
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagaiunsur pendukung kemandirian dan ketahanan
keluarga.
h. Fungsi pembinaan lingkungan
Fungsi keluarga dalam memberi kemampuan kepada setiap anggota
keluarganya sehingga dapat menempatkan diri secara serasi, selaras, dan
seimbang sesuai dengan aturan dan daya dukung alam dan lingkungan
yang setiap saat selalu berubah secara dinamis.

5. STRUKTUR KELUARGA
5.1 Pengertian
Struktur keluarga adalah gambaran bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat
5.2 Macam macam struktur
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah
b. Matrilineal adalah keluarga sedarahbyang terdiri dari sanak keluarga sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri
e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri
5.3 Ciri – ciri
a. Pola Komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2)
selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak
mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga
berfungsi untuk :
1) Karakteristik pengirim :
 Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat.
 Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
 Selalu meminta dan menerima umpan balik.
2) Karakteristik penerima :
 Siap mendengarkan.
 Memberi umpan balik.
 Melakukan validasi
b. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individuuntuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain kearah positif
1) Siapa pembuat keputusan
2) seberapa penting keputusan atau issue di keluarga seperti anggaran
keluarga, yang memutuskan pindah kerja dan tempat tinggal, yang mengatur
disiplin dan aktivitas anak.
3) Bagaimana teknik pengambilan keputusan dengan konsensus, tawat
menawar, kompromi dsb.
4) Dalam kekuatan dasar adakah anggota keluarga dapat mengambil
keputusan, siapa yang memiliki kekuatan mengatur.
c. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan.Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi
individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak, dan sebagainya.
Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu
dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana
atau malah berdiam diri dirumah.
1) Formal : peran dan posisi formal setiap anggota keluarga, gambarkan
bagaimana anggota keluarga melaksanakan perannya masing-masing
2) Apakah ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan terhadap
perannya, jika dibutuhkan dapatkah peran berlaku fleksibel. Jika ada
masalah dalam peran siapa yang mempengaruhi anggota keluarga, siapa yang
memberikan mereka rasa dan nilai tentang informal dan peran yang tidak
jelas apa yang ada di keluarga, bagaimana anggota keluarga melaksanakan
perannya.
3) Apakah anggota keluarga konsisten dengan peran yang dilakukannya
4) Apakah sudah sesuai posisi keluarga dengan peran yang
dilaksanakannya, tujuan anggota melaksanakan perannya masing-masing,
kalau peran tidak terlaksana siapa yang biasanya melaksanakan peran
tersebut sebelumnya, dan apa pengaruh bagi anggota keluarga dalam
melaksanakan perannya.
5) Analisa model peran : siapa yang menjadi model yang dapat mempengaruhi
anggota dalam melakaukan perannya, siapa yang memberikan pengaruh
terhadap perkembangan anggota keluarga, pengalaman baru, peran, dan
teknik komunikasi, siapa yang dapat dijadikan model peran oleh
pasangan baru (yang pernah menjadi orang tua).
6) Variabel yang mempengaruhi struktur peran; pengaruh sosial; ekonomi
terhadap anggota keluarga dalam menjalankan peran formal dan
informal, pengaruh budaya terhadap struktur peran dari anggota keluarga,
pengaruh perkembangan dan tahap siklus kehidupan seperti apakah sesuai
peran yang dilakukan oleh anggota keluarga dengan tahap
perkembangannya, bagaimana pengaruh kesehatan terhadap pelaksanaan
peran keluarga, bagaimana anggota keluarga beradaptasi dengan perannya
yang baru, apakah ada konflik peran atau stress dalam menjalankan peran,
bagaimana keluarga beradaptasi dengan kehilangan perannya.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadarnatau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.
 Nilai-nilai kebudayaan yang dominan dianut oleh keluarga, nilai inti
seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemajuan dan
penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran-kegemaran
keluarga, keluarga sebagai pelindung kesehatan bagi keluarga, apakah ada
kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan komunitas yang lebih luas,
apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai subsistem
keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai terhadap keluarga, apakah
keluarga menganut nilainilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada
konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai-
nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.
REFERENSI

Rohimah, Siti, dan Tika Sastraprawira. 2019. Pencapaian Indikator Keluarga Sehat Desa
Saguling kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis. Jurnal keperawatan Galuh Vol.1 No.1.
Universitas Galuh Ciamis.

Shabrina, Wirdaliani, dan Fithria. 2017. Indikator Keluarga Sehat. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Vol.2 No.3. Universitas Syiah Kuala

Sahar J, Setiawan A, Riasmini N M. 2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga,


1 st Indonesia Edition, Elsevier Singapore.

Achjar, K. A. 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai