Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERWATAN KELUARGA

"KELUARGA SEJAHTERA"

Dosen pembimbing :

Sudaryanto, S.kep.NS.MKM

Disusun Oleh :

Ayer Indarto

142022030319

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH KUDUS

2022

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien
(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan
keperawtan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan
perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau keluarganya. Secara
empiris hubungan antara kesehatan anggota keluarga terhadap kualitas
kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga Sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup dan memiliki hubungan yang sama, selaras dan
seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Keluarga
inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Secara umum
diketahui bahwa pengalaman orang tua berkembang dari tahun ke tahun, di
mana seorang anak bertumbuh dewasa dan orang tua menjadi semakin tua,
akan tetapi teori dan metodologi yang cukup memadai dalam perkembangan
perspektif tugas orang tua masih harus dibuktikan dan dapat diterima.
Program pembagunan keluarga sejahtera semakin mendapat pijakan yang
kuat dengan diundangkannya UU No 10 tahun 1992 tetang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Kemudian sekitar satu
setengah tahun kemudian yaitu pada 29 juni 1993 presiden mencanangkan
bahwa setiap tanggal 29 juni sebagai “Hari Keluarga Nasional (Harganas)”, dan
digariskan oleh president saat itu bahwa keluarga dikembangkan menjadi
wahana pembangunan bangsa. Dengan penetapan ini, maka dikembangkan
kebijakan strategis yang diperlukan untuk mengembangkan keberhasilan
Gerakan Keluarga Berencana lebih lanjut menjadi “Gerakan Pembangunan
Keluarga Sejahtera” seacara lengkap. Selaras dengan hal tersebut diterbitkan
keputusan presiden (Keppres) No. 109 Tahun 1993 tentang BKKBN, dimana
dengan Keppres tersebut, organisasi BKKBN mengalami perombakan sesuai
dengan tugas barunya.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari kesejahteraan ?
2. Apakah definisi keluarga sejahtera ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan ?
4. Bagaimana tahapan-tahapan keluarga sejahtera ?
5. Bagaimana pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera ?
6. Bagaimana peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari kesejahteraan.
2. Menjelaskan definisi keluarga sejahtera.
3. Menjelaskan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesejahteran.
4. Menjelaskan tahapan-tahapan keluarga sejahtera.
5. Menjelaskan pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera.
6. Menjelaskan peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kesejahteraan
Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :
1) “Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan
tentram”. (Depdiknas, 2001:1011)
2) “Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki
hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja,
melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang
berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman
hidup.

B. Definisi Keluarga Sejahtera


Konsep Keluarga Sejahtera menurut UU No.10 tahun 1992 adalah keluarga
yang dibentuk atas dasar perkawinan yang syah mampu memenuhi kebutuhan
hidup spiritual dan material yang layak. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
memiliki hubungan serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga
dengan masyarakat dan lingkungannya (A. Mungit, 1996). Sedangkan BKKBN
merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan anggotannya baik kebutuhan sandang, pangan,
perumahan, sosial dan agama, keluarga yang mempunyai keseimbangan antara
penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga, keluarga yang dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan
masyarakat sekitar, beribadah khusuk disamping terpenuhinya kebutuhan
pokok.
Tujuan dibentuk keluarga sejahtera adalah untuk meningkatkan pengetahuan
kelurga tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan kemampuan
keluarga dalam menganalisis potensi peluang yang dimiliki, untuk meningkatkan
kemampuan masayarakat dalam memecahkan masalahnya secara mandiri, dan
untuk meningkatkan gotong royong dan kesetiakawanan sosial dalam
membantu keluarga prasejahtera untuk meningkatkan kesejahteraanya.

4
C. Factor-faktor yang mempengaruhi kesejahteran
1. Faktor intern keluarga
a. Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat
tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan,
pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti
hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan
lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan
dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
b. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga.
Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan
penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan
mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang
tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati.
Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang
disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman
dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal.
c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat
adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga
dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik
dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara
anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar
didasari ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan
adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan
saling mempercayai.
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang
dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula
cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994: 18-21). Jadi semakin banyak
sumber-sumber keuangan/ pendapatan yang diterima, maka akan
meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/
pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain
diluar berdagang, dan sebagainya.

5
2. Faktor ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya
kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di
hindarkan, karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan
kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin
anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
a. Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
b. Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
c. Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita
rendah, inflasi. (BKKBN, 1994 : 18-21)

D. Tahap-tahap keluarga sejahtera


Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar,
kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasinya
di masyarakat, serta memperhatikan perkembangan Negara Indonesia menuju
Negara Industri, maka Negara Indonesia menginginkan menginginkan
terwujudnya keluarga sejahtera. Di Indinesia keluarga dikelompokkan menjadi 5
tahap yaitu :
1. Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih 5
kebutuhan dasar (kebutuhan dasar belum sepenuhnya terpenuhi) yaitu:
a. Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing
anggota keluarga.
b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih.
c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk
aktifitas di rumah, bekerja, sekolah, dan berpergian.
d. Lantai rumah terluas bukan lantai tanah.
e. Bila anak dan atau pasangan usia subur ingin KB di bawa ke sarana
kesehatan.
2. Keluarga sejahtera I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya. Pada Keluarga Sejahtera I kebutuhan dasar sampai dengan 5
telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologisnya belum terpenuhi
yaitu:

a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secar teratur.

6
b. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan
daging/ikan/telur.
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru pertahun.
d. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter panjang untuk tiap penghuni
rumah.
e. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan
sehat.
f. Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun keatas berpenghuni
tetap.
g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis
huruf latin.
h. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah saat ini.
i. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia
subur memakai KB.
j. kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
3. Keluarga sejahtera II
Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. Pada Keluarga
Sejahtera II, kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (1 s/d 14
terpenuhi), namun kebutuhan pengembangan belum sepenuhnya terpenuhi
anatara lain :
a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
b. Sebagian dari penghasilan dapat disisikan untuk tabungan keluarga.
c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan
itu dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya
e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah oaling kurang 1 X / 6
bulan.
f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar / radio / TV / majalah.
g. Anggota keluarga mampu menggunakkan sarana transportasi sesuai
kondisi daerah.
4. Keluarga sejahtera III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
dasar, sosial psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum

7
dapat memberikan sumbangan yanag teratur bagi masyarakat, seperti
sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Pada Keluarga Sejahtera III, kebutuhan fisik, sosial psikologis dan
pengembangan telah terpenuhi (1 s/d 21 terpenuhi), namun kepeduliaan
sosial belum terpenuhi yaitu:
a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materil
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengururs
perkumpulan / yayasan / institusi masyarakat
5. Keluarga sejahtera III plus
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
dasar, sosial psikologis dan pengembangannya telah terpenuhi serta
memiliki kepeduliaan sosial yang tinggi (1 s/d 23 terpenuhi).
Menurut BKKBN (1999), tahapan keluarga dapat diukur berdasarkan tingkat
kesejahteraanya, yaitu sebagai berikut :
a) Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama,
pangan sandang, papan dan kesehatan
b) Keluarga sejahtera tahap I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
sosial psikologis (social psychological need), seperti kebutuhan terhadap
pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan terhadap tempat tinggal, dan transportasi
c) Keuarga sejahtera tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar dan
seluruh kebutuhan psikologis, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan perkembangannya (developmental needs), seperti kebutuhan
untuk menabung dan memperoleh informasi
d) Keluarga sejahtera tahap III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
dasar, krbutuhan sosial-psikologis, dan kebutuhan perkembangan, namun
belum dapat memberikan sumbanagan (kontribusi) yang maksimal
terhadap masyarakat. Misalnya, secara teratur (waktu tertentu)
memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk
kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif

8
dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan
sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya.
e) Keluarga sejahtera tahap III plus
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya,
baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang bersifat
pengembangan serta dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.
f) Keluarga Miskin
BKKBN mendefinisikan Kemiskinan adalah keluarga miskin prasejahtera
tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya, tidak mampu makan
2 kali sehari, tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja dan
bepergian, bagian terluas rumah berlantai tanah dan tidak mampu
membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan. Pengertian keluarga
miskin ini didefinisikan lebih lanjut menjadi :
a. paling kurang sekali sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan
atau telur.
b. Setahun sekali seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang
satu stel pakaian baru.
c. luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni.

E. Pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera


Peraturan Pemerintah No.21 tahun 1994 pasal 2, menyatakan bahwa
penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui
pembangunan kualitas keluarga dan keluarga berencana yang diselenggarakan
secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga
Bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera,
bertaqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa, sehat, produktif, mandiri, dan memiliki
kemampuan untuk membangun diri sendiri dan lingkungan.
Pokok-pokok kegiatan :
1. Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan pertumbuhan dan
pengembangan perilaku usaha dan tenaga terampil sehingga dapat
melakukan usaha ekonomi produktif untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera.
Bentuk kegiatan pembinaan ketahan fisik keluarga adalah sebagai berikut :
a. Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap prilaku usaha
ketrampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan, magang, studi
banding dan pendampingan sehingga dapat melakukan usaha ekonomi
produktif untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera

9
b. Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha: melalui Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
c. Pembinaan pemodalan, melalui tabungan, Takesra, kredit dan Kukesra
(Kredit keluarga sejahtera) pembinaan pemasaran, melalui kerjasama
dengan para pengusaha dan sektor terkait
d. Pembinaan produksi, dengan bimbingan dalam memilih dan
memanfaatkan alat teknologi tepat guna yang diperlukan dalam
produksi
e. Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sektor terkait
koperasi
f. Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerjasama dengan
Departemen Koperasi
g. Pengembanganjaringan usaha, khusunya bekerja sama dengan
Departemen Koperasi dan PPKM
2. Pembinaan ketahanan non fisik keluarga
Tujuan :
a) Peningkatan kualitas anak
b) Pembinaan kesehatan reproduksi remaja
c) Peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Ynag Maha Esa
Bentuk kegiatan ketahan nonfisik keluarga adalah sebagai berikut :
a. Bina keluarga balita
Pembinaan terhadap orangtua anak balita agar pertumbuhan dan
perkembangan anaknya optimal secara fisik dan mental melalui
kelompok dengan bantuan alat permainan edukatif (APE)
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui :
1) Pusat-pusat konsultasi remaja
2) Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren, kelompok-
kelompok
3) Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka dan lain-lain
4) Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dan penyuluhan melalui
media massa
c. Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok Bina Keluarga Lansia
(BKL)
d. Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagi berikut :
1) Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara
2) Beasiswa supersemar

10
3) Satuan Karya Pramuka Berencana (Saka Kencana) kegiatan
lomba-lomba
3. Pelayanan keluarga berencana
a. Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan perubahan
perilaku masyarakat dalam pelaksanaan KB
b. Pelayan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi,
pelayanan kesehatan reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain yang
ada hubungannya dengan reproduksi
4. Pendataan keluarga sejahtera
Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan Keluarga Sejahtera
setiap tahun antara bulan Januari sampai Maret, dilakukan pendataan
keluarga untuk mengetahui pencapaian keluarga berencana dan tahapan
keluarga sejahtera
Friedman (1981) membagi lima tugas kesehatan yang harus dilakukan
oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatana setiap anggotannya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale-balik antara keluarga lembaga-
lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan
dengan baik

F. Peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera


Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan
sejahtera tahap I. Di dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat
mempunyai beberapa peran antara lain :
1. Pemberi informasi
Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala
sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.
2. Penyuluh
Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang
kesehatan dan tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus
memberikan penyuluhan baik kepada perorangan dalam keluarga ataupun
kelompok dalam masyarakat.

11
3. Pendidik
Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu,
keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan
tersebut perawat hares mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan selalu
memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.
4. Motivator
Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku
positif dalam kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih
berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan sebagai motivator.
5. Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib
bagi setiap perawat untuk memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan
kepada keluarga khususnya untuk yang belum pernah menggunakan sarana
pelayanan kesehatan dan pada keadaan salah satu/lebih anggota keluarga
perlu dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait. Adakalanya masalah
kesehatan yang ditemukan bukanlah disebabkan oleh faktor penyebab yang
murni dari kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor lain. Dalam hal ini
perawat harus menghubungi sektor terkait.
7. Pemberi pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi
Asuhan Keperawatan yang profesional kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Pelayanan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbataan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan
yang dilakukan bersifat "promotif', `preventif', "curatif' serta "rehabilitatif'
melalui proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan
masalah secara ilmiah dan terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses.
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara profesional, artinya tindakan,
pelayanan, tingkah laku serta penampilan dilakukan secara sungguh-
sungguh dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan, bekerja keras
dalam penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS ".
8. Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan
kekuatan mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya
9. Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data
yang akurat dan dapat dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-peran
tersebut di atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau bersama-sama
tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.

12
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan
anggotannya baik kebutuhan sandang, pangan, perumahan, sosial dan agama,
keluarga yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan keluarga dengan
jumlah anggota keluarga, keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan
anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah
khusuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.
Tujuan dibentuk keluarga sejahtera adalah untuk meningkatkan pengetahuan
kelurga tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan kemampuan
keluarga dalam menganalisis potensi peluang yang dimiliki, untuk meningkatkan
kemampuan masayarakat dalam memecahkan masalahnya secara mandiri, dan
untuk meningkatkan gotong royong dan kesetiakawanan sosial dalam
membantu keluarga prasejahtera untuk meningkatkan kesejahteraanya.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin
anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
1. Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
2. Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
3. Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita
rendah, inflasi.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, para perawat mampu mengetahui konsep
keluarga sejahtera dengan baik dan mampu mengaplikasikannya dengan lancar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga. Jogjakarta: Graham ilmu

Sudiharto. 2007. Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan


transkultural. Jakarta: EGC

BKKBN, Pendataan Keluarga.

14

Anda mungkin juga menyukai