Anda di halaman 1dari 14

KONSEP KELUARGA SEJATERAH

DISUSUN KELOMPOK V:

1.GLORIA FLORIS TOPAKE

NIM: 19010013

2. FAHRI M.LAMBANA

NIM: 19010009

3.ANGGELINA TOPAO

NIM:19010003

DOSEN PENGGAMPUH MK :

Ns.FAUZIAH H.TAMBUALA.,M,Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUSADA MANDIRI POSO

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur,terima kasih kami ucapkan atas pimpinan serta berkatnya yang telah
mempermudahkan kami dalam menyusun makalah ini. Sehingga akhirnya terselesaikan tepat
waktu . tampa pimpinan tuhan, kami bukanlah siapa-siapa,selain itu kami juga mengucapkan
banyak terima kasih untuk orang tua ,keluarga serta teman-teman yang sudah mendukung serta
membantu kami, sehingga tugas kami ini boleh terselesaikan dengan baik.

Dalam makalah ini banyak yang akan kami sampaikan kepada teman-teman pembaca sekalian,
mengenai “KONSEP KELUARGA SEJATERAH” Dengan adanya makalah ini di harapkan
dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan dan doa untuk terselesaikannya makalah ini. Seperti kata
pepatah, “Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman,
dosen dan para pembaca sekalian demi penyempurnaan makalah ini. Demikian sedikit
kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat.

Poso, 17 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman judul………………………………………………………………

Kata pengantar ………………………………………………………………

Daftar isi ……………………………………………………………………

Bab I Pendahuan ……………………………………………………………

1.1 Latar belakang……………………………………………………………

1.2 Rumusan masalah ………………………………………………………

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………

Bab II Pembahasan …………………………………………………………

2.1 Devinis kesejaterah……………………………………………………………

2.2 devinisi keluarga sejaterah …………………………………………………….

2.3 tujuan keluarga sejaterah…………………………………………………….

2.4 karakteristik keluarga sejaterah………………………………………………

2.5 klasifikasi keluarga sejaterah

Bab III Penutup ………………………………………………………………………..

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….

3.2 Saran……………………………………………………………………….

Daftar Pustaka…………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien (penerima) asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan asuhan keperawatan yang
diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawtan di rumah sakit akan
menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik dan benar
oleh klien atau keluarganya. Secara empiris hubungan antara kesehatan anggota keluarga
terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan.

Keluarga Sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi


kebutuhan hidup dan memiliki hubungan yang sama, selaras dan seimbang antar anggota
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak. Secara umum diketahui bahwa pengalaman orang tua
berkembang dari tahun ke tahun, di mana seorang anak bertumbuh dewasa dan orang tua
menjadi semakin tua, akan tetapi teori dan metodologi yang cukup memadai dalam
perkembangan perspektif tugas orang tua masih harus dibuktikan dan dapat diterima.

Program pembagunan keluarga sejahtera semakin mendapat pijakan yang kuat dengan
diundangkannya UU No 10 tahun 1992 tetang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera. Kemudian sekitarsatu setengah tahun kemudian yaitu
pada 29 juni 1993 presiden mencanangkan bahwa setiap tanggal 29 juni sebagai “Hari
Keluarga Nasional (Harganas)”, dan digariskan oleh president saat itu bahwa keluarga
dikembangkan menjadi wahana pembangunan bangsa. Dengan penetapan ini, maka
dikembangkan kebijakan strategis yang diperlukan untuk mengembangkan keberhasilan
Gerakan Keluarga Berencana lebih lanjut menjadi “Gerakan Pembangunan Keluarga
5Sejahtera” seacara lengkap. Selaras dengan hal tersebut diterbitkan keputusan presiden
(Keppres) No. 109 Tahun 1993 tentang BKKBN, dimana dengan Keppres tersebut,
organisasi BKKBN mengalami perombakan sesuai dengan tugas barunya.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian dari kesejateraan?


b. Apakah devinisi keluarga sejaterah?
c. Apa saja klasifikasi keluarga sejaterah?
d. Apa saja karakterisrik keluarga sejaterah?

1.3 Tujuan
a. menjelaskan pengertian dari kesejateraan
b. menjelaskan definisi keluarga sejaterah
c. menjelaskan klasifikasi keluarga sejaterah
d. menjelaskan karakteristik keluarga sejaterah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Devinisi kesejateraan


Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :
1) “Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”.
(Depdiknas, 2001:1011)
2) “Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar
anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara
keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju
keselamatan dan ketentraman hidup.

2.2 Devinisi keluarga sejaterah


Konsep Keluarga Sejahtera menurut UU No.10 tahun 1992 adalah keluarga yang
dibentuk atas dasar perkawinan yang syah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
material yang layak. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki hubungan serasi,
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (A.
Mungit, 1996). Sedangkan BKKBN merumuskan pengertian keluarga sejahtera sebagai
keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan anggotannya baik kebutuhan sandang, pangan,
perumahan, sosial dan agama, keluarga yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan
keluarga dengan jumlah anggota keluarga, keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan
kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah
khusuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.
Tujuan dibentuk keluarga sejahtera adalah untuk meningkatkan pengetahuan kelurga
tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
menganalisis potensi peluang yang dimiliki, untuk meningkatkan kemampuan masayarakat
dalam memecahkan masalahnya secara mandiri, dan untuk meningkatkan gotong royong
dan kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga prasejahtera untuk meningkatkan
kesejahteraanya.
2.3 Tujuan Keluarga Sejaterah
Tujuan dibentuk keluarga sejaterah adalah untuk meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menganalisis
potensi peluang yang dimiliki, untuk meningkatkan kemampaun masyarakat dalam memecahkan
masalah secara mandiri, untuk meningkatkan gotong royong kesetia kawanan social dalam
membentuk keluarga pra sejaterah untuk meningkatkan kesejateraannya dan untuk
mengembangkan keluarga agar timbul rasa seorang pria, tentram dan harapan masa depan yang
lebih baik merupakan salah satu pembentuk ketahanan keluarga dalam membagun keluarga
sejaterah.

2.4 Klasifikasi Keluarga Sejaterah


Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan
psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasinya di masyarakat, serta
memperhatikan perkembangan Negara Indonesia menuju Negara Industri, maka Negara
Indonesia menginginkan menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera. Di Indinesia
keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap yaitu :
1. Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih 5 kebutuhan dasar
(kebutuhan dasar belum sepenuhnya terpenuhi) yaitu:
a. Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing anggota keluarga.
b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih.
c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk aktifitas di
rumah, bekerja, sekolah, dan berpergian.
d. Lantai rumah terluas bukan lantai tanah.
e. Bila anak dan atau pasangan usia subur ingin KB di bawa ke sarana kesehatan.
2. Keluarga sejahtera I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya. Pada Keluarga
Sejahtera I kebutuhan dasar sampai dengan 5 telah terpenuhi namun kebutuhan sosial
psikologisnya belum terpenuhi yaitu:

a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secar teratur.


b. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan daging/ikan/telur.
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru
pertahun.
d. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter panjang untuk tiap penghuni rumah.
e. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.
f. Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun keatas berpenghuni tetap.
g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis huruf latin.
h. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah saat ini.
i. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai
KB.
j. kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
3. Keluarga sejahtera II
Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya,
juga telah dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi. Pada Keluarga Sejahtera II, kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah
terpenuhi (1 s/d 14 terpenuhi), namun kebutuhan pengembangan belum sepenuhnya
terpenuhi anatara lain :
a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
b. Sebagian dari penghasilan dapat disisikan untuk tabungan keluarga.
c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya
e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah oaling kurang 1 X / 6 bulan.
f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar / radio / TV / majalah.
g. Anggota keluarga mampu menggunakkan sarana transportasi sesuai kondisi
daerah.
4. Keluarga sejahtera III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial
psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan
yanag teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan. Pada Keluarga Sejahtera III, kebutuhan fisik, sosial
psikologis dan pengembangan telah terpenuhi (1 s/d 21 terpenuhi), namun kepeduliaan
sosial belum terpenuhi yaitu:
a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan
bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materil
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengururs perkumpulan /
yayasan / institusi masyarakat
5. Keluarga sejahtera III plus
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangannya telah terpenuhi serta memiliki kepeduliaan sosial
yang tinggi (1 s/d 23 terpenuhi).
Menurut BKKBN (1999), tahapan keluarga dapat diukur berdasarkan tingkat
kesejahteraanya, yaitu sebagai berikut :
a) Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar (basic needs)
secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, pangan sandang, papan dan
kesehatan
b) Keluarga sejahtera tahap I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis (social
psychological need), seperti kebutuhan terhadap pendidikan, keluarga berencana,
interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan terhadap tempat tinggal, dan
transportasi
c) Keuarga sejahtera tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar dan seluruh
kebutuhan psikologis, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
perkembangannya (developmental needs), seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi
d) Keluarga sejahtera tahap III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
krbutuhan sosial-psikologis, dan kebutuhan perkembangan, namun belum dapat
memberikan sumbanagan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat. Misalnya,
secara teratur (waktu tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material dan
keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif
dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial,
keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya.
e) Keluarga sejahtera tahap III plus
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang
bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta dapat pula
memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
f) Keluarga Miskin
BKKBN mendefinisikan Kemiskinan adalah keluarga miskin prasejahtera tidak dapat
melaksanakan ibadah menurut agamanya, tidak mampu makan 2 kali sehari, tidak
memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja dan bepergian, bagian terluas rumah
berlantai tanah dan tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan.
Pengertian keluarga miskin ini didefinisikan lebih lanjut menjadi :
a. paling kurang sekali sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan atau telur.
b. Setahun sekali seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru.
c. luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni.
2.5 Karakteritik Keluarga Sejaterah
1. Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang
terdiri dari suami, istri, dan beberapa orang anak, baik karena kelahiran natural
maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin)
Merupakan satu unit kelurga tempat asal seseorang dilahirkan.
3. Keluarga besar (Extended family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek,
nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,
keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).
4. Keluarga berantai (social family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda
Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
7. Keluaga kohabitasi (cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di
Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur.
Namun, lambat laun keluarga kohabitasi mulai dapat diterima.
8. Keluarga inses (incest family)
Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat
dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan
menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki,
paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah
dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak
lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin
besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak
dan elektronik.
9. Keluarga tradisional dan nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh
perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh
keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak dari hasil perkawinan atau adopsi.
Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal disebuah asrama.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan anggotannya baik
kebutuhan sandang, pangan, perumahan, sosial dan agama, keluarga yang mempunyai
keseimbangan antara penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga, keluarga yang
dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan
masyarakat sekitar, beribadah khusuk disamping terpenuhinya kebutuhan pokok.
Tujuan dibentuk keluarga sejahtera adalah untuk meningkatkan pengetahuan kelurga
tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
menganalisis potensi peluang yang dimiliki, untuk meningkatkan kemampuan masayarakat
dalam memecahkan masalahnya secara mandiri, dan untuk meningkatkan gotong royong
dan kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga prasejahtera untuk meningkatkan
kesejahteraanya.

3.2 Saran
Perubahan-perubahan perlu segera dilakukan khususnya dalam menambah
wawasan pengetahuan keperawatan sebagai upaya peningkatan mutu Asuhan Keperawatan
kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Dengan adanya makalah ini, kami harap agar
para pembaca mampu mengetahui konsep keluarga sejahtera dan mampu
mengaplikasikannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga. Jogjakarta: Graham ilmu

Sudiharto. 2007. Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan transkultural.


Jakarta: EGC

BKKBN, Pendataan Keluarga.

https://www.academia.edu/6089728/Makalah_Keluarga_Sejahtera

https://dokumen.tips/documents/makalah-siap-konsep-keluarga-sejahtera1.html

https://www.google.com/search?q=konsep+keluarga+sejahtera&client=ucweb-b&channel=sb

Anda mungkin juga menyukai