Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Konseling keluarga

Di susun oleh :
 Feby meilani
 Dendy subagja
 Sahril sidik
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang maha kuasa, atas berkat dan rahmat
yang telah dilimpahkan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Konseling
Keluarga dengan judul Fungsi, Bimbingan Konseling Dan Dasar Pembentukan
Keluarga.
          Dan terima kasih kami ucapkan kepada dosen Pembimbing kami, juga
terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
          Alhamdulillah penulis telah berusaha untuk menyajikan kata demi
kata,kalimat demi kalimat hingga paragraf menjadi makalah yang telas
tersusun secara sederhana namun singkat,padat dan jelas.
           Mudah-mudahan upaya kecil kami ini dapat menjadi sebuah perubahan
yang besar untuk  kita semua, Amin.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Keluarga........................................................................... 2
B.     Fungsi Keluarga................................................................................. 4
C.     Asumsi Dasar Pembentukan Keluarga............................................... 6
D.    Tujuan Konseling Keluarga.................................................. ............. 7
BAB III PENUTUP
A.    Kseimpulan......................................................................................... 9
B.     Saran................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pada dasarnya setiap manusia mendambakan hubungan keluarga yang
harmonis karena hal ini sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan
yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup.
Setiap keluarga selalu mendambakan terciptanya keluarga bahagia dan tidak
jarang setiap keluarga mengusahakan kebahagiaan dengan berbagai jalan dan
upaya. Bahkan mereka menempa anak-anaknya agar mampumempersiapkan
diri dalam membentuk kehidupan dalam berkeluarga yang bahagia, sesuai
dengan apa yang didambakan orang tuanya.
Meniti pada hal tersebut, maka perlu adanya perluasan layanan utamanya
pada layanan bimbingan dan konseling keluarga sebagai salah satu teknik
peberian bantuan yang diberikan konselor kepada anggota-anggota
keluarganya yang bermasalah, dengan tujuan agar mereka dapat memecahka
sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi, yang pada gilirannya anggota-
anggota keluarga tersebut dapat kembali menjadi well adjusted person dan
keluarga sebagai suatu system social kembali menjadi harmonis dan
fungsional. Berdasar pada keinginan dasar manusia untuk mencapai keluarga
yang harmonis, maka penulis berusaha mendeskripsikan bimbingan dan
konseling keluarga serta bagaimana keluarga bahagia itu.
B. Rumusan Masalah.
1.              Apa Pengertian keluarga?
2.              Apa Fungsi keluarga?
3.              Asumsi dasar bimbingan dan pembentukan keluarga?
4.              Tujuan bimbingan dan konseling keluarga?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga
Prayitno dan Erman Anti  bimbingan dan konseling keluarga,
sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, pelayanan trsebut telah
dimulai sejak pertengahan tahun 1940-an dan sejak tahun 1980-
an pelayanan yang menangani permasalahan dalam keluarga itu
tampak berkembang dengan cepat. Pelayanan tersebut
ditujukan kepada seluruh anggota keluarga yang
memerlukannya.
Bimbingan dan konseling keluarga ditujukan kepada seluruh
anggota keluarga yang memrlukannya, segenap fungsi, jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya
dapat diterapkan dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan
masing-masing karakteristik anngota keluarga yang memerlukan
pelayanan itu. Masalah-masalahumum yang dibawa ke konseling
pada dasarnya mengenai hubungan dalam keluarga, ketidak
jujuran, ditinggalkan oleh suami/istri, harapan palsu, diabaikan
mertua/iapar, perbedaan pribadi, kesukaran seks, keuangan dan
kezalaiman.
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berperan dapat
bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena
terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri
sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan
berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk
memuliakan masing-masing anggotanya.
Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya
perkawinan pria dan wanita. Bahwa menurut beliau keluarga
merupakan manifestasi daripada dorongan seksual sehingga
landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami
isteri.Dhurkeim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga
sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan lingkungan.
Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang
sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat.
Sehingga keluarga itu terbagi menjadi dua, yaitu:
1.              Keluarga Kecil atau “Nuclear Family”
Keluarga inti adalah unit keluarga yang terdiri dari suami, isteri,
dan anak-anak mereka yang kadang-kadang disebut juga sebagai
“conjugal” family.
2.              Keluarga Besar “Extended Family”
Keluarga besar didasarkan pada hubungan darah dari sejumlah
besar orang, yang meliputi orang tua, anak, kakek-nenek, paman,
bibi, keponakan, dan seterusnya. Unit keluarga ini sering disebut
sebagai ‘conguine family’ (berdasarkan pertalian darah).
Adapun konsep dasar dari pelayanan konseling keluarga adalah
untuk membantu keluarga menjadi bahagia dan sejahtera dalam
mencapai kehidupan  efektif sehari-hari. Konseling keluarga
merupakan suatu proses interaktif untuk membantu keluarga
dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau seimbang
sehingga semua anggota keluarga bahagia.
Ikatan bathin merupakan ikatan yang bersifat  psikologis.
Maksudnya diantara suami dan istri harus saling mencintai satu
sama lain, tidak ada paksaan dalam menjalani perkawinan.
Kedua ikatan, yaitu ikatan lahir dan bathin merupakan tuntutan
dalam perkawinan yang sangat mempengaruhi  keutuhan sebuah
keluarga. Beberapa karakteristik keluarga bahagia yang menjadi
tujuan dari konseling keluarga antara lain:
(1)     menunjukkan penyesuaian yang tinggi.
(2)     menunjukkan kerja sama yang tinggi.
(3)     mengekspresikan perasaan cinta kasih sayang, altruistik
dan teman sejati dengan sikap dan kata-kata (terbuka).
(4)     tujuan keluarga difokuskan kepada kebahagiaan anggota
keluarga.
(5)     menunjukkan komunikasi yang terbuka, sopan, dan positif.
(6)     menunjukkan budaya saling menghargai dan memuji.
(7)     menunjukkan budaya saling membagi.
(8)     kedua pasangan menampilkan emosi yang stabil, suka
memperhatikan kebutuhan orang lain, suka mengalah, ramah,
percaya diri, penilaian diri yang tinggi.
(9)     komunikasi terbuka dan positif.
Pada umumnya masalah-masalah yang muncul dalam keluarga
adalah berkenaan dengan:
(1)   Masalah hubungan sosial-emosional antar anggota keluarga.
(2)   Masalah hubungan antar keluarga.
(3)   Masalah ekonomi.
(4)   Masalah pekerjaan.
(5)   Masalah pendidikan.
(6)   Masalah kesehatan.
(7)   Masalah seks.
(8)   Masalah keyakinan atau agama.
B. FUNGSI KELUARGA
A. Pengertian fungsi keluarga
Fungsi keluarga adalah  suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-
tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.
B. Macam-macam fungsi keluarga.
Pekerjaan - pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu
dapat digolongkan ke dalam beberapa fungsi, yaitu:
1) Fungsi Biologis
Persiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang-orang tua
bagi anak anaknya dapat berbentuk antara lain pengetahuan
tentang kehidupan sex bagi suami isteri, pengetahuan untuk
mengurus rumah tangga bagi  isteri, tugas dan kewajiban bagi
suami, memelihara pendidikan bagi anak-anak dan lain-lain.
Setiap manusia pada hakiaktnya terdapat semacam  tuntutan
biologis bagi kelangsungan hidup keturunannya, melalui
perkawinan.
2) Fungsi Pemeliharaan.
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya
dapat terlindung dari gangguan-gangguan.
3) Fungsi Ekonomi
Keluarga berusaha menyelenggarakan  kebutuhan pokok
manusia, yaitu:
a)         Kebutuhan makan dan minum.
b)        Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya.
c)         Kebutuhan tempat tinggal.
Berhubungan dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok
ini maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras   supaya
setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup
pakaian serta tempat tinggal.
4) Fungsi Keagamaan
Keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta
mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai
manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5) Fungsi Sosial.
Dengan fungsi ini kebudayaan yang diwariskan itu adalah
kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua, yaitu ayah dan
ibu, diwariskan kepada anak-anaknya dalam bentuk antara lain
sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik
burukna perbuatan dan lain-lain.
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-
anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan
nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta
mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka
jalankan kelak bila dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang
disebut dengan istilah sosialisasi.
Keberadaan sebuah keluarga pada hakikatnya untuk memenuhi
fungsi-fungsi sebagai berikut :
(1)     fungsi kasih sayang, yaitu memberikan cinta kasih sayang,
cinta teman sejati.
(2)     fungsi ekonomi.
(3)     fungsi status.
(4)     fungsi pendidikan.
(5)     fungsi perlindungan.
(6)     fungsi keagamaan.
(7)     fungsi rekreasi.
(8)     fungsi pengaturan seks.
C. Asumsi Dasar pembentukan Konseling Keluarga
Adapun inti dari pelaksanaan konseling keluarga sebagai salah
satu layanan profesional dari seorang konselor didasari oleh
asumsi dasar sebagai berikut:
(1)   Terjadinya perasaan kecewa, tertekan atau sakitnya seorang
anggota keluarga bukan hanya disebabkan oleh dirinya sendiri,
melainkan oleh interaksi yang tidak sehat dengan anggota
keluarga yang lain.
(2)   Ketidak tahuan individu dalam keluarga tentang peranannya
dalam menjalani kehidupan keluarga.
(3)   Situasi hubungan suami-isteri dan antar keluarga lainya.
(4)   Penyesuaian diri yang kurang sempurna dalam sebuah
keluarga sangat mempengaruhi situasi psikologis dalam keluarga.
(5)   Konseling keluarga diharapkan mampu membantu keluarga
mencapai penyesuaian diri yang tinggi diantara seluruh anggota
keluarga.
(6)   Interaksi kedua orang tua sangat mempengaruhi hubungan
semua anggota keluarga.
D. Tujuan Konseling Keluarga
Tujuan dari konseling keluarga pada hakikatnya merupakan
layanan yang bersifat profesional yang bertujuan untuk
mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
(1) Membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa
dinamika keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan antar
anggota keluarga.
(2) Membantu anggota keluarga dapat menerima kenyataan
bahwa bila salah satu anggota keluarga mengalami masalah, dia
akan dapat memberikan pengaruh, baik  pada persepsi, harapan,
maupun interaksi dengan anggota keluarga yang lain.
(3) Upaya melaksanakan konseling keluarga kepada anggota
keluarga dapat mengupayakan tumbuh dan berkembang suatu
keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga.
(4) Mengembangkan rasa penghargaan diri dari seluruh anggota
keluarga kepada anggota keluarga yang lain.
(5) Membantu anggota keluarga mencapai kesehatan fisik agar
fungsi keluarga menjadi maksimal.
(6) Membantu individu keluarga yang dalam keadaan sadar
tentang kondisi dirinya yang bermasalah, untuk mencapai
pemahaman yang lebih baik tentang dirinya sendiri dan nasibnya
sehubungan dengan kehidupan keluarganya.
Agar mampu  mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, maka
seorang konselor keluarga hendaknya memiliki kemampuan
sebagai berikut:
(1) Memiliki kemampuan berfikir cerdas, berwawasan yang luas,
serta komunikasi yang sesuai dengan penerapan moral dengan
penerapan teknik-teknik konseling.
(2) Etika professional, yakni kemampuan memahami dan
bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah pelayanan konseling yang
dipadukan dalam hubungan pelayanan konseling terhadap
anggota keluarga.
(3) Terlatih dan terampil dalam melaksanakan konseling
keluarga.
(4) Mampu menampilkan ciri-ciri karakter dan kepribadian untuk
menangani interaksi yang kompleks pasangan yang sedang
konflik dan mendapatkan latihan untuk memiliki keterampilan
khusus.
(5) Memiliki pengetahuan yang logis tentang hakikat keluarga
dan kehidupan berkeluarga.
(6) Memiliki jiwa yang terbuka dan fleksibel dalam melaksanakan
konseling keluarga.
(7) Harus obyektif setiap saat dalam menelaah dan menganalisa
masalah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prayitno dan Erman Anti  bimbingan dan konseling keluarga,
sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, pelayanan trsebut telah
dimulai sejak pertengahan tahun 1940-an dan sejak tahun 1980-
an pelayanan yang menangani permasalahan dalam keluarga itu
tampak berkembang dengan cepat. Pelayanan tersebut
ditujukan kepada seluruh anggota keluarga yang
memerlukannya.
Adapun konsep dasar dari pelayanan konseling keluarga adalah
untuk membantu keluarga menjadi bahagia dan sejahtera dalam
mencapai kehidupan efektif sehari-hari. Konseling keluarga
merupakan suatu proses interaktif untuk membantu keluarga
dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau seimbang
sehingga semua anggota keluarga bahagia.
Fungsi-fungsi keluarga yaitu Fungsi biologis, Fugsi pemeliharaan,
Fungsi ekonomi, Fungsi keagamaan, dan Fungsi sosial.
B. Saran
Penulis minta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu
tidak lain karena keterbatasan kemampuan penulis sebagai
seorang manusia biasa, tentunya untuk lebih meningkatkat
kualitas pada makalah berikutnya penulis penuh berharap atas
saran dan kritik dari para sahabat/i dan bapak ibu dosen
pengampu.
DAFTAR PUSTAKA

Abu bakar M.luddin.(2009).dasar - dasar konseling, Jakarta:


Citapustaka media perintis.
D.gunarsa Y.singgih.(1995).psikologi untuk membimbing. Jakarta:
gunung mulia.
Hendri novi.(1998).Psikologi dan konseling  keluarga. Medan:
Citapustaka.
Lumongga namora.(2011).memahami dasar-dasar konseling.
Jakarta: Prenada Media Group.
Mahmud, Alimuddin dan Sunarty, Kustiah. (2006). Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling Keluarga. Makassar: Samudra Alif-
MIM.

Anda mungkin juga menyukai