Anda di halaman 1dari 14

Konsep Keluarga Sejahterah

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dan program Pembangunan jangka
panjang tahap II Pelita VI bahwa pembangunan ditujukan untuk peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia seutuhnya yang maju dan mandiri.
Pembangunan manusia seutuhnya dimulai sejak saat pembuahan dan berlangsung sepanjang masa
hidupnya dan tidak dapat dilepaskan dari seluruh segi kehidupan keluarga di mana ia dibesarkan.

Pembangunan masyarakat sangat tergantung kepada kehidupan keluarga yang menjadi


bagian inti dari masyarakat itu, sehingga keluarga memiliki nilai strategis dalam pembangunan
nasional serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya. Masalah yang kita hadapi
saat ini masih banyaknya keluarga di Indonesia ini yang berada dalam kondisi prasejahtera, adalah
kewajiban kita semua untuk meningkatkan mereka sehingga mencapai keluarga sejahtera. Untuk
mewujudkan tujuan pembangunan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya pembinaan keluarga dari
berbagai aspek kehidupan termasuk segi kesehatannya. Perawat dengan perannya sebagai tenaga
kesehatan yang profesional mempunyai andil yang cukup besar dan sangat diharapkan dalam
mewujudkan upaya pembinaan keluarga tersebut sehingga terciptalah suatu keluarga sejahtera yang
pada akhirnya akan membentuk masyarakat dan Negara yang sejahtera pula.

B. TUJUAN

Mengetahui pengertian sejahtera

Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kesejahteraan


Mengetahui tahapan-tahapan kesejahteraan

Mengetahui peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera

Mengetahui masalah dan tindak lanjut

C. RUMUSAN MASALAH

Apa yang dimaksud sejahtera?

Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi kesejahteraan?

Bagaimana tahapan-tahapan kesejahteraan?

Bagaimana peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera?

Apa saja masalah dan bagaimana tindak lanjutnya?


BAB II

ISI

KONSEP KELUARGA KESEJAHTERAAN

A. PENGERTIAN SEJAHTERA

Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :

Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram. (Depdiknas,
2001:1011)

Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa,
memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan. (BKKBN,1994:5)

Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus
secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju
keselamatan dan ketentraman hidup.

B. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN

1. Faktor intern keluarga

a. Jumlah anggota keluarga

Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya cukup
dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi
kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan lingkungan
yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam
keluarga sejumlah kecil.

b. Tempat tinggal

Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan tempat


tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana
yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur,
tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan
antara anggota keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman
dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal.

c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.

Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan sosial
dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada
hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota
keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa penuh
kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan
saling mempercayai.

d. Keadaan ekonomi keluarga.

Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat meningkatkan
taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi
semakin banyak sumber-sumber keuangan/ pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan
taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh dari
menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.

2. Faktor ekstern

Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya kegoncangan dan
ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan, karena hal ini dapat menggagu
ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.

Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota keluarga
yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:

Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.

Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi. (BKKBN,
1994 : 18-21)

C. TAHAPAN-TAHAPAN KESEJAHTERAAN

1. Keluarga pra sejahtera

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal,
seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.

Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga

Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari.

Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah atau berpergian.

Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.

Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi
lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah
terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:

Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.

Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru pertahun

Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah

Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat

Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.

Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.

Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini


Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang
hamil)

3. Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah dapat
memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.

Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d n telah
terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:

Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.

Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.

Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk
berkomunikasi antar anggota keluarga.

Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.

Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.

Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.

Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi daerah.

4. Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur
bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah
terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum yaitu:

Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan
sosial/masyarakat dalam bentuk material.

Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yayasan atau
instansi masyarakat. (BKKBN,1994:21-23).
Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan (pangan, sandang, dan papan) yang
harus dipenuhi dengan kekayaan atau pendapatan yang dimiliki barulah dikatakan makmur dan
sejahtera

D. PERAN PERAWAT DALAM PEMBINAAN KELUARGA SEJAHTERA

Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan sejahtera tahap I. Di
dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat mempunyai beberapa peran antara lain :

1. Pemberi informasi

Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala sesuatu, khususnya yang
berkaitan dengan kesehatan.

2. Penyuluh

Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang kesehatan dan tertarik untuk
melaksanakan maka perawat harus memberikan penyuluhan baik kepada perorangan dalam keluarga
ataupun kelompok dalam masyarakat.

3. Pendidik

Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga dan masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Untuk
mencapai tujuan tersebut perawat hares mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan selalu
memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.

4. Motivator

Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku positif dalam kesehatan,
harus terus didorong agar konsisten dan lebih berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan
sebagai motivator.

5. Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib bagi setiap perawat untuk
memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan kepada keluarga khususnya untuk yang belum pernah
menggunakan sarana pelayanan kesehatan dan pada keadaan salah satu/lebih anggota keluarga perlu
dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait. Adakalanya masalah kesehatan yang ditemukan
bukanlah disebabkan oleh faktor penyebab yang murni dari kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor
lain. Dalam hal ini perawat harus menghubungi sektor terkait.

7. Pemberi pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan Keperawatan
yang profesional kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbataan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat
"promotif', `preventif', "curatif' serta "rehabilitatif' melalui proses keperawatan yaitu metodologi
pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah dan terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses.
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta
penampilan dilakukan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan,
bekerja keras dalam penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS ".

8. Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan kekuatan mereka untuk
memenuhi kebutuhan kesehatannya

9. Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data yang akurat dan dapat
dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara
terpisah atau bersama-sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.

E. MASALAH DAN TINDAK LANJUT

Kenyataan, dalam melaksanakan perannya sebagai pembina keluarga sejahtera masih banyak
ditemukan hambatan/masalah antara lain :

a. Faktor Keluarga :

Keluarga menolak kehadiran perawat

Ketidak-percayaan masyarakat terhadap perawat

Adat istiadat

Ekonomi

Dan lain-lain.

b. Faktor Perawat

Secara kuantitas jumlah perawat masih kurang


Secara kualitas, belum optimal Hal ini terjadi karena "basic" pendidikan perawat yang berbeda-beda,
kemauan menambah ilmu pengetahuan masih kurang, kepercayaan diri yang kurang.

Terlalu muda khususnya bagi perawat yang ada di desa (PKD) sehingga sering diabaikan oleh
masyaakat

Kompensasi yang berlebihan dengan rasa sesama Corps ("ESPRIT DE CORPS") yang kurang.

Masih ada perawat yang bekerja di luar wewenangnya sebagai perawat

Dan lain-lain.

Untuk menanggulangi masalah/hambatan di atas, khususnya ditujukan kepada diri sendiri


(perawat) antara lain :

1. Interospeksi, yaitu menilai, mengevaluasi diri sendiri, kelemahan dan kekuatan yang dimiliki,
kesempatan apa yang bisa diraih/diperoleh dan tantangan apa yang akan dihadapi.

2. Perubahan perilaku untuk maju dan berkembang dengan kemauan yang keras untuk menambah ilmu
pengetahuan

3. Menunjukkan "eksistensi" perawat sebagai "mitra dokter" Menyadari dan mencari upaya-upaya
koordinasi dan kolaborasi Meningkatkan rasa sesama Corps

4. Dan yang terpenting adalah "menghargai diri sendiri"

5. Perubahan pendidikan keperawatan

6. Mentaati kode etik keperawatan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara operasional Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN telah menyusun rumusan


kualitas kehidupan keluarga yang diukur dari tingkat kemampuan setiap keluarga untuk memenuhi
kebutuhan anggota keluarganya. Rumusan tahapan kualitas keluarga tersebut adalah sebagai berikut
:

1. Tahap prasejahtera

2. Keluarga sejahtera tahap I


3. Keluarga sejahtera tahap II

4. Keluarga sejahtera tahapIII

B. SARAN

Perubahan-perubahan perlu segera dilakukan khususnya dalam manajemen keperawatan


sebagai upaya peningkatan mutu Asuhan Keperawatan kepada individu, keluarga maupun
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

http://tripunk.blogdetik.com/?p=103

statistikaterapan.files.wordpress.com/.../pengertian-keluarga-sejahtera...
Indikator Keluarga Sejahtera
Terakhir diperbaharui pada 29 Oktober 2015 oleh Candra Wiguna

Berdasarkan Undang-undang No 10 Tahun 1992, keluarga


di Indonesia dapat dibagi berdasarkan tingkat kesejahteraannya, dan untuk melakukan
pembagian tersebut diperlukan indikator-indikator yang sifatnya valid, sederhana dan mudah
diamati sekalipun oleh kader-kader di desa yang umumnya pengetahuannya masih sederhana.

Berikut ini merupakan pembagian keluarga berdasarkan tingkat kesejahteraan serta indikator
yang menjadi syarat atau ukurannya:

1. Keluarga Pra-Sejahtera

Keluarga Pra-Sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya. Adapun indikatornya yaitu ada salah satu atau lebih dari indikator Keluarga
Sejahtera I (KS I) yang belum terpenuhi.

2. Keluarga Sejahtera Tingkat I (KS I)

Keluarga Sejahtera I (KS I) adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya dalam hal sandang, pangan, papan, dan pelayanan kesehatan yang sangat dasar.
Indikatornya adalah sebagai berikut:

1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah


2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.
3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah,
dan bepergian
4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah
5. Bila anak sakit dibawa ke sarana/petugas kesehatan atau diberi pengobatan modern.

3. Keluarga Sejahtera Tingkat II (KS II)

Keluarga Sejahtera II (KS II) adalah keluarga yang selain dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya, juga dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, namun belum dapat
memenuhi kebutuhan pengembangannya. Indikator yang digunakan adalah lima indikator
pertama pada indikator Keluarga Sejahtera I (indikator 1-5), serta ditambah indikator sebagai
berikut:

6. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur teratur menurut agama yang
dianutnya masing-masing
7. Paling kurang sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk
pauk
8. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu setel pakaian baru setahun
terakhir.
9. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap penghuni rumah
10. Seluruh anggota keluarga dalam satu bulan terakhir dalam keadaan sehat sehingga
dapat melaksanakan tugasnya masing-masing
11. Paling kurang satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas telah memiliki
pekerjaan tetap
12. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-16 tahun telah mampu membaca tulisan
latin
13. Seluruh anak yang berusia 6-15 tahun sedang bersekolah saat ini
14. Anak hidup paling banyak 2 orang, atau bila anak lebih dari 2 orang maka keluarga
yang masih merupakan pasangan usia subur (PUS) sedang menggunakan kontrasepsi
saat ini

4. Keluarga Sejahtera Tingkat III (KS III)

Keluarga Sejahtera III (KS III) adalah keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimum, kebutuhan sosial psikologisnya, dan sekaligus juga dapat memenuhi kebutuhan
pengembangannya, namun belum aktif dalam usaha kemasyarakatan dalam lingkungan desa
atau wilayahnya. Apapun indikator yang harus dipenuhi yaitu indikator 1-14 pada Keluarga
Sejahtera II serta ditambah indikator sebagai berikut:

15. Upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahuan agama


16. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga
17. Keluarga biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari
18. Keluarga biasanya ikut seraya dalam kegiatan masyarakat dalam lingkungan tepat
tinggal
19. Keluarga mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang sekali dalam tiga
bulan
20. Keluarga dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/majalah
21. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan
kondisi daerah setempat

5. Keluarga Sejahtera Tingkat III Plus (KS III Plus)

Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimum, kebutuhan dasar psikologis, kebutuhan pengembangan, dan
sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif mengikuti gerakan
semacam itu. Adapun syarat agar dapat dikatakan sebagai Keluarga Sejahtera III Plus adalah
mampu memenuhi indikator 1-21 ditambah indikator sebagai berikut:

22. Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan bagi kegiatan
sosial masyarakat dalam bentuk materi
23. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan, yayasan,
atau institusi masyarakat lainnya
Penerima Kartu Keluarga Sejahtera Dapat
Rp 200 Ribu/Bulan, Ini Detailnya
- detikNews

Share 0 Tweet Share 0 0 komentar

Jakarta - Selain Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) bagi masyarakat miskin,
Presiden Joko Widodo meluncurkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang tadinya dikenal sebagai
Kartu Perlindungan Sosial (KPS). Apa guna KKS dan bagaimana cara mendapatkannya?

Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) menggunakan anggaran sebesar Rp 6,2 triliun dan setiap keluarga
akan mendapatkan Rp 200 ribu per bulan. Kartu ini akan diisi setiap 2 bulan.

Sebelumnya, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga bernah meluncurkan Kartu
Perlindungan Sosial dalam rangka Program Percepatan dan Perluasan Sosial (P4S). Dengan memiliki
KPS, rumah tangga berhak menerima program-program perlindungan sosial, seperti : Raskin dan
Bantuan Siswa Miskin (BSM), sesuai dengan ketentuan yang berlaku hingga tahun 2014.

Kini, para pemilik Kartu Perlindungan Sosial diminta untuk menukarkan kartunya dengan Kartu
Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), serta sim card
(kartu HP) yang berisi uang elektronik. Jika KPS hilang atau rusak, bawa identitas lain dan surat
keterangan dari kepala desa/lurah saat penukaran.

"KKS adalah pengganti KPS, berfungsi sebagai penanda keluarga kurang mampu," bunyi penjelasan
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang menjadi pengawas 'kartu sakti'
ini, seperti dikutip dari website www.tnp2k.go.id, Senin (3/11/2014).

Setiap kepala keluarga akan mendapat KKS dan 1 SIM card untuk diaktifkan pada HP yang mereka
miliki. Nomor telepon di SIM tersebut juga berfungsi ganda sebagai nomor rekening untuk
penyaluran Simpanan Keluarga Sejahtera (KKS).

Setiap keluarga mendapat dana Rp 200 ribu per bulan yang disalurkan melalui nomor rekening
tersebut. Nantinya, warga bisa melihat penyaluran dana tersebut melalui aplikasi *141*6# dari
ponsel mereka.

Berikut adalah cara menukarkan KPS dengan KKS, KIP, KIS dan sim card:

1. Datang ke kantor pos dengan membawa KPS. Apabila KPS hilang, sertakan identitas lain dan surat
keterangan kepala desa/lurah
2. Serahkan KPS dan identitas lain kepada petugas pos dan tunggu proses pengecekan. Jika KPS
hilang, akan dilakukan proses pemeriksaan tambahan oleh Dinsos atau aparat yang ditunjuk
3. Petugas akan memberikan KKS, SIM card (kartu HP) yang berisi uang elektronik, KIP, dan KIS serta
tanda bukti serah terima

(imk/nrl)

Anda mungkin juga menyukai