Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Siklus menstruasi merupakan tanda proses kematangan dari organ
reproduksi dan erat kaitannya dengan hormon. Siklus menstruasi berperan dalam
fertilitas dan kesehatan reproduksi perempuan (Sinha et al., 2011). Gangguan
siklus menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan adanya
gangguan fungsi sistem reproduksi yang dihubungkan dengan peningkatan
berbagai penyakit seperti kanker rahim, kanker payudara, infertilitas, dan patah
tulang (Gudmundsdottir et al., 2011). Perubahan panjang dan pendek siklus
menstruasi menggambarkan perubahan produksi hormon reproduksi (Patil et al.,
2003).
Siklus menstruasi pada umumnya berlangsung secara teratur saat
memasuki usia 17-18 tahun (Patil et al., 2013) ataupun 3-5 tahun setelah
menarche (Rigon et al., 2012). Namun, penelitian di Iran yang dilakukan Gharravi
(2006), diketahui bahwa wanita berusia 20-25 tahun yang memiliki siklus
menstruasi normal hanya 39,8%. Di Indonesia perempuan berusia 20-24 tahun
yang memiliki siklus menstruasi teratur sebesar 76,7% dan yang tidak teratur
14,4%, sedangkan, di Provinsi Sumatera Utara didapatkan 68,3% siklus yang
teratur dan 11,6% perempuan dengan siklus tidak teratur (Depkes RI, 2010).
Menurut penelitian yang dilakukan di sejumlah negara, termasuk negara-
negara berkembang lainnya, dikatakan bahwa gangguan menstruasi merupakan
masalah yang cukup banyak dihadapi oleh wanita (Sianipar et al., 2009). Hillard
dan Datch (2005) menemukan mahasiswi lebih sering menunjukkan masalah
menstruasi yang tidak teratur. Penelitian di Jepang didapatkan 63% mahasiswi
yang mengalami menstruasi tidak teratur (Yamamoto et al., 2009).
Penelitian yang dilakukan di beberapa universitas di Turkey didapatkan
gangguan menstruasi berupa ketidakteraturan siklus menstruasi sebesar 31,2%
(Cakir et al., 2009). Pada penelitian lain didapatkan prevalensi gangguan siklus,
amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, oligomenorea 50%,

Universitas Sumatera Utara


polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8% (Bieniasz et al.,
2009).
Faktor yang dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi antara lain
gangguan hormonal, status gizi, tinggi atau rendahnya IMT, stress (Gharravi,
2009), usia, penyakit metabolik seperti diabetes mellitus, pemakaian kontrasepsi,
tumor pada ovarium, dan kelainan pada sistem saraf pusat-Hipotalamus-Hipofisis
(Benson dan Pernoll, 2009). Ukuran tubuh pun berkorelasi dengan kelainan
menstruasi. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa indeks
massa tubuh yang berada diatas ataupun dibawah batas normal dihubungkan
dengan siklus yang tidak teratur.
Persentase indeks massa tubuh wanita usia 20-24 tahun di Indonesia,
didapati IMT kurus 18%, normal 68,45%, berat badan lebih 6,5%, dan obesitas
7,1%. Di Sumatera Utara didapati kurus 8,9%, normal 60,8%, berat badan lebih
12,8%, dan Obesitas 17,4% (Depkes RI, 2010).
Sinha et al. (2011) menemukan benar adanya hubungan indeks massa
tubuh dengan siklus menstruasi. Penelitian di Australia pun menunjukkan adanya
hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi tidak teratur dan risiko
terjadinya gangguan siklus menstruasi 2 kali lebih besar pada wanita yang
obesitas daripada wanita normal. (Wei et al., 2009). Hossain et al. (2011)
melakukan penelitian pada mahasiswi di Bangladesh dan didapati semakin besar
besar IMT seseorang semakin besar kemungkinan dia menglami siklus menstruasi
tidak teratur.
Penelitian di Bantul pada wanita usia subur didapati 27,1% dengan status
nutrisi kurus, 17,5% status normal, dan 51,4% berat badan lebih mengalami siklus
menstruasi yang tidak teratur (Chotimah, 2012). Ernawati (2009) mendapatkan
27,8% wanita yang overweight dan 16,5% yang tidak overweight mengalami
siklus tidak teratur. Penelitian Primastuti (2012) pada orang obesitas menunjukkan
bahwa ada hubungan wanita obesitas dengan ketidakteraturan siklus menstruasi.
Sugiharto (2009) mengatakan bahwa kadar estrogen di dalam tubuh wanita
berpengaruh dalam memberikan feedback untuk pengeluaran Gonadotropin

Universitas Sumatera Utara


Releasing Hormone (GnRH) dan mempengaruhi pengeluaran hormon Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
Persen lemak tubuh yang tinggi menyebabkan peningkatan produksi
androgen yang berperan dalam memproduksi estrogen. Proses aromatisasi
androgen menjadi estrogen ini terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan lemak.
Sehingga, jumlah persentase jaringan lemak tubuh berperan dalam keseimbangan
hormon estrogen di tubuh (Rakhmawati, 2013).
Melihat banyaknya kejadian gangguan siklus menstruasi pada wanita
dewasa muda serta penelitian yang menunjukkan adanya hubungan indeks massa
tubuh dengan siklus menstruasi. Hal tersebut menjadi alasan peneliti tertarik
untuk melihat hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada
mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011,
dan 2012.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah diatas, peneliti ingin merumuskan masalah pada
penelitian ini adalah:
Adakah hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada
mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011,
dan 2012?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi
pada mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010,
2011, dan 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui prevalensi indeks massa tubuh (berat badan kurang,
normal, berat badan lebih, dan obese) di kalangan mahasiswi Fakultas
kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012.

Universitas Sumatera Utara


b. Untuk mengetahui prevalensi siklus menstruasi yang tidak teratur di
kalangan mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara
angkatan 2010, 2011, dan 2012.
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi siklus menstruasi dengan indeks
massa tubuh pada mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera
Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012
d. Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan keteraturan
siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas
Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012

1.4. Manfaat Penelitian


a. Bagi peneliti
Untuk menumbuhkan jiwa penelitian pada peneliti sendiri, sehingga
kedepannya peneliti mampu melaksanakan penelitian-penelitian
selanjutnya yang lebih baik lagi.
b. Bagi subjek yang diteliti
Dapat dijadikan sebagai masukan kepada subjek yang diteliti bahwa
ternyata indeks massa tubuh berdampak kepada siklus menstruasi.
c. Bagi masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya wanita-
wanita usia reproduksi mengenai hubungan indeks massa tubuh dengan
siklus menstruasi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai