Siklus menstruasi merupakan tanda proses kematangan dari organ reproduksi dan erat kaitannya dengan hormon. Siklus menstruasi berperan dalam fertilitas dan kesehatan reproduksi perempuan (Sinha et al., 2011). Gangguan siklus menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dihubungkan dengan peningkatan berbagai penyakit seperti kanker rahim, kanker payudara, infertilitas, dan patah tulang (Gudmundsdottir et al., 2011). Perubahan panjang dan pendek siklus menstruasi menggambarkan perubahan produksi hormon reproduksi (Patil et al., 2003). Siklus menstruasi pada umumnya berlangsung secara teratur saat memasuki usia 17-18 tahun (Patil et al., 2013) ataupun 3-5 tahun setelah menarche (Rigon et al., 2012). Namun, penelitian di Iran yang dilakukan Gharravi (2006), diketahui bahwa wanita berusia 20-25 tahun yang memiliki siklus menstruasi normal hanya 39,8%. Di Indonesia perempuan berusia 20-24 tahun yang memiliki siklus menstruasi teratur sebesar 76,7% dan yang tidak teratur 14,4%, sedangkan, di Provinsi Sumatera Utara didapatkan 68,3% siklus yang teratur dan 11,6% perempuan dengan siklus tidak teratur (Depkes RI, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan di sejumlah negara, termasuk negara- negara berkembang lainnya, dikatakan bahwa gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup banyak dihadapi oleh wanita (Sianipar et al., 2009). Hillard dan Datch (2005) menemukan mahasiswi lebih sering menunjukkan masalah menstruasi yang tidak teratur. Penelitian di Jepang didapatkan 63% mahasiswi yang mengalami menstruasi tidak teratur (Yamamoto et al., 2009). Penelitian yang dilakukan di beberapa universitas di Turkey didapatkan gangguan menstruasi berupa ketidakteraturan siklus menstruasi sebesar 31,2% (Cakir et al., 2009). Pada penelitian lain didapatkan prevalensi gangguan siklus, amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, oligomenorea 50%,
Universitas Sumatera Utara
polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8% (Bieniasz et al., 2009). Faktor yang dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi antara lain gangguan hormonal, status gizi, tinggi atau rendahnya IMT, stress (Gharravi, 2009), usia, penyakit metabolik seperti diabetes mellitus, pemakaian kontrasepsi, tumor pada ovarium, dan kelainan pada sistem saraf pusat-Hipotalamus-Hipofisis (Benson dan Pernoll, 2009). Ukuran tubuh pun berkorelasi dengan kelainan menstruasi. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa indeks massa tubuh yang berada diatas ataupun dibawah batas normal dihubungkan dengan siklus yang tidak teratur. Persentase indeks massa tubuh wanita usia 20-24 tahun di Indonesia, didapati IMT kurus 18%, normal 68,45%, berat badan lebih 6,5%, dan obesitas 7,1%. Di Sumatera Utara didapati kurus 8,9%, normal 60,8%, berat badan lebih 12,8%, dan Obesitas 17,4% (Depkes RI, 2010). Sinha et al. (2011) menemukan benar adanya hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi. Penelitian di Australia pun menunjukkan adanya hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi tidak teratur dan risiko terjadinya gangguan siklus menstruasi 2 kali lebih besar pada wanita yang obesitas daripada wanita normal. (Wei et al., 2009). Hossain et al. (2011) melakukan penelitian pada mahasiswi di Bangladesh dan didapati semakin besar besar IMT seseorang semakin besar kemungkinan dia menglami siklus menstruasi tidak teratur. Penelitian di Bantul pada wanita usia subur didapati 27,1% dengan status nutrisi kurus, 17,5% status normal, dan 51,4% berat badan lebih mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur (Chotimah, 2012). Ernawati (2009) mendapatkan 27,8% wanita yang overweight dan 16,5% yang tidak overweight mengalami siklus tidak teratur. Penelitian Primastuti (2012) pada orang obesitas menunjukkan bahwa ada hubungan wanita obesitas dengan ketidakteraturan siklus menstruasi. Sugiharto (2009) mengatakan bahwa kadar estrogen di dalam tubuh wanita berpengaruh dalam memberikan feedback untuk pengeluaran Gonadotropin
Universitas Sumatera Utara
Releasing Hormone (GnRH) dan mempengaruhi pengeluaran hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Persen lemak tubuh yang tinggi menyebabkan peningkatan produksi androgen yang berperan dalam memproduksi estrogen. Proses aromatisasi androgen menjadi estrogen ini terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan lemak. Sehingga, jumlah persentase jaringan lemak tubuh berperan dalam keseimbangan hormon estrogen di tubuh (Rakhmawati, 2013). Melihat banyaknya kejadian gangguan siklus menstruasi pada wanita dewasa muda serta penelitian yang menunjukkan adanya hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi. Hal tersebut menjadi alasan peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas, peneliti ingin merumuskan masalah pada penelitian ini adalah: Adakah hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalensi indeks massa tubuh (berat badan kurang, normal, berat badan lebih, dan obese) di kalangan mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012.
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui prevalensi siklus menstruasi yang tidak teratur di kalangan mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012. c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi siklus menstruasi dengan indeks massa tubuh pada mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012 d. Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan keteraturan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti Untuk menumbuhkan jiwa penelitian pada peneliti sendiri, sehingga kedepannya peneliti mampu melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi. b. Bagi subjek yang diteliti Dapat dijadikan sebagai masukan kepada subjek yang diteliti bahwa ternyata indeks massa tubuh berdampak kepada siklus menstruasi. c. Bagi masyarakat Dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya wanita- wanita usia reproduksi mengenai hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi.