Anda di halaman 1dari 93

SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI


PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 1 WANGI-WANGI
KAB. WAKATOBI

LA ODE FARDIANSYAH

2110045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2014
Gambaran Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi pada Siswi
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wangi-Wangi
Kab. Wakatobi

Skripsi
untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana keperawatan

LA ODE FARDIANSYAH
2110045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2014

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI


PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 1 WANGI-WANGI
KAB. WAKATOBI

Disetujui Oleh :

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

Akbar Harisa, S.Kep., Ns., PMNC., MN. Yanti Mustarin, S.Kep., Ns.

Pada 13 September 2014

iii
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI


PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 1 WANGI-WANGI
KAB. WAKATOBI

Telah dipertahankan dan disetujui oleh tim penguji skripsi STIK GIA

Makassar pada hari Sabtu, tanggal 13 September 2014

TIM PENGUJI

1. Akbar Harisa, S. Kep., Ns., PMNC., MN. (..............................)

2. Yanti Mustarin, S.Kep., Ns. (..............................)

3. Hj. Nurhaeni Rachim, S.Kp., M.Kep. (..............................)

4. Hj. Hasniaty, A.G., S.Kp., M.Kep. (..............................)

Mengetahui,

Ketua STIK GIA MAKASSAR

Hj. Hasniaty, A.G., S.Kp., M.Kep.

iv
ABSTRAK

LA ODE FARDIANSYAH. Gambaran Tingkat Stres dengan Siklus


Menstruasi pada Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wangi-Wangi
Kabupaten Wakatobi. (Dibimbing oleh Akbar Harisa dan
Yanti Mustarin).

Salah satu yang terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan


reproduksi yang berkaitan dengan peristiwa menstruasi, yang ditentukan
oleh proses somato-psikik yang sifatnya kompleks. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran tingkat stres dengan siklus
menstruasi pada siswi di SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.
Metodologi penelitian ini adalah non eksperimen yaitu deskriptif analitik
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswi SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten
Wakatobi sebanyak 603 orang siswi dan sampel pada penelitian ini
adalah sebanyak 86 orang siswi dengan teknik pengambilan sampel non
probability sampling yaitu dengan teknik purposive sampling. Hasil
penelitian didapatkan sebanyak 41 (47,7%) responden yang mengalami
stres sedang dan 45 (52,3%) responden yang yang mengalami stres
berat. Sedangkan responden yang mengalami siklus menstruasi normal
yaitu sebanyak 38 responden (44,2%) dan 48 responden (55,8%) yang
mengalami siklus menstruasi yang tidak normal dari 86 responden. Stres
dapat mempengaruhi siklus menstruasi, karena pada saat stres, hormon
stres hormon kortisol sebagai produk dari glukokortiroid korteks adrenal
yang disintesa pada zona fasikulata bisa mengganggu siklus menstruasi
karena mempengaruhi jumlah hormon progesteron dalam tubuh. Jumlah
hormon dalam darah yang terlalu banyak inilah yang dapat menyebabkan
perubahan siklus menstruasi.

Kata Kunci : Siklus Menstruasi, Stres.


Kepustakaan : 24 buah (2004 2014)

v
ABSTRACT

LA ODE FARDIANSYAH. Overview the level of stress to the menstrual


cycle in female student at state high school 1 Wangi-Wangi district
Wakatobi. (Supervised by Akbar Harisa and Yanti Mustarin).

The one that occurs on someone experiencing reproductive impaired


related with menstruation events, which is determined by the somato-
psychic processes that are complex. The purpose of this study is to find
out overview the level of stress to the menstrual cycle in female student at
SMAN 1 Wangi-Wangi district Wakatobi. The methodology of this study is
non-experimental ie analytic descriptive with use approach cross sectional.
The population in this study were all female student SMAN 1 Wangi-Wangi
district Wakatobi as many as 603 people female student and sample in
this study were 86 people female student with a non-probability sampling
retrieval technique ie with purposive sampling technique. The results
research obtained as much 41 (47,7 %) of respondents who experienced
moderate stress and 45 (52,3%) of respondents who were experiencing
severe stress. While respondents who experienced normal menstrual
cycle is of 38 respondents (44,2%) and 48 respondents (55,8%) were
experiencing abnormal menstrual cycles of 86 respondents. Stress can
affect the menstrual cycle, because in times of stress, the stress hormone
cortisol as a product of glukokortikoid synthesized in the adrenal cortex
fasciculata zones can disrupt the menstrual cycle because it affects the
amount of the hormone progesterone in the body. The amount of
hormones in the blood is too much this is that can cause changes in the
menstrual cycle.

Keywords : Menstrual Cycle, Stress.


Bibliography : 24 item (2004 - 2014)

vi
KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Taala,

Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis akhirnya

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Gambaran Tingkat

Stres dengan Siklus Menstruasi pada Siswi Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi. Sebagai salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan

pada program studi ilmu keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Gema Insan Akademik Makassar.

Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis menyadari bahwa itu

tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan yang sangat sederhana

tapi berharga dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil.

Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang

tua Ayahanda tercinta La Ode Pauddin dan Ibunda Wa Maa yang

tanpa kenal lelah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis,

serta pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Drs. H. Andi Iwan Darmawan Aras, SE., selaku Ketua

Yayasan Gema Insan Akademik Makassar.

2. Ibu Hj. Hasniaty, A.G., S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

vii
3. Bapak Akbar Harisa, S.Kep., Ns., PMNC., MN., selaku pembimbing

I dalam penelitian ini yang telah memberikan dukungan dan

sumbangsih pikiran dalam mengarahkan penulis sehingga penulis

selesai menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Yanti Mustarin, S.Kep., Ns., selaku pembimbing II dalam

penelitian ini yang telah memberikan dukungan dan sumbangsih

pikiran dalam mengarahkan penulis sehingga selesainya skripsi

ini.

5. Seluruh Pengelolah dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Gema Insan Akademik Makassar.

6. Seluruh Kawan-kawan mahasiswa STIK GIA terutama angkatan

2010 serta para sahabat seperjuangan yang tak bisa penulis

sebutkan satu-persatu.

Dengan segala kerendahan hati dan senantiasa mengharapkan

ridha-Nya karena kepada-Nya jugalah tempat kembalinya segala

sesuatu, penulis terbuka bagi saran dan kritikan yang konstruktif

demi perbaikan kearah yang lebih baik. Amin.

Akhirnya penulis memohon kepada sang maha pengasih

( Ar Rahman ) semoga apa yang kita peroleh dapat bernilai ibadah

di sisi-Nya, Amin. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Makassar, 13 September 2014


Penulis

La Ode Fardiansyah
( 2110045 )

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PENUNJUK SKRIPSI ...................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................ v

ABSTRACT .......................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ......................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 6

A. Tinjauan Umum tentang Stres .................................... 6

B. Tinjauan Umum tentang Menstruasi ............................ 18

C. Tinjauan Umum tentang Remaja ................................. 29

D. Tinjauan Khusus tentang Hubungan Tingkat Stres

dengan Perubahan Siklus Menstruasi ......................... 39

ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 43

A. Kerangka Konseptual..................................................... 43

B. Definisi Operasional ....................................................... 44

C. Rancangan Penelitian .................................................... 44

D. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................... 45

E. Populasi dan Sampel .................................................... 45

F. Alat dan Bahan Penelitian............................................ 48

G. Prosedur Pengumpulan Data........................................ 49

H. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................ 50

I. Etika Penelitian .............................................................. 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 53

A. Hasil Penelitian .............................................................. 53

B. Pembahasan................................................................... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 60

A. Kesimpulan ..................................................................... 60

B. Saran .............................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 63

LAMPIRAN........................................................................................... 65

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 : Definisi Operasional ........................................................ 44

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Di SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi ............ 54

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas

Di SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi .............. 54

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Stres Di SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi 55

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siklus

Menstruasi Di SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi .......................................................................... 56

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 : Kerangka Teori ............................................................ 42

Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual................................................... 43

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden ................ 65

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden .................. 66

Lampiran 3 : Lembar Kuisioner ........................................................ 67

Lampiran 4 : Master Tabel ............................................................... 70

Lampiran 5 : Hasil Olah Data Penelitian ........................................ 73

Lampiran 6 : Time Schedule ............................................................ 77

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia masalah kesehatan reproduksi masih

memprihatinkan karena penyebaran penduduk yang belum

merata tingkat sosial ekonomi dan pendidikan belum memadai

serta tingkat kesehatan belum terjangkau. Pada umumnya sebagian

perempuan mengalami ketidaknyamanan yang dirasakan sebelum

menstruasi dengan gejala bervariasi, sehingga mampu

mengganggu aktivitas sehari-hari.12

Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) dibawah naungan World Health Organization

(WHO) tahun 2005 menyebutkan bahwa permasalahan remaja di

Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan

menstruasi (38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan

anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis

(0,7%), serta masalah berat badan (0,5%).12

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010

persentase remaja putri yang berusia antara 1519 tahun

di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami perubahan siklus

menstruasi yang tidak teratur yaitu sebanyak 8,7 %. Alasan

perubahan siklus menstruasi yang tidak teratur pada perempuan

usia 1519 tahun di Sulawesi Tenggara adalah 0,5 % karena

1
2

sakit, 4,6 % karena masalah hormonal, 2,3 % karena masalah

berat badan, 6,9 % karena faktor stres, 11,3 % lain-lain, dan

15,7 % tidak mengetahui alasannya.11

Remaja pada umunya mengalami pencarian jati diri atau

keutuhan diri, itu suatu masalah utama karena adanya

perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis didalam diri

mereka maupun ditengah masyarakat tempat mereka hidup.

Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua

alasan hal itu terjadi, yaitu : pertama ; ketika masih anak-anak,

seluruh masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang dewasa.

Hal inilah yang membuat remaja tidak mempunyai pengalaman

dalam menghadapi masalah. Kedua ; karena remaja merasa

dirinya telah mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan

menolak bantuan dari orang dewasa.9

Salah satu yang terjadi pada seseorang yang mengalami

gangguan reproduksi berkaitan dengan peristiwa menstruasi, yang

ditentukan oleh proses somato-psikik, yang sifatnya kompleks

yang meliputi hormonal, psikososial, dan salah satunya siklus

menstruasi dan sering disertai dengan gangguan fisik dan mental

yang bisa menyebabkan salah satunya yaitu pikiran, adanya

kecemasan dan stres.1


3

Berdasarkan data dari pengambilan data awal yang

dilakukan pada tanggal 12 Mei 2014 didapatkan data jumlah

siswi di SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi pada tahun

ajaran 2013/2014 sebanyak 603 orang siswi dengan rincian

sebagai berikut ; Kelas X dengan jumlah siswi sebanyak 217

orang siswi dan terbagi menjadi sebelas kelas. Kemudian pada

kelas XI terdapat 205 orang siswi yang terbagi menjadi dua

jurusan yaitu jurusan PIA dan jurusan PIS. Sedangkan pada

kelas XII adalah sebanyak 181 orang siswi yang terbagi atas

dua jurusan yaitu jurusan PIA dan PIS.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut diatas,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Gambaran tingkat stres dengan siklus menstruasi pada siswi

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas,

maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian yaitu

Bagaimanakah Gambaran Tingkat Stres dengan Siklus

Menstruasi pada Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi?


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran tingkat stres dengan siklus

menstruasi pada siswi di SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran tingkat stres yang dialami oleh

siswi di SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

b. Diketahuinya gambaran siklus menstruasi pada siswi

di SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan bagi institusi akademik

di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik

Makassar untuk sebagai bahan referensi, administrasi

perpustakaan bagi mahasiswa-mahasiswi dilingkungan

akademik.

2. Bagi Responden

Sebagai bahan informasi bagi siswi SMA Negeri 1

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi untuk memahami tentang

hubungan tingkat stres dengan perubahan siklus menstruasi.


5

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi dan bahan masukan bagi

peneliti selanjutnya khususnya bagi program studi keperawatan

yang berhubungan dengan penelitian tentang tingkat stres

dengan perubahan siklus menstruasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Stres

1. Definisi Stres

Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, dimana ia

boleh mengganggu equilibrium (homeostasis) fisiologi

normal.16

Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor

psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).4

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan

distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada

seseorang. 22

Jadi stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal,

yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau

lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan

tidak terkontrol.18

Stres membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom

adaptasi umum menggambarkan stres sebagai kerusakan

yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah

penyebab stres tersebut positif atau negatif. Respon tubuh

dapat diprediksi tanpa memperhatikan stresor atau penyebab

tertentu.22

6
7

Stres remaja ini digunakan secara bergantian untuk

menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan

yang tidak disukai berupa respon fisiologis, perilaku, dan

subjektif terhadap stres, konteks yang menjembatani

pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat

stres, semua sebagai suatu sistem.4

2. Jenis-Jenis Stres

Stres terbagi atas dua jenis, yaitu eustres dan distres.

Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat

sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal

tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi

yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,

kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

Ini adalah semua bentuk stres yang mendorong tubuh untuk

beradaptasi dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi.

Ketika tubuh mampu menggunakan stres yang dialami untuk

membantu melewati sebuah hambatan dan meningkatkan

performa, stres tersebut bersifat positif, sehat, dan

menantang.22

Di sisi lain distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres

yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat

merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu

terhadap penyakit sistemik dan tingkat ketidakhadiran

(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan


8

keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Distres adalah

semua bentuk stres yang melebihi kemampuan untuk

mengatasinya, membebani tubuh, dan menyebabkan masalah

fisik atau psikologis. Ketika seseorang mengalami distres,

orang tersebut akan cenderung bereaksi secara berlebihan,

bingung, dan tidak dapat berperforma secara maksimal.22

3. Sumber Stres (Stresor)

Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya

dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua

respon fisiologis nonspesifik yang menyebabkan kerusakan

dalam sistem biologis. Stress reaction acute (reaksi stres akut)

adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang

individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas,

terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat,

biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan

dan kemampuan koping seseorang memainkan perenan

dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya.4

Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stresor

fisik berasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi,

radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan

fisik yang terpaksa.16 Pada stresor psikologis tekanan dari

dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif seperti

frustasi, kecemasan (anxiety), rasa bersalah, kuatir berlebihan,

marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri,


9

serta rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan

dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan

lingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat traumatic

yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang

dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun, perceraian, masalah

keuangan, pindah rumah dan lain-lain.4

4. Gejala Stres

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis stres :

kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah

tersinggung, perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam

(kebencian), sensitif dan hyperreactivity, memendam perasaan,

penarikan diri, depresi, komunikasi yang tidak efektif,

perasaan terkucil dan terasing, kebosanan dan ketidakpuasan

kerja, kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan

kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas

serta menurunnya rasa percaya diri.4

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres adalah :

meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan

kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular,

meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh : adrenalin

dan nonadrenalin), gangguan gastrointestinal (misalnya

gangguan lambung), meningkatnya frekuensi dari luka fisik

dan kecelakaan, kelelahan secara fisik dan kemungkinan

mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue


10

syndrome), gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari

kondisi yang ada, gangguan pada kulit, sakit kepala, sakit

pada punggung bagian bawah, ketegangan otot, gangguan

tidur, rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk resiko tinggi

kemungkinan terkena kanker.1

Gejala-gejala perilaku dari stres adalah: menunda,

menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan,

menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas,

meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan,

perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan), mengarah

ke obesitas, perilaku makan yang tidak normal (kekurangan)

sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan

secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-

tanda depresi, meningkatnya kecenderungan berperilaku

beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan

berjudi, meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan

kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal

dengan keluarga dan teman serta kecenderungan untuk

melakukan bunuh diri.22

Pengalaman stres sangat individual. Stres yang luar

biasa untuk satu orang tidak semestinya dianggap sebagai

stres oleh yang lain. Demikian pula, gejala dan tanda-tanda

stres akan berbeda pada setiap individu.22


11

5. Tahapan Stres

Sriati mengatakan bahwa Amberg dalam penelitiannya

membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :18

a. Stres Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling

ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan

sebagai berikut:

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting) .

2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.

3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari

biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi

semakin menipis.

b. Stres Tahap II

Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor

yang semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada

tahap I diatas mulai menghilang dan timbul keluhan-

keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang

tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu

untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain

dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau

memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.


12

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh

seseorang yang berada pada stres tahap II adalah

sebagai berikut:

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya

merasa segar.

2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

3) Lekas merasa lelah menjelang sore hari.

4) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel

discomfort).

5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-

debar).

6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

7) Tidak bisa santai.

c. Stres Tahap III

Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam

pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada

stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan

yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu :

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata;

misalnya keluhan maag, buang air besar tidak teratur

(diare).

2) Ketegangan otot-otot semakin terasa.

3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional

semakin meningkat.
13

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk

mulai masuk tidur (early insomnia) atau terbangun

tengah malam dan sukar kembali tidur (middle

insomnia) atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan

tidak dapat kembali tidur (late insomnia).

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh

dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini

seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter

untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres

hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh

kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai

energi yang mengalami defisit.

d. Stres Tahap IV

Gejala stres tahap IV, akan muncul :

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa

amat sulit.

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan

mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa

lebih sulit.

3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi

kehilangan kemampuan untuk merespons secara

memadai (adequate).

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin

sehari-hari.
14

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi

yang menegangkan. Seringkali menolak ajakan

(negativism) karena tiada semangat dan kegairahan.

6) Daya konsentrasi daya ingat menurun.

7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak

dapat dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan

jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal

sebagai berikut :

1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam

(physical dan psychological exhaustion).

2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan

sehari-hari yang ringan dan sederhana.

3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat

(gastrointestinal disorder) .

4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik.

f. Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang

mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan

takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres

tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat

bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan


15

karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.

Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut :

1) Debaran jantung teramat keras.

2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap).

3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat

bercucuran.

4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.

5) Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka

keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan diatas

lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang

disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ

tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang

melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.18

6. Respon Terhadap Stresor

a. Respon Fisiologis

Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang

selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin,

yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem

saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari

hipotalamus yaitu mengaktivasi berbagai organ dan otot

polos yang berada dibawah pengendaliannya.18

Sebagai contohnya, stres meningkatkan kecepatan

denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf

simpatis juga memberi sinyal ke medulla adrenal. Untuk


16

melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah.

Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus

mensekresikan CRF (corticotropin releasing factor), suatu

zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang

terletak tepat dibawah hipotalamus.18

Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon

ACTH (adrenocorticotropic hormone), yang dibawa melalui

aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi

pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol yang

meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal

ke kelenjarendokrin lain untuk melepaskan sekitar 30

hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang

dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural

cabang simpatik dari sistem saraf otonomik yang

berperan dalam respons fight or flight.4

Secara umum orang yang mengalami stres

mengalami sejumlah gangguan fisik seperti : 20

1) Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif dalam

salah satu sistem tertentu. Contohnya : muscle

myopathy pada otot tertentu mengencang/melemah,

tekanan darah naik terjadi kerusakan jantung dan

arteri, sistem pencernaan terjadi maag dan diare.

2) Gangguan pada sistem reproduksi. Seperti:

amenorhea/tertahannya menstruasi, kegagalan ovulasi


17

pada wanita, impoten pada pria, kurang produksi

semen pada pria, kehilangan gairah seks.

3) Gangguan pada sistem pernafasan : asma dan

bronchitis.

4) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang

otot, jerawat, dst.20

b. Respon Psikologik

1) Keletihan emosi, jenuh, mudah menangis, frustasi,

kecemasan, rasa bersalah, khawatir berlebihan,

marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri

sendiri serta rasa rendah diri.

2) Terjadi depersonalisasi ; dalam keadaan stres

berkepanjangan, seiring dengan keletihan emosi, ada

kecenderungan yang bersangkutan memperlakukan

orang lain sebagai sesuatu ketimbang seseorang

3) Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun,

sehingga berakibat pula menurunnya rasa kompeten

dan rasa sukses.20

c. Respon Perilaku

1) Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar

menurun dan sering terjadi tingkah laku yang tidak

diterima oleh masyarakat.


18

2) Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada

kemampuan mengingat informasi, mengambil

keputusan, mengambil langkah tepat.

3) Siswa yang over-stressed (stres berat) seringkali

banyak membolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan

pembelajaran.20

B. Tinjauan Umum tentang Menstruasi

1. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik

dari uterus yang disertai dengan pelepasan (deskuamasi)

endometrium.24

Menstruasi adalah penumpahan lapisan uterus yang

terjadi setiap bulan berupa darah dan jaringan, yang dimulai

pada masa pubertas, ketika seorang perempuan mulai

memproduksi cukup hormon tertentu (kurir kimiawi yang

dibawa didalam aliran darah) yang menyebabkan mulainya

aliran darah ini.2

Menstruasi adalah puncak dari serangkaian perubahan

yang terjadi karena adanya serangkaian interaksi antara

beberapa kelenjer didalam tubuh.7

2. Dinamika Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama

menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya.


19

Sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara

tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya

menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan

hari pertama siklus. Karena jam mulainya menstruasi tidak

diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar menstruasi dari

ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang

siklus mengandung kesalahan 1 hari. Dalam satu siklus

terjadi perubahan pada dinding rahim sebagai akibat dari

produksi hormon-hormon oleh ovarium, yaitu dinding rahim

makin menebal sebagai persiapan jika terjadi kehamilan.24

Siklus menstruasi perempuan normal berkisar antara 21-

35 hari dan hanya 10-15 persen perempuan yang memiliki

siklus menstruasi 28 hari. Panjangnya siklus menstruasi ini

dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus

menstruasi gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada

perempuan usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada perempuan

usia 55 tahun 51,9 hari. Setiap bulannya, menstruasi

berlangsung sekitar 3-7 hari. Setelah hari kelima dari siklus

menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai

persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Pada

sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan, endometrium

meluruh dan terjadilah siklus berikutnya.24

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada

umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai


20

8 hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah

menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan

endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya

tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan

aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai

ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah

menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem

fibrinolitik lokal yang aktif didalam endometrium.10

Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita

normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh

beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb

normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g,

volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan

menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4

sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau

150 sampai 400 mg pertahunnya.2

3. Fase Siklus Menstruasi

Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antara

2 siklus bisa berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1

bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini adalah normal, setelah

beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan

lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan

pada kalender. Dengan menggunakan kalender tersebut,

tandailah siklus Anda setiap bulannya. Setelah beberapa


21

bulan, Anda bisa mengetahui pola siklus Anda dan hal ini

akan membantu Anda dalam memperkirakan siklus yang

akan datang. Tandai setiap hari ke-1 dengan tanda silang,

lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian

Anda dapat mengetahui siklus Anda.23

Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi,

endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan

terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-

14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini

masuk ke dalam salah satu tuba falopi dan didalam tuba

bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan,

sel telur akan masuk ke dalam rahim dan mulai tumbuh

menjadi janin.24

Pada hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka

endometrium akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus

menstruasi). Siklus ini berlangsung selama 3 5 hari kadang

sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan

endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus ovarium.24

Menurut Wiknjosastro, siklus menstruasi dibedakan

menjadi 4 fase, yaitu : 24

a. Fase Menstruasi atau Dekuamasi

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding

uterus disertai perdarahan hanya stratum basale yang

tinggal utuh. Darah menstruasi mengandung darah vena


22

dan arteri dangan sel-sel darah merah dalam hemolisis

atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang mengalami

disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik,

dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 4

hari.

b. Fase Pasca Menstruasi atau Fase Regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan

sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup

kembali oleh selaput lendir yang tumbuh dari sel-sel

endometrium. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi

dan berlangsung kurang lebih 4 hari.

c. Fase Proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal

3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari

ke-14 dari siklus menstruasi. Fase Proliferasi dapat dibagi

atas 3 subfase, yaitu : 7

1) Fase Proliferasi Dini (Early Proliferation Phase)

Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7.

Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang

tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari

mulut kelenjar.

2) Fase Proliferasi Madya (Mid Proliferation Phase)

Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10.

Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal


23

dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan

tinggi. Tampak adanya banyak mitosis dengan inti

berbentuk telanjang (nake nukleus).

3) Fase Proliferasi Akhir (Late Proliferation)

Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari

ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar

yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel

kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stoma

bertumbuh aktif dan padat.7

d. Fase Pra Menstruasi atau Fase Sekresi

Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung

dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium

tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang,

berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah yang makin lama

makin nyata. Didalam endometrium tertimbun glikogen

dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk

telur yang dibuahi.24

4. Mekanisme Siklus Menstruasi

Hormon steroid, estrogen, dan progesteron mempengaruhi

pertumbuhan endometrium. Dibawah pengaruh estrogen

endometrium memasuki fase ploriferasi sesudah ovulasi,

endometrium memasuki fase sekresi dibawah pengaruh

progesteron. Dengan menurunnya kadar estrogen dan

progesteron pada akhir siklus menstruasi, terjadilah regresi


24

endometrium yang kemudian diikuti oleh perdarahan yang

dikenal dengan nama menstruasi.2

Mekanisme menstruasi belum diketahui seluruhnya,

selain faktor hormonal, maka ada beberapa faktor lain yang

ikut berperan. Faktor-faktor tersebut ialah :23

a. Faktor Enzim

Dalam fase proliferasi, estrogen mempengaruhi

tersimpannya enzim-enzim hidrolitik tersebut dilepaskan

dan merusak bagian dari sel-sel yang berperan dalam

sintesis protein. Akibatnya terjadi gangguan dalam

metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi

endometrium dan perdarahan.

b. Faktor Vaskuler

Fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem

vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium dalam

hal ini pertumbuhan arteri, vena, dan hubungan

diantaranya dengan terjadinya regresi endometrium, maka

timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang

menghubungkannya dengan arteri yang akhirnya terjadi

nekrosis, perdarahan, dan hematom baik dari arteria

maupun dari vena.


25

c. Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin.

Dengan desigentrasi endometrium, prostaglandin terlepas

dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai

suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada

menstruasi.23

5. Hormon yang Mengontrol Siklus Menstruasi

Pematangan folikel dan ovulasi dikontrol oleh

hipotalamuspituitary ovarium axis. Hipotalamus mengontrol

siklus, tetapi hipotalamus dapat dipengaruhi oleh stimulus

yang lebih tinggi diotak misalnya kecemasan dan stres dapat

mempengaruhi siklus menstruasi. Hipotalamus memacu

kelenjar hipofisis dengan mensekresi gonadotroping-releasing

hormon (GnRH).7

Sekresi GnRH melalui pembuluh darah kecil disistem

pembuluh darah portal kelenjar hipofisis ke hipofisis anterior,

gonadotropin hipofisis mengatur sintesis dan pelepasan

follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteining hormone (LH).7

Follicle stimulating hormone (FSH) adalah hormon

glikoprotein yang memacu pematangan folikel selama fase

folikuler dari siklus menstruasi. FSH juga membantu LH

memacu sekresi hormon steroid, terutama estrogen oleh sel

granulose dari folikel matang. LH juga termasuk glikoprotein,

LH ikut dalam steroidogenosis dalam folikel dan berperan


26

penting dalam ovulasi yang tergantung pada midcicle surge

dari LH. Produksi progesteron oleh korpus luteum juga

dipengaruhi oleh LH.7

6. Gangguan dalam Siklus Menstruasi

a. Amenorea

Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi

sedikitnya tiga bulan berturut-turut. Amenorea primer

apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak

pernah dapat menstruasi, sedangkan pada amenorea

sekunder penderita pernah mendapat menstruasi tetapi

kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer umumnya

mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit

untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan

kelainan-kelainan genetik. Adanya amenorea sekunder

lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul

kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan

gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi,

dan lain-lain. 23

b. Polimenorea atau Epimenoragia

Polimenorea adalah siklus haid yang lebih

memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan

jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari

biasa. Polimenorea merupakan gangguan hormonal

dengan umur korpus luteum memendek sehingga siklus


27

menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat

stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek

atau karena keduanya. 23

c. Oligomenorea

Oligomenore merupakan suatu keadaan dimana

siklus haid memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan

jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang mengalami

oligomenorea akan mengalami haid yang lebih jarang dari

pada biasanya. Namun, jika berhentinya siklus haid

berlangsung lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut

dikenal sebagai amenorea sekunder.23

Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya

gangguan keseimbangan hormonal pada aksis

hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormone tersebut

menyebabkan lamanya siklus haid normal menjadi

memanjang, sehingga haid menjadi lebih jarang terjadi.

Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama

setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang

terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada

masa-masa itu merupakan variasi normal yang terjadi

karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus,

hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya haid pertama

dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul

gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh.23


28

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi

adalah sebagai berikut :13

a. Ketidakseimbangan Hormon

Menstruasi iregular dapat disebabkan terlalu banyak

atau sedikit hormon, yang dapat disebabkan oleh

masalah tiroid, sindrom polikistik ovarium, obat-obatan,

premenopause, sakit, gaya hidup, olah raga berlebihan,

dan stres.

b. Stres

Beban pikiran sangat berpengaruh terhadap kondisi

tubuh, termasuk periode menstruasi. Kondisi pikiran yang

tidak stabil dapat menyebabkan kelenjar adrenal

mengeluarkan kortisol. Hal ini berefek pada estrogen,

progesteron dan menurunkan produksi gonadotropin-

releasing hormone (GnRH) sehingga menghambat

terjadinya ovulasi atau menstruasi.

c. Penyakit

Siklus menstruasi yang tidak teratur dalam waktu

lama merupakan tanda-tanda adanya penyakit pada

saluran reproduksi. Misalnya, fibroid, kistas, endometriosis,

polip, sindrom polikistik ovarium, infeksi pada saluran

reproduksi maupun kelainan genetik.


29

d. Perubahan Rutinitas

Perubahan rutinitas dalam hidup dapat berpengaruh

pada kondisi fisik. Misalnya, mereka yang harus berganti

jam kerja dari pagi menjadi malam. Hal ini biasa terjadi

hingga tubuh menyesuaikan dengan siklus atau rutinitas

baru.

e. Berat Badan

Berat badan dan perubahan berat badan

mempengaruhi fungsi menstruasi. Penurunan berat badan

akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi

ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan

lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti

berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa

yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat

dapat menimbulkan amenorrhea.13

C. Tinjauan Umum tentang Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolescence yang

berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah

adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang

mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.3

Sarwono (2006) mengemukakan definisi remaja yang

dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) pada


30

1974, disebutkan bahwa remaja adalah individu yang

berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-

tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

kematangan seksual, individu yang mengalami perkembangan

psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menuju

dewasa, dan individu yang mengalami peralihan dari

ketergantungan sosial ekonomi menjadi suatu kemandirian.16

Sedangkan menurut Papalia, Old, dan Feldman (2008)

mengemukakan bahwa remaja adalah merupakan masa

transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa

dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13

tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal

dua puluhan tahun.6

2. Dinamika Masa Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari

perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa

perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan

psikologik, dan perubahan sosial.9

Pubertas adalah saat dimana sistem reproduksi

mengalami kematangan pubertas ditandai dengan periode

pleriminari selama satu tahun atau lebih dan disebut

prepubertas, ketika karateristik seks sekunder mulai muncul.

Pada saat ini kelenjar endokrin, terutama kelenjar pituitary


31

dan gonad, mulai memproduksi hormon-hormonnya dalam

jumlah yang lebih besar. Bahan-bahan kimia yang sangat

kuat ini disebarkan ke setiap bagian tubuh melalui aliran

darah, menyebabkan perubahan dalam bentuk tubuh,

kecepatan pertumbuhan, perkembangan organ-organ tubuh.

Perubahan-perubahan khusus pada anak perempuan

adalah perubahan puting susu, dan payudara, pertumbuhan

rambut pubis dan aksila, pinggul dan pelvis melebar,

menarke (awal menstruasi), dan ovulasi mengikuti menarke 6

sampai 12 bulan. Baik pada anak laki-laki maupun

perempuan mengalami perubahan kulit. Kelenjar minyak

menjadi lebih aktif, yang menyebabkan jerawat dan bintik

hitam. Kelenjar keringat menghasilkan keringat lebih banyak

yang menyebabkan bau badan. Pembuluh-pembuluh darah

kulit berdilatasi sebagai respon terhadap rangsangan

emosional, yang menyebabkan blusing (kemerahan).14

Disamping perubahan-perubahan fisik pada pubertas,

remaja harus mengatasi masalah-masalah psikososial yang

berat, termasuk harus tanggap terhadap jenis kelamin yang

berlawanan, kesadaran diri yang berlebihan, dan tumbuhnya

kebutuhan akan kemandirian. Dorongan-dorongan ini

menyebabkan konflik dengan nilai-nilai yang harus mereka

terima dari orang tua mereka, dan mereka mungkin merasa

bingung serta ketakutan. Dalam situasi ini yang sehat dan


32

dengan berjalannya waktu, pengalaman, konflik-konflik

tersebut teratasi, dan dicapai masa dewasa.14

3. Tahap-Tahap Perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada

3 tahap perkembangan remaja, yaitu :16

a. Remaja Awal (Early Adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran

akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya

sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai

perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan

mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih-

lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali

terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit

dimengerti oleh orang dewasa.

b. Remaja Madya (Middle Adolecent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-

kawan. Ia senang kalau banyak teman yang

mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai

diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama

dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi

kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka

atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau

pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya.


33

c. Remaja Akhir (Late Adolecent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai dengan pencapaian akan lima hal,

yaitu :

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi

intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman

baru.

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah

lagi,

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antara

kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

5) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya

(private self) dan masyarakat umum.16

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, kita

sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-

cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa

(rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu :14

a. Masa Remaja Awal (10-13 tahun)

1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan

teman sebaya.
34

2) Tampak dan merasa ingin bebas.

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan

keadaan tubuhnya dan mulai berpikir khayal (abstrak).

b. Masa Remaja Tengah (14-16 tahun)

1) Tampak dan ingin mencari identitas diri.

2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada

lawan jenis.

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

c. Masa Remaja Akhir (17-19 tahun )

1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap

dirinya.

4) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

5) Memiliki ke mampuan berpikir khayal atau abstrak.14

4. Aspek-Aspek Perkembangan pada Masa Remaja

a. Perkembangan Fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah

perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris

dan keterampilan motorik. Perubahan terutama pada

perkembangan eksternal, sehingga perkembangan internal


35

lebih menonjol dibandingkan dengan perkembangan

eksternal.3

1) Perubahan Eksternal

a) Tinggi dan Berat Badan.

Penambahan tinggi berat badan remaja putri

rata-rata pada usia 17-18 tahun dan penambahan

tinggi remaja putra kira-kira pada usia 18-19

tahun. Perubahan berat badan remaja mengikuti

jadwal yang sama dengan tinggi dan terjadi pada

bagian-bagian tubuh yang mengandung lemak

sedikit atau tidak sama sekali.

b) Organ Seks dan Ciri-Ciri Seks Sekunder.

Perkembangan seksual akan mencapai

ukuran yang matang pada masa remaja akhir.

Namun, fungsinya belum matang hingga beberapa

tahun. Adapun perkembangan ciri-ciri seks

sekunder akan sempurna matang pada remaja

akhir.

c) Proporsi Tubuh.

Beberapa dari bagian anggota tubuh lambat

laun akan mencapai perbandingan proporsi tubuh

yang lebih seimbang, misalnya badan yang

melebar dan memanjang sehingga tidak kelihatan

yang panjang.3
36

2) Perubahan Internal

a) System Pencernaan.

Bentuk perut panjang dan tidak lagi

berbentuk pipa. Usus bertambah panjang dan

besar, otot-otot perut dan dinding usus menjadi

lebih kuat dan tebal. Berat hati akan bertambah

dan kerongkongan semakin memanjang.3

b) System Peredaran dan System Pernafasan.

Ketika usia 17-18 tahun tumbuh pesat.

Panjang dan tebal dinding pembuluh darah

meningkat dan mencapai kematangan seiring

bertambah matangnya kekuatan jantung. Kapasitas

paru-paru remaja perempuan akan meningkat

ketika usia 17 tahun dan lebih cepat matang dari

pada remaja pria.

c) System Endokrin dan Jaringan Tubuh.

Ketika masa remaja kegiatan dari gonad

yang meningkat menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan sementara dalam seluruh

system endokrin. Kelenjar-kelenjar seksual

berkembang pesat dan semakin berfungsi hingga

tahap remaja akhir dan awal dewasa. Sementara,

jaringan otot dan tulang terus berkembang pesat

dan akan berhenti ketika usia 18 tahun.3


37

b. Perubahan Psikologi Masa Remaja

Individu dikatakan sudah memasuki masa remaja

antara usia 16 atau 17 tahun dan berakhir pada usia 21

tahun. Seorang disebut remaja apabila dia telah

berkembang kearah kematangan seksual dan

memantapkan idetintasnya sebagai individu terpisah dari

keluarga, persiapan diri menghadapi tugas, menentukan

masa depannya, berakhir saat mencapai usia matang

secara hukum.16

c. Perubahan Kemampuan Intelektual

Pesatnya perkembangan kemampuan intelektual

remaja terjadi saat usia 11-15 tahun. Mereka terdorong

memahami dunia luar, mengembangkan dan

mengorganisasi idenya. Bukti pesatnya perkembangan

kognitif para remaja ditunjukkan dengan perubahan

mental, seperti belajar, daya ingat, menalar, berpikir, dan

bahasa. Kini perkembangan intelektual dari remaja

memasuki tahap formal operasional, yaitu tahap berpikir

abstrak, indenpenden, fleksibel, berpikir logis, dan mampu

memprediksi suatu masalah.3

d. Perubahan Emosi

Dampak perubahan emosi yang labil akan

mengakibatkan minimnya kemampuan remaja untuk

menguasai dan mengontrol emosi. Kondisi ini membuat


38

remaja selalu mengalami storm dan stres. Perubahan

emosi remaja merupakan akibat perubahan hormonal dan

terhenti seiring bertambah usia. Remaja dikatakan matang

secara emosi, jika mampu mengontrol emosi, menunggu

dalam mengungkap emosi dengan cara yang lebih dapat

diterima, kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi, dan

emosi lebih stabil.

e. Perubahan Perilaku Sosial

Pada kurun waktu singkat remaja mengalami

perubahan sosial radikal, yaitu perubahan perilaku sosial

dari tidak menyukai lawan jenis menjadi menyukai lawan

jenis. Dampak keterlibatan kegiatan sosial remaja adalah

meningkatkan wawasan sosial, kompentensi sosial, dan

berkurangnya prasangka dan diskriminasi.

f. Perubahan Minat

Meskipun banyaknya minat selama periode remaja,

namun tidak semua minat harus dimiliki oleh remaja,

karena hal ini sangat tergantung dengan karateristik dan

kebutuhan remaja. Ada beberapa minat tertentu yang

menjadi minat secara umum yaitu minat sosial, rekreasi,

penampilan diri, prestasi, uang, kemandirian, pekerjaan,

pendidikan, agama, simbol status, dan seks.3


39

D. Tinjauan Khusus tentang Hubungan Tingkat Stres dengan

Perubahan Siklus Menstruasi

Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak

penyakit. Salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu

gangguan pada menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami

sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi selama masa

reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap siklus menstruasi, stres

melibatkan sistem neuro endokrinologi sebagai sistem yang besar

peranannya dalam reproduksi wanita.18

Stres dapat mempengaruhi siklus menstruasi, karena pada

saat stres, hormon stres yaitu hormone kortisol sebagai produk

dari glukokortioid korteks adrenal yang disintesa pada zona

fasikulata bisa mengganggu siklus menstruasi karena

mempengaruhi jumlah hormon progesteron dalam tubuh. Jumlah

hormon dalam darah yang terlalu banyak inilah yang dapat

menyebabkan perubahan siklus menstruasi. 8

Gangguan pada siklus menstruasi ini melibatkan mekanisme

regulasi intergratif yang mempengaruhi proses biokimia dan

seluler seluruh tubuh termasuk otak dan psikologis. Pengaruh

otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus-

hipofisis-ovarium yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol

umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada amygdala

pada sistem limbik. Sistem ini akan menstimulasi pelepasan

hormon dari hipotalamus yaitu corticotropic releasing hormone


40

(CRH). Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi

GnRH hipotalamus dari tempat produksinya dinukleus arkuata.

Proses ini terjadi melalui penambahan sekresi opioid endogen.8

Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan endorfin

dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke dalam darah.

Endofrin sendiri diketahui merupakan opiat endogen yang

peranannya terbukti dapat mengurangi rasa nyeri. Peningkatan

kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan pada kadar kortisol

darah. Pada wanita dengan gejala amenore hipotalamik

menunjukkan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan adanya

peningkatan CRH dan ACTH.8

Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak

langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui

jalan ini maka stres menyebabkan gangguan siklus menstruasi.

Dari yang tadinya siklus menstruasinya normal menjadi

oligomenorea, polimenorea atau amenorea. Gejala-gejala ini

umumnya bersifat sementara dan biasanya akan kembali normal

apabila stres yang ada bisa diatasi.8

Tubuh akan bereaksi saat mengalami stres. Faktor stres ini

dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda

pertama yang menunjukan keadaan stres adalah adanya reaksi

yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh individu dipenuhi

oleh hormon stres yang menyebabkan tekanan darah, detak

jantung, suhu tubuh, dan pernafasan meningkat. Disisi lain saat


41

stres, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen,

progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat

menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan,

sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi.4


42

Kerangka Teori

Stresor

Stresor Fisik : Stresor Psikologi : Stresor Sosial :


Suara, polusi, radiasi, Tekanan dari dalam Kehilangan orang
suhu, udara, diri individu, biasanya yang dicintai,
makanan, trauma bersifat negatif. perceraian, masalah
serta latihan fisik yang keungan, pindah
terpaksa. rumah, dsb.

Tingkat Stres

Respon Psikologi Respon Fisiologi Respon Sosial

Sistem Sistem Sistem


Gangguan
Pernapasan dan Endokrin dan Pencernaan dan
Tidur
Kardiovaskular Reproduksi Perkemihan

Siklus Menstruasi

Gambar 2.1
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan.

Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan pada tinjauan

kepustakaan maka dapat dirangkumkan kerangka berpikir peneliti

dalam bentuk sebuah kerangka konsep seperti yang digambarkan

dibawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Stres Siklus
Menstruasi

Berat Badan

Aktifitas

Penyakit

Hormonal

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel Independen Yang Diteliti

: Variabel Independen Yang tidak Diteliti

43
44

: Variabel Dependen Yang Diteliti

: Menyatakan Hubungan Antara Variabel

B. Defenisi Operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional

Variabel Definisi Skala


No. Kriteria Objektif
Penelitian Operasional Pengukuran
Independent

1. Tingkat Stres Respon tubuh Stres Sedang Interval


yang spesifik (19 25)
berupa respon Stres Berat
fisiologis, (26 42)
psikologis
maupun perilaku
terhadap stresor
yang dialami
Dependent

2. Siklus Jarak waktu Normal (21 35 Interval


Menstruasi sejak hari
hari)
pertama
menstruasi Tidak normal
sampai (<21 hari atau
datangnya >35 hari)
menstruasi
berikutnya

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan

study crossectional yang merupakan rancangan penelitian dengan

melakukan pengukuran atau pengamatan dilakukan pada satu

saat bersamaan (sekali waktu),17 untuk melihat gambaran tingkat


45

stres dengan siklus menstruasi pada siswi Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 19

Agustus sampai dengan tanggal 23 Agustus 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan.19 Populasi dalam penelitian ini

adalah semua siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wangi-

Wangi Kabupaten Wakatobi sebanyak 603 orang siswi.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswi

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi yang mengalami menstruasi, dengan tekhnik

pengambilan sampel non probability sampling yaitu dengan


46

teknik purposive sampling adalah merupakan teknik sampling

dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini tidak memberikan

peluang yang sama dari setiap anggota populasi, yang

bertujuan tidak untuk generalisasi yang berasas pada

probabilitas yang tidak sama.18 Jumlah sampel pada

penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin

yaitu :10

N
n=
N(2) + 1

Keterangan :

N = Besar populasi.

n = Besarnya sampel.

2 = Tingkat kepercayaan yang diinginkan = 0,102

Jadi, jumlah sampel pada penelitian ini adalah :

603
n=
603 (0,102) + 1
603
n=
603 (0,01) + 1
603
n=
6,03 + 1
603
n=
7,03

n = 85,775

n = 86
47

Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 86

responden yang memenuhi kriteria penelitian.

Adapun kriteria sampel dibagi atas kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi sebagai berikut

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek

penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang

memenuhi syarat sebagai sampel. Pertimbangan ilmiah

harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria

inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Semua siswi SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi tahun ajaran 2014/2015 yang mengalami

menstruasi.

2) Siswi yang bersedia untuk menjadi responden.

3) Siswi yang aktif sekolah.

4) Siswi yang mengalami menstruasi selama 1 tahun.

5) Siswi yang dalam keadaan sehat.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari

studi karena berbagai sebab. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan kriteria eksklusi sebagai berikut :

1) Siswi yang tidak bersedia untuk menjadi responden.

2) Siswi yang tidak aktif sekolah.


48

3) Siswi yang tidak mengalami menstruasi.

4) Siswi yang tidak sehat.

F. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan untuk penelitian ini merupakan data primer

yang diambil melalui 2 kuisioner, yaitu :

1. Kuisioner siklus menstruasi

Kuisioner ini berisikan tentang pertanyaan mengenai

siklus menstruasi. Pada saat itu juga responden menjawab

pertanyaan yang ada dalam kuisioner dan dikembalikan hari

itu juga.

2. Kuisioner Depression Anxiety Stress Scale 24 (DASS 24)

Kuisioner DASS adalah 24 butir ukuran kuantitatif untuk

mengukur kondisi emosional negatif depresi, kecemasan dan

stres. Dalam penelitian ini peneliti hanya memilih kuisioner

yang mengukur tentang stres. Skala peringkat pada DASS

24 adalah sebagai berikut:

a. Tidak berlaku untuk saya sama sekali = 0.

b. Diterapkan pada saya untuk beberapa derajat, atau

beberapa waktu = 1.

c. Diterapkan kepada saya ke tingkat yang cukup, atau

bagian yang baik dari waktu = 2.

d. Diterapkan pada saya sangat banyak, atau sebagian

besar waktu = 3.
49

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

Untuk memperoleh data primer yaitu dilakukan dengan

cara mengedarkan suatu pernyataan yang berupa formulir.

Langkahlangkah yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

sebagai berikut :

a. Sebelum kuisioner diberikan kepada responden, peneliti

memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan

tentang isi kuisioner yang diberikan pada responden.

b. Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka

responden diminta kesediaannya untuk mengisi kuisioner.

c. Jika responden telah menyatakan bersedia, maka

kuisioner diberikan dan dijelaskan cara pengisian

kuisioner.

d. Setelah kuisioner selesai diisi oleh responden, maka

kuisioner dikumpulkan dan dilakukan pengolahan data.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi yang digunakan

sebagai pelengkap dan data penunjang data primer yang ada

prevalensinya untuk keperluan penelitian.


50

H. Pengolahan Data dan Analisis Data Penelitian

1. Pengolahan Data

a. Editing

Setelah data terkumpul maka dilakukan pemeriksaan

ulang kelengkapan format kuisioner dan mengecek

kembali kemungkinan kesalahan pengisian.

b. Koding

Setiap jawaban dikonversi ke dalam angka-angka

sesuai dengan format kode yang telah disiapkan untuk

mempermudah dalam pengolahan data berikutnya.

c. Tabulasi

Penyajian data dalam bentuk tabel yang diolah

dengan menggunakan komputer.

2. Analisis Data

Data yang akan dikumpulkan terlebih dahulu diedit baik

pada waktu dilapangan maupun pada saat memasukkan data

ke dalam komputer. Hal ini dimaksudkan untuk menilai

kebenaran data. Setelah itu dilakukan koding kemudian data

dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan tujuan penelitian

dan diolah secara elektronik dengan menggunakan program

komputer Microsoft Office Excel versi 2007.


51

Kemudian data dianalisa melalui persentase dan

perhitungan jumlah dengan cara menggunakan analisa

univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel

yang diteliti.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu membawa

rekomendasi dari institusinya untuk pihak lain dengan cara

mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat

penelitian yang dituju oleh peneliti. Setelah mendapat

persetujuan, barulah peneliti melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden

yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul

penelitian dan manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak

subjek.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode atau

inisial.
52

3. Confendiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil

penelitian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus

tahun 2014 sampai tanggal 23 Agustus tahun 2014 di SMAN 1

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi. Hasil penelitian yang

dilakukan pada responden dengan jumlah responden sebanyak

86 orang siswi, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran

tingkat stres dengan siklus menstruasi pada siswi SMAN 1

Wangi-Wangi dengan menggunakan alat ukur berupa kuisioner.

Setelah dilakukan penelitian selama satu minggu kemudian

dilakukan pengumpulan data. Data yang terkumpul selanjutnya

dilakukan pengeditan, pengkodean, dan kemudian ditabulasi. Data

kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik correlation

dengan bantuan program komputer Microsoft Office Excel versi

2007.

Uji statistik pada penelitian ini hanya terdiri dari uji

univariat. Uji univariat ini dilakukan terhadap variabel-variabel dari

hasil penelitian, kemudian analisis ini menghasilkan distribusi dan

presentasi dari tiap-tiap variabel-variabel.

53
54

Adapun distribusi umur dan kelas penelitian ini adalah

merupakan sebagai data pelengkap pada penelitian ini, dengan

hasil sebagai berikut :

1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil

distribusi responden menurut umur adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di SMAN 1
Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

Umur n %
15 9 10,5
16 29 33,7
17 20 23,3
18 23 26,7
19 5 5,8
Total 86 100
Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 86

responden, yang paling banyak adalah umur 16 tahun yaitu

sebanyak 29 orang siswi (33,7%) dan yang paling sedikit

jumlahnya adalah umur 19 tahun yaitu 5 orang siswi (5,8%).

2. Distribusi frekuensi berdasarkan kelas responden

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas di SMAN 1
Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

Kelas n %
X 29 33,7
XI 26 30,2
XII 31 36,0
Total 86 100
Sumber : Data Primer, 2014
55

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 86

responden, yang paling banyak adalah dari kelas XII yaitu

masing-masing sebanyak 31 orang siswi (36,0%) dan yang

paling sedikit jumlahnya adalah kelas XI yaitu sebanyak 26

orang siswi (30,2%).

Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan untuk melihat

gambaran distribusi frekuensi dari variabel variabel yang akan

diteliti, meliputi tingkat stres dan siklus menstruasi pada siswi

SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi, dengan hasil sebagai

berikut :

1. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat stres

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres di
SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

Tingkat Stres n %
Stres Sedang 41 47,7
Stres Berat 45 52,3
Total 86 100
Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi

responden berdasarkan tingkat stres siswi, ditemukan

frekuensi terbanyak adalah stres berat yaitu sebanyak 45

orang siswi (52,3%), sedangkan sebagian lainnya mengalami

stres sedang yaitu sebanyak 41 orang siswi (47,7%).


56

2. Distribusi frekuensi berdasarkan siklus menstruasi

Tabel 4.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan siklus menstruasi
di SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

Siklus Menstruasi n %
Normal 38 44,2
Tidak normal 48 55,8
Total 86 100
Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 86

responden yang menjadi subjek penelitian, sebagian besar

responden mengalami siklus menstruasi tidak normal yaitu

terdapat 48 orang siswi (55,8%) dan diikuti dengan siklus

menstruasi normal yaitu sebanyak 38 orang siswi (44,2%).

Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.4 diatas.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

mengambil data menggunakan kuisioner, dan didapatkan 86

responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

sehingga diperoleh responden yang homogen.

Dari hasil penelitian diperoleh data seperti pada tabel 4.3

tentang tingkat stres pada siswi SMAN 1 Wangi-Wangi

Kabupaten Wakatobi yang menunjukan bahwa sebagian besar

siswinya mengalami stres berat yaitu sebanyak 45 orang siswi

(52,3%) sedangkan sebagian lainnya mengalami stres sedang

yaitu sebanyak 41 orang siswi (47,7%). Berdasarkan tabel 4.4


57

mengenai siklus menstruasi pada siswi SMAN 1 Wangi-Wangi

Kabupaten Wakatobi sebagian besar siswinya mengalami siklus

menstruasi yang tidak normal yaitu sebanyak 48 orang siswi

(55,8%) sedangkan 38 orang siswi (44,2%) lainnya mengalami

siklus menstruasi yang normal.

Pada saat sekarang ini, telah banyak fakta yang

mengungkapkan hubungan antara stres dengan menstruasi yang

merupakan masalah kesehatan bagi wanita (Widyastuti, 2007).

Berdasarkan data wawancara dari beberapa studi, menunjukkan

bahwa siklus menstruasi yang abnormal berhubungan dengan

tingkat stres (Rakhmawati, 2012).

Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak

penyakit. Salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu

gangguan pada menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami

sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi selama masa

reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap siklus menstruasi, stres

melibatkan sistem neuro endokrinologi sebagai sistem yang besar

peranannya dalam reproduksi wanita.

Insel dan Roth dalam Sriati (2007) mengungkapkan bahwa

berbagai macam perubahan emosi akibat suatu stressor telah

dihubungkan dengan adanya fluktuasi hormonal selama siklus

menstruasi. Stres dapat mempengaruhi siklus menstruasi, karena

pada saat stres, hormon stres hormon kortisol sebagai produk

dari glukokortiroid korteks adrenal yang disintesa pada zona


58

fasikulata bisa mengganggu siklus menstruasi karena

mempengaruhi jumlah hormon progesteron dalam tubuh. Jumlah

hormon dalam darah yang terlalu banyak inilah yang dapat

menyebabkan perubahan siklus menstruasi.

Dari hasil penelitian beberapa studi juga menjelaskan bahwa

sewaktu stres terjadi aktifasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal

bersama-sama dengan sistem saraf autonom yang menyebabkan

beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi yakni

siklus menstruasi yang abnormal (Chorousos dkk, 2004 dalam

Rakhmawati, 2012).

Gangguan pada siklus menstruasi ini melibatkan mekanisme

regulasi intergatif yang mempengaruhi proses biokimia dan

seluler tubuh termasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam

reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamushipofisisovarium

yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada

keadaan stres terjadi aktivasi pada amygdala pada system limbik.

Sistem ini akan menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus

yaitu Corticotropic Releasing Hormone (CRH). Peningkatan CRH

akan menstimulasi pelepasan Adenocorticotropin Hormone (ACTH)

kedalam darah. Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan

peningkatan kadar kortisol darah.


59

Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak

langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui

jalan ini maka stres menyebabkan gangguan siklus menstruasi.

Dari yang tadinya siklus menstruasinya normal menjadi

oligomenorea, polimenorea atau amenorea. Gejala-gejala ini

umumnya bersifat sementara dan biasanya akan kembali normal

apabila stres yang ada bisa diatasi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data tentang

gambaran tingkat stres dengan siklus menstruasi pada siswi

SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat stres pada siswi SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi sebagian besar siswinya mengalami stres berat. Ini

dapat dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa distribusi

tingkat stres berat pada siswi SMAN 1 Wangi-Wangi

Kabupaten Wakatobi adalah sebanyak 45 responden (52,3%),

sedangkan tingkat stres sedang yang dialami siswi SMAN 1

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi adalah sebanyak 41

responden (47,7%) dari 86 responden.

2. Siklus menstruasi pada siswi SMAN 1 Wangi-Wangi

Kabupaten Wakatobi sebagian besar mengalami siklus

menstruasi tidak normal. Ini dapat dibuktikan dengan hasil

penelitian bahwa distribusi siklus menstruasi tidak normal

pada siswi SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi adalah

sebanyak 48 responden (55,8%), sedangkan siklus menstruasi

normal pada siswi SMAN 1 Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

adalah sebanyak 38 responden (44,2%) dari 86 responden.

60
61

B. Saran

Berdasarkan manfaat yang ingin dicapai peneliti serta

berdasarkan kesimpulan dari hasil penilitian diatas, dapat

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Institusi

Peneliti lebih banyak menggunakan sumber pustaka dari

internet karena sumber pustaka yang tersedia di perpustakaan

yang berkaitan dengan penelitian ini masih kurang. Oleh

karena itu diharapkan pihak institusi dapat menambah jumlah

referensi bukunya terutama yang berkaitan antara stres

dengan siklus menstruasi, sehingga dapat memudahkan

mahasiswa dalam mendapatkan referensi agar bisa

menumbuhkan minat baca dikalangan mahasiswa STIK GIA

Makassar.

2. Bagi Responden

Bagi siswi yang mengalami tingkat stres berat maupun

yang mengalami tingkat stres sedang agar lebih meningkatkan

pengetahuan mengenai penatalaksaan stres dan bagi siswi

yang mengalami siklus menstruasi tidak normal, sebaiknya

perlu intervensi secara psikologis maupun klinis lebih lanjut

lagi.
62

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi pertimbangan atau masukan

dalam penelitian selanjutnya yang meneliti tentang stres baik

itu kaitannya dengan siklus menstruasi maupun dengan yang

lainnya misalnya yaitu hubungannya dengan imunitas tubuh.


63

DAFTAR PUSTAKA

1. Hawari D., (2008), Stres, Cemas, dan Depresi. FKUI; Jakarta.

2. Heffner L, dan Schust D., (2008), Sistem Reproduksi. Erlangga,


Surabaya.

3. Koban W.S., dkk., (2011), Tumbuh Kembang/Remaja.


http://rumahbelajarpsikologi.com, diakses 21 Mei 2014

4. Nasution I.K., (2007), Stress pada Remaja (on line). Skripsi (tidak
diterbitkan), Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id,diakses 21 Mei 2014.

5. Nursalam, (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pedoman Skiripsi , Tesis dan Instrument Penelitian
Keperawatan. Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.

6. Papalia D.E., dkk., (2008). Human Developmant ( Perkembangan


Manusia). Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

7. Prawirohardjo S., (2008), Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat, PT Bina


Pustaka, Jakarta.

8. Price S.A., dan Wilson L.M., (2005), Patofisologi Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit. Edisi 6 Volume 2, EGC, Jakarta.

9. Putranti N., (2008), Remaja dan Permasalahannya (Part 1) (on line),


http://nuritaputranti.wordpress.com, diakses 18 Mei 2014.

10. Rakhmawati A., (2012), Hubungan Tingkat Stres dan Obesitas dengan
Kejadian Gangguan Siklus Menstruasi pada Wanita Dewasa Muda (on
line) Fakultas Kedokteran Universitas Di Ponegoro. Semarang.
http://eprints.undip.ac.id, di akses 15 Mei 2014.

11. Riset Kesehatan Dasar, (2010), Laporan Nasional Riset Kesehatan


Dasar (RISKESDAS) Tahun 2010. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
http://akademikciamik2010.files.wordpress.com, diakses 18 Mei 2014.

12. Riswan I., dkk., 22 Januari (2007), Kesehatan Remaja (on line),
Majalah Kesehatan untuk Pekerja Kesehatan Indonesia dipublikasikan
oleh AIDE Medicale Internasionale (AMI). Edisi Kelima,
http://www.amifrance.org/IMG/pdf_HM5_Adolescents_health_.pdf,
diakses 18 Mei 2014.
64

13. Saifuddin A.B., (2006), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. YBPSP, Jakarta.

14. Santrock J.W., (2009), Adolescence : Perkembangan Remaja. Edisi


Keenam, Erlangga, Jakarta.

15. Saryono, (2009), Sindrom Pramenstruasi. Nuha Medika, Yogyakarta.

16. Sarwono S.W., (2006), Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

17. Setiadi, (2007), Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Edisi


Pertama. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

18. Sriati A., (2007), Tinjauan Tentang Stress (on line). Fakultas Ilmu
Keperawatan Jatinagor. Http://www.recaucesunpad.ac.id, diakses 15
Mei 2014

19. Sugiyono, (2012), Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

20. Sunaryo, (2004), Psikologi Untuk Keperawatan. EGC, Jakarta.

21. Tim STIK-GIA Makassar, (2013), Pedoman Penulisan Skripsi.


Yayasan Gema Insan Akademik, Makassar.

22. Walker J., (2004), Teens in Distress Series Adolescent Stress and
Depression, Minnesota University. http://www.extension.umn.edu,
diakses 21 Mei 2014.

23. Widyastuti Y., dkk, (2009), Kesehatan Reproduksi. Fitramaya,


Yogyakarta.

24. Wiknjosastro H., dkk, (2006), Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga Cetakan
Kedelapan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
65

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari responden
Di tempat-
Dengan hormat,

Bersama ini saya yang bertanda tangan dibawah ini. Mahasiswa

program studi S1 Keperawatan STIK GIA Makassar :

Nama : La Ode Fardiansyah

NIM : 2110045

Akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Stres

dengan Siklus Menstruasi Pada Siswi SMAN 1 Wangi Wangi

Kabupaten Wakatobi. Untuk kepentingan tersebut, saya mohon

kesediaan Saudari untuk berkenan menjadi subjek penelitian

(dijadikan sampel). Identitas dan informasi yang berkaitan dengan

Saudari dirahasiakan oleh peneliti.

Atas partisipasi dan dukungannya, disampaikan banyak terimakasih.

Wakatobi, 19 Agustus 2014

Hormat saya
La Ode Fardiansyah
2110045
66

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti, tentang maksud

dan tujuan penelitian ini, saya bersedia menjadi responden pada

penelitian yang dilakukan oleh saudara La Ode Fardiansyah,

mahasiswa Program S1 Keperawatan STIK GIA Makassar dengan

judul Gambaran Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi Pada Siswi

SMAN 1 Wangi - Wangi Kabupaten Wakatobi.

Demikian surat ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan

dari pihak lain dan kiranya dipergunakan sebagaimana mestinya.

Wakatobi, 19 Agustus 2014

Peneliti Responden

(La Ode Fardiansyah ) ( )


67

Lampiran 3

LEMBAR KUISIONER

GAMBARAN TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA

SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 WANGI-WANGI

KABUPATEN WAKATOBI

A. Identintas Responden

1. Nama responden ( inisial ) :

2. Umur :

3. Kelas :

4. Siklus menstruasi :

a. Normal (21-35 hari) :

b. Polimenorchea (<21 hari) :

c. Oligomenorchea (>35 hari) :

B. Pertanyaan Responden

1. Tingkat stres

Petunjuk :

a. Berilah tanda ceklist ( ) pada kolom yang sesuai dengan

pendapat Saudari terhadap pernyataan yang diajukan.

b. Bacalah dengan baik pernyataan sebelum menjawab.


68

c. Pilihan jawaban terdiri dari empat pilihan yaitu :

1) Tidak berlaku untuk saya sama sekali = 0.

2) Diterapkan pada saya untuk beberapa derajat, atau

beberapa waktu = 1.

3) Diterapkan kepada saya ke tingkat yang cukup atau

bagian yang baik dari waktu = 2.

4) Diterapkan pada saya sangat banyak atau sebagian

besar waktu = 3.

No. Pernyataan 0 1 2 3
Saya merasa bahwa diri saya
1. menjadi marah karena hal-hal
sepele.
Saya cenderung bereaksi
2.
berlebihan terhadap suatu situasi.
Saya merasa sulit untuk
3.
bersantai.
Saya menemukan diri saya mudah
4.
merasa kesal.
Saya merasa telah menghabiskan
5. banyak energi untuk merasa
gelisah.
Saya menemukan diri saya menjadi
tidak sabar ketika mengalami
6.
penundaan (misalnya : menunggu
sesuatu).
Saya merasa bahwa saya mudah
7.
tersinggung.
8. Saya merasa sulit untuk
69

beristirahat.
Saya merasa bahwa saya sangat
9.
mudah marah.
Saya merasa sulit untuk tenang
10. setelah sesuatu membuat saya
kesal.
Saya sulit untuk sabar dalam
11. menghadapi gangguan terhadap
hal yang sedang saya lakukan.
12. Saya sedang merasa gelisah.
Saya tidak dapat memaklumi hal
apapun yang menghalangi saya
13.
untuk menyelesaikan hal yang
sedang saya lakukan.
Saya menemukan diri saya mudah
14.
gelisah.

Keterangan :

Stres Sedang jika memiliki skor 19 25.

Stres Berat jika memiliki skor 26 42.


70

Lampiran 4

MASTER DATA

TINGKAT SIKLUS
No INISIAL UMUR KELAS
STRES MENSTRUASI
1 DB 15 X BERAT TIDAK NORMAL
2 P 16 X SEDANG NORMAL
3 SA 16 X SEDANG NORMAL
4 SR 15 X SEDANG NORMAL
5 HA 16 X SEDANG NORMAL
6 M 16 X SEDANG NORMAL
7 F 15 X SEDANG NORMAL
8 WA 16 X BERAT TIDAK NORMAL
9 S 15 X BERAT TIDAK NORMAL
10 K 16 X SEDANG TIDAK NORMAL
11 U 15 X BERAT NORMAL
12 RP 16 X BERAT NORMAL
13 J 16 X SEDANG NORMAL
14 H 16 X BERAT TIDAK NORMAL
15 A 16 X BERAT TIDAK NORMAL
16 I 16 X SEDANG NORMAL
17 NI 16 X BERAT TIDAK NORMAL
18 S 16 X BERAT TIDAK NORMAL
19 S 16 X BERAT TIDAK NORMAL
20 YD 15 X SEDANG NORMAL
21 R 17 X BERAT TIDAK NORMAL
22 P 15 X BERAT TIDAK NORMAL
23 NW 16 X SEDANG NORMAL
24 SR 16 X SEDANG NORMAL
25 WD 16 X SEDANG NORMAL
26 NJS 17 X BERAT TIDAK NORMAL
27 TL 16 X SEDANG NORMAL
28 JL 15 X BERAT TIDAK NORMAL
29 N 16 X SEDANG NORMAL
30 MM 17 XI BERAT TIDAK NORMAL
31 M 17 XI BERAT TIDAK NORMAL
32 S 16 XI BERAT TIDAK NORMAL
33 DB 16 XI BERAT TIDAK NORMAL
34 F 17 XI BERAT TIDAK NORMAL
35 D 16 XI SEDANG NORMAL
36 S 17 XI SEDANG NORMAL
37 NN 16 XI SEDANG NORMAL
38 EP 16 XI BERAT TIDAK NORMAL
39 DS 17 XI SEDANG NORMAL
71

40 M 17 XI BERAT TIDAK NORMAL


41 HI 17 XI SEDANG TIDAK NORMAL
42 D 17 XI BERAT TIDAK NORMAL
43 E 16 XI SEDANG NORMAL
44 R 16 XI SEDANG NORMAL
45 M 17 XI BERAT TIDAK NORMAL
46 P 15 XI SEDANG NORMAL
47 A 16 XI BERAT TIDAK NORMAL
48 EP 17 XI SEDANG TIDAK NORMAL
49 F 17 XI SEDANG NORMAL
50 P 16 XI BERAT TIDAK NORMAL
51 A 17 XI SEDANG NORMAL
52 TS 17 XI SEDANG NORMAL
53 Y 16 XI BERAT TIDAK NORMAL
54 S 18 XI BERAT TIDAK NORMAL
55 A 18 XI SEDANG NORMAL
56 R 17 XII SEDANG NORMAL
57 T 18 XII BERAT TIDAK NORMAL
58 MA 18 XII BERAT TIDAK NORMAL
59 MK 17 XII SEDANG NORMAL
60 S 18 XII BERAT NORMAL
61 D 18 XII BERAT TIDAK NORMAL
62 P 19 XII BERAT TIDAK NORMAL
63 DA 17 XII SEDANG NORMAL
64 N 19 XII BERAT TIDAK NORMAL
65 I 18 XII SEDANG NORMAL
66 PA 18 XII SEDANG NORMAL
67 YS 17 XII BERAT TIDAK NORMAL
68 A 18 XII SEDANG TIDAK NORMAL
69 H 18 XII SEDANG TIDAK NORMAL
70 L 18 XII BERAT TIDAK NORMAL
71 RL 18 XII BERAT TIDAK NORMAL
72 IL 19 XII BERAT TIDAK NORMAL
73 IW 18 XII BERAT TIDAK NORMAL
74 KB 18 XII BERAT TIDAK NORMAL
75 M 18 XII SEDANG NORMAL
76 D 18 XII BERAT TIDAK NORMAL
77 TH 18 XII SEDANG TIDAK NORMAL
78 NO 18 XII SEDANG NORMAL
79 NN 19 XII BERAT TIDAK NORMAL
80 V 17 XII SEDANG NORMAL
81 RH 18 XII BERAT TIDAK NORMAL
82 N 18 XII BERAT TIDAK NORMAL
83 SN 18 XII SEDANG NORMAL
84 H 18 XII BERAT TIDAK NORMAL
72

85 A 19 XII BERAT TIDAK NORMAL


86 R 18 XII SEDANG NORMAL

Ket :

Umur = 1 : 1516
2 : 1719

Kelas = 1 : XXII

Tingkat Stres = 1 Sedang


2 Berat

Siklus Menstruasi = 1 Normal


2 Tidak Normal
73

Lampiran 5

HASIL OLAH DATA

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di SMAN 1 Wangi-

Wangi Kabupaten Wakatobi

Umur n %

15 9 10.5

16 29 33.7

17 20 23.3

18 23 26.7

19 5 5.8

Total 86 100

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas di SMAN 1 Wangi-

Wangi Kabupaten Wakatobi

Kelas n %

X 29 33.7

XI 26 30.2

XII 31 36

Total 86 100
74

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres di SMAN 1

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

Tingkat Stres n %

Stres Sedang 41 47.7

Stres Berat 45 52.3

Total 86 100

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres di SMAN 1

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi

Siklus Menstruasi n %

Normal 38 44.2

Tidak normal 48 55.8

Total 86 100
75

Umur

30

25

20

15 29
10 23
20
5 9

0
5
15
16
17
18
19

Kelas

31
30
29
28
27
29 31
26
25
24 26
23

X
XI
XII
76

Tingkat Stres

45

44

43

42 45
41
41
40
39

Stres Sedang
Stres Berat

Siklus Menstruasi

50

40

30
38 48
20

10

Normal
Tidak normal
77

Anda mungkin juga menyukai