BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi masih menjadi suatu masalah yang cukup besar, berdasarkan data
dari WHO (World Health Organization), penyakit ini menyerang 22%
penduduk dunia, sedangkan di Asia Tenggara angka kejadian hipertensi
mencapai 36%. Kematian akibat hipertensi di Indonesia juga sangat tinggi
yaitu 427.218 dari perkiraan jumlah kasus hipertensi 63.309.620 (Kemenkes
RI, 2019). Dari hasil Riskesdas tahun 2018 dinyatakan prevalensi kejadian
hipertensi sebesar 34.1%, angka ini meningkat cukup tinggi dibandingkan hasil
Riskesdas tahun 2013 sebesar 25.8%. Prevalensi hipertensi mengalami
peningkatan yang signifikan pada pasien berusia 60 tahun ke atas. (Tirtasari
dan Kodim, 2019). Diwilayah Kecamatan Johar Baru pada periode Januari
2019 – September 2019, penyakit hipertensi menduduki urutan ke dua (12.798)
dari 10 penyakit terbanyak setelah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (27.713).
(Hayfa, 2019).
Menurut WHO (2013 dalam Ferri, 2017), hipertensi atau yang biasa disebut
tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas
normal yaitu ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg. Hipertensi
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial
yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat
disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan
gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala,
sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama
dapat menimbulkan komplikasi.
mengkonsumsi makanan yang sehat sesuai diet ahli gizi dan latihan agar fungsi
tubuh dapat mendekati normal atau normal kembali.
Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat kasus tersebut menjadi karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Keluarga Pada Bapak RI Yang Mengalami Hipertensi di
RT 6 RW 11 Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan Johar Baru Jakarta
Pusat”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menggambarkan hasil analisis asuhan keperawatan yang diberikan
pada Bapak RI yang mengalami hipertensi dalam konteks keluarga.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
mengindentifikasi hasil analisis dari :
a. Pengkajian keperawatan keluarga khususnya Bapak RI yang mengalami
hipertensi.
b. Diagnosa keperawatan pada Bapak RI yang mengalami hipertensi.
c. Perencanaan keperawatan Bapak RI yang mengalami hipertensi
d. Tindakan keperawatan Bapak RI yang mengalami hipertensi
e. Evaluasi keperawatan Bapak RI yang mengalami hipertensi
f. Kesenjangan antara teori dan kenyataan pada kasus Bapak RI yang
mengalami hipertensi.
C. Manfaat Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang diambil dari studi kasus ini diharapkan
dapat memberikan manfaat aplikatif bagi :
1. Masyarakat dan Keluarga
Memberikan informasi, edukasi, motivasi dan saran yang tepat untuk
keluarga dan lingkungan mengenai pentingnya tatalaksana atau manajemen
penyakit hipertensi menggunakan bahasa yang mudah dipahami contoh :
4
dangan cara kontrol dan minum obat anti hipertensi secara rutin, mematuhi
aturan diet dan berperilaku gaya hidup sehat.
2. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan,
khususnya mahasiswa keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I dalam hal
pemahaman dan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
berhubungan dengan hipertensi dalam konteks asuhan keperawatan
keluarga.
3. Pelayanan Keperawatan Keluarga di FKTP
Diharapkan petugas kesehatan khususnya tenaga keperawatan keluarga
untuk lebih berperan aktif dalam melaksanaan pembinaan keluarga mandiri,
khususnya adalah membina perilaku keluarga dalam melakukan pola
hidup sehat, dan memberikan bimbingan, pengetahuan serta manajemen
penyakit bagi keluarga yang berpotensi mempunyai masalah kesehatan yang
tidak memahami 5 fungsi keluarga melalui home visit.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
Dibawah ini akan dijabarkan teori tentang konsep keperawatan keluarga, tentang
hipertensi dan asuhan keperawatan yang dikutip dari berbagai sumber.
B. Hipertensi
1. Pengertian hipertensi
Menurut WHO (Word Health Organization), batas tekanan darah yang
dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah
sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk
orang dewasa di atas 18 tahun) , Adib (2009 dalam tarigan et al, 2018).
2. Etiologi
Pikir dkk (2015) menyatakan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 :
a. Hipertensi Primer (esensial) atau Idiopatik
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko antara lain yaitu :
1) Merokok : Setiap batang rokok dapat meningkatkan tekanan darah
7/4 mmHg, perokok pasif dapat meningkatkan 30% risiko penyakit
kardiovaskular dan peningkatan 80% pada perokok aktif.
9
4. Patofisiologi Hipertensi
Mary, (2008), menyatakan tekanan darah adalah tekanan yang diberikan
oleh darah pada dinding pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah
proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium
dan retensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh
10
darah. Ada dua faktor utama yang mengatur tekanan darah, yaitu darah
yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer. Dilatasi dan konstriksi
pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh sistem saraf simpatis dan
sistem renin angiotensin. Vasokontriksi pembuluh-pembuluh darah yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada ginjal
dengan timbulnya kegagalan ginjal. Selain ginjal, otak, dan jantung dapat
pula mengalami kerusakan yang permanen. Pada hipertensi tahap lanjut,
pasien dapat mengalami sakit kepala terutama ketika bangun pagi,
penglihatan kabur, epistaksis, dan depresi .
Penelitian yang dilakukan oleh Suoth, et al, (2014 dalam Jannah dan
Ernawaty 2018) menyatakan bahwa gaya hidup sangat mempengaruhi
terjadinya penyakit hipertensi.
5. Pathway Hipertensi
11
2. Diagnosis Keperawatan
Doenges (2012 dalam Widagdo dan Chairani 2020). Menjelaskan
diagnosis keperawatan merupakan tentang stimulus yang didapatkan
(status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu maupun
kelompok. Dalam hal ini perawat secara akuntabilitas dapat
mengindentifikasi dan memberikan perencanaan secara pasti untuk
menjaga status kesehatan. Jenis diagnose keperwatan menurut Carpenito,
(2013 dalam SDKI PPNI, 2017), dikatakan bahwa diagnose keperawatan
ada tiga jenis, 1. Diagnosis actual, diagnose ini menggambarkan respons
klien terhadap kondisi kesehatan yang menyebabkan klien mengalami
masalah kesehatan, tanda dan gejala dapat ditemukan dan divalidasi pada
klien. 2. Diagnosis risiko, diagnosis ini menggambarkan respon klien
terhadap kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan klien beresiko
mengalami masalah kesehatan, tidak di dapati tanda dan gejala pada klien
tapi klien memiliki factor resiko mengalami maslah kesehatan tersebut. 3.
Diagnosis promkes, diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan
motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatan ke tingkat yang
lebih baik atau optimal.
Diagnosis keperawatan yang bisa ditemukan pada teori dengan hipertensi
pada diagnosis SDKI PPNI (2017) diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gejala penyakit
hipertensi
d. Defisit pengetahuan mengenai penyakit hipertensi berhubungan
dengan kurang terpaparnya informasi
e. Risiko Perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan riwayat hipertensi
3. Intervensi atau Rencana Keperawatan
Menurut Mary (2019) Intervensi atau Rencana keperawatan dirancang
oleh perawat dan keluarga agar dapat berfokus terhadap hal yang telah
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis menjabarkan asuhan keperawatan keluarga pada Bapak RI
yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 April 2020 s.d hari Jumat tanggal 10
April 2020, yang mana kegiatan tersebut dilaksanakan dirumah berupa kunjungan
rutin (home visit) selama 5 hari di RT 6 RW 11 Kelurahan Tanah Tinggi
Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat.
A. Pengkajian Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan pada hari Senin tanggal 6 April
2020 didapatkan data sebagai berikut : keluarga Bapak RI beralamat di Gg M
Ali IV RT 6 RW 11 Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan Johar Baru Jakarta
Pusat. Lokasi rumah yang berada di ujung sebuah perempatan gang yang
padat penduduk, rumah keluarga Bapak RI berukuran 8x4 m, dengan kamar
mandi dan jamban ada didalam rumah, penyinaran matahari cukup,
pembuangan sampah diambil setiap hari oleh petugas kebersihan swadaya,
penataan dalam rumah cukup rapih dan bersih, Keluarga Bapak RI terdiri dari
lima anggota keluarga, yaitu : Bapak RI (laki-laki) berusia 49 tahun sebagai
kepala keluarga, pendidikan terakhir D3 tamat, pekerjaan dagang, suku
minang, agama islam. Ibu. YD (perempuan) berusia 37 tahun sebagai istri,
pendidikan terakhir SMA tamat, pekerjaan ibu rumah tangga, suku minang,
agama islam. An. V (perempuan) berusia 16 tahun sebagai anak pertama,
pendidikan terakhir SMA belum tamat, pekerjaan pelajar, suku minang,
agama islam. An. R (laki-laki) berusia 14 tahun sebagai anak kedua,
pendidikan terakhir SMP belum tamat, pekerjaan pelajar, suku minang,
agama islam dan An. K (perempuan) 8 tahun sebagai anak ke tiga, pendidikan
terakhir SD belum tamat, pekerjaan pelajar, suku minang, agama islam.
Keluarga Bapak RI termasuk keluarga tradisional, tipe nuclear family yang
memasuki tahap V dari perkembangan keluarga, yaitu keluarga dengan anak
remaja, selain tidur kooping yang dugunakan anggota keluarga adalah
berdiskusi dengan keluarga inti, kalau tidak dapat jalan keluar lalu
mendiskusikan dengan keluarga besar, Bapak RI bredagang di pasar malam
21
wilayah Bekasi, biasa berangkat untuk berdagang pkl 15.30 wib dan pulang
kerumah pkl 24.00 wib. Keluarga Bapak RI sesekali mengunjungi monas
untuk bermain atau sekedar menikmati udara pagi disaat libur.
makan, tidak ada mual tidak ada muntah, pola eliminasi baik, miksi 5-6 X
dalam 1 hari, warna kuning jernih, jumlah normal, tidak ada keluhan, defikasi
1 X pada pagi hari, warna kuning kecoklatan, lunak tidak ada lendir, tidak ada
darah, bau khas dan tidak ada keluhan. Pada saat pengkajian Bapak RI
merasakan sakit kepala dengan skala nyeri 7 dari 10, dari rentang nilai 0 s.d
10 yang disediakan, mengeluh tidak nyaman, mengeluh lelah, mengeluh
badan tidak rileks, menegeluh sulit tidur sejak semalam dada berdebar, tangan
berkeringat dan sedikit kesemutan.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian pada hari Senin tanggal 6 April 2020, penulis dan
keluarga merumuskan masalah keperawatan Bapak RI. Ada tiga prioritas
diagnosa keperawatan terkait dengan penyakit hipertensi Bapak RI, yaitu : 1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penyakit hipertensi
2. Defisit pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan
kurang terpapar informasi 3. Risiko Perfusi perifer tidak efektif ditandai
dengan riwayat hipertensi.
23
tidak mengetahui fungsi keluarga yang ke tiga dan kelima (merawat anggota
yang sakit dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada).
E. Evaluasi keperawatan
Berdasarkan implementasi yang telah di terapkan , maka evaluasi pada
kunjungan rumah terakhir hari Jumat 10 april 2020 didapati :
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas kesenjangan antara teori dan kasus pada asuhan
keperawatan keluarga Bapak RI yang telah dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6
April 2020 s.d hari Jumat tanggal 10 April 2020, yang mana kegiatan tersebut
dilaksanakan selama lima hari di RT 6 RW 11 Kelurahan Tanah Tinggi
Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat.
A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Widagdo (2019) Pengkajian keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan
klien atau keluarga dengan menggunakan patokan norma-norma kesehatan
individu atau sosial sistem integritas dan kesanggupan untuk mengatasi
masalah-masalah.
yang menyatakan klien dengan hipertensi dipengaruhi oleh genetika dan gaya
hidup, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suoth, et al, (2014 dalam
Jannah dan Ernawaty 2018) menyatakan bahwa gaya hidup sangat
mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi.
B. Diagnosa Keperawatan
Jenis diagnose keperwatan menurut Carpenito, (2013 dalam SDKI PPNI,
2017), dikatakan bahwa diagnose keperawatan ada tiga jenis, 1. Diagnosis
actual, 2. Diagnosis risiko, 3. Diagnosis promkes, ketiga jenis diagnose tersebut
dapat di tegakan pada Bapak RI dengan hipertensi, yaitu : : 1. Gangguan rasa
31
Diagnosa ketiga ditemukan pada tanggal 6 April 2020 yaitu Risiko Perfusi
perifer tidak efektif dengan riwayat hipertensi. didefinisikan sebagai resiko
mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh, (SDKI PPNI, 2017). Diagnosa risiko yang
mungkin muncul pada hipertensi adalah resiko perfusi perifer tidak efektif. Hal
ini terjadi akibat vasokontriksi karena penurunan elastisitas pembuluh darah
yang kemudian berdampak pada perfusi perifer atau suplai darah ke jaringan
atau organ tubuh, disamping itu stimulasi simpatis juga menyebabkan
vasodilatasi perifer yang bertujuan mencegah peningkatan tekanan darah lebih
lanjut, di sisi lain penurunan elastisitas pembuluh darah kapiler menyebabkan
penurunan perfusi jaringan organ tubuh lainnya, Factor pendukung : Bapak
RI 49 tahun, laki laki, perokok, hiperlipedimia, kegemukan, dan mempunyai
genogram hipertensi sesuai dengan pernyataan yang diungkap Kemenkes RI
(2018) Faktor risiko : umur, jenis kelamin, dan genetik atau keturunan (tidak
dapat diubah). Merokok, diet rendah serat, dislipidemia, konsumsi garam
berlebih, kurang aktivitas fisik, stress, berat badan berlebih atau kegemukan,
dan konsumsi alcohol (faktor yang dapat diubah). Faktor usia yang memicu
timbulnya penyakit hipertensi pada Bapak RI adalah ketidak seimbangan
antara jumlah asupan zat gizi yang diperlukan dan yang dikeluarkan sehingga
menyebabkan status gizi yang tidak seimbang. Kelebihan gizi yang dimulai
pada usia 45 tahun ke atas biasanya berhubungan dengan kemakmuran dan
gaya hidup. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya berbagai
makanan siap saji yang enak, nikmat dan kaya akan energi terutama sumber
lemak dan karbohidrat, maka terjadi asupan gizi yang melebihi kebutuhan
tubuh. Keadaan kelebihan gizi ini akan membawa pada keadaan obesitas.
34
Perubahan status gizi yang ditandai dengan peningkatan berat badan dapat
secara langsung mempengaruhi perubahan tekanan darah. Factor penghambat
: control di FKTP harus melalui perjanjian dan pendafaaran online, karena
pandemic Covid19 yang membatasi pengunjung, dan tidak dilakukannya
pemeriksaan penunjang untuk menengakakan diagnosa Solusi : dalam
memberikan pendidikan kesehatan sangat penting mengukur kemampuan
kognitif klien ini mempengaruhi dalam penerimaan bahasa agar materi yang
disampaikan bisa masuk dalam logikanya.
perencanaan yang telah dibuat dan dilakukan secara mandiri atau kerja sama
antar tim kesehatan lain. Keberhasilan tindakan keperawatan dipengaruhi oleh
kemampuan perawat dan partisipasi klien, keluarga serta sarana yang tersedia
(Widagdo dan Chairani, 2020). Implementasi yang sudah dilaksanakan selama
4 kali kunjungan rumah mulai tanggal 6 April 2020 – 9 April 2020 sudah
sesuai dengan intervensi keperawatan yang penulis susun yaitu :
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga merupakan tahap kelima atau akhir dari proses
keperawatan. Tujuan dari tahap ini adalah akan menilai keberhasilan dari
tindakan yang telah dilaksanakan. Indikator evaluasi keperawatan adalah
kriteria hasil yang ditulis pada tujuan ketika perawat menyusun perencanaan
tindakan keperawatan. Evaluasi ini dikatakan berhasil apabila tujuan dapat
tercapai (Widagdo & Chairani, 2020).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan sesuai dengan lima tahapan dalam proses
keperawatan yang meliputi : pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Asuhan keperawatan Keluarga Bapak RI dengan Hipertensi yang dilakukan
selama lima hari sejak tanggal 6 April s.d 10 April 2020, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Bapak RI dan keluarga,
penulis menyimpulkan bahwa pengkajian sangat penting (70% dalam
menegakkan diagnose) dan yang perlu diperhatikan pada pasien hipertensi
dalam konteks keluarga diantaranya dengan metode pengumpulan data
melalui wawancara mulai dari data umum keluarga, tahap perkembangan
keluarga saat ini, riwayat keluarga inti, kondisi lingkungan yang dapat
mempengaruhi, serta fungsi perawatan keluarga dalam bidang kesehatan.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik fokus dalam system kardiovaskular dapat
dilakukan pengukuran tekanan darah, nadi, pernapasan, , pengukuran
capillary refill time (CRT), serta keluhan klien.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil pengumpulan data tersebut, penulis merumuskan
diagnosis yang dibandingkan antara teori dan kasus, yaitu gangguan rasa
nyaman nyeri, defisit pengetahuan tentang hipertensi, risiko perfusi jaringan
perifer . Pada perumusan diagnosis ini tidak memiliki kesenjangan antara
teori dan kasus yang ditemukan pada keluarga Bapak RI hanya pada kasus
Bapak RI belum dapat memenuhi tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu
keluarga Bapak RI belum mampu menjalankan tugas yaitu merawata angota
keluarga yang sakit serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk
menunjang kesehatan klien.
41
3. Intervensi Keperawatan
Penyusunan intervensi keperawatan disusun berdasarkan kebutuhan klien
dan keluarga. Penyusunan intervensi dilakukan bersama Bapak RI dan
keluarga agar dapat terjadi implementasi keperawatan yang komperehensif
dan optimal. Intervensi ditekankan kepada pemahaman kognitif mengenai
penyakit Bapak RI dan bagaimana cara mengendalikannya melaui
pemberian pendidikan kesehatan bagaiman mengenal penyakit hipertensi,
melatih teknik napas dalam untuk mengurangi nyeri, serta anjuran pola
hidup sehat denga penyakit hipertensi dengan diit untuk penyakit hipertensi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis bedasarkan perencanaan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya bersama keluarga.
Implementasi yang dilakukan meliputi mengkaji kedaan umum serta
keluhan yang diarasakan Bapak RI, mengkaji kemampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan klien, memberikan anjuran serta pendidikan
keshatan bagi Bapak RI dan keluarga, serta memonitor kembali
pengetahuan Bpak RI dan keluarga tentang materi yang sudah diberikan
sebelumnya.
5. Evaluasi Keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan selama 4 hari dan evaluasi dilakukan pada
hari terakhir implementasi keperawatan. Home visit dilakukan selama 5 hari.
Pada diagosa keperawatan yang diangkat oleh penulis, ketiga masalah dapat
teratasi seusai kriteria hasil yang ditetapkan pada perencanaan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Tingkatkan perhatian mahasiswa pada potensi keluarga dan kerja sama
dengan sistem pendukung keluarga serta tenaga kesehatan lainnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil dari Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi referensi dalam
penelitian dan pengabdian masyarakat yang terkait dalam cara pengendalian
dalam pencegahan penyakit hipertensi di lingkungan masyarakat
42