Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi masih menjadi suatu masalah yang cukup besar, berdasarkan data
dari WHO (World Health Organization), penyakit ini menyerang 22%
penduduk dunia, sedangkan di Asia Tenggara angka kejadian hipertensi
mencapai 36%. Kematian akibat hipertensi di Indonesia juga sangat tinggi
yaitu 427.218 dari perkiraan jumlah kasus hipertensi 63.309.620 (Kemenkes
RI, 2019). Dari hasil Riskesdas tahun 2018 dinyatakan prevalensi kejadian
hipertensi sebesar 34.1%, angka ini meningkat cukup tinggi dibandingkan hasil
Riskesdas tahun 2013 sebesar 25.8%. Prevalensi hipertensi mengalami
peningkatan yang signifikan pada pasien berusia 60 tahun ke atas. (Tirtasari
dan Kodim, 2019). Diwilayah Kecamatan Johar Baru pada periode Januari
2019 – September 2019, penyakit hipertensi menduduki urutan ke dua (12.798)
dari 10 penyakit terbanyak setelah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (27.713).
(Hayfa, 2019).

Menurut WHO (2013 dalam Ferri, 2017), hipertensi atau yang biasa disebut
tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas
normal yaitu ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg. Hipertensi
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial
yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat
disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan
gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala,
sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama
dapat menimbulkan komplikasi.

Sedyaningsih (2010), menyatakan pemerintah Indonesia telah berupaya dalam


pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular termasuk hipertensi.
Hal ini dapat dilihat dengan dibentuknya Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular (P2TM) berdasarkan Permenkes RI No. 1575 Tahun 2005
2

dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan


pembuluh darah termasuk hipertensi, diabetes melitus dan penyakit lainnya.

Pencegahan dan penanggulangan hipertensi sesuai dengan kemajuan teknologi


dan kondisi daerah, diantaranya dengan memperkuat pencegahan, deteksi dini
faktor risiko, penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi,
meningkatkan surveilans epidemiologi dan sistem informasi pengendalian
hipertensi. Berdasarkan data transisi epidemiologi dari badan perencanaan dan
anggaran Sekretariat Jenderal Kemenkes RI, kematian akibat penyakit tidak
menular semakin meningkat. Penyebab utama dari beban penyakit antara tahun
1990-2015, adalah 57% dari penyakit tidak menular, 30% penyakit menular,
dan 13% dari cedera. Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan
perubahan perilaku hidup seperti : pola makan dengan gizi tidak seimbang,
kurang aktifitas fisik, merokok, dll. (Kemenkes RI, 2016).

Muhlisin (2012) menyatakan bahwa strategi yang akan dilakukan tenaga


kesehatan untuk menurunkan atau mengatasi masalah hipertensi yang di
dukung dengan teori yaitu dengan melakukan asuhan keperawatan pada
keluarga yang mengalami masalah kesehatan hipertensi. Pentingnya pelibatan
keluarga dapat membantu dalam mengatur pola makan yang sehat,
mengajaknya berolahraga, memotivasi pasien untuk rutin dalam memeriksakan
tekanan darahnya. Tindakan yang di lakukan perawat mengacu pada peran
perawat dari segi promotif yaitu peningkatan kesehatan dengan memberikan
asuhan keperawatan untuk meningkatkan usaha pencegahan, penyembuhan dan
mencegah komplikasi lebih berat. Segi preventif yaitu memberikan pecegahan
dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pola hidup sehat, diit
makanan yang tepat mencegah peningkatan faktor resiko. Segi kuratif yaitu
perawat berperan dalam membantu memberikan pengobatan pada pasien sesuai
dengan instruksi medis dengan cara menganjurkan minum obat secara teratur
dan memantau tekanan darah. Segi rehabilitatif yaitu pemulihan kesehatan
pada penderita yang dirawat dirumah dengan menganjurkan keluarga untuk
3

mengkonsumsi makanan yang sehat sesuai diet ahli gizi dan latihan agar fungsi
tubuh dapat mendekati normal atau normal kembali.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat kasus tersebut menjadi karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Keluarga Pada Bapak RI Yang Mengalami Hipertensi di
RT 6 RW 11 Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan Johar Baru Jakarta
Pusat”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menggambarkan hasil analisis asuhan keperawatan yang diberikan
pada Bapak RI yang mengalami hipertensi dalam konteks keluarga.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
mengindentifikasi hasil analisis dari :
a. Pengkajian keperawatan keluarga khususnya Bapak RI yang mengalami
hipertensi.
b. Diagnosa keperawatan pada Bapak RI yang mengalami hipertensi.
c. Perencanaan keperawatan Bapak RI yang mengalami hipertensi
d. Tindakan keperawatan Bapak RI yang mengalami hipertensi
e. Evaluasi keperawatan Bapak RI yang mengalami hipertensi
f. Kesenjangan antara teori dan kenyataan pada kasus Bapak RI yang
mengalami hipertensi.

C. Manfaat Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang diambil dari studi kasus ini diharapkan
dapat memberikan manfaat aplikatif bagi :
1. Masyarakat dan Keluarga
Memberikan informasi, edukasi, motivasi dan saran yang tepat untuk
keluarga dan lingkungan mengenai pentingnya tatalaksana atau manajemen
penyakit hipertensi menggunakan bahasa yang mudah dipahami contoh :
4

dangan cara kontrol dan minum obat anti hipertensi secara rutin, mematuhi
aturan diet dan berperilaku gaya hidup sehat.
2. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan,
khususnya mahasiswa keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I dalam hal
pemahaman dan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
berhubungan dengan hipertensi dalam konteks asuhan keperawatan
keluarga.
3. Pelayanan Keperawatan Keluarga di FKTP
Diharapkan petugas kesehatan khususnya tenaga keperawatan keluarga
untuk lebih berperan aktif dalam melaksanaan pembinaan keluarga mandiri,
khususnya adalah membina perilaku keluarga dalam melakukan pola
hidup sehat, dan memberikan bimbingan, pengetahuan serta manajemen
penyakit bagi keluarga yang berpotensi mempunyai masalah kesehatan yang
tidak memahami 5 fungsi keluarga melalui home visit.
5

BAB II
TINJAUAN TEORI

Dibawah ini akan dijabarkan teori tentang konsep keperawatan keluarga, tentang
hipertensi dan asuhan keperawatan yang dikutip dari berbagai sumber.

A. Konsep Keperawatan Keluarga


1. Konsep Keluarga
Pengertian
a. Menurut Widagdo dan Resnayati (2019). Keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan kelahiran dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan mempertahankan budaya dan peningkatan
perkembangan fisik mental emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarga.
b. Menurut Depkes RI (1988). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan dalam
keadaan saling ketergantungan
2. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Freedman (2010, dalam Widagdo dan
Resnayeti, 2019) ada 5 yaitu :
a. Fungsi afektif, berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan, fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagiaan keluarga, keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, dimulai sejak lahir keluarga merupakan tempat
6

individu untuk belajar bersosialisasi yang diwujudkan dalam


sosialisasi anggota keluarga, belajar disiplin, belajar tentang norma
budaya dan perilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti makanan
pakaian dan tempat berlindung atau rumah.
e. Fungsi perawatan kesehatan keluarga juga berfungsi untuk
melaksanakan praktek pemeliharaan kesehatan untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang
sakit, kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga, kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
perawatan kesehatan keluarga yang dilaksanakan keluarga dan yang
dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga itu sendiri
3. Menurut Freedman (2010) tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan ada 5 yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya keluarganya, contoh :
anggota keluarga menyadari adanya perubahan pada anggota keluarga
yang mengalami gejala hipertensi, seperti sakit kepala, nyeri
ditengkuk hingga terasa berat, gelisah, cepat lelah dll.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga. Dalam hal ini menyarankan memakan labu siam, daun
seledri, belimbing atau memakan timun untuk mengurangi tekanan
darah, serta mengelola stress agar si penderita bisa mengurangi beban
pikiran yang sangat erat dapat meningkatan tekanan darah. Jika
keluarga mempunyai keterbatasan sebaiknya meminta bantuan orang
lain dilingkungan sekitar keluarga.
c. Memberikan perawatan anggotanya yang sakit. Contohnya dengan
memasak makanan yang rendah lemak, rendah garam, menyiapkan jus
7

labu siam, daun seledri, belimbing atau lalapan timun untuk


menstabilkan tekanan darah dan selalu mengingatkan si penderita
untuk minum obat hipertensi sebagai pemeliharaan kesehatan atau
maintenence
d. Mempertahankan serta memodifikasi suasana dirumah yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarga. Contohnya seperti adanya keterlibatan anggota keluarga
dalam membereskan rumah dan supaya rumah menjadi rapih dan
bagus dipandang yang akan mengurangi tingkat strees.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada). Contohnya
jika saat pertama kali sudah muncul gejala hipertensi keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk diperiksa agar terhindar dari
komplikasi hipertensi.
4. Menurut kementerian kesehatan RI (2018), peran keluarga dalam
mengendalikan penyakit hipertensi sangatlah penting diantaranya :
a. Membiasakan hidup sehat dalam keluarga adalah langkah awal yang
baik, orangtua memegang peranan mencegah hipertensi sejak dini
dengan memberikan contoh perilaku hidup sehat misalnya tidak
berlebihan dalam konsumsi garam dan gula, membiasakan olahraga,
tidak merokok dan memeriksakan kesehatan secara berkala.
b. Dukungan keluarga sangat penting bagi mereka yang sudah menderita
hipertensi, keluarga mendorong dan menyemangati penderita
hipertensi untuk patuh minum obat dan perbaiki gaya hidup.
c. Rutin mengukur tekanan darah di FKTP, kontrol sesuai jadwal atau
apabila ada keluhan.
5. Tujuan pendidikan kesehatan dalam keperawatan keluarga adalah :
a. Keluarga memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan
keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitarnya
b. Keluarga melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah
terjadinya masalah kesehatan, mencegah berkembangnya sakit
8

menjadi lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui


rehabilitasi medis cacat yang disebabkan oleh penyakit.
c. keluarga memiliki pemahaman yang lebih baik tentang eksistensi dan
perubahan sistem serta cara memanfaatkan fasilitas dan pengetahuan
kesehatan dengan efektif dan efisien
d. keluarga mempelajari apa yang dapat mereka lakukan sendiri dan
bagaimana caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem
pelayanan kesehatan yang formal

Seluruh proses keperawatan Bapak RI dilakukan melalui kegiatan home


visit. Home visit yang dilakukan efektif dalam meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau tindakan klien dan keluarga
terhadap upaya pencegahan kegagalan pengobatan, dan dapat dijadikan
sebagai salah satu model pelayanan keperawatan keluarga yang tepat bagi
efektifnya tugas keluarga untuk memelihara kesehatan. (Chairani, et al,
2011)

B. Hipertensi
1. Pengertian hipertensi
Menurut WHO (Word Health Organization), batas tekanan darah yang
dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah
sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk
orang dewasa di atas 18 tahun) , Adib (2009 dalam tarigan et al, 2018).
2. Etiologi
Pikir dkk (2015) menyatakan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 :
a. Hipertensi Primer (esensial) atau Idiopatik
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko antara lain yaitu :
1) Merokok : Setiap batang rokok dapat meningkatkan tekanan darah
7/4 mmHg, perokok pasif dapat meningkatkan 30% risiko penyakit
kardiovaskular dan peningkatan 80% pada perokok aktif.
9

2) Obesitas : Obesitas terjadi pada 64% pasien hipertensi. Obesitas


sebuah masalah kesehatan dunia. Individu obesitas mempunyai
risiko lebih tinggi signifikan terjadi hipertensi.
3) Alkoholisme : Konsumsi alcohol akan meningkatkan risiko
hipertensi, serta menyebabkan tidak optimalnya efek dari obat anti
hipertensi.
4) Stress : Merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan adrenalin
yang berpengaruh terhadap kerja jantung. Stressor merupakan
stimuli instrinsik atau ekstrinsik yang menyebabkan gangguan
fisiologi dan psikologi, dan membahayakan kesehatan.
5) Konsumsi garam. Garam memengaruhi viskositas darah dan
memperberat kerja ginjal yang mengeluarkan renin angiotensin dan
dapat meningkatkan tekanan darah
6) Kopi (kafein). Kopi dapat meningkatkan secara akut tekanan darah
dengan memblok reseptor vasodilatasi adenosine dan
meningkatkan neropinefrin plasma. Minum 2 sampai 3 cangkir
kopi dapat meningkatkan tekanan darah secara akut.
b. Hipertensi sekunder, dapat dipicu oleh obat-obatan, penyakit ginjal,
sindrom scushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
3. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan JNC VII (2014 dalam Yogi 2017) menjabarkan :
Klasifikasi berdasarkan tekanan sistolik dan diastolik

Tekanan darah sistolik Tekanan darah disatolik


Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
pra hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
stadium 2 ≥ 160 mmHg ≥100 mmHg

4. Patofisiologi Hipertensi
Mary, (2008), menyatakan tekanan darah adalah tekanan yang diberikan
oleh darah pada dinding pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah
proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium
dan retensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh
10

darah. Ada dua faktor utama yang mengatur tekanan darah, yaitu darah
yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer. Dilatasi dan konstriksi
pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh sistem saraf simpatis dan
sistem renin angiotensin. Vasokontriksi pembuluh-pembuluh darah yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada ginjal
dengan timbulnya kegagalan ginjal. Selain ginjal, otak, dan jantung dapat
pula mengalami kerusakan yang permanen. Pada hipertensi tahap lanjut,
pasien dapat mengalami sakit kepala terutama ketika bangun pagi,
penglihatan kabur, epistaksis, dan depresi .
Penelitian yang dilakukan oleh Suoth, et al, (2014 dalam Jannah dan
Ernawaty 2018) menyatakan bahwa gaya hidup sangat mempengaruhi
terjadinya penyakit hipertensi.
5. Pathway Hipertensi
11

6. Factor Resiko Hipertensi


Menurut Kemenkes RI (2018) terdapat dua faktor risiko hipertensi yaitu :
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu : umur, jenis kelamin, dan
genetic atau keturunan.
b. Faktor risiko yang dapat diubah yaitu : merokok, diet rendah serat,
dislipidemia, konsumsi garam berlebih, kurang aktivitas fisik, stress,
berat badan berlebih atau kegemukan, dan konsumsi alkohol.
7. Manifestasi Klinik Hipertensi
Aziza (2015), menyatakan tanda dan gejala yang dapat timbul pada pasien
hipertensi yaitu:
a. Mulai dari tidak ada gejala sampai gejala ringan, misalnya : pusing
melayang, berputar, vertigo, sakit kepala, baik sebagian maupun
seluruh bagian.
b. Pandangan mata kabur atau tidak jelas bahkan dapat langsung buta.
c. Mual muntah
d. Pada pemeriksaan diperoleh nilai tekanan darah tinggi (≥140/90
mmHg), dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
penyempitan pembuluh darah, perdarahan dan edema pupil.
e. Hipertrofi ventrikel kiri sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel untuk berkontraksi.
f. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke.
g. Langsung komplikasi yang berat, seperti sesak nafas hebat, kaki
bengkak, tidak sadarkan diri akibat perdarahan di otak.
8. Komplikasi Hipertensi
Menurut Kemenkes RI (2019), penderita hipertensi mempunyai peluang
2,8 kali lebih besar terkena stroke. Hipertensi juga meningkatkan potensi
terserang diabetes melitus hingga 1,9 kali lipat. Jika tidak terkontrol
hipertensi dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti : penyakit
jantung, stroke, penyakit ginjal, retinopati (kerusakan retina), penyakit
pembuluh darah tepi, gangguan saraf, gangguan ginjal dll.
12

9. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk pasien hipertensi adalah sebagai berikut : kimia darah,
BUN/kreatinin (fungsi ginjal), glukosa, urinalisasi lengkap, radiologi
(Xray, Ct Scan), EKG (listrik jantung), pemeriksaan tiroid : dapat
menimbulkan vasikonstriksi dan hipertensi.

C. Konsep Proses Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian Keluarga
Menurut widagdo (2019), Pengkajian keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan klien atau keluarga dengan menggunakan patokan norma-norma
kesehatan individu atau sosial sistem integritas dan kesanggupan untuk
mengatasi masalah-masalah
Tahapan pengkajian ada dua :
a. Pengkajian tahap pertama
1) Data dasar keluarga yang menderita penyakit hipertensi terdiri dari:
nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, alamat dan
nomer telepon, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku
bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, dan aktivitas rekreasi
keluarga.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga pada anggota keluarga
yang mengalami hipertensi terdiri dari: tahap perkembangan
keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi, riwayat keluarga inti.
3) Pengkajian lingkungan keluarga pada anggota keluarga yang
menderita hipertensi terdiri dari: karakteristik rumah pada klien
hipertensi seperti rumah rapih, lantai bersih, percahayaan baik, ada
pembuangan sampah, ventilasi cukup.
4) Struktur keluarga pada anggota keluarga yang menderita hipertensi
terdiri dari: struktur peran keluarga, pola komunikasi keluarga, nilai
atau norma budaya, struktur kekuatan keluarga.
13

5) Fungsi keluarga pada anggota keluarga yang menderita hipertensi


terdiri dari fungsi: afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan
perawatan kesehatan.
6) Stres dan koping keluarga pada anggota keluarga yang menderita
hipertensi terdiri dari: stresor jangka pendek, kemampuan keluarga
berespon terhadap situasi, strategi koping yang digunakan, strategi
adaptasi disfungsional
b. Tahap Penjajakan II
Pengkajian yang diantaranya pengumpulan data-data yang berkaitan
dengan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
1) Mengenal kondisi atau masalah kesehatan contoh anggota keluarga
menyadari adanya perubahan pada anggota keluarga mengalami
seperti gejala hipertensi seperti nyeri ditengkuk, pusing, pegal,
melayang, hingga terasa berat, cepat lelah dll
2) Mengambil keputusan untuk meningkatkan, mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan contoh : dalam hal untuk melakukan
tindakan seperti memakan labu siam, daun seledri, belimbing atau
memakan timun untuk mengurangi tekanan darah dan mengelola
stress agar sipenderita bisa mengurangi beban fikiran yang sangat
erat dengan peningkatan tekanan darah. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan sebaiknya meminta bantuan orang lain.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit, cacat, ketergantungan atau
beresiko. contoh mengingatkan untuk minum obat, masak rendah
garam, rendah lemak dll
4) Mempertahankan lingkungan rumah yang kondusif untuk kesehatan
dan perkembangan personal.
5) Memanfaatkan sumber-sumber atau fasilitas kesehatan yang ada.
contohnya jika saat pertama kali sudah muncul gejala hipertensi
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk diperiksa
agar terhindar dari komplikasi hipertensi
14

c. Dasar data pengkajian hipertensi menurut Doenges (2012).


1) Aktivitas atau istirahat Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya
hidup monoton. Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan
irama jantung, takipnea.
2) Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner, dan penyakit serebrovaskuler. Tanda : Kenaikan
tekanan darah (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakkan diagnostik).
3) Integritas ego Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euporia, atau marah kronik (dapat mengindikasikan
kerusakan serebral).
4) Eliminasi. Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti
infeksi atau obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
5) Makanan atau cairan. Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat
mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak. Tanda : Berat badan
normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu).
6) Neurosensori Gejala : Keluhan pening atau pusing, berdenyut, sakit
kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam).
7) Nyeri atau ketidaknyamanan. Gejala : Angina (penyakit arteri
koroner atau keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul.
8) Pernapasan. Tanda : distres respirasi atau penggunaan otot aksesori
pernafasan. Bunyi napas tambahan (krakles/mengi), sianosis.
9) Keamanan Keluhan : Gangguan koordinasi atau cara belajar. Gejala :
episode parestesia unilateral transient. Hipotensi potural.
10) Pembelajaran atau penyuluhan. Gejala : Faktor-faktor resiko
keluarga seperti hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes
mellitus, dan penyakit serebrovaskular atau ginjal. Penggunaan
kontrasepsi hormonal, atau hormon lain dan penggunaan alcohol
atau obat terlarang.
15

2. Diagnosis Keperawatan
Doenges (2012 dalam Widagdo dan Chairani 2020). Menjelaskan
diagnosis keperawatan merupakan tentang stimulus yang didapatkan
(status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu maupun
kelompok. Dalam hal ini perawat secara akuntabilitas dapat
mengindentifikasi dan memberikan perencanaan secara pasti untuk
menjaga status kesehatan. Jenis diagnose keperwatan menurut Carpenito,
(2013 dalam SDKI PPNI, 2017), dikatakan bahwa diagnose keperawatan
ada tiga jenis, 1. Diagnosis actual, diagnose ini menggambarkan respons
klien terhadap kondisi kesehatan yang menyebabkan klien mengalami
masalah kesehatan, tanda dan gejala dapat ditemukan dan divalidasi pada
klien. 2. Diagnosis risiko, diagnosis ini menggambarkan respon klien
terhadap kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan klien beresiko
mengalami masalah kesehatan, tidak di dapati tanda dan gejala pada klien
tapi klien memiliki factor resiko mengalami maslah kesehatan tersebut. 3.
Diagnosis promkes, diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan
motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatan ke tingkat yang
lebih baik atau optimal.
Diagnosis keperawatan yang bisa ditemukan pada teori dengan hipertensi
pada diagnosis SDKI PPNI (2017) diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gejala penyakit
hipertensi
d. Defisit pengetahuan mengenai penyakit hipertensi berhubungan
dengan kurang terpaparnya informasi
e. Risiko Perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan riwayat hipertensi
3. Intervensi atau Rencana Keperawatan
Menurut Mary (2019) Intervensi atau Rencana keperawatan dirancang
oleh perawat dan keluarga agar dapat berfokus terhadap hal yang telah
16

diidentifikasi sebelumnya. Aspek penting yang harus ditekankan seorang


perawat adalah melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan
rencana keperawatan. Penentuan perencanaan harus jelas, konsisten dan
komperhensif dalam rangka menyelesaikan permasalahan kesehatan.
Perencanaan mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan, dan rencana
tindakan. Aplikasi rencana keperawatan hipertensi menurut SIKI PPNI
(2018) adalah :
a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload. Tujuan : setelah dilakukan kunjungan diharapkan risiko
penurunan curah jantung tidak terjadi dan tidak menjadi actual.
Kriteria hasil : kekuatan nadi meningkat, lelah menurun, pucat
menurun, tidak ada dispnea, pengisian kapiler membaik dan tekanan
darah membaik 110-130/ 70-90 mmHg. Rencana tindakan :
Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah jantung (1.
Monitor tekanan darah , 2. Libatkan keluarga dalam memposisikan
klien semi fowler, 3. Libatkan keluarga dalam memberikan
pendidikan kesehatan, diit jantung, 4. Libatkan keluarga dalam
mengingatkan klien minum obat).
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Tujuan : setelah dilakukan kunjungan
diharapkan klien akan memperlihatkan toleransi aktivitas meningkat.
Kriteria hasil : keluhan lelah menurun, dispnea saat berkativitas
menurun, frekuensi nadi membaik 60-100x / menit, tekanan darah
membaik 110-130/ 70-90mmhg, frekuensi membaik 16-20x/ menit.
Rencana tindakan : (1. Identifikasi ganggan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan, 2. Monitor kelelahan fisik, 3. Monitor pola
dan jam tidur, 4. Libatkan keluarga dalam menganjurkan klien
melalukan aktivitas bertahap, 5. Libatkan keluarga dalam memberikan
asupan makanan untuk meningkatkan energy).
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gejala penyakit
hipertensi. Tujuan : setelah dilakukan kunjungan diharapkan keluhan
teratasi. Kriteria hasil : keluhan tidak nyaman menurun, gelisah
17

menurun, kesulitan tidur menurun, lelah menurun, pola tidur


membaik, frekuensi nadi membaik 60-100x / menit, tekanan darah
membaik 110-130/ 70-90mmhg, frekuensi membaik 16-20x/ menit.
Rencana tindakan : (1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi , intensitas nyeri serta skala nyeri, 2. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, 3. Libatkan keluarga dalam
fasilitasi istirahat tidur, 4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri, 5. Libatkan keluarga memonitor nyeri secara
mandiri.
d. Defisit pengetahuan tentang manajemen hipertensi berhubungan
dengan kurang terpapar informasi. Tujuan : Setelah dilakukan
kunjungan diharapkan klien dan keluarga akan memperlihatkan
peningkatan pengetahuan tentang penyakit hipertensi. Kriteria hasil :
verbalisasi minat belajar meningkat, kemampuan menjelaskan topik
meningkat, perilaku sesuai dengan pengetahuan dan persepsi yang
keliru menurun. Rencana tindakan : (1. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan, 2. Monitor pengetahuan klien tentang
hipertensi, 3. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
tentang penyakit hipertensi, 4. Berikan pendidikan kesehatan kepada
klien dan keluarga tentang diit hipertensi, 5. Berikan pendidikan
kesehatan dan mendemosntrasikan cara teknik relaksasi nafas dalam.
e. Risiko Perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan riwayat hipertensi.
Tujuan : setelah dilakukan kunjungan diharapkan risiko perfusi perifer
tidak menjadi actual. Kriteria hasil : pengisian kapiler < 3 detik, nadi
perifer meningkat, akral hangat, warna kulit tidak pucat, turgor kulit
meningkat, tekanan darah normal 110-130 / 70-90 mmHg. Rencana
tindakan : Identifikasi tanda dan gejala primer perfusi perifer tidak
efektif (1. Monitor tekanan darah , 2. Libatkan keluarga dalam
memposisikan klien semi fowler, 3. Libatkan keluarga dalam
memberikan penkes hipertensi, 4. Libatkan keluarga dalam
mengingatkan kepatuhan klien minum obat).
18

4. Implementasi atau Tindakan Keperawatan


Menurut Widagdo dan Chairani, (2020). Pada tahap Implementasi atau
tindakan keperawatan ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang
telah dibuat dan dilakukan secara mandiri atau kerja sama antar tim
kesehatan lain. Keberhasilan tindakan keperawatan dipengaruhi oleh
kemampuan perawat dan partisipasi klien, keluarga serta sarana yang
tersedia.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga merupakan akhir dari proses
keperawatan. Tujuan dari tahap ini adalah menilai keberhasilan dari
tindakan yang telah dilaksanakan. Indikator evaluasi keperawatan adalah
kriteria hasil yang ditulis pada tujuan ketika perawat menyusun
perencanaan tindakan keperawatan. Evaluasi ini dikatakan berhasil
apabila tujuan dapat tercapai (Widagdo & Chairani, 2020). Maka dari itu
dalam menilai keberhasilan dari tindakan yang telah direncanakan sesuai
dengan diagnosis yang diambil dapat merujuk pada SIKI PPNI (2018).
a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload. Diharapkan risiko penurunan curah jantung tidak menjadi
actual, yang ditandai dengan : adanya kekuatan nadi meningkat,
lelah menurun, pucat menurun, tidak ada dispnea, pengisian kapiler
membaik dan tekanan darah membaik 110-130 / 70-90 mmHg.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Diharapkan klien akan
memperlihatkan toleransi aktivitas meningkat, yang ditandai dengan
: keluhan lelah menurun, dispnea saat berkativitas menurun,
frekuensi nadi membaik 60-100 x / menit, tekanan darah membaik
110-130 / 70-90mmHg, frekuensi membaik 16-20 x / menit.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gejala penyakit
hipertensi. Diharapkan klien akan memperlihatkan status
kenyamanan meningkat, yang ditandai dengan : keluhan tidak
nyaman menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur menurun, lelah
menurun, pola tidur membaik, frekuensi nadi membaik 60-100 x /
19

menit, tekanan darah membaik 110-130 / 70-90 mmHg, frekuensi


membaik 16-20 x / menit.
d. Defisit pengetahuan mengenai penyakit hipertensi berhubungan
dengan kurang terpapar informasi. Diharapkan klien dan keluarga
akan memperlihatkan peningkatan pengetahuan tentang penyakit
hipertensi, yang ditandai dengan : verbalisasi minat belajar
meningkat, kemampuan menjelaskan topik meningkat, perilaku
sesuai dengan pengetahuan dan persepsi yang keliru menurun.
e. Risiko perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan riwayat
hipertensi. Diharapkan Risiko perfusi perifer tidak efektif tidak
menjadi actual, yang ditandai dengan : badan lebih rileks dan
nyaman, dapat tidur malam dengan baik, akral hangat TTV normal,
warna kulit tidak pucat, kekuatan nadi perifer meningkat.
20

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis menjabarkan asuhan keperawatan keluarga pada Bapak RI
yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 April 2020 s.d hari Jumat tanggal 10
April 2020, yang mana kegiatan tersebut dilaksanakan dirumah berupa kunjungan
rutin (home visit) selama 5 hari di RT 6 RW 11 Kelurahan Tanah Tinggi
Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat.

A. Pengkajian Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan pada hari Senin tanggal 6 April
2020 didapatkan data sebagai berikut : keluarga Bapak RI beralamat di Gg M
Ali IV RT 6 RW 11 Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan Johar Baru Jakarta
Pusat. Lokasi rumah yang berada di ujung sebuah perempatan gang yang
padat penduduk, rumah keluarga Bapak RI berukuran 8x4 m, dengan kamar
mandi dan jamban ada didalam rumah, penyinaran matahari cukup,
pembuangan sampah diambil setiap hari oleh petugas kebersihan swadaya,
penataan dalam rumah cukup rapih dan bersih, Keluarga Bapak RI terdiri dari
lima anggota keluarga, yaitu : Bapak RI (laki-laki) berusia 49 tahun sebagai
kepala keluarga, pendidikan terakhir D3 tamat, pekerjaan dagang, suku
minang, agama islam. Ibu. YD (perempuan) berusia 37 tahun sebagai istri,
pendidikan terakhir SMA tamat, pekerjaan ibu rumah tangga, suku minang,
agama islam. An. V (perempuan) berusia 16 tahun sebagai anak pertama,
pendidikan terakhir SMA belum tamat, pekerjaan pelajar, suku minang,
agama islam. An. R (laki-laki) berusia 14 tahun sebagai anak kedua,
pendidikan terakhir SMP belum tamat, pekerjaan pelajar, suku minang,
agama islam dan An. K (perempuan) 8 tahun sebagai anak ke tiga, pendidikan
terakhir SD belum tamat, pekerjaan pelajar, suku minang, agama islam.
Keluarga Bapak RI termasuk keluarga tradisional, tipe nuclear family yang
memasuki tahap V dari perkembangan keluarga, yaitu keluarga dengan anak
remaja, selain tidur kooping yang dugunakan anggota keluarga adalah
berdiskusi dengan keluarga inti, kalau tidak dapat jalan keluar lalu
mendiskusikan dengan keluarga besar, Bapak RI bredagang di pasar malam
21

wilayah Bekasi, biasa berangkat untuk berdagang pkl 15.30 wib dan pulang
kerumah pkl 24.00 wib. Keluarga Bapak RI sesekali mengunjungi monas
untuk bermain atau sekedar menikmati udara pagi disaat libur.

Pengkajian pada keluarga Bapak RI dapat disimpulkan Ibu YD dan ketiga


anaknya dalam keadaan sehat. Masalah kesehatan ada pada Bapak RI yaitu
dengan riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan tidak rutin berobat,
Bapak RI mempunyai riwayat keturunan atau genetic dengan hipertensi dari
orang tua laki-laki dan kakek dari orang tua perempuan. Bapak RI juga sering
mengkonsumsi makanan berlemak, santan yang biasa di konsumsi sebagian
besar keluarga minang, Bapak RI juga perokok aktif, dapat menghabiskan 2
(dua) bungkus dalam 1 hari, Bapak RI biasa minum kopi manis 4 – 5 gelas
per hari.

Hasil pengkajian pengetahuan : Bapak RI mengatakan kolesterol adalah


penimbunan lemak, tanda dan gejala kolesterol adalah bahu pegal dan kaku,
Bapak RI mengatakan penyebab kolesterol adalah sering makan gorengan,
lemak dan santan, jika kolesterol tinggi Bapak RI akan meminum obat
kolesterol yaitu Simvastatin 1 tablet, dan apabila tidak berkurang atau tidak
hilang dalam beberapa hari maka Bapak RI akan pergi ke FKTP atau dokter
praktek terdekat, Bapak RI mengatakan makanan yang harus dihindari adalah
jeroan, gorengan, santan, makanan asin dan makanan yang harus dimakan
adalah buah, sayuran, dan lauk pauk yang direbus, Bapak RI juga mengetahui
kalau akibat dari hipertensi adalah stroke atau pembuluh darah pecah di otak,
Bapak RI mengetahui gejala hipertensi adalah sakit kepala, rasa melayang,
Bapak RI mengetahui penyebab hipertensi adalah banyak garam, stress dan
kelelahan. Bapak RI mengetahui obat hipertensi adalah amlodipine 5 mg dan
ponstan 500 mg. Bapak RI mengatakan mengkonsumsi obat tradisional untuk
hipertensi dan kolesterol adalah air rebusan daun salam, daun seledri daun
sirih dan timun. Bapak RI tidak mengetahui tentang diet makanan untuk
hipertensi dan diet untuk menurunkan berat badan selain puasa. Bapak RI
mempunyai kebiasaan makan 3 kali sehari, nafsu makan baik habis setiap kali
22

makan, tidak ada mual tidak ada muntah, pola eliminasi baik, miksi 5-6 X
dalam 1 hari, warna kuning jernih, jumlah normal, tidak ada keluhan, defikasi
1 X pada pagi hari, warna kuning kecoklatan, lunak tidak ada lendir, tidak ada
darah, bau khas dan tidak ada keluhan. Pada saat pengkajian Bapak RI
merasakan sakit kepala dengan skala nyeri 7 dari 10, dari rentang nilai 0 s.d
10 yang disediakan, mengeluh tidak nyaman, mengeluh lelah, mengeluh
badan tidak rileks, menegeluh sulit tidur sejak semalam dada berdebar, tangan
berkeringat dan sedikit kesemutan.

Hasil pemeriksaan fisik pada Bapak RI didapati : keadaan umum compos


mentis, tidak ada benjolan pada daerah kepala, mata simetris, konjungtiva
tidak anemis refleks pupil isokor sklera tidak ikterik mukosa tampak lembab
tidak ada JVP, turgor kulit elastis akral dingin lembab capillary refill time < 3
detik, tidak ada oedema, tidak ada kesulitan dalam menelan, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, dada simetris, sistem pernapasan
vesikuler, jalan nafas bersih tidak sesak, irama nafas teratur, tidak ada
kelainan bunyi jantung, tidak ada nyeri dada, abdomen tidak ada distensi,
bising usus tidak terdeteksi karena tebalnya jaringan lemak, tonus otot baik,
GCS 15, tidak ada bengkak, tidak ada krepitasi dan fraktur, kekuatan otot
baik, nilai 5555 5555, genitalia tidak diperiksa.
5555 5555
Tanda tanda vital : TD : 160/100 mmHg, BB : 90 kg, TB : 180 cm, N : 110
dpm, RR 22 dpm, Sh : 36,5°C, kolesterol : 283 mg/dl.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian pada hari Senin tanggal 6 April 2020, penulis dan
keluarga merumuskan masalah keperawatan Bapak RI. Ada tiga prioritas
diagnosa keperawatan terkait dengan penyakit hipertensi Bapak RI, yaitu : 1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penyakit hipertensi
2. Defisit pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan
kurang terpapar informasi 3. Risiko Perfusi perifer tidak efektif ditandai
dengan riwayat hipertensi.
23

Diagnosa keperawatan pertama : Gangguan rasa nyaman nyeri


berhubungan dengan penyakit hipertensi, data yang dapat mendukung
diagnosa tersebut adalah : Data Subjektif : Bapak RI mengatakan punya
riwayat hipertensi sejak 1 tahun lalu, mengeluh sakit kepala, mengeluh tidak
nyaman, mengeluh lelah, mengeluh badan tidak rileks, menegeluh sulit tidur
sejak semalam dan Bapak RI mengatakan minum obat sakit kepala dan
amlodipine bila merasakan hal seperti ini. Data Objektif : Bapak RI Nampak
gelisah, tangan memijit kepala dan sering kali memejamkan mata agak lama
sambil menjawab pertanyaan penulis, TD : 160/100 mmHg, N : 110 x / menit,
RR : 22 x / menit, Sh : 36,5°C, ketika diukur tekanan darah dalam posisi
berbaring Bapak RI memejamkan mata. Bapak RI menunjukan sisa obat
hipertensi dari FKTP yang masih tersimpan dengan tanggal kemasan plastic
bulan Januari 2020, didapati segelas kopi manis diatas meja, sebungkus rokok
yang sudah digunakan dan beberapa punting rokok dalam asbak.

Diagnosa keperawatan kedua : Defisit pengetahuan tentang penyakit


hipertensi berhubungan dengan kurang terpapar informasi, data yang
dapat mendukung diagnosa tersebut adalah : Data Subjektif : Bapak RI
hanya mengetahui kalau akibat dari hipertensi adalah stroke atau pecah
pembuluh darah, Bapak RI hanya mengetahui gejala hipertensi adalah sakit
kepala, rasa melayang, jantung berdebar lebih kuat, Bapak RI hanya
mengetahui penyebab hipertensi adalah banyak garam, stress dan kelelahan.
Bapak RI hanya mengetahui obat hipertensi adalah amlodipine 5 mg. Bapak
RI mengatakan mengkonsumsi obat tradisional untuk hipertensi dan
kolesterol adalah air rebusan daun salam, daun sirih dan timun. Bapak RI juga
sering mengkonsumsi makanan berlemak yang biasa di konsumsi sebagian
besar keluarga minang, Bapak RI juga perokok aktif 2 bungkus/hari dan biasa
menghabiskan kopi manis 4 – 5 gelas/hari, Data Objektif : Bapak RI
menunjukan obat hipertensi yang tidak diminum rutin dari FKTP, Bapak RI
hanya dapat menjawab 3 pertanyaan dari 10 pertanyaan yang diajukan seputar
hipertensi (penyebab, gejala dan akibat hipertensi), keluarga bapak RI juga
24

tidak mengetahui fungsi keluarga yang ke tiga dan kelima (merawat anggota
yang sakit dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada).

Diagnosa keperawatan ketiga : Risiko Perfusi perifer tidak efektif


ditandai dengan riwayat hipertensi data yang dapat mendukung diagnosa
tersebut adalah : Data Subjektif : Bapak RI merasakan dada berdebar, tangan
berkeringat, kesemutan Data Objektif : turgor kulit elastis akral dingin
lembab TD : 160/100 mmHg, N : 110 dpm, RR : 22dpm, Sh : 36,5°C,
kolesterol 283 mg/dl, sesekali memejamkan mata (bukan berkedip). IMT =
BB/(TB(M))² = 90/(1,8)² = 90/3,24 = 27.77 = Obesitas.

C. Intervensi atau Rencana Keperawatan


Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan maka dibuat
Intervensi keperawatan sebagai berikut :

Intervensi atau rencana keperawatan dari diagnosa pertama : Gangguan


rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penyakit hipertensi, Tujuan :
setelah dilakukan kunjungan rumah sebanyak 4x diharapkan gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan gejala penyakit hipertensi menurun.
Kriteria Hasil : keluhan nyeri (sakit kepala) menurun dengan skala mimal 3
dari 10, gelisaah menurun, keluhan sulit tidur menurun, tenaga atau
kemampuan melakukan aktifitas rutin membaik, Rencana Keperawatan :
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri serta skala
nyeri, identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, libatkan
keluarga dalam fasilitasi istirahat tidur, berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri, libatkan keluarga memonitor nyeri secara mandiri,
jelaskan penting nya menjaga tekanan darah stabil dengan minum obat
teratur, konsultasi medis ke FKTP

Intervensi atau rencana keperawatan dari diagnosa kedua : Defisit


pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan kurang
terpapar informasi. Tujuan : setelah dilakukan kunjungan rumah sebanyak
25

4x diharapkan keluarga Bapak RI mampu mengenali 5 tugas keluarga dalam


pemeliharaan kesehatan (1. Mengenal masalah kesehatan, 2. Membuat
keputusan tindakan yang tepat, 3. Memberi Perawatan pada anggota keluarga
yang sakit , 4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah atau
lingkungan yang sehat, 5. Mempertahankan hubungan timbal balik dengan
menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat, FKTP / dokter praktek, Bapak
RI juga dapat menyebutkan lebih banyak lagi seputar penyakit hipertensi
Kriteria Hasil : verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau
pengobatan meningkat, verbalisasi mengikuti anjuran meningkat, perilaku
mengikuti program pengobatan membaik, perilaku menjalankan anjuran
membaik, perilaku sesuai anjuran meningkat, pertanyaan tentang masalah
hipertensi menurun, persepsi yang keliru terhadap masalah menurun, inisiatif
meningkat, verbalisasi tugas keluarga baik, Rencana Keperawatan :
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, monitor pengetahuan
tentang hipertensi, berikan pendidikan kesehatan khususnya hipertensi kepada
keluarga, berikan pengetahuan keluarga untuk mampu kenali masalah
psikososial dan gaya hidup yang dapat meningkatkan resiko penyakit,
pendidikan 5 tugas keluarga, evaluasi pengetahuan Bapak RI dan keluarga
seputar hipertensi.

Intervensi atau rencana dari diagnose keperawatan Ketiga : Risiko


Perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan riwayat hipertensi Tujuan :
setelah dilakukan kunjungan rumah sebanyak 4x Risiko perfusi perifer tidak
efektif tidak terjadi Kriteria Hasil : Risiko perfusi perifer tidak efektif tidak
menjadi actual, tidak terdapat komplikasi hipertensi. Rencana Keperawatan
: monitor tanda – tanda vital setiap hari, anjurkan hindari factor pencetus dan
faktor resiko seperti : berhenti merokok, berhenti atau kurangi kopi manis,
anjurkan bila sudah sehat untuk lakukan olahraga yang teratur dan mobilitas
cukup, anjurkan diet untuk turunkan berat badan, ajarkan pijatan lembut pada
kepala dan ujung tungkai yang berkeringat dan kesemutan.
26

D. Implementasi atau Tindakan Keperawatan


Berdasarkan perencanaan keperawatan yang telah disepakati bersama maka
dilakukan implementasi atau tindakan keperawatan sebagai berikut :

Implementasi atau tindakan dari diagnosa keperawatan pertama :


Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gejala penyakit
hipertensi. Tindakan Keperawatan mandiri yang telah dilakukan yaitu :
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi , intensitas nyeri serta
skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri, melibatkan keluarga dalam memfasilitasi istirahat tidur, memberikan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, melibatkan keluarga
memonitor nyeri secara mandiri, menjelaskan penting nya menjaga tekanan
darah stabil dengan minum obat teratur, membawa Bapak RI ke FKTP.

Implementasi atau tindakan dari diagnosa keperawatan kedua : Defisit


pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan kurang
terpapar informasi. Tindakan Keperawatan mandiri yang telah dilakukan
yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi (pengertian, faktor
penyebab, klasifikasi, patofisiologi, faktor resiko, manifestasi klinik,
komplikasi, pemeriksaan penunjang) pada Bapak RI dan keluarga sesuai
jadwal kesepakatan, memonitor dan mengevaluasi pengetahuan klien dan
keluarga tentang hipertensi dengan memberikan pertanyaan disetiap akhir sesi
pembelajaran, memberikan pendidikan tentang tugas keluarga dalam
kesehatan secara garis besar diantaranya : 1. Mengenal masalah kesehatan, 2.
Membuat keputusan tindakan yang tepat, 3. Memberi Perawatan pada
anggota keluarga yang sakit , 4. Mempertahankan atau menciptakan suasana
rumah atau lingkungan yang sehat, 5. Mempertahankan hubungan timbal
balik dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat, FKTP / dokter
praktek.

Implementasi atau tindakan dari diagnosa keperawatan ketiga : Risiko


perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan riwayat hipertensi. Tindakan
27

keperawatan mandiri yang telah dilakukan yaitu : memonitor tanda – tanda


vital setiap hari, menganjurkan menghindari factor pencetus dan faktor resiko
seperti : berhenti merokok, berhenti atau mengurangi kopi manis,
menganjurkan bila sudah sehat untuk melakukan olahraga yang teratur dan
mobilitas cukup, menganjurkan diet untuk menurunkan berat badan.

E. Evaluasi keperawatan
Berdasarkan implementasi yang telah di terapkan , maka evaluasi pada
kunjungan rumah terakhir hari Jumat 10 april 2020 didapati :

Evaluasi tindakan dari diagnosa keperawatan pertama : Gangguan rasa


nyaman nyeri berhubungan dengan gejala penyakit hipertensi. teratasi
pada hari kamis tanggal 9 April 2020. Subjektif : Bapak RI mengatakan
keluhan sakit kepala hilang, Bapak RI mengatakan tidak ada keluhan Bapak
RI mengatakan skore nyeri 0 dari 10. Objektif : Bapak RI tampak sehat dan
tenang menjawab pertanyaan penulis, dapat beraktifitas dengan baik, sudah
mulai berdagang sejak rabu tanggal 8 April 2020, TD : 120/80 mmHg, N : 88
dpm, RR : 18 dpm, Sh : 36,9°C, obat hipertensi yang didapat dari FKTP pada
hari senin siang tanggal 6 April 2020 diminum didepan penulis, dimeja ada
buah jeruk dan timun, untuk menu siang hari keluarga menyiapkan telur rebus
dan sayuran. Analisa : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
gejala penyakit hipertensi telah teratasi Planning : intervensi dihentikan.

Evaluasi tindakan dari diagnosa keperawatan kedua : Defisit


pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan kurang
terpapar informasi. tuntas pada hari kamis tanggal 9 April 2020, Subjektif :
keluarga mengatakan Bapak RI meminum obat hipertensi dengan teratur,
Bapak RI mengatakan sudah mengurangi jumlah rokok dan kopi manis,
Bapak RI juga mengatakan sudah beberapa hari tidak makan yang berlemak,
bapak RI mengatakan mencoba mengubah perilaku dan gaya hidup baik dan
sehat. Objektif : Bapak RI dan keluarga dapat menjawab seputar masalah
hipertensi, obat dari FKTP tanggal 6 April 2020 diminum didepan penulis,
28

(fenobitrat 300 mg 1X1, amlodipine 10 mg 1X1, B1 3x1) Bapak RI dan


keluarga mengatakan pengetahuan yang diberikan bermanfaat, akan di
terapkan, keluarga mampu mengenali tugas keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan, Bapak RI dan keluarga mengerti 5 tugas keluarga dan memahami
pentingnya 2 tugas yang teraabaikan (tugas no 3. Memberi Perawatan pada
Bapak RI, dan no 5. Mempertahankan hubungan timbal balik dengan
menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat, FKTP / dokter praktek untuk
mengontrol tekanan darah guna memantau hipertensi). Bapak RI dan keluarga
mengatakan terimakasih untuk ilmu yang gratis. Analisa : Defisit
pengetahuan tentang manajemen hipertensi berhubungan dengan kurang
terpapar informasi teratasi, Planning : intervensi dihentikan.

Evaluasi tindakan dari diagnosa keperawatan ketiga : Risiko perfusi


perifer tidak efektif ditandai dengan riwayat hipertensi tuntas pada hari
kamis tanggal 9 April 2020, Subjektif : Bapak RI mengatakan tidak
merasakan berdebar dan kesemutan lagi, bapak RI mengatakan tangan nya
tidak lagi berkeringat, Objektif : turgor kulit elastis akral hangat, tidak
berkeringat, dalam 2 hari tanda vital stabil dan normal, TD : 120/80 mmHg,
N : 88 dpm, RR : 18 dpm, Sh : 36,9°C, kolesterol 160 mg/dl, tidak didapati
tanda dan gejala komplikasi. Nilai IMT tidak meningkat = BB/(TB(M))² =
90/(1,8)² = 90/3,24 = 27.77. Analisa : Risiko perfusi perifer tidak efektif
ditandai dengan riwayat hipertensi tidak menjadi aktual Planning : intervensi
dihentikan.
29

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas kesenjangan antara teori dan kasus pada asuhan
keperawatan keluarga Bapak RI yang telah dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6
April 2020 s.d hari Jumat tanggal 10 April 2020, yang mana kegiatan tersebut
dilaksanakan selama lima hari di RT 6 RW 11 Kelurahan Tanah Tinggi
Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat.

A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Widagdo (2019) Pengkajian keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan
klien atau keluarga dengan menggunakan patokan norma-norma kesehatan
individu atau sosial sistem integritas dan kesanggupan untuk mengatasi
masalah-masalah.

Pada pengkajian awal tanggal 6 April 2020, Klien mengatakan mempunyai


riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan tidak berobat rutin, klien
mempunyai riwayat keturunan dengan hipertensi dari orang tua laki-laki dan
kakek dari orang tua perempuan, klien juga sering mengkonsumsi makanan
berlemak, santan, klien juga perokok aktif, dan peminum kopi manis lebih 2
gelas per hari, IMT 27,7. Klien mengeluh sakit kepala dengan skala nyeri 7
dari 10, tidak nyaman, mengeluh lelah, mengeluh badan tidak rileks,
menegeluh sulit tidur sejak semalam. Kondisi ini sesuai dengan teori Pikir dkk
(2015) yang menjelaskan bahwa Hipertensi Primer / esensial / Idiopatik tidak
diketahui penyebabnya. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko yaitu :
Merokok, kafein, obesitas, fakta ini juga didukung oleh pernyataan Aziza
(2015) yang mengatakan tanda dan gejala yang dapat timbul pada pasien
hipertensi yaitu: pusing melayang, berputar, vertigo, sakit kepala, baik
sebagian maupun seluruh bagian, kasus diatas juga sesuai dengan modul
hipertensi yang dikeluarkan Kemenkes (2018) yang menyatakan terdapat faktor
risiko hipertensi yang tidak dapat diubah yaitu : Umur, jenis kelamin, dan
genetic / keturunan. Analisa : kasus Bapak RI sesuai dengan beberapa teori
30

yang menyatakan klien dengan hipertensi dipengaruhi oleh genetika dan gaya
hidup, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suoth, et al, (2014 dalam
Jannah dan Ernawaty 2018) menyatakan bahwa gaya hidup sangat
mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi.

Menurut Amin dan Hardhi (2015) menyatakan pemeriksaan diagnostik terdiri


dari pemeriksaan cek darah lengkap, kimia darah, elektrolit, urine, radiologi,
dan EKG. Sedangkan pada kasus Bapak RI yang telah dinyatakan hipertensi
oleh medis tidak dilakukan pemeriksaan seperti yang telah diuraikan diatas,
jadi terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek dilapangan, diagnose
hipertensi tidak harus ditegakan dengan pemeriksaan diagnostic laboratorium /
penunjang, hal ini dapat terjadi karena ketidak lengkapan fasilitas laboratorium
diFKTP, dan tidak merujuk nya FKTP ke FKTRL, dapat disebabkan peraturan
BPJS yaitu : penyakit hipertensi tanpa komplikasi harus tuntas di FKTP.

Faktor Pendukung : klien dan keluarga sangat kooperatif ketika dilakukan


pengkajian, Faktor penghambat : kegiatan dilakukan dimasa pandemic
Covid19, dimana PSBB diberlakukan, adanya keterbatasan waktu, alat dan
media untuk memberikan pendidikan kesehatan. Solusi : untuk klien yang
membutuhkan pengobatan rutin dan perlu pengawasan dari keluarga, baiknya
perawatan dilakukan dengan cara home visit karena home visit yang dilakukan
efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan tindakan
keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit, dan meningkatkan upaya
mencegah kegagalan pengobatan. Home visit dapat dijadikan sebagai salah satu
model pelayanan keperawatan keluarga yang tepat bagi efektifnya tugas
keluarga untuk memeliharaan kesehatan. (Chairani, et al,2011).

B. Diagnosa Keperawatan
Jenis diagnose keperwatan menurut Carpenito, (2013 dalam SDKI PPNI,
2017), dikatakan bahwa diagnose keperawatan ada tiga jenis, 1. Diagnosis
actual, 2. Diagnosis risiko, 3. Diagnosis promkes, ketiga jenis diagnose tersebut
dapat di tegakan pada Bapak RI dengan hipertensi, yaitu : : 1. Gangguan rasa
31

nyaman nyeri berhubungan dengan penyakit hipertensi 2. Defisit


pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan kurang
terpapar informasi 3. Risiko Perfusi perifer tidak efektif dengan riwayat
hipertensi. Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang menjelaskan
tentang stimulus yang didapatkan (status kesehatan atau risiko perubahan pola)
dari individu maupun kelompok. Dalam hal ini perawat secara akuntabilitas
dapat mengindentifikasi dan memberikan perencanaan secara pasti untuk
menjaga status kesehatan. Doenges (2012 dalam Widagdo dan Chairani 2020).

Diagnosa pertama ditemukan pada tanggal 6 April 2020 yaitu Gangguan


rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penyakit hipertensi. Didefinisikan
sebagai perasaan kurang senang, kurang lega, kurang sempurna dalam dimensi
fisik, psikospritual, lingkungan dan sosial. (SDKI PPNI, 2017). Hipertensi
dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi primer atau essensial dengan insiden
80-95% dimana pada hipertensi jenis ini tidak diketahui penyebabnya. Selain
itu terdapat pula hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit atau
kelainan yang mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim
ginjal, feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya. JNC VII (2014
dalam Yogi 2017). Tekanan darah adalah usaha jantung memompa darah untuk
dialirkan keseluruh tubuh dalam usaha memberikan kebutuhan tubuh baik
glukosa maupun oksigen. Apabila tekanan terganggu karena banyak faktor
seperti timbunan lemak atau plak dipembuluh darah sehingga darah tidak dapat
mengalir dengan baik, bahkan sampai menyumbat, maka akan terjadi distensi
aliran darah yang akan otomatis membuat tekanan dalam pembuluh darah
tinggi yang dapat menyebabkan pembuluh darah otak pecah atau robek yang
pastinya akan mengganggu fungsi normal jaringan sekitar, didahului dengan
sakit kepala di suboccipital karena respon neurosensori akibat tekanan
pembuluh darah yang tinggi. Faktor pendukung : diperolehnya data yang
lengkap dari hasil pengkajian, adanya referensi yang sesuai dengan kasus
sehingga memudahkan penulis dalam merumuskan diagnose keperawatan.
Faktor penghambat : tidak ada
32

Diagnosa kedua ditemukan pada tanggal 6 April 2020 yaitu Defisit


pengetahuan tentang manajemen hipertensi b.d kurang terpapar
informasi d.d menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah.
Didefinisikan sebagai ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu (hipertensi), (SDKI PPNI, 2017). Freedman
(2010 dalam Widagdo & Resnayeti 2019) mengatakan tugas perawatan
kesehatan keluarga juga berfungsi untuk mendidik keluarga agar dapat
menyelesaikan masalah kesehatannya keluarga itu sendiri, kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga, kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat
dilihat dari tugas perawatan kesehatan keluarga yang dilaksanakan keluarga.
Diagnosa ini menjadi prioritas karena ketidakmampuan keluarga Bapak RI
menjalankan tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan Bapak RI yang
memiliki riwayat hipertensi sudah 1 tahun, tugas keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yaitu ada 5 yaitu : 1. Mengenal
masalah kesehatan setiap anggotanya. 2. mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. 3. memberikan perawatan
anggotanya yang sakit, sebagai (maintenence) pemeliharaan kesehatan. 4.
mempertahankan serta memodifikasi suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. 5.
mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada). Freedman, 2010). Dan
keluarga belum memahami tugas ke 3 dan ke 5, Dukungan keluarga sangat
penting penderita hipertensi, keluarga mendorong dan mengingatkan penderita
hipertensi untuk patuh minum obat dan memperbaiki gaya hidup, (Kemenkes
RI, 2018). Factor pendukung : adanya medical record di FKTP memudahkan
penulis dan perawat keluarga untuk melakukan kunjungan rumah / home visit.
Home visit adalah perwujudan kepedulian perawat (caring) terhadap banyak
permasalahan kesehatan yang dihadapi klien. (Chaerani; et al 2011) Factor
penghambat : banyak nya pertanyaan yang keluarga ajukan sedangkan sesi
pembelajaran maksimal 60 menit (karena pandemic covid19) Solusi :
memberikan nomor telp / wa untuk tanya jawab dan pembelajaran daring
33

dengan didahului pemberitahuan atau kontrak pembelajaran. Hal ini sesuai


dengan konseptual model menurut Orem (1991, dalam George, 2005) yaitu
tujuan akhir keperawatan adalah untuk memandirikan klien dan keluarganya
dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas kesehatan
keluarga, melalui supportive educative system yaitu pendidikan kesehatan dan
home visit. (Chaerani et al, 2011).

Diagnosa ketiga ditemukan pada tanggal 6 April 2020 yaitu Risiko Perfusi
perifer tidak efektif dengan riwayat hipertensi. didefinisikan sebagai resiko
mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh, (SDKI PPNI, 2017). Diagnosa risiko yang
mungkin muncul pada hipertensi adalah resiko perfusi perifer tidak efektif. Hal
ini terjadi akibat vasokontriksi karena penurunan elastisitas pembuluh darah
yang kemudian berdampak pada perfusi perifer atau suplai darah ke jaringan
atau organ tubuh, disamping itu stimulasi simpatis juga menyebabkan
vasodilatasi perifer yang bertujuan mencegah peningkatan tekanan darah lebih
lanjut, di sisi lain penurunan elastisitas pembuluh darah kapiler menyebabkan
penurunan perfusi jaringan organ tubuh lainnya, Factor pendukung : Bapak
RI 49 tahun, laki laki, perokok, hiperlipedimia, kegemukan, dan mempunyai
genogram hipertensi sesuai dengan pernyataan yang diungkap Kemenkes RI
(2018) Faktor risiko : umur, jenis kelamin, dan genetik atau keturunan (tidak
dapat diubah). Merokok, diet rendah serat, dislipidemia, konsumsi garam
berlebih, kurang aktivitas fisik, stress, berat badan berlebih atau kegemukan,
dan konsumsi alcohol (faktor yang dapat diubah). Faktor usia yang memicu
timbulnya penyakit hipertensi pada Bapak RI adalah ketidak seimbangan
antara jumlah asupan zat gizi yang diperlukan dan yang dikeluarkan sehingga
menyebabkan status gizi yang tidak seimbang. Kelebihan gizi yang dimulai
pada usia 45 tahun ke atas biasanya berhubungan dengan kemakmuran dan
gaya hidup. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya berbagai
makanan siap saji yang enak, nikmat dan kaya akan energi terutama sumber
lemak dan karbohidrat, maka terjadi asupan gizi yang melebihi kebutuhan
tubuh. Keadaan kelebihan gizi ini akan membawa pada keadaan obesitas.
34

Perubahan status gizi yang ditandai dengan peningkatan berat badan dapat
secara langsung mempengaruhi perubahan tekanan darah. Factor penghambat
: control di FKTP harus melalui perjanjian dan pendafaaran online, karena
pandemic Covid19 yang membatasi pengunjung, dan tidak dilakukannya
pemeriksaan penunjang untuk menengakakan diagnosa Solusi : dalam
memberikan pendidikan kesehatan sangat penting mengukur kemampuan
kognitif klien ini mempengaruhi dalam penerimaan bahasa agar materi yang
disampaikan bisa masuk dalam logikanya.

C. Intervensi atau Rencana Keperawatan


Perencanaan Keperawatan Keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam menangani
masalah keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga, Henson (2001
dalam Widagdo & Resnayati 2019), perencanaan yang dibuat oleh penulis
sesuai dengan konsep teori bedasarkan (SIKI PPNI, 2018).

Diagnosis keperawatan pertama gangguan rasa nyaman nyeri. Pada saat


pelaksaanaan rasionalnya : 1. mengidentifikasi karakteristik nyeri merupakan
faktor yang penting untuk menentukan skala nyeri, lokasi. karakteristik dan
terapi yang cocok untuk pasien serta efektifitas dari terapi, memberikan
panduan sederhana menilai rasa nyeri dengan angka 0 sampai 10, angka 10
adalah sakit yang tak tertahankan, dan angka 0 adalah tidak nyeri 2. Membatasi
aktivitas, meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi mengurangi
vasokontriksi dan membuat relaksasi pembuluh darah. peningkatan
vasokontriksi atau peningkatan tekanan vaskuler serebral menyebabkan sakit
kepala / nyeri. 4. Turunkan atau mengontrol nyeri dengan relaksasi tarik nafas
dalam, teknik pemijatan atau pengurutan secara halus pada bagian yang dirasa
nyeri dengan lembut, kompres air hangat dan dingin, pengalihan nyeri/hipnosis
mampu mengurangi rasa nyeri. 5. Bapak RI merasakan manfaat minum obat
teratur menurunkan tekanan darah dan memberikan manfaat berkurangnya rasa
nyeri.
35

Diagnosis keperawatan kedua defisit pengetahuan tentang penyakit


hipertensi. Pada saat pelaksaanaan rasionalnya : Minat belajar yang tinggi
mampu meningkatkan penerimaan kognitif pembelajaran, dibuktikan dengan
verbalisasi kepada Bapak RI (membuat pertanyaan) dapat dijawab dengan baik
masalah seputar hipertensi, contoh : Bapak RI dapat menyebutkan pengertian
hipertensi dengan bahasanya sendiri (Hipertensi adalah keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal > 140/90
mmHg), Bapak RI dapat menyebutkan penyebab dari hipertensi (Penyebab
hipertensi tidak diketahui jelas, tapi faktor yang mendukung adalah
: Keturunan, Hormonal, Emosi, stress, umur, kebiasaan diet), Bapak RI dapat
menyebutkan tanda dan gejala dari hipertensi (Tanda dan gejala
hipertensi adalah : Sakit kepala, Pusing, Mudah marah, Sukar tidur, Rasa
berat di tengkuk, Mudah lelah, Mata berkunang-kunang, jantung berdebar,
keringat berlebih).

Diagnosis keperawatan ketiga Risiko perfusi perifer tidak efektif . Pada


saat pelaksaanaan rasionalnya : tekanan darah tinggi menyebabkan tekanan
intra kranial meningkat, apabila terjadi peningkatan intra kranial dapat
menyebabkan udema yang membuat hambatan peredaran darah ke perifer,
mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainase vena dan
memperbaiki sirkulasi serebral dengan cara minum obat sesuai aturan. Pijatan
ringan pada tungkai dapat membuat sirkulasi darah ke perifer lebih lancer.
Risiko perfusi perifer tidak efektif adalah suatu keadaan dimana individu
berisiko mengalami penurunan suplai darah kebagian paling ujung / tepi tubuh,
yang didalam nya ada nutrisi dan oksigenasi untuk menghidupi sel yang
dilewati nya. Memonitor tanda vital setiap hari adalah satu cara mendeteksi hal
tersebut diatas tidak terjadi (risiko perfusi perifer tidak efektif). Saran untuk
menurunkan berat badan agar beban kerja jantung berkurang.

D. Implementasi atau Tindakan Keperawatan


Implementasi atau tindakan keperawatan keluarga merupakan tahap keempat
dalam asuhan keperawatan. Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari
36

perencanaan yang telah dibuat dan dilakukan secara mandiri atau kerja sama
antar tim kesehatan lain. Keberhasilan tindakan keperawatan dipengaruhi oleh
kemampuan perawat dan partisipasi klien, keluarga serta sarana yang tersedia
(Widagdo dan Chairani, 2020). Implementasi yang sudah dilaksanakan selama
4 kali kunjungan rumah mulai tanggal 6 April 2020 – 9 April 2020 sudah
sesuai dengan intervensi keperawatan yang penulis susun yaitu :

Implementasi dari diagnosa keperawatan pertama : Gangguan rasa nyaman


nyeri adalah mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi , intensitas
nyeri serta skala nyeri, nyeri yang dirasakan Bapak RI adalah sekitar tengkuk,
mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, melibatkan
keluarga dalam memfasilitasi istirahat tidur, suasana tenang, posisi semi
fowler, memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti
tarik nafas dalam, hypnosis, pijatan lembut juga melibatkan keluarga
memonitor nyeri secara mandiri, menjelaskan penting nya menjaga tekanan
darah stabil dengan minum obat teratur. Factor pendukung : Bapak RI
mengatakan mempraktikan teknik napas dalam pada saat Bapak RI merasa
nyeri, Bapak RI dapat mengulang kembali langkah-langkah yang telah telah
diajarkan, Bapak RI juga melakukan tehnik pengalihan rasa nyeri dan
mendapatkan ketenangan dengan cara mendengar murrottal (alunan ayat suci al
quran di multimedia), kooperatifnya keluarga mendukung keberhasilan
perawatan. factor penghambat : Tidak ada hambatan, Bapak RI dan keluarga
dapat segera beradaptasi dengan situasi ini.

Implementasi dari diagnosa keperawatan kedua : Defisit pengetahuan


tentang penyakit adalah suatu keadaan ketidak tahuan klien terhadap suatu
penyakit dan memberikan pendidikan kesehatan adalah jalan terbaik, dan sudah
sukses dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh penulis.
Pembelajaran menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, pembelajaran juga
dihadiri keluarga adik dari Bapak RI, pembelajaran berjalan baik. Disini
perawat berperan sebagai pendidik, motivator Factor pendukung : Bapak RI
dan keluarga antusias dengan pembelajaran yang diberikan terkait penyakit
37

dan penanganannya. Penulis menilai bahwa keluarga Bapak RI sudah mampu


mengenal masalah kesehatannya sesuai fungsi perawatan kesehatan keluarga
yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual. Peran
perawat keluarga berpengaruh dalam memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh yang ditekankan promotif dan preventif. Melalui pendidikan
kesehatan dan motivasi pada keluarga yang salah satu anggotanya penderita
hipertensi dapat membantu keluarga mengetahui tentang penyakit dan
kemampuan keluarga memberikan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan
klien (Bakri, 2017). factor penghambat : Tidak terdapat hambatan dalam
melaksanaan proses implementasi keperawatan dikarenakan faktor internal
keluarga yang punya minat belajar dan adanya dorongan kesehatan
(Notoadmojo, 2012).

Implementasi dari diagnose keperawatan ketiga : Risiko perfusi perifer


tidak efektif sudah dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil sesuai
perencanaan, implementasi ditekankan pada kepatuhan minum obat hipertensi,
memantau tanda – tanda vital, menghindari faktor risiko (lemak, rokok dan
kopi berlebihan), diet hipertensi dan diet menurunkan berat badan. Factor
pendukung : sesaat setelah dilakukan pengkajian dan sedikit penjelasan
pentingnya pengobatan hipertensi pada hari senin tgl 6 April 2020, Bapak RI
langsung minta diantar istri ke FKTP untuk mengobati penyakit hipertensinya,
Hal ini menunjukan bahwa sikap kooperatif yang ditunjukan oleh Bapak RI
dan keluarga merupakan sikap setuju terhadap suatu perilaku hidup sehat yang
dapat terbentuk bila terdapat pengetahuan yang mendasari perilaku tersebut,
serta diperkuat dengan bukti dan manfaat nya. Jika manfaat dari perilaku hidup
sehat yang diharapkan oleh petugas kesehatan tersebut sudah ditemukan dan
dirasakan, maka terbentuklah sikap yang mendukung kesehatan pada klien dan
keluarga (Bakri, 2017). Keluarga sudah mampu menjalankan fungsi perawatan
keluarga yang ketiga dan kelima yaitu keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang sakit serta keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
(Kholifah&Widagdo, 2016). factor penghambat : Tidak terdapat hambatan
38

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga merupakan tahap kelima atau akhir dari proses
keperawatan. Tujuan dari tahap ini adalah akan menilai keberhasilan dari
tindakan yang telah dilaksanakan. Indikator evaluasi keperawatan adalah
kriteria hasil yang ditulis pada tujuan ketika perawat menyusun perencanaan
tindakan keperawatan. Evaluasi ini dikatakan berhasil apabila tujuan dapat
tercapai (Widagdo & Chairani, 2020).

Evaluasi Keperawatan dari Diagnosa keperawatan pertama, Evaluasi


Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi, hal ini dibuktikan dengan tidak ada
keluhan sakit kepala dari Bapak RI, tidak ada keluhan lelah, istirahat baik, dan
merasakan manfaat dari minum obat teratur, merasakan manfaat relaksasi nafas
adalah teknik non farmakologik untuk menghilangkan nyeri, teknik pengalihan
dengan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an dapat juga mengurangi
rasa nyeri. Hal ini menjadikan vasodilatasi pembuluh darah, tidak ada nya
vasokontriksi didaerah cerebral maka penekanan/tahanan pada pusat syaraf di
otak (pusat nyeri) berkurang, Factor pendukung : keluarga dan Bapak RI
cepat memahami apa yang terjadi dan segera beradaptasi, perilaku kooperatif
mempermudah koordinasi Factor penghambat : tidak ada.

Evaluasi Keperawatan dari Diagnosa keperawatan kedua : Evaluasi defisit


pengetahuan tentang manajemen hipertensi teratasi, hal ini dibuktikan dengan
Bapak RI dan keluarga mau mengubah perilaku memperbaiki faktor resiko
yang dapat diubah, keluarga Bapak RI juga mampu menjawab pertanyaan
seputar hipertensi, keluarga Bapak RI juga memahami tugas keluarga yang
belum dilaksanakan yaitu tugas ke tiga dan ke lima, proses pembelajaran
berjalan baik. Ditambah anggota keluarga lain yang ikut jadi pendengar
Faktor pendukung : keluarga segera memahami dan menyadari tugas ke tiga
dan lima dan segera menerapkan konsep tugas keluarga (terutama aplikasi
tugas ke tiga dan tugas ke lima). Keluarga juga menyediakan kelengkapan
belajar seperti white board dan spidol. Factor penghambat : tidak ada.
39

Evaluasi Keperawatan dari diagnosa keperawatan Ketiga : Evaluasi risiko


perfusi perifer tidak terjadi, hal ini dibuktikan dengan turgor kulit elastis akral
hangat, TD 120/80 mmHg, N 88 x/m, RR 18 x/m, sh : 36.9°C, nilai IMT masih
27,7, Bapak RI juga mengatakan mengurangi rokok dan kopi, memijat bagian
perifer yang kesemutan, risiko ini tidak terjadi karena kedisiplinan minum obat
anti hipertensi membuat tekanan darah normal dan tidak terjadi tekanan dalam
otak (suplai darah baik), bila tidak ada gangguan / hambatan, aliran darah ke
perifer menjadi baik, faktor pendukung : kooperatifnya keluarga dalam
meningatkan kedisiplinan minum obat dan mengubah gaya hidup. Factor
penghambat : tidak ada.
40

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan sesuai dengan lima tahapan dalam proses
keperawatan yang meliputi : pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Asuhan keperawatan Keluarga Bapak RI dengan Hipertensi yang dilakukan
selama lima hari sejak tanggal 6 April s.d 10 April 2020, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Bapak RI dan keluarga,
penulis menyimpulkan bahwa pengkajian sangat penting (70% dalam
menegakkan diagnose) dan yang perlu diperhatikan pada pasien hipertensi
dalam konteks keluarga diantaranya dengan metode pengumpulan data
melalui wawancara mulai dari data umum keluarga, tahap perkembangan
keluarga saat ini, riwayat keluarga inti, kondisi lingkungan yang dapat
mempengaruhi, serta fungsi perawatan keluarga dalam bidang kesehatan.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik fokus dalam system kardiovaskular dapat
dilakukan pengukuran tekanan darah, nadi, pernapasan, , pengukuran
capillary refill time (CRT), serta keluhan klien.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil pengumpulan data tersebut, penulis merumuskan
diagnosis yang dibandingkan antara teori dan kasus, yaitu gangguan rasa
nyaman nyeri, defisit pengetahuan tentang hipertensi, risiko perfusi jaringan
perifer . Pada perumusan diagnosis ini tidak memiliki kesenjangan antara
teori dan kasus yang ditemukan pada keluarga Bapak RI hanya pada kasus
Bapak RI belum dapat memenuhi tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu
keluarga Bapak RI belum mampu menjalankan tugas yaitu merawata angota
keluarga yang sakit serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk
menunjang kesehatan klien.
41

3. Intervensi Keperawatan
Penyusunan intervensi keperawatan disusun berdasarkan kebutuhan klien
dan keluarga. Penyusunan intervensi dilakukan bersama Bapak RI dan
keluarga agar dapat terjadi implementasi keperawatan yang komperehensif
dan optimal. Intervensi ditekankan kepada pemahaman kognitif mengenai
penyakit Bapak RI dan bagaimana cara mengendalikannya melaui
pemberian pendidikan kesehatan bagaiman mengenal penyakit hipertensi,
melatih teknik napas dalam untuk mengurangi nyeri, serta anjuran pola
hidup sehat denga penyakit hipertensi dengan diit untuk penyakit hipertensi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis bedasarkan perencanaan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya bersama keluarga.
Implementasi yang dilakukan meliputi mengkaji kedaan umum serta
keluhan yang diarasakan Bapak RI, mengkaji kemampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan klien, memberikan anjuran serta pendidikan
keshatan bagi Bapak RI dan keluarga, serta memonitor kembali
pengetahuan Bpak RI dan keluarga tentang materi yang sudah diberikan
sebelumnya.
5. Evaluasi Keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan selama 4 hari dan evaluasi dilakukan pada
hari terakhir implementasi keperawatan. Home visit dilakukan selama 5 hari.
Pada diagosa keperawatan yang diangkat oleh penulis, ketiga masalah dapat
teratasi seusai kriteria hasil yang ditetapkan pada perencanaan.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Tingkatkan perhatian mahasiswa pada potensi keluarga dan kerja sama
dengan sistem pendukung keluarga serta tenaga kesehatan lainnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil dari Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi referensi dalam
penelitian dan pengabdian masyarakat yang terkait dalam cara pengendalian
dalam pencegahan penyakit hipertensi di lingkungan masyarakat
42

3. Bagi wahana Praktik


Diharapkan kepada petugas puskesmas / FKTP melakukan kunjungan rutin
dan meningkatkan peran perawat keluarga kader di wilayah Tanah Tinggi,
Khususnya di RW 11, untuk meningkatkan pelayanan promotif, preventif
kesehatan kepada masyarakat.
43

Anda mungkin juga menyukai