PUSKEMAS TAAR
DISUSUN OLEH :
TINGKAT : IIIB
NIM : P07120219061
PENDAHULUAN
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan
dan emosional dan individu mempunyai peran masing- masing yang merupakan bagian dari
keluarga ( friedman, 2010). Salah satu penyakit Yang sering di alami adalah hipertensi.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di
atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau
mortalitas. hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang lama ( Saraswati, 2009 ).
Menurut World Health Organization (WHO), Hipertensi Merupakan Jenis penyakit yang menjadi
momok bagi masyarakat. Tidak hanya orang tua saja yang perlu mewaspadainya, bahkan kini
anak-anak muda memiliki risiko hipertensi yang tak kalah besar. Hampir 95% kasus hipertensi
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik. Kasus hipertensi sendiri tercatat sebagai kasus
kematian utama di seluruh dunia.Data World Health Organization (WHO) tahun 2018
menunjukkan bahwa hampir 1,3 miliar orang di dunia mengalami hipertensi.
Menurut riset kesehatan Nasional 2018 prevelensi hipertensi di Indonesia sebesar 8,4%,
dilakukan di Maluku sebesar 4,6% sedangkan di Maluku tenggara sebanyak 6,1%. Data di
wilayah kerja puskesmas ohijang watdek jumlah penderita hipertensi tahun 2016 sebanyak 421
orang, 2017 sebanyak 373 orang, 2018 sebanyak 348 orang, dan bulan januari 2019 sebanyak
33 orang ( Register puskesmas Ohoijang Watdek 2019 ).
Perawat komunitas memiliki peran dalam promosi kesehatan, sebagai pemelihara, edukator,
pengelola, koordinator, dan sebagai tenaga yang memberikan perawatan secara berkelanjutan
baik kepada individu, keluarga, maupun kelompok dalam komunitas yang berisiko terhadap
masalah kesehatan. Asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan kepada keluarga
sering dilakukan usaha dalam memelihara dan/atau meningkatkan derajat kesehatan keluarga (
Rini Astuti,2014 ). Penatalaksanaan penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi merupakan pengelolaan hipertensi
menggunakan obat-obatan yang dikenal dengan obat anti hipertensi baik golongan diuretik,
penghambat adrenergi maupun vasodilator ( Divine, 2012 ). Terapi non farmakologi merupakan
pengobatan hipertensi yang dilakukan dengan cara menjalani hidup sehat yaitu diet rendah
garam dan kolesterol, senam hipertensi, istirahat yang cukup, mengelola stres, aktivitas fisik,
menjaga berat badan ideal, menghindari konsumsi alkohol dan rokok ( Susilo & Wulandari,
2011 ). Salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilakukan adalah pelaksanaan diet yang
teratur dapat menstabilkan tekanan darah, yaitu dengan mempertahankan berat badan ideal,
mengurangi makanan dengan tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan
yang tinggi serat, dan melakukan aktifitas olahraga, olahraga teratur, menghindari rokok dan
alkohol, istirahat yang cukup, hindari stress ( Novian, 2013 ). Saat ini banyak penderita
hipertensi yang tidak patuh melaksanakan terapi non formakologis yang diberikan karena
kurangnya pengetahuan penderita tentang hipertensi ( Tumenggung, 2013 ).
Dari hasil wawancara peneliti dengan keluarga dan anggota keluarga yang mengalami masalah
hipertensi di dapatkan informasi bahwa anggota keluarga memberikan bantuan dalam
perawatan hipertensi, seperti menganjurkan untuk istirahat, tidak mengonsumsi alkohol,
merokok, dan mengonsumsi makanan rendah garam, dan anggota keluarga mengatakan juga
bahwa, biasanya perawatan hipertensi itu tidak dilakukan secara maksimal dikarenakan
kelalaian anggota keluarga sendiri.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang
"Asuhan Keperawatan Keluarga dengan hipertensi dalam penerapan terapi non farmakologi di
puskesmas Taar ".
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka hal yang menjadi masalah dan studi kasus ini
adalah "bagaimana gambaran asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi dalam
penerapan terapi non farmakologi di puskesmas Taar",
Tujuan studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan keluarga dengan
hipertensi dalam penerapan terapi non formal ke lagi di puskesmas Taar.
TINJAUAN PUSTAKA
1 ) Tujuan Umum
Di tingkat nya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara sendiri.
2 ) Tujuan Khusus
b) memutuskan tindakan perawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.
c) melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang sakit,
mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ keluarga yang membutuhkan bantuan sesuai dengan
kemampuan keluarga.
d) memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga ( fisik, psikis, dan sosial ) sehingga dapat
meningkatkan kesehatan keluarga.
Nama:
Umur:
Agama:
Suku/bangsa:
Pendidikan:
Pekerjaan:
Alamat:
No.Telpon :
2) Komposisi Keluarga
Sumber: Friedman,2010
3) Genogram Keluarga
Genogram keluarga menerangkan tentang komposisi keluarga dari kepala keluarga dari istri ( 3
generasi).
4) Tipe keluarga
Tipe menerangkan tentang tipe atau jenis keluarga, misalnya keluarga inti terdiri dari ayah, Ibu
dan anak-anak, keluarga besar terdiri dari orang tua dari ayah atau Ibu ditambah keluarga inti.
suku bangsa menerangkan tentang asal-usul keluarga misalnya Jawa ke Ambon dan lain-lain.
agama dan kepercayaan menerangkan tentang kebiasaan keluarga bila ada anggota keluarga
yang sakit langsung dibawa ke dokter atau puskesmas dan tidak percaya akan pengobatan
akan lewat dukun dan sebagainya.
Status sosial dan ekonomi keluarga menerangkan tentang pekerjaan, penghasilan dan
pengeluaran keluarga setiap bulan serta harta benda yang dimiliki oleh keluarga.
Menerangkan tentang rekreasi keluarga yang dilakukan waktu senggang bersama, misalnya
pergi mengunjungi tempat wisata, kebun binatang.
d. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) tahap perkembangan keluarga saat ini tahap ini menerangkan tentang tahap perkembangan
anak dan ditentukan dengan anak tertua, misalnya tahap perkembangan anak usia sekolah,
usia remaja dan usia dewasa.
Tahap ini menerangkan tentang tahap perkembangan anak yang belum terpenuhi dan kendala
yang dialami serta solusi untuk menyelesaikan masalah anak tersebut, misalnya anak ada
dalam tahap dewasa tetapi belum memiliki pekerjaan.
3) riwayat kesehatan
(a) riwayat kesehatan keluarga saat ini menerangkan bahwa Bagaimana kondisi kesehatan
keluarga saat ini, misalnya saat ini salah satu anggota keluarga (ayah) mengalami masalah
kesehatan yakni tekanan darahnya meningkat.
(b) riwayat penyakit keturunan apakah ada dalam anggota keluarga yang mempunyai penyakit
genetik atau keturunan, yang bisa menjadi masalah kesehatan bagi anggota keluarga yang lain,
contohnya hipertensi diabetes melitus, dan penyakit keturunan lainnya.
Sebelumnya pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain.
Jika ada anggota keluarga yang sakit ringan maka hanya mengonsumsi obat-obatan yang dibeli
di apotek akan tetapi jika sakitnya lebih parah maka akan dibawa ke dokter umum atau rumah
sakit.
e. pengkajian lingkungan
1) karakteristik rumah
Meliputi luas rumah, tipe rumah, kepemilikan, jumlah kamar, ventilasi/ jendela, pemanfaatan
ruangan, penerangan, sumber air, WC/ kamar mandi, septic tank ada atau tidak, limbah rumah
tangga dan kebersihan lingkungan.
Menerangkan tentang apakah keluarga pernah pindah lokasi tempat tinggal atau tidak.
6) sistem pendukung
menerangkan tentang komposisi dari keluarga inti.
f. Struktur keluarga
Menerangkan tentang cara mengambil keputusan dalam keluarga pak adi komunikasi kan
secara musyawarah/ tidak.
Merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami istri dan anak-anak yang saling menghargai dan
memperhatikan satu sama lainnya.
3) struktur peran
Menerangkan tentang peran masing-masing anggota keluarga, ayah berperang sebagai kepala
keluarga, pencari nafkah, dan ibu berperan sebagai istri dan ibu dari anak-anak, serta anak-
anak berperan sebagai anak.
Menerangkan tentang nilai dan norma atau aturan yang berlaku dalam keluarga dan
menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut serta norma masyarakat di sekitarnya.
g. Fungsi Keluarga
1) fungsi Afketif
2) fungsi sosial
Mencakup kerukunan hidup dalam rumah tangga, interaksi dan hubungan dalam keluarga,
anggota keluarga yang dominan nya dalam mengambil keputusan, kegiatan keluarga waktu
senggang partisipasi dalam kegiatan sosial.
4) fungsi reproduksi
Menerangkan tentang perencanaan jumlah anak, apakah aku sektor atau tidak jika yang
digunakan apa dan berapa selamanya jika tidak atau belum alasannya karena apa.
5) Fungsi Ekonomi
Menerangkan tentang upaya pemenuhan sandang, pangan, papan dan pemanfaatan sumber
daya yang ada di masyarakat.
Mencakup treasure jangka panjang dan jangka pendek, respon keluarga terhadap Stressor,
strategi koping dan strategi adaptasi di fungsional.
Menerangkan tentang pembunuhan gizi anggota keluarga, serta upaya yang diambil untuk
memenuhi status besi dalam keluarga tersebut.
j. Harapan Keluarga kesehatan yang dihadapi dan berharap petugas kesehatan maupun
memberikan pelayanan yang baik serta tidak membedakan status sosial.
K. Pemeriksaan Fisik
2. Keluhan yang
dirasakan
3. Tanda dan
gejala
4. Riwayat
penyakit
sebelumnya
5. TTV :
TD
Suhu
Nadi
RR
6. BB dan TB
7. Kepala
8. Mata
9. Leher
10. Telinga
11. Mulut
12. Hidung
13. Paru-paru
14. Jantung
15. Abdomen
17. Ekstremitas
18. Nutrisi
19. Eliminasi
adalah:
a. Penurunan curah jantung pada keluarga Tn... khususnya Tn/Ny... berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi
b. Nyeri akut pada keluarga Tn... khususnya Tn/Ny.... berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi peningkatan tekanan vaskuler serebral.
c. Kelebihan volume cairan pada keluarga Tn... khususnya Tn/Ny... berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kelebihan asupan natrium.
d. Intoleransi aktivitas pada keluarga Tn... khususnya Tn/Ny... berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kelemahan otot.
e. Resiko jatuh pada keluarga Tn... khususnya Tn/Ny... berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah hpiertensi.
a. Aktual 3
b.Resiko 2 1
c. Tinggi 1
a. Tinggi
b. Sedang 2
c. Rendah 1 2
a. Mudah
b. Cukup 3 1
c. Tidak dapat 2
4. Menonjolnya masalah:
Total skore
Keterangan:
Angka tertinggi
(2016) adalah:
3. Evaluasi
Kembali tentang
keputusan yang
dibuat.
4. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban
yang benar.
4. Berikan pujian
pada keluarga
yang sakit.
5. Demonstrasikan
cara perawatan
hipertensi dan
cara terapi non
farmokologi.
3. Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar.
3. Evaluasi
bagaimana
memanfaatka
n fasilitas
Kesehatan
pada semua
anggota
Keluarga.
4. Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar.
Diagnosa II : nyeri akut pada keluarga Tn…khususnya Tn/Ny… berhungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban yang
benar.
4. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban yang
benar.
Diagnosa III : kelebihan volume cairan pada keluarga Tn… khususnya Tn/Ny… berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kelebihan asupan
natrium.
5. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban
yang benar.
3. Evaluasi
Kembali
tentang
bagaimana
memanfaatka
n fasilitas
pelayanan
ksehatan.
4. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban
yang benar.
Diangnosa IV : intoleransi aktivitas pada keluarga Tn… khususnya Tn/Ny… berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kelemahan otot.
b. Penyebab 4. Evaluasi
intoleransi Kembali cara
aktivitas. merawat
anggota
c. Tanda dan keluarga dengan
gejala masalah
intoleransi intoleransi
aktivitas aktivitas pada
keluaraga.
5. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban
yang benar.
4. Berikan pujian
pada keluarga
atas
jawabanyang
benar.
5. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban
yang benar.
4. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban
yang besar
4. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban yang
benar.
4. Mengajarkan 5. Demonstrasikan
keluarga dalam cara perawatan
terapi non hipertensi dan
farmakologi cara terapi non
untuk pasien farmokologi yaitu :
hipertensi.
a. Hindari stress
b. Diet rendah
garam
c. Diet rendah
lemak, dan
kolestrol
d. Hindari alcohol
dan rokok
e. Senam
hipertensi
f. Olah raga
2. Evaluasi Kembali
tentang
bagaimana
lingkungan yang
dapat menunjang
Kesehatan
terhadap semua
anggota keluarga.
3. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban yang
benar.
3. Sebagai 3. Evaluasi
pelayanan bagimana
pengobatan. memanfaatkan
fasilitas Kesehatan
pada semua
anggota keluarga.
4. Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban yang
benar.
DX Implementasi Keperawatan
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit
hipertensi.
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
II 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga dengan masalah
hipertensi.
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit
hipertensi.
III 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang masalah kelebihan volume cairan pada anggota
keluarga dengan hipertensi.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah kelebihan volume cairan pada anggota
keluarga dengan hipertensi.
3. Evaluasi Kembali tentang masalah kelebihan volume cairan pada anggota keluarga
dengan hipertensi.
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
3. Demostrasikan cara perawatan hipertensi yaitu dengan batasi konsusmsi natrium yang
berlebihan.
IV 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga dengan masalah
intoleransi aktivitas.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga dengan leaflet/lembar
balik.
3. Evaluasi Kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi pada
keluarga.
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit
hipertnsi.
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
2.1.6 Evaluasi
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga dan menentukan
tujuan yang telah ditetapkan dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki produktivitas
yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga, dan menggunakan metode SOAP
(Sudiharto, 2012).
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan
diastolik diatas 90 mmHg (Sheps, 2010).
2.2.2 Etiologi
1. Berdasarkan penyebabnya:
Hipertensi esensial (primer) disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Tipe ini
terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi yaitu sekitar 95%. Faktor yang mempengaruhi
yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis system renin. Angiotensin dan peningkatan Na+Ca
intraseluler. Faktor faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol, dan polisitema (Nurarif
& Kusuma, 2013).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh kondisi medis lain
(misalnya penyakit ginjal), atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB) (Palmer &
Williams, 2007).
2. Berdasarkan Bentuk Hipertensi Berdasarkan bentuk hipertensi menurut Amin Nurarif (2016) adalah :
a. Hipertensi Sistolik
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu hipertensi yang biasanya ditemukan pada usia
lanjut, yang ditandai dengan peningkatan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik.
b. Hipertensi Diastolik
Hipertensi diastolik
(diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik,
biasanya ditemukan pada anak-anak.dewasa muda.
c. Hipertensi Campuran
Menurut Palmer dkk (2007) dan Sustrani (2004), tanda dan gejala seseorang mengalami hipertensi yaitu,
seperti pusing, jantung berdebar-debar, sulit bernapas saat bekerja keras atau mengangkat beban berat,
mudah lelah, pandangan kabur, sakit kepala, terjadinya pembengkakan pada ekstermitas.
1. Riwayat Keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan mulltifaktorial yaitu, pada seseorang dengan riwayat keluarga,
beberapa gen berinteraksi dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan
darah naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada resiko
hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
2. Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia
50-60 % klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Diantara
orang dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolik karma
merupakan predikator yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit
jantung koroner, stroke. pagal jantung, dan penyakit ginjal.
3. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai kira-kira 55 tabun. Resiko pada pria
dan wanita hampir sama antara sania 55 tahun sampai 74 tahun
4. Etnis
Peningkatan pravelenni hipertensi diantara orang berkulit hitam tidaklah jelas, akan tetapi
peningkatannya dikaitkan dengan kadar renin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopresin, tingginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan
5. Diabetes Mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes mellitus karena diabetes mellitus
mempercepat ateroskelerosis dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah
besar.
6. Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta menstimulasi aktivitas saraf
simpatis. Stress adalah permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
7. Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya jumlah lemak disekitar diafragma,
pinggang dan perut, dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktor-
faktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
8. Nutrisi
Kelebihan mengkonsumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada individu. Diet tinggi garam
menyebabkan pelepasan hormon natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
meningkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam sistem
saraf pusat. Penelitian juga menunjukan bahwa asupan diet kalsium, kalium,dan magnesium dapat
rendah berkontrabusi dalam pengembangan hipertensi.
9. Penyalahgunaan Obat
Merokok, mengonsumsi banyak alkohol, dan beberapa penggunaan obat terlarang merupakan faktor-
faktor resiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat
menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung.
2.2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada
medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron prenganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangan sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias
terjadi.
Disaat yang bersamaan sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang menyebabkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cendrung mencetuskan keadaan darah tinggi.
Untuk pertimbangan gerontologi. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi usia lanjut, ateroskelerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup). mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, (2012).
2.2.6
Komplikasi Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh
1. Jantung
Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurangnya
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyak cairan yang tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas
atau odema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7
kali lebih besar.
3. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan sistem
penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan didalam tubuh.
4. Mata
2.2.7 Pencegahan
1. Berhenti Merokok
2.2.8 Penatalaksanaan
Pengurangan konsumsi garam menjadi 2 sendok teh/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5
mmHg dengan diastolik sebanyak 2,5 mmHg. Batasi Konsumsi Alkohol Konsumsi alcohol harus dibatasi
karena konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekana darah. Para peminum berat mempunyai
resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum beralkohol.
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg)/ hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah
dan sayur seperti: alpukat, pepaya, jeruk, apel, kacang-kacangan, kentang dan diet rendah lemak dengan
cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama urin. Dengan mengonsumsi buah-buahan
sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup.
d. Menghindari Merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok
dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka
perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.
e. Penurunan Stress Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode
stress sering terjadi dapat menyebbakan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
f. Senam Hipertensi Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka yang aktif khususnya
terhadap otot jantung.
2. Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologi (Saferi & Mariza, 2013) merupakan penanganan menggunakan obat-
obatan, antara lain:
a. Diuretik (hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara menegluarkan cairan berlebihan dalam tubuh sehingga daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
b. Penghambat Simpatik (metildopa, klonidin dan reserpine) Obat-obatan jenis penghambat simpatetik
berfungsi untuk menghambat aktivitas saraf simpatis.
c. Betabloker (metoprolol, propranolol dan atenolol) Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk
menurunkan daya pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan
pernapasan seperti asma bronchial.
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jeins obat obatan penghambat reseptor angiotensin II
diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor.
Terapi non farmakologi adalah modifikasi gaya hidup untuk pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi
yang meliputi mempertahankan berat badan ideal, kurangi asupan garam dan natrium, pertahankan
asupan kalium dan kalsium, kurangi asupan lemak serta kolestrol, istirahat yang cukup, menggendalikan
stress, aktivitas fisik, dan menghindari merokok, dan senam hipertensi. (Susil & Wulandari, 2011).
Terapi non farmakologis dilakukan dengan modifikasi gaya hidup yang berguna untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Modifikasi gaya hidup dapat berpengaruh terhadap morbiditas
dan mortalitas (Lawrance & Tierney, 2014).
2.3.2 Penatalaksanaan Terapi Non Farmakologis Pada Hipertensi Upaya penatalaksanaan terapi non
farmakologi
Mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolestrol namun kaya dengan
serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka tekanan darah diastolik dapat
diturunkan sebanyak 5 mmHg. Resiko relatif hipertensi pada obesitas 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang berat badannya normal.
Pengurangan konsumsi garam menjadi % sendok teh/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5
mmHg dengan diastolic sebanyak 2,5 mmHg. Diet rendah garam adalah memberikan makanan rendah
garam guna menghilangkan retensi garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
WHO (2010) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur sampai 6 gram sehari ekivalen dengan
2400 mg Na. Asupan natrium yang berlebihan terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga, menyebabkan edema atau asites dan
atau hipertensi (Almatsier, 2008).
Tujuan dari diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan
tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Syarat diet rendah garam adalah cukup
energi, protein, mineral dan vitamin. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit, jumlah natrium
disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air atau hipertensi (Almatsier, 2008). Almatsier,
(2008) membagi diet rendah garam menjadi:
Diet rendah garam I di berikan kepada pasien dengan edema, asites atau hipertensi tidak terlalu berat.
Pada pengolahan makananya tidak ditambahkan garam dapur. Dilihat dari makanan yang tinggi kadar
natriumnya (@2160/2100 mmHg).
Diet rendah garam II di berikan kepada pasien dengan edema, asites atau hipertensi tidak terlalu berat.
Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garam I. pada pengolahan makananya
menggunakan sendok teh garam dapur atau 2 gram. Di hindari bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya (140-159/90-99 mmHg).
Diet rendah garam III diberikan pada pasien dengan edema atau asites atau hipertensi ringan. Pemberian
makanan sehari sama dengan diet rendah. garam 1. Pada pengolahan makanannya menggunakan 1
sendok teh atau 4 gram garam dapur (140/90 mmHg).
Menurut Achmad Djaeni (2012) bahan makanan yang diberikan sehari bagi penderita hipertensi, yaitu:
3) Telur 50 gr (1 butir)
Konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekana darah.
Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka
yang tidak meminum beralkohol.
d.Diet Yang Mengandung Kalium dan Kalsium
dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur seperti: alpukat, pepaya, jeruk, apel, kacang-kacangan,
kentang dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total. Kalium
dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama urin.
Dengan mengonsumsi buah - buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan
potassium yang cukup.
e. Menghindari Merokok
Merokok dapat menambah kekauan pembuluh darah sehingga dapat memperburuk hipertensi. Nikotin
dan karbon monoksida yang dihisap masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel dan
pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses arteroskelerosis, dan tekanan darah tinggi. Merokok
dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka
perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.
f. Penurunan Stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi
dapat menyebbakan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali dalam
seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya
dapat mengontrol tekanan darah. h. Senam Kaki Hipertensi
Senam kaki hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya bertujuan untuk meningkatkan aliran
darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung.
Mahardani (2010) mengatakan dengan senam atau berolahraga kebutuhan oksigen dalam sel akan
meningkatkan untuk proses pembentukan energi, sehingga terjadi peningkatan denyut jantung. Dengan
demikian tekanan darah meningkat. Setelah beristirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang,
dan aliran darah akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit kemudian akan kembali pada
tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga secara rutin dan terus menerus, maka
penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama dan pembuluh darah akan lebih elastis.
Mekanisme penurunan tekanan darah setelah berolahraga adalah dapat merilekskan pembuluh-
pembuluh darah. Sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah akan turun.
BAB
metodologi penulisan
3.1 Desain Studi Kasus
Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi di masa kin. jenis rancangan pengertian deskriptif yang dipakai yaitu
rancangan penelitian studi kasus. studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup
pengkajian satu unit penelitian secara intens misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas dan
institusi, meskipun jumlah subjek cenderung sedikit nama jumlah variabel yang diteliti sangat luas
( Nursalam, 2015 ).
Studi kasus pada penelitian ini menggunakan sedih kasus pada slam keberatan keluarga dengan
hipertensi dalam penerapan terapi dan farmakologi di puskesmas Taar.
Subjek dalam penelitian ini adalah dua kepala keluarga dengan anggota keluarganya yang menderita
hipertensi di wilayah kerja puskesmas Taar dan menggunakan kriteria inklusif dan eksklusif sebagai
berikut:
a. Kriteria inklusi
Adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota. populasi yang dapat diambil sebagai sampel,
misalnya:
b. Kriteria eksklusi
Adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel, misalnya:
Fokus studi kasus dalam penelitian ini adalah asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi dalam
penerapan terapi non farmakologi di puskesmas Taar
a. Asuhan keperawatan keluarga adalah asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
kepada keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.
b. Hipertensi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah di mana tekanan sistolik di atas 140 mmHg
dan diastolik diatas 90 mmHg.
c. Terapi Non farmakologi adalah modifikasi dari hidup untuk pencegahan dalam penatalaksanaan
hipertensi tanpa pengobatan.
Jenis data dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer, adalah data yang diperoleh yaitu dari dokumen Medical Record, yang didapat langsung
dari subjek penelitian yaitu di puskesmas Taar.
b. Data Sekunder, iya itu data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber data atau responden
( Supardi & Rustika, 2013 ). Data yang didapat dari catatan medical, dalam keperawatan atau bentuk
lainnya dan diperoleh dari puskesmas Taar
e. Pemeriksaan fisik, merupakan tindakan yang dilakukan penulis terhadap pasien dengan cara inspeksi,
Palpasi, perkusi dan auskultasi.
f. Dokumentasi, merupakan bukti tindakan yang telah dilakukan dan tertuang dalam laporan asuhan
keperawatan.
Lokasi studi kasus ini telah dilaksanakan di puskesmas ntar pada tanggal 18 sampai 20 juli 2019. ( Surat
penelitian dari program studi keberadaan tua dan Kesbangpol, lampiran 6 dan 7). jadwal Studi kasus
( lampiran 1 ).
Analisa data dalam bentuk laporan asuhan keperawatan yang dilakukan dengan cara mengukur secara
sistematis pedoman pengkajian selanjutnya memproses data dengan tahapan pengkajian analisa data,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan
( nurussalam 2015 ). dan penyajian data dalam studi kasus ini dalam bentuk naratif.
Masalah etika pengertian keperawatan sangat penting karena berhubungan langsung dengan manusia,
sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: informed concent ( Lembar persetujuan ),
Anonimity ( tanpa nama ), confidenntiality ( kerahasiaan ), Notoadmojo ( 2010).
Etika studi kasus yang digunakan oleh penuh dan penelitian ini menggunakan lembar persetujuan
( informed concent ), ( Lampiran 2), yang sebelumnya telah dijelaskan makanan tujuan dilakukan
pengertian ini ( penjelasan mengikuti penelitian, lampiran 3 ).