Oleh :
Mahasiswa Profesi Ners
Keperawatan Komunitas dan Keluarga
Periode 24 Oktober 09 Desember 2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia
lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia. Menjadi tua adalah
suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup, yang dimulai sejak permulaan kehidupan.
Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
yang berakhir dalam kematian (Maryam, 2008). Namun proses penuaan
seringkali disertai dengan hadirnya penyakit degeneratif, seperti hipertensi.
Sebagaimana data Puskesmas Surabaya pada bulan Oktober 2016 yang
menunjukkan bahwa hipertensi menjadi penyakit tersering yang dialami oleh
lansia yang tinggal di wilayah kerja puskesmas tersebut.
Hipertensi merupakan masalah serius yang sudah mendunia, karena
tingkat keganasan akibat komplikasi yang tinggi diantaranya kecacatan
permanen dan kematian mendadak akibat krisis hipertensi dan stroke
(Chobanian et al., 2003). Hipertensi sering disebut sebagai salah satu silent
killer karena datang secara bertahap dan sering tidak ada gejala awitan,
penderita akan merasakan gejala ketika penyakit ini sudah disertai komplikasi
(Tymbi et al., 1998).
Angka kejadian kasus hipertensi pada lansia di Jawa Timur termasuk pada
kategori tinggi. Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa angka kejadian
Hipertensi di Jawa Timur mencapai 16,6 % dari total penduduk Jawa Timur.
Secara sesifik di wilayah kerja Puskesmas Dupak Surabaya tahun 2016,
hipertensi merupakan penyakit tertinggi yang dialami oleh lansia 31% lansia
yang menderita hipertensi, sebanyak 42,6%-51,45% di antaranya tidak patuh
untuk menjalani pemeriksaan kesehatan rutin sebagaimana terjadwal di
puskesmas.
Kepatuhan (adherence) adalah tingkat pasien dalam melaksanakan
cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh petugas kesehatan. Secara
umum perilaku kepatuhan akan memeriksakan kesehatan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan,
sikap, anjuran, biaya berobat, jarak pelayanan dan sikap petugas, yang pada
akhirnya akan berakibat fatal (Green, 1980; Notoatmodjo, Wuryaningsih,
2000 dalam Hudan 2013).
Salah satu penyakit yang dapat ditimbulkan karena ketidakpatuhan
tersebut adalah cerebrobascular accident atau stroke. Stroke dapat timbul
akibat tekanan darah yang tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas
dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah
yang diperdarahinya berkurang. (Corwin, 2005).
Oleh karena itu, peran dan motivasi keluarga dalam memotivasi lansia
dalam memeriksakan lansia dengan hipertensi sangat diperlukan agar status
kesehatan lansia yang ditunjukkan dengan tekanan darah dalam rentang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah suatu ikatan atas dasar perkawinan antara orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendiri dengan atau tanpa anak, dan tinggal disuatu rumah
tangga. Menurut UU No. 10 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera (Suprajitno, 2004). Keluarga merupakan
subsistem komunikasi sebagai sistem sosial yang bersifat unik dan dinamis. Oleh
Karena itu perawat komunitas perlu memberikan intervensi pada keluarga untuk
membantu keluarga dalam peningkatan pemberdayaan peran keluarga. Allender &
Spradley, (1997, dalam achjar, 2010) memberikan alasan mengapa keluarga
menjadi penting, karena keluarga sebagai sistem, membutuhkan pelayanan
kesehatan seperti halnya individu agar dapat meilakukan tugas sesuai
perkembangannya. Tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan
keluarga, begitu juga sebaliknya dan tingkat fungsional keluarga sebagai unit
terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan sistem diatasnya.
Keluarga sebagai suatu sistem, dimana sistem keluarga merupakan bagian dari
suprasistem yang lebih besar dan disusun dari beberapa subsistem, perubahan
pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi semua anggota keluarga.
Mempelajari keluarga secara utuh lebih mudah dari pada mempelajari masingmasing anggotanya (Achjar, 2010).
49
individu
yang
matang
(mature)
dan
mandiri
(independence).
kurang diperolehnya di sekolah dan masyarakat, dan membina rasa, sikap, dan
praktik kehidupan berkeluarga beragama sebagai fondasi menuju Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera. 6. Rekreasi Keluarga merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di rumah maupun di
luar rumah. 7. Perawatan Kesehatan Keluarga masih merupakan unit utama
dimana pencegahan dan pengobatan penyakit dilakukan. Masih sangat ditemukan
keterlibatan dan dukungan dalam keluarga dimana tanpa hal ini proses rehabilitas
akan susah dilakukan di dalam keluarga.
2.1.3 Tipe Keluarga
Menurut Suprajitno (2004), pembagian tipe keluarga bergantung pada
konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga
dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu : 1. Keluarga Inti (Nuclear Family) Adalah
keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya
atau adopsi atau keduanya. 2. Keluarga Besar (Extended Family) Adalah keluarga
inti ditambahkan anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek-nenek, paman-bibi). Namun, dengan berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua di
atas berkembang menjadi : 1. Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family) Adalah
keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasanganya. 2. Orang tua tunggal (single parent family) Adalah keluarga yang
terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya. 3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan ( The unmarried teenage
mother) 4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah 5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya ( The
keluarga
mengetahui
keadaan
sakitnya,
sifat
dan
10
11
12
13
14
penglihatan,
kardiovaskuler,
sistem
pengaturan
tubuh,
15
jatuh, mudah lelah, kekacuan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak
nafas, pada saat melakukan aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah,
nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing,
berat badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan sulit
menahan kencing.
2. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunann fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan perubahan
fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi
lingkungan. Dari segi mental dan emosional sering muncul perasaan pesimis,
timbulnya perasaan tidak aman dan cemas. Adanya kekacauan mental akut,
merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena
tidak berguna lagi. Hal ini bisa meyebabkan lansia mengalami depresi.
3. Perubahan psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan
ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkuatan.
4. Perubahan kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada
tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori
jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran, dan
kemampuan verbal akan menetap bila tidak ada penyakit yang menyertai.
5. Perubahan spiritual
Menurut Maslow (1970), agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya.
16
17
18
memberikan pengasuhan kepada anak maka ketika dewasa anak akan membawa
sifat yang sering dirasakan sewaktu masa kecil (Shochib, 1998).
3. Ayah sebagai pembantu pengurus rumah tangga
Pengurusan rumah tangga merupakan tanggung jawab ibu sebagai istri.
Dalam perkembangan lebih lanjut maka ayah diperlukan sebagai pengelola
kerumahtanggaan. Sebab keluarga merupakan lembaga social yang mengelola
segala keperluan yang menyangkut banyak segi. Oleh karena itu ayah sebagai
kepala keluarga juga ikut bertanggung jawab dalam jalannya keluarga sebagai
lembaga social yang memerankan berbagai fungsi kehidupan menusia. Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa ayah mempunyai banyak peran (berperan
ganda). Agar dapat melaksanakan peran ganda ini maka seorang ayah dituntut
untuk bekerja keras,dan berpengetahuan yang memadai. Pengetahuan sangat
diperlukan karena persoalan-persoalan kehidupan makin lama makin sulit dan
kompleks.
2.3.3 Peran ibu
1. Sebagai ibu dan pendidik
Peran ini dapat dipenuhi dengan baik, bila ibu mampu menciptakan iklim
psikis yang gembira, bahagia dan bebas sehingga suasana rumah tangga menjadi
semarak dan bisa memberikan rasa aman, bebas, hangat, menyenangkan serta
penuh kasih sayang. Dengan begitu anak-anak dan suami akan betah tinggal di
rumah. Iklim psikologis penuh kasih sayang, kesabaran, ketenangan, dan
kehangatan itu memberikan semacam vitamin psikologi yang merangsang
pertumbuhan anak-anak menuju pada kedewasaan.
2.Sebagai pengatur rumah tangga
19
Peran ini sangat berat. Dalam hal ini terdapat relasi-relasi formal dan
semacam pembangian kerja (devesion of labour) : dimana suami terutama sekali
bertindak sebagai pencari nafkah, dan istri berfungsi sebagai pengurus rumah
tangga, tetapi sering kali juga berperan sebagai pencari nafkah. Dalam hal ini ibu
harus mampu membagi waktu dan tenaga karena jika tidak ada keseimbangan
antara pekerjaan dengan peran sebagai ibu untuk anak-anak, inilah yang
mengakibatkan anak menjadi terlantar sehingga anak-anak merasa tidak disayang
dalam keluarga.
3. Sebagai partner hidup
Peran ini ditujukan bagi suami yang memerlukan kebijaksanaan, mampu
berpikir luas, dan sanggup mengikuti gerak langkah karir suaminya. Sehingga
akan terdapat kesamaan pandangan, perasaan, dan berinteraksi secara lancar
dengan mereka.
2.3.4 Peran anak
Peran anak dalam keluarga untuk melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingakat perkembangannya baik fisik, mental, social, dan spiritual
( Setiadi, 2008). Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang
mempengaruhi keluarga yaitu peran formal dan informal.
1. Peran Formal
Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah
perilaku yang berkurang lebih bersifat hpmogen. Keluarga membagi peran secara
merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya
menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran
dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain
20
sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik sehat
maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan keluarga paternal
dan maternal, peran tearupetik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan
peran sosial.
2. Peran Informal
Peran-peran informal bersifat implicit, biasanya tidak tampak, hanya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga
keseimbangan dalam keluarga. Peran adaptif antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam
memnuhi kebutuhan,baik material maupun non material anggota
keluarganya
f.
21
g.
h.
i.
merencanakan
kegiatan-kegiatan
keluarga
yang
berfungsi
Pengikut dan sanksi, kecuali dalam beberapa hal, sanksi lebih pasif,
sanksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.
22
23
itu
sendiri
akan
mengakibatkan
kerusakan
ginjal.
Penyakit
Diastolik
85 86 - 99 100 Normal Hipertensi
109 110 119 ringan Hipertensi
120
sedang Hipertensi
berat
Hipertensi
sangat berat
24
disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada
waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan
pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah
tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi
(Knight, 2006). Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya
ialah apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu
kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh
sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas. Pada
pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil(edema pada diskus optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan
orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebardebar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda
tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali
tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang
tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan
mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah
berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas
pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).
2.4.5 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
1. Genetik
25
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih
banyak menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih besar tingkat
morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi
dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada
gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik (Gray.dkk,
2005)
2. Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi,
bagi mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan penyakit kardiovaskular
yang lain akan meningkat bila tidak ditangani secara benar (Soeharto, 2004).
3. Jenis kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause
dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon (Gray.dkk, 2005).
4. Geografi dan lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok
daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Indian Amerika
Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan
pertambahan usia disbanding masyarakat barat (Gray.dkk, 2005).
5. Pola hidup
Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap
timbulnya hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30% ,
mengkonsumsi banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah terkena
hipertensi (Soeharto, 2004).
6. Garam dapur
26
27
2.4.6 Komplikasi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma (Corwin, 2005). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tibatiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk,
salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan
diri secara mendadak (Santoso, 2006).
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan
(Corwin, 2002). Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya
28
membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik
koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik (Corwin, 2005). Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung
dalam memompa darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan
cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan
didalam paru paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan ditungkai
menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir, 2002)
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Neron- neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta
kematian (Corwin, 2005).
2.4.7 Pengobatan Hipertensi
1. Umum
Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut golongan
atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar yaitu :
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah
diketahui
akan
menyebabkan
atau
menimbulkan
komplikasi,
misalnya
29
30
High Blood Pressure), antara lain dengan cara menghindari faktor risiko
hipertensi.
1. Pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah.
Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang rendah
lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta produk
susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah.
Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi, secara garis besar ada
empat macam diet, yaitu :
a.
b.
c.
d.
2. Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk
menetralisir tekanan darah.
3. Pola aktivitas
Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu :
bejalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari
yang lebih aktif baik fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang lebih
banyak. Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap tekanan
darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk dan
berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.
4. Pengobatan
31
lingkungan
sehingga
dapat
meningkatkan,
menurunkan
atau
32
mempertahankan perilaku. Definisi ini lebih menekankan pada hal-hal yang bisa
diobservasi dari proses motivasi.
Pembagian motivasi menurut penyebabnya antara lain :
1) Motif ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya rangsangan
dari luar. Misalnya, seorang ibu mau mendatangi penyuluhan gizi karena
menurut kader kesehatan bahwa informasi gizi penting dalam rangka
perkembangan anaknya.
2) Motif intrinsik, yaitu motif yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar
tetapi sudah dengan sendirinya terdorong untuk berbuat sesuatu
(Notoatmodjo S. , 2014).
Metode peningkatan motivasi :
1) Metode Langsung (Direct Motivasion)
Pemberian materi atau nonmateri secara langsung untuk memenuhi
kebutuhan merupakan cara yang langsung dapat meningkatkan motivasi.
Yang dimaksud dengan pemberian materi misalnya pemberian bonus,
pemberian hadiah pada waktu tertentu. Sedangkan pemberian nonmateri
antara lain memberikan pujian, memberikan penghargaan atau tanda-tanda
penghormatan yang lain dalam bentuk surat atau piagam, misalnya.
2) Metode tidak langsung ( Indirect motivation)
Adalah suatu kewajiban memberikan kepada anggota suatu organisasi
berupa fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya, membangun atau
menyediakan air bersih kepada suatu desa tertentu yang dapat menunjang
perilaku kesehatan mereka. Dengan fasilitas atau sarana dan prasarana
tersebut, masyarakat akan merasa dipermudah dalam memperoleh air
bersih, sehingga dapat mendorong lebih baik kesehatannya.
33
34
(responsibility),
ibu
bertanggungjawab
untuk
memberikan ASI
(4) Kesempatan untuk maju ( posibility of growth), ibu terus belajar
bagaimana pemberian ASI yang benar
(5) Pekerjaan itu sendiri (work), ibu mempratekkan cara pemberian ASI.
2) Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissatisaction) atau faktor higiene.
Faktor-faktor ini menyangkut kebutuhan akan pemeliharaan atau
maintenance factor yang merupakan hakekat manusia yang ingin
memperoleh kesehatan badaniah. Hilangnya faktor-faktor ini akan
menimbulkan ketidakpuasan bekerja (dissatisfaction). Faktor higienes
yang menimbulkan ketidakpuasan melakukan kegiatan, tugas atau
pekerjaan ini antara lain :
(1) Kondisi kerja fisik (physical environment),
(2) Hubungan interpesonal(interpesonal relationship),
(3) Kebijakan dan administrasi perusahaan (company and administration
policy),
(4) Pengawasan (supervisor),
achievement
(5) Gaji (salary),
(6) Keamanan kerjarecognation
(job security) (Notoatmodjo S. , 2014).
motivatio
sikap
work
perilaku
Physical
environment
kepuasan
Interpersonal
relationship
Company and
administration
policy
supervision
salary
Job security
higie
neeee
35
36
melalaikan
pemberian/konsumsi
dosis,
kesalahan
obat,
dan
dosis,
penghentian
kesalahan
obat
dalam
sebelum
waktu
waktunya.
Program
Kesehatan
1.
2.
Strategi
Regulasi
Pendidikan
Kebijakan
Organisasi
Fase 3
Pendidikan &
penilaian ekologi
Fase 2
Fase1
Penilaian
epidemiologi
Faktor
Predisposi
si
Genetik
Faktor
Pendukun
Perilaku
Penilaian
sosial
Sehat
Kualita
s hidup
37
3.
4.
Fase 5
Implementasi
Faktor
Pendorong
Fase 6
Proses Evaluasi
Lingkunga
n
Fase 7
Pengaruh Evaluasi
Fase 8
Keluaran Evaluasi
38
pendorong
(reinforcing
factor)
merupakan
faktor
yang
Faktor
Predisposisi
5.
6.
1.Pengetahuan
7.
Faktor pendukung :
Faktor
pendorong :
1. Ketersediaan
1. Perilaku
sumberdaya
keluarga
kesehatan
dan
sarana
2.
Perilaku teman
2. Kepercayaan
prasarana kesehatan
sebaya
2. Peraturan pemerintah,
3. Perilaku
3. Nilai
dan prioritas serta
pertugas
komitmen terhadap
kesehatan
Perilaku khusus dari
4.
Perilaku orang
Lingkungan
Gambar 2.3 Faktor
yang
mempengaruhi
perilaku
kesehatan
(Green
dan
Kreuter,
individu atau
1991
dalam Nursalam 2013)
organisasi
Sehat
39
1. Jenis kelamin
Menurut Notoatmodjo (2005) dalam Lestari (2010) jenis kelamin dapat
mempengaruhi penderita untuk patuh dan teratur minum obat. Erwatyningsih, et
al. (2009) menyatakan bahwa perempuan akan lebih patuh dalam berobat
dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena beban kerja laki-laki yang
berat, istirahat yang kurang, serta gaya hidup yang tidak sehat.
Menurut beberapa teori mengatakan bahwa wanita lebih banyak
melaporkan gejala penyakitnya dan berkonsultasi dengan dokter karena wanita
cenderung memiliki perilaku yang lebih tekun daripada laki-laki (Crofton, et al.,
1999 dalam Erawatyningsih, et al., 2009).
2.
Pengetahuan (knowledge)
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil dari tau, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Krathwohl merevisi
taksonomi Bloom mengenai pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
sebagai berikut (Krathwohl, 2002).
1) Mengingat (remembering)
40
41
1. Penyuluhan
42
2. Waktu pengobatan
Laporan oleh WHO menunjukkan secara umum mengenai pentingnya
mengimprovisasi kepatuhan terhadap pengobatan jangka panjang. Laporan
tersebut menunjukkan rendahnya tingkat kepatuhan terhadap pengobatan jangka
panjang, yang sering terjadi ketika pengobatan bersifat kompleks (Bosworth,
2012). Husar (2013) juga menyebutkan bahwa kepatuhan berobat pasien semakin
memburuk pada penyakit kronik dan pengobatan jangka panjang.
43
1. Sikap perawat
Sikap perawat dalam berkomunikasi meliputi sikap fisik dan sikap psikososial
1) Sikap fisik
Egan 2013 dalam Berman, et al. (2015) mengidentifikasi 5 sikap atau cara
untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu:
(1) Posisi berhadapan. Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
(2) Kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien
dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
(3) Membungkuk kearah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu.
(4) Sikap terbuka. Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan
untuk berkomunikasi.
(5) Relaks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberi respon terhadap klien.
2) Sikap psiko-sosial
Sikap psiko-sosial dapat dibagi dalam 2 dimensi yaitu dimensi respon dan
dimensi tindakan (Stuart dan Sundeen, 1987; 126 dikutip oleh Septyaniar
2009).
(1)Dimensi respon.
1. Keikhlasan: perawat ikhlas dalam memberikan pelayanan, terbuka, jujur
dan berperan aktif dalam berhubungan dengan klien.
2. Menghargai:
dapat
menerima
klien
apa
adanya.
Tidak
44
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Variabel Independen
Peran ayah
Peran ibu
Peran anak
(X 1)
Motivasi
- Prestasi
(achievement)
- Penghargaan
(recognation),
- Tanggung jawab
(responsibility),
- Kesempatan untuk
maju ( posibility of
growth)
- Pekerjaan itu sendiri
(work),
Variabel Dependen
X1-X2
Variabel perancu
-
Kemudahan
mencapai
Fasilitas
Kesehatan
Jarak rumah
dengan fasilitas
kesehatan
49
48
Keterangan:
Diteliti
Dihubungkan
Tidak Diteliti
Tidak Dihubungkan
Gambar 3.1 kerangka konseptual hubungan antara peran dan motivasi keluarga
dengan tingkat kepatuhan pada lansia untuk kontrol hipertensi (Mengadopsi teori
Herzberg 1950)
3.2 Hipotesis Penelitian
H1:
1. Ada hubungan antara peran dan motivasi keluarga dengan tingkat
kepatuhan pada lansia untuk kontrol hipertensi.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu yang meliputi: 1) desain penelitian, 2) populasi,
sampel, dan teknik sampling, 3) variabel, 4) definisi operasional, 5) instrumen
penelitian, 6) lokasi dan waktu penelitian, 7) prosedur pengambilan dan
pengumpulan data, 8) analisis data, 9) kerangka operasional kerja 10) etika
penelitian.
4.1 Desain Penelitian
Berdasarkan waktu penelitian, desain penelitian yang digunakan adalah
cross
sectional
dimana
jenis
penelitian
ini
ini
menekankan
waktu
49
50
penelitian ini adalah seluruh lansia yang mempunyai penyakit hipertensi dan
termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Dupak Surabaya khususnya di RW 4
dan 5 sejumlah 103 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2013).
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Dengan mempertimbangkan populasi
dianggap homogen, penentuan besar sampel dalam penelitian ini dihitung melalui
rumus sebagai berikut:
~ 16 responden
Keterangan :
n = perkiraan besar sampel
N = perkiraan besar populasi
z = nilai standar normal untuk = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1 p (100% - p)
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)
(Nursalam, 2013)
51
Jadi, jumlah lansia yang akan menjadi responden dalam penelitian ini adalah
16 responden.
4.2.3 Sampling
Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi yang daapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti (Nursalam, 2013). Untuk mencapai sampling ini peneliti menentukan
sampel berdasarkan tujuan tertentu, dengan beberapa syarat yakni:
1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri pokok populasi.
2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar benar merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi
3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan (Arikunto, 2013).
4.3 Variabel penelitian
Variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain lain) (Soeparto, Putra, & Haryanto,
2000) dalam Nursalam (2013). Dalam penelitian ini, variabel dikarakteristikkan
sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan. Jenis variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel independen dan dependen.
4.3.1 Variabel independen
Variabel independen merupakan variabel yang memengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti
52
53
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Antara Peran Dan Motivasi Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan Pada Lansia Untuk Kontrol
Hipertensi di RW 4 dan 5 Kelurahan Dupak Surabaya
Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Alat
Ukur
Skala
Skor
Peran
Motivasi
Kuesioner Ordinal
54
hipertensi
sangat setuju)
Pernyataan yang bersifat positif,
apabila sangat setuju mendapat
skor 3, sedangkan untuk
pernyataan negatif apabila
sangat setuju mendapatkan skor
1.
Tingkat
Kepatuhan
Tingkat
kemampuan
lansia dalam melaksanakan
cara
pengobatan
dan
perilaku yang disarankan
oleh petugas kesehatan atau
oleh yang lain
a.
b.
c.
d.
Kualitas hidup
Derajat kesehatan
Perilaku dan gaya hidup
Lingkungan: fisik, biologis,
dan sosial budaya
Kuesioner Ordinal
Tingkat
kepatuhan
diukur
melalui kuisioner yang berisi 10
pertanyaan
dimana
setiap
pertanyaan yang dijawab ya di
beri nilai 1 dan nilai 0 untuk
jawaban tidak. Skor kemudian
dijumlahkan dan dikategorikan
menjadi :
1. Skor >2 : kepatuhan rendah
2. Skor 1-2 : kepatuhan sedang
3. Skor 0 : kepatuhan tinggi
55
sedangkan motivasi diukur dengan menghitung skor atas jawaban sangat setujusetuju- sangat tidak setuju. Tingkat kepatuhan control hipertensi dinilai melalui
kuisiner dengan keseimbangan postural pada subjek 10 butir pertanyaan atas
jawaban ya dan tidak. Jawaban tersebut kemudian dikategorikan sebagai berikut :
1. Skor >2
: kepatuhan rendah
2. Skor 1-2 : kepatuhan sedang
3. Skor 0
: kepatuhan tinggi
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti sejumlah 11 orang mahasiswa
akan melakukan pengumpulan data secara serentak pada satu waktu penelitian
yaitu pada tanggal 25 November 2016.
4.8 Kerangka Kerja
Kerangka kerja dalam penelitian ini dijelaskan pada gambar 4.1.
Melakukan pengumpulan data umum terkait hipertensi pada lansia di
lingkungan kerja Puskesmas Dupak yaitu pada RW 4 dan RW 5
Melakukan pemilihan terhadap responden berdasarkan kriteria inklusi
dengan menggunakan teknik sampling purposive sampling
Melakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner yang diisi
responden pada satu kali waktu secara bersamaan
Melakukan uji statistik dengan spearman rho untuk mengetahui hubungan
peran dan motivasi keluarga terhadap tingkat kepatuhan kontrol hipertensi
pada lansia
Menyajikan data dan menyampaikan hasil penelitian tentang mengetahui
hubungan peran dan motivasi keluarga terhadap tingkat kepatuhan kontrol
hipertensi pada lansia di lingkungan RW 4 dan RW 5 Kelurahan Dupak
Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan peran dan motivasi keluarga terhadap
Kecamatan Krembangan Surabaya
tingkat kepatuhan kontrol hipertensi pada lansia di lingkungan RW 4
dan RW 5 Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan Surabaya
56
57
Untuk
menjaga
kerahasiaan
responden,
peneliti
sengaja
tidak
58
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian hasil dari penelitian ini akan diuraikan tentang karakteristik lokasi
pengambilan sampel, karakteristik responden dan variabel yang diukur meliputi
Hubungan Antara Peran Dan Motivasi Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan
kontrol pada lansia dengan hipertensi Di RW 4 Dan 5 Kelurahan Dupak Surabaya.
Bagian pembahasan akan diuraikan tentang hasil uji
59
1) Jenis kelamin
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
Laki-laki
4
25
Perempuan
12
75
Total
16
100
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 orang (75%) dan
responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang
(25%).
2) Pekerjaan
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
Status pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
Bekerja
5
31
Tidak bekerja
11
69
Total
16
100
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
tidak bekerja yaitu sebanyak 11 orang (69%) dan yang bekerja
sebanyak 5 orang (31%).
5.1.2
Data Khusus
1. Peran keluarga
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan peran keluarga
Peran Keluarga
Baik
Cukup
Kurang
Total
Jumlah
9
7
0
16
Persentase (%)
56,25
43,75
0
100
Jumlah
8
60
Persentase (%)
57,14
Cukup
Kurang
Total
4
2
16
28,57
14,29
100
Jumlah
8
4
2
16
Persentase (%)
57,14
28,57
14,29
100
Baik
Cukup
Peran
Rendah
Total
Baik
Moti Cukup
vasi
Rendah
Total
Rank Spearman
peran dan
kepatuhan
Baik
%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kepatuhan Kontrol
Cukup
Rendah
%
0
0
0
0
1
6,25
6
37,50
0
0
9
56,25
1
6,25
15
93,75
0
0
2
12,50
0
0
5
31,25
1
6,25
8
50,00
1
6,25
15
93,75
p = 0,986 ; r = 0,005
61
Total
0
7
9
16
2
5
9
16
%
0
43,75
56,25
100
12,50
31,25
56,25
100
kontrol
Rank Spearman
motivasi dan
kepatuhan
kontrol
p = 0,526; r = -0,171
Keterangan:
: Jumlah
: Ukuran probabilitas kekuatan
r : Koefisien kolerasi
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukan bahwa responden yang mempunyai
kepatuhan kontrol dalam kategori cukup mempunyai peran keluarga
yang cukup yaitu 1 orang (6,25%), responden dengan kategori
kepatuhan kontrol rendah mempunyai peran keluarga yang cukup yaitu
6 orang (37,50%), responden dengan kepatuhan kontrol rendah dengan
peran keluarga yang rendah yaitu 9 orang (56,25%). Selain itu
berdasarkan pada motivasi keluarga, responden tingkat kepatuhan
kontrol cukup dengan motivasi keluarga rendah yaitu 1 orang (6,25%),
responden dengan tingkat kepatuhan kontrol rendah dengan tingkat
motivasi keluarga baik yaitu 2 orang (12,50%), responden dengan
tingkat kepatuhan kontrol rendah dengan motivasi cukup yaitu 5 orang
(31,25%), serta responden dengan tingkat kepatuhan kontrol rendah
dengan motivasi keluarga rendah yaitu 9 orang (50,00%). Setelah
dilakukan uji Spearman Rank di dapatkan nilai p = 0,986 ; r = 0,005
pada peran dan kepatuhan kontrol yang artinya tidak ada hubungan
yang signifikan antara peran dan kepatuhan kontrol pada lansia dengan
hipertensi. Sedangkan hasil uji Spearman Rank pada motivasi keluarga
dengan kepatuhan kontrol di peroleh p = 0,526; r = -0,171 yang artinya
tidak ada hubungan yang signifikan anatar motivasi keluarga dengan
tingkat kepatuhan kontrol lansia dengan hipertensi.
5.2 Pembahasan
62
status
kesehatan
keluarga.
Kesanggupan
keluarga
63
mempertahankan
tingkah
lakunya
dalam
mempertahankan
status
kesehatannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sebagian besar tingkat
kepatuhan kontrol dan berobat pada lansia dengan hipertensi adalah rendah.
Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan
ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Penderita yang patuh
berobat adalah yang menyelesaikan pengobatanya secara teratur dan lengkap
tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 8 bulan (Smet. 1974 &
Notoadmojo 2005 dalam Prayogo, 2013).
Ketidakpatuhan akan mengakibatkan penggunaan suatu obat yang
kurang.
Dengan
demikian,
pasien
kehilangan
manfaat
terapi
dan
64
65
BAB 6
KESIMPULAN
6.1
1.
Simpulan
Hubungan antara peran dengan tingkat kepatuhan pada lansia untuk
kontrol adalah tidak ada hubungan yang signifikan. Dilakukan uji
Spearman Rank di dapatkan nilai p = 0,986 ; r = 0,005 pada peran dan
kepatuhan kontrol yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
peran dan kepatuhan kontrol pada lansia dengan hipertensi.
Hubungan antara motivasi dengan tingkat kepatuhan pada lansia untuk
2.
3.
66
67
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang Ayu Henny. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan
Keluarga Cetakan I. Jakarta : Sagung Seto.
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Diehl, M., Berg, K.M. (2007) Personality and involvement in leisure activities
during the Third Age:Findings from the Ohio Longitudinal Study. In: Laura
E. Berk. Development Through The Lifespan, Dari Masa Dewasa Awal
Sampai Menjelang Ajal, diterjemahkan oleh Daryatno, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Pp. 286
Efendi, F. &. (2009). Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Gray, HH, dkk. (2005). Lecture Notes : Kardiologi. (4th . ed). Jakarta: Erlangga.
Huraerah, Abu. (2007). Kekerasan Terhadap Anak. Jakarta :Penerbit Nuansa
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia - 2014. Jakarta
Malasari, Nur. (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Dengan
Pencegahan Kekambuhan Hipertensi di Puskesmas Kelurahan Grogol
Kecematan
Limo
Kodya
Depok
(online).
Diunduh
dari:
http://www.library.upnvj.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2707;.
(diakses 17 November 2016).
Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal, Chayatin, Nurul, Santoso, Bambang Adi. (2009). Ilmu
Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi Buku 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo, P. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
68
69
Lampiran
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN ANTARA PERAN DAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN
TINGKAT KEPATUHAN PADA LANSIA UNTUK KONTROL
HIPERTENSI DI RW 4 DAN 5 KELURAHAN DUPAK SURABAYA
Tanggal Penelitian
Nomor Responden
I. Data Demografi
Petunjuk pengisian : Berilah tanda cek () pada kotak jawaban yang anda
pilih.
1. Nama
: ...................................................
2. Jenis Kelamin :
Perempuan :
Laki-laki :
3. Pekerjaan
:
Bekerja :
Buruh
4. Usia
PNS
Tidak Bekerja :
Wiraswasta
Petani
: ...... Tahun
70
No
1
Dilakukan
Ya
Tidak
Pertanyaan
Apakah anggota keluarga mengetahui
penyakit yang anda alami?
Apakah anggota keluarga pernah mengantar
atau mengajak berobat ke pelayanan
kesehatan terdekat bila ada anggota keluarga
yang sakit?
Apakah keluarga anda selalu merawat anda
bila sedang sakit?
Dilakukan
Ya
Tidak
No
Pernyataan
71
V. Kepatuhan Berobat
Petunjuk: pilih jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada kolom yang ada
Pertanyaan
1. Apakah anda pernah lupa minum obat?
2. Orang terkadang lupa minum obat
dengan alasan lain selain lupa. Selama
2 minggu ini, adakah hari dimana anda
tidak meminum obat?
3. Apakah anda pernah berhenti minum
obattanpa memberitahu petugas atau
dokter karena anda merasa semakin
buruk ketika anda meminum obat itu?
4. Ketika anda sedang dalam perjalanan
atau meninggalkan rumah, apakah
anda terkadang lupa membawa obat?
5. Apakah anda meminum obat sesuai
yang diresepkan kemarin?
6. Ketika anda merasa sudah baik/sehat,
apakah anda terkadang berhenti
meminum obat anda?
7. Meminum obat setiap hari membuat
72
Ya
Tidak
73
LEMBAR KUISIONER
HUBUNGAN ANTARA PERAN DAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN
TINGKAT KEPATUHAN PADA LANSIA UNTUK KONTROL
HIPERTENSI DI RW 4 DAN 5 KELURAHAN DUPAK SURABAYA
Tanggal Penelitian
Nomor Responden
VI.
Data Demografi
Petunjuk pengisian : Berilah tanda cek () pada kotak jawaban yang anda
pilih.
5. Nama
: ...................................................
6. Jenis Kelamin :
Perempuan :
Laki-laki :
7. Pekerjaan
:
Bekerja :
Buruh
8. Usia
PNS
Tidak Bekerja :
Wiraswasta
Petani
: ...... Tahun
No
1
Dilakukan
Ya
Tidak
Pertanyaan
Apakah anggota keluarga mengetahui
penyakit yang anda alami?
Apakah anggota keluarga pernah mengantar
atau mengajak berobat ke pelayanan
kesehatan terdekat bila ada anggota keluarga
yang sakit?
Apakah keluarga anda selalu merawat anda
bila sedang sakit?
No
Pernyataan
75
X. Kepatuhan Berobat
Petunjuk: pilih jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada kolom yang ada
Pertanyaan
9. Apakah anda rutin dalam minum obat
hipertensi?
10.Orang terkadang lupa minum obat dengan
alasan lain selain lupa. Selama 2 minggu
ini, apakah anda selalu meminum obat
hipertensi?
11. Apakah anda segera melakukan kontrol
ke pelayanan kesehatan ketika anda
merasa kondisi anda semakin memburuk
ketika anda meminum obat itu?
12.Ketika anda sedang dalam perjalanan atau
meninggalkan rumah, apakah anda selalu
membawa obat hipertensi?
13.Apakah anda meminum obat sesuai yang
diresepkan kemarin?
14.Ketika anda merasa sudah baik/sehat,
apakah anda tetap meminum obat
hipertensi?
15.Meminum obat setiap hari membuat
ketidaknyamanan bagi sebagian orang.
Apakah dalam keadaan tersebut anda
tetap meminum obat hipertensi?
16.Seberapa sering anda merasa sulit
mengingat untuk meminum semua obat
anda?
___a. Tidak pernah/sangat jarang
___b. Sesekali
___c. Terkadang
___d. Biasanya
___e. Setiap waktu
76
Ya
Tidak
Nonparametric Correlations
Correlations
Peran
Correlation Coefficient
Peran
-,163
,005
,547
,986
16
16
16
-,163
1,000
-,171
,547
,526
16
16
16
Correlation Coefficient
,005
-,171
1,000
Sig. (2-tailed)
,986
,526
16
16
16
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
Motivasi
Sig. (2-tailed)
N
Kepatuhan
Kepatuhan
1,000
Spearman's rho
Motivasi
77
78
Frequencies
Statistics
Peran Keluarga
N
Valid
Motivasi
Kepatuhan
Keluarga
Berobat
16
16
16
Mean
1.50
1.57
2.79
Median
1.50
1.00
3.00
Std. Deviation
.519
.756
.579
Missing
Peran Keluarga
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
56.2
56.2
100.0
Cukup
43.8
43.8
100.0
16
100.0
100.0
Total
Motivasi Keluarga
Cumulative
Frequency
Valid
Baik
Percent
Valid Percent
Percent
10
62.5
62.5
62.5
Cukup
25.0
25.0
85.7
Kurang
12.5
12.5
100.0
16
100.0
100.0
Total
Kepatuhan Berobat
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
12.5
12.5
12.5
Sedang
12.5
12.5
12.5
Rendah
12
75
75
100.0
Total
16
100.0
100.0