Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL KEPERAWATAN HOME CARE

Perawatan Home Care Pada Pasien Diabetes Melitus Dengan


Mindfulness Based On Benson Relaxation

Disusun Oleh :
Hasni Nurhasanah 20200305017

JURUSAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2021
A. Latar Belakang
Home care merupakan layanan kesehatan yang dilakukan oleh profesional di
tempat tinggal pasien (di rumah) dengan tujuan membantu memenuhi kebutuhan
pasien dalam mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan oleh tim kesehatan
profesional dengan melibatkan anggota keluarga sebagai pendukung di dalam
proses perawatan dan penyembuhan pasien sehingga keluarga bisa mandiri dalam
mengatasi masalah kesehatannya (Parellangi, 2018). Pelayanan home care
menekankan pada konsep paripurna dan individualistik meliputi perawatan
fisiologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual. Jenis pelayanan ini diharapkan
dapat mempertahankan pola hidup klien, sehingga dapat mempertahankan kondisi
kualitas hidup klien sesuai dengan harapannya. Salah satu model pelaksanaan
pelayanan home care di Indonesia yaitu pada pasien Diabetes Melitus. Tujuan
program home care terhadap penyakit kronis terutama pada penderita diabetes
melitus adalah untuk meningkatkan kepatuhan dalam pencapaian tujuan klien dan
menurunkan kejadian dirawat kembali serta menurunkan angka kematian akibat
penyakit tersebut (Depkes, 2018).

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksinya secara efektif sehingga mengakibatkan terjadinya
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yang dikenal dengan istilah
hiperglikemi (World Health Organization, 2016). Berdasarkan data International
Diabetes Foundation (IDF) ditemukan 207 juta orang di seluruh dunia menderita
DM. Jumlah ini terus meningkat pada tahun 2019 dengan data yang diperoleh 415
juta orang di dunia yang menderita DM. Hal ini menunjukkan bahwa penderita
DM di dunia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2016 jumlah penderita
DM di Indonesia berjumlah 9,6 juta orang. pada tahun 2017 meningkat 10,1 juta
poin, dan terus meningkat menjadi 15 juta orang pada tahun 2018. Pada tahun
2019 Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia dengan jumlah penderita
sebanyak 12 juta orang dan diprediksi akan meningkat pada tahun 2030 menjadi
21,3 juta. orang-orang. Dengan prevalensi diabetes mellitus tertinggi di Daerah
Istimewa Yogyakarta sebanyak 2,6%, DKI Jakarta 2,6%. Sumatera Utara 2,4%.
Sulawesi Tengah 3,7%, Sulawesi Utara 3,6%, Sulawesi Selatan 3,4% dan NTT
3,3%. Pada tahun 2017 berdasarkan data puskemas kabupaten tangerang
ditemukan Penyakit Tidak Menular sejumlah 186.987 kasus dan DM merupakan
penyakit yang tertinggi kedua dengan presentase 15,61% (Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang, 2017).

Penderita DM sering mengalami banyak baik secara fisiologis maupun secara


psikologis. Seseorang yang terdiagnosa DM akan menunjukan beberapa reaksi
psikologis, seperti marah, mrasa tidak berguna, kecemasan akan prognosis
penyakitnya hingga ada yang mengalami depresi. Seseorang dengan penyakit
kronis, rentan mengalami kecemasan. Terdapat 48% pendeita DM mengalami
kecemasan, sedangkan badan kesehatan dunia melaporkan sekitar 27% pasien DM
mengalami kecemasan akan penyakitnya. (Hayes, 2016). Sementara itu, Pandemi
Covid 19 membuat pasien diabetes berisiko tinggi terinfeksi sehingga pasien
diharapkan menghindari kontak langsung dari keramaian dan berdiam diri
dirumah. Laporan dari Philippine - Department of Health (DOH) menunjukkan
bahwa diabetes dan hipertensi merupakan komorbid terbanyak pada kematian
pasien COVID-19 di Filipina (PERKENI, 2020). Hal tersebut memiliki dampak
meningkatnya kecemasan yang terjadi pada pasien DM.

Salah satu bentuk intervensi nonfarmakologis dalam menurunkan tingkat


kecemasan adalah latihan mindfulness. Mindfulness merupakan terapi yang
mengadopsi teori keperawatan adaptasi callista Roy, dimana berfokus pada
psikologis dengan pemberian nafas disertai pemberian motivasi yang dsisipi
dengan kalimat-kalimat dzikir, sehingga kesadaran dan penerimaan akan
kondisinya. Penelitian yang dilakukan Tuty Alawiyah (2018) yang menyebutkan
intervensi spiritual mindfulnes based breathing relaxation 3 kali sehari selama
sebulan dapat menurunkan tingkat stress, kadar gula dan tekanan darah. Sedangkan
penelitian Rohmawati & Helmi (2020) mengatakan bahwa terdapat pengaruh
spiritual mindfulness based on benson relaxation terhadap kecemasan dan kadar
gula darah antara sebelum dan sesudah diberi intervensi.

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis berencana untuk melakukan perawatan


home care pada pasien diabetes melitus dengan intervensi Mindfulness Based On
Benson Relaxation.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan berupa
terapi Mindfulness Based On Benson Relaxation pada pasien Diabetes Melitus.
2. Tujuan Khusus
a. Mengimplementasikan pemberian terapi Mindfulness Based On Benson
Relaxation pada pasien Diabetes Melitus di rumah.
b. Untuk menurunkan kecemasan pada pasien Diabetes Melitus
c. Untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus

C. Manfaat
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta perilaku pada
pasien Diabetes Melitus untuk menurunkan kecemasan dan kadar gula serta dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus.

D. Tinjauan Pustaka
Home care merupakan layanan kesehatan yang dilakukan oleh profesional di
tempat tinggal pasien ( di rumah ) dengan tujuan membantu memenuhi kebutuhan
pasien dalam mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan oleh tim kesehatan
profesional dengan melibatkan anggota keluarga sebagai pendukung di dalam
proses perawatan dan penyembuhan pasien sehingga keluarga bisa mandiri dalam
mengatasi masalah kesehatannya (Parellangi, 2018). Home care merupakan
pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, individual dan keluarga
yang prosesnya dikoordinasi, direncanakan dan disediakan oleh pemberi layanan.
Kemudian, pelayanan kesehatan tersebut diorganisir agar tenaga medis dapat
melakukan pelayanan rumah melalui operator perawat di rumah sakit atau
mengatur perjanjian berdasarkan kontrak pelayanan home care sesuai dengan yang
dibutuhkan pasien, misalnya perawatan pada pasien dengan penyakit kronis seperti
penyakit stoke dan penyakit diabetes melitus tipe 2 (Meilianingsih, 2016).

Diabetes mellitus (DM) adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi
hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
disfungsi aliran saliva. Berkurangnya saliva pada penderita diabetes dipengaruhi
faktor angiopati dan neuropati diabetik, perubahan pada kelenjar parotis dan
karena poliuria yang berat (Tamansari et al., 2018). Menurut penelitian
(Wicaksono, 2011) faktor yang berhubungan terjadinya DM tipe 2 yaitu usia ≥ 45
tahun, aktivitas olahraga dan riwayat keluarga. Sedangkan menurut penelitian
(Imelda, 2019) faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes melitus
yaitu faktor kurangnya aktivitas, adanya riwayat keturunan dan pola makan yang
tidak sehat lah yang paling mempengaruhi. Penatalaksanaan pada diabetes melitus
disebut limar pilar manajemenDM yaitu manaejemen nutrisi, latihan jasmani,
monitoring kadar glukosa, edukasi dan farmakalogi. Selain penatalaksanaan
tersebut terapi komplementer juga merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan pada pasien DM. Terapi komplementer dapat digunakan bersamaan
dengan pengobatan konvesional. Ada lima domain dari terapi komplementer,
namun yang paling umum digunakan untuk pengobatan DM adalah Bilogically
Based Practice dan Mind Body Medicine. Mind Body Medicine berdasarkan pada
konsep bahwa tubuh atau fisik dan pikiran saling mempengaruhi. Berbagai teknik
di desain untuk meningkatkan pengaruh pikiran terhadap fungsi tubuh seperti
kognitif, yoga, meditasi, do’a, dzikir, musik dan tarian. Inti dari terapi ini adalah
pengelolaan proses persepsi yang berpengaruh terhadap emosi dan fungsi sistem
dalam tubuh (Lorentz, 2016).

Mindfulness merupakan suatu latihan penerimaan diri terhadap apa yang terjadi
sekarang, dan membangun kesadaran diri. West (2018) menyatakan bahwa latihan
mindfulness menjadikan seseorang memiliki hidup yang lebih sehat dan tidak
mudah cemas, tidak mudah depresi, dan fungsi imunitas tubuh lebih meningkat.
Mindfulness bisa diartikan sebagai kemampuan seorang manusia untuk
sepenuhnya menyadari keberadaannya, dimana seorang berada, apa yang
dilakukannya dan tidak bereaksi berlebihan terhadap apa yang terjadi disekitarnya.
Mindfulness meditation bukan teknik relaksasi maupun terapi perbaikan mood,
tetapi lebih kepada aspek strategi pemusatan perhatian untuk menangani masalah
kognitif dan mengaktifkan kembali kekuatan pikiran untuk mereduksi distres
emosional (Dalen et al, 2018). Relaksasi Benson merupakan relaksasi
menggunakan teknik pernapasan yang biasa digunakan pada pasien yang sedang
mengalami nyeri atau mengalami kecemasan. Terapi Relaksasi Benson ada
penambahan unsur keyakinan dalam bentuk kata-kata yang merupakan rasa cemas
yang sedang pasien alami. Kelebihan dari latihan teknik relaksasi dibandingkan
teknik lainnnya adalah lebih mudah dilakukan dan tidak ada efek samping apapun
(Purnama, 2021). Berdasarkan penjelasan diatas Mindfulness Based On Benson
Relaxation merupan terapi yang dimana berfokus pada psikologis dengan
pemberian nafas disertai pemberian motivasi yang dsisipi dengan kalimat-kalimat
dzikir, sehingga kesadaran dan penerimaan akan kondisinya.

E. Metode
1. Subyek Kegiatan
Subyek dalam kegiatan perawatan home care ini yaitu pasien berusia 45 tahun
dengan penyakit Diabetes Melitus yang sudah diderita kurang lebih selama 5
tahun.
2. Fokus Kegiatan
a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien
b. Meakukan pemberian intervensi terapi Spiritual mindfulness based on
benson relaxation pada pasien
c. Melakukan evaluasi tingkat kecemasan dan kadar gula darah pasien.
3. Prosedur Kegiatan
Pedoman Pelaksanaan Spiritual mindfulness based on benson relaxation yaitu
dilakukan pertemuan dengan responden untuk melaksanakan terapi spiritual
mindfulness based on benson relaxation yang dilakukan dengan
mendemonstrasikan langkah-langkah peaksanaan intervensi yang sesuai
dengan SOP menggunakan media mp3 yaitu media berisi rekaman suara
peneliti dalam format mp3 berisi panduan mindfulness based on benson
relaxation yang dapat didengarkan melalui headset. Respon diminta untuk
mengatur posisi senyaman mungkin, boleh sambil memejamkan mata atau
meluruskan pandangan kemudian pasien diminta untuk membawa perasaan
dan pikiran pada fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Langkah
selanjutnya pasien diminta mulai memusatkan perhatian pada pernafasan
disertai dengan dzikir (mengucapkan kalimat “Astaghfirullahal’adzim”)
kemudian mulai melepaskan ketegangan pikiran, rasa cemas dan khawatir
yang berlebihan. Seluruh prosedur latihan dilakukan selama 10 menit tiap kali
latihan sebanyak sehari sekali, yaitu pagi hari sebelum memulai aktivitas.
Langkah - langkah pelaksanaan :
a. Duduk dengan nyaman
Posisikan tubuh pada posisi nyaman dan stabil baik duduk atau berbaring
telentang. Punggung diluruskan dan dibiarkan lemas dan tidak kaku, mata
ditutup atau dibuka dengan pandangan lurus.
b. Sadari gerakan pada kaki
Praktik bisa dilakukan pada kondisi duduk di atas bantalan, kaki
disilangkan kaki di bagian depan anda dengan nyaman.
c. Badan ditegakkan
Badan ditegakkan dalam posisi rileks dengan tulang belakang
menyanggah bagian tubuh.
d. Sadari gerakan pada lengan
Lengan diposisikan secara paralel dengan tubuh bagian atas. Telapak
tangan diletakkan pada posisi rileks (telapak tangan diletakkan pada paha).
e. Pandangan dilembutkan
Kepala sedikit ditundukkan dan pandangan mata diarahkan ke bawah
dengan perlahan-lahan (mata tidak sampai tertutup).
f. Rasakan sensasi napas yang dilakukan
Perhatian difokuskan pada saat sekarang dengan memperhatikan
bagaimana perasaan secara fisik. Pikiran difokuskan pada tubuh dari
ujung rambut sampai ujung kaki dan ketegangan dibiarkan terlepas secara
sadar. Perhatian dipusatkan pada pernapasan, yaitu dari tiga sudut pandang
:
1) Pertama, sensasi napas yaitu napas masuk / keluar dari lubang hidung
dan/atau mulut.
2) Kedua, pergerakan naik / turunnya dada (saat bernapas).
3) Ketiga, kembang - kempisnya dinding perut selama bernafas.
g. Sadari ketika pikiran mulai tidak fokus terhadap praktik mindfulness yang
dilakukan dan pikiran difokuskan kembali pada sensasi pernapasan (secara
tidak langsung perhatian akan terfokus pada sensasi pernapasan).
Perhatikan bahwa nafas itu terjadi dengan sendirinya, tanpa usaha sadar.
Beberapa kali pernapasan mungkin lambat, cepat, beberapa dangkal atau
dalam. Tidak perlu mengendalikan nafas, hanya perlu menyadarinya.
Jangan khawatir jika pemikiran tiba-tiba memikirkan sesuatu, jika hal
tersebut terjadi maka fokuskan kembali pemikiran pada sensasi
pernapasan.
h. Bertemanlah dengan pikiran yang terkadang tidak fokus
Sudah menjadi hal yang biasa bila pelaksanaan praktik mindfulness
pikiran terkadang berpikir hal macam-macam. Pikiran yang tidak fokus
cukup diperhatikan sejenak saja, jangan memberontak, tetapi biarkan dulu
hal itu terjadi, kemudian tetaplah dalam posisi awal. Jika sudah selesai
maka kembali fokuskan pada sensasi pernafasan tanpa membuat
penghakiman pada pemikiran dan diri sendiri.
i. Kepala diangkat perlahan
Praktik akan berakhir, jika mata anda sedikit tertutup maka buka mata
secara perlahan-lahan. Biarkan waktu berjalan sejenak, kemudian sadari
situasi dan suara-suara yang terjadi di sekitar. Rasakan apa yang terjadi
pada tubuh dan emosi dalam diri.
j. Latihan dilakukan selama 5 menit (boleh lebih) dengan frekuensi 1 kali
dalam sehari setidaknya selama satu minggu. Perhatikan bagaimana
rasanya meluangkan waktu setiap hari hanya dengan napas.
4. Waktu dan Tempat Kegiatan
a. Waktu : 11.00 - 11.30
b. Tempat : Rumah pasien

DAFTAR PUSTAKA

Dalen, J., Smith, BW., Shelley, BM., Sloan, AL, Leahigh, L., Begay, D. (2018). Pilot
study: Mindful Eating and Living (MEAL): Weight, eating behavior, and
psychological outcomes associated with a mindfulness-based intervention for
people with obesity. Complementary Therapies in Medicine 1 - 5,
doi:10.1016/j.ctim.2010.09.008
Hayes, S., Walts, T. (2016). Acceptance and Commitment Therapy: In Cognitive
Behavioral Therapy in Clinical Practice. New York: The Guilford Press
Imelda, S. I. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya diabetes Melitus
di Puskesmas Harapan Raya Tahun 2018. Scientia Journal, 8(1), 28–39.
https://doi.org/10.35141/scj.v8i1.406
International Diabtes Federation. (2019). IDF Diabetes Atlas 2019. In International
Diabetes Federation. http://www.idf.org/about-diabetes/facts-figures
Lorentz., Madeline. (2016). Stress and psychoneuroimmunology revisited: using mind
body interventions to reduce stress, alternative journal of nursing. 11, pg.1-11
Meilianingsih L, Setiawan R. Pelayanan Home Care Terhadap Tingkat Kemandirian
Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Dengan Diabetes Melitus Tipe 2. J
Persat Perawat Nas Indones. 2016;1(1):9.
Parellangi, Andi. (2018).  Home Care Nursing Aplikasi Praktik Berbasis Evidence-
Based. Yogjakarta : ANDI
PERKENI. (2020). Pernyataan Resmi dan Rekomendasi Penanganan Diabetes Mellitus
di era Pandemi COVID-19. The Indonesian Society of Endocrinology, 1–5.
Purnama, A. (2021). Benson Relaxation Therapy May Lower Blood Sugar Levels
Patients with DM Tipe II. Journal of Complementary Nursing, 1(01), 13-18.
Rohmawati, R., Helmi, A., Hasina, S. N., Putri, R. A., & Sari, R. Y. (2020). Spiritual
Mindfulness based on Benson Relaxation in the Management of Stress Levels
Reduction on Type 2 DM Patients. Kresna Social Science and Humanities
Research, 1, 1-4.
Tamansari, J., No, G., Tamansari, K., & Tasikmalaya, K. (2018). ARSA (Actual
Research Science Academic). 3(1).
West, A. M. (2018). Mindfulness and well-being in adolescence: An exploration of
four mindfulness measures with an adolescent sample. Dissertation Abstracts
International: Section B. Sciences and Engineering, 69(05), 3283.
Wicaksono. (2011). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2011. 2
World Health Organization. (2016). Global Report on Diabetes. Isbn, 978, 6–86.
http://www.who.int/about/licensing/copyright_form/index.html
%0Ahttp://www.who.int/about/licensing/copyright_form/index.html
%0Ahttps://apps.who.int/iris/handle/10665/204871%0Ahttp://www.who.int/about/
licensing

Anda mungkin juga menyukai