Disusun oleh :
20200305021
Topik LP : Hipertensi
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada
dua kali pengukuran atau lebih (Brunner & Suddarth, 2013). Menurut catatan Badan
Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO, 2011) satu milyar orang di dunia
menderita hipertensi, dua pertiga di antaranya berada di Negara berkembang yang
berpenghasilan rendah sedang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkatk tajam
diprediksikan pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita
hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun 1,5 juta
kematian terjadi di Asia Tenggara, yang sepertiga populasinya menderita hipertensi.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi hipertensi pada
penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi
tertinggi di provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan terendah di provinsi Papua (16,8%).
Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Jawa Barat merupakan provinsi yang
mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional.
Hipertensi terkait dengan perilaku dan pola hidup. Pengendalian hipertensi dilakukan
dengan perubahan perilaku antara lain menghindari asap rokok, diet sehat, rajin aktifitas fisik
dan tidak mengkonsumsi alkhohol. Dari data yang disajikan pada profil kesehatan
kabupaten/kota Tangerang 2019, di dapatkan hasil persentase hipertensi tertinggi Tahun 2019
adalah Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Lebak dengan jumlah 622.060 kasus dan
617.997 kasus. Total pengidap Hipertensi tahun 2019 adalah 1.857.866 jiwa dengan
persentase pengidap Hipertensi lebih banyak adalah pada perempuan, sedangkan penderita
hipertensi yang mendapat pelayanan kesehatan baru 50 persen dari total estimasi penderita
Hipertensi se Provinsi Banten (Dinkes Banten, 2020)
Hipertensi sering disebut sebagai ‘the silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga
penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi tetapi kemudian mendapatkan dirinya
sudah terapat penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi. Hasil Riskesdas 2013 dan
studi di Puskesmas diketahui bahwa hanya sepertiga penderita hipertensi (36,8%) yang
terdiagnosisi oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7% yang minum obat.
Hipertensi yang sudah terjadi pada keluarga sangat perlu mendapatkan dukungan
dan bimbingan dari perawat sehingga dapat mencegah dampak komplikasi. Komplikasi
Hipertensi yang mungkin akan terjadi dapat berupa serangan jantung, gagal ginjal,
kebutaan, arteriosklerosis (kerusakan pembuluh darah) dan stroke (Asikin, dkk, 2016).
Untuk menanggulangi masalah pada keluarga dengan Hipertensi diperlukan asuhan
keperawatan yang komprehensif dengan menggunakan proses keperawatan dimana
perawat sendiri mempunyai peranan penting dalam pemberian asuhan keperawatan yaitu
aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pada aspek promotif perawat berperan dalam memberikan suatu informasi yaitu upaya
meningkatkan status kesehatan bagi penderita Hipertensi supaya tetap aktif, produktif dan
sehat dengan selalu mengontrol kadar tekanan darah dan tetap menjaga pola makanan
yang sehat. Pada aspek preventif perawat berperan dalam menganjurkankeluarga untuk
mencegah terjadinya Hipertensi pada anggota keluarga. Pada aspek kuratif perawat
berperan dalam mengajarkan bagaimana cara menurunkan tekanan darah dengan
berbagai obat tradisional ataupun medis. Perawat memotivasi klien yang menderita
Hipertensi atau berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat yang dapat
menurunkan tekanan darah. Pada aspek rehabilitatif perawat berperan dalam menganjurkan
klien dan keluarga untuk mencegah komplikasi dengan rutin kontrol ke pelayanan
kesehatan
B. TINJAUAN TEORI
1. Deskripsi keluarga
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009, keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami, istri dan
anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Anak yang dimaksudkan dalam
pengertian ini adalah anak yang belum menikah . Apabila ada anak yang sudah menikah
dan tinggal bersama suami/istri atau anak-anaknya, maka anak tersebut dapat menjadi
keluarga tersendiri (keluarga lain atau keluarga baru). Selain itu, juga terdapat definisi
khusus untuk keluarga, yaitu satuan individu/ seseorang yang tidak diikat dalam
hubungan keluarga, hidup dan makan serta menetap dalam satu rumah, misalnya
seseorang atau janda/duda sebagai anggota keluarga sendiri, atau dengan anak yatim
piatu dan lain-lain (BKKBN, 2011).
Keluarga adalah "penyangga" antara individu dan masyarakat. Keluarga
memenuhi kebutuhan individu melalui penyediaan kebutuhan dasar (makanan, tempat
tinggal, pakaian, dan kasih sayang). Pembentukan keluarga merupakan upaya pemberian
dukungan pada pasangan dalam keluarga dengan memenuhi kebutuhan afektif, seksual,
dan osioekomi. Bagi anak, keluarga adalah guru pertama", karena keluarga yang akan
mengenalkan anak pada peraturan sosial dan memperkenalkan nilai-nilai budaya dan
kehidupan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak (A.Nies,
M., & McEween, M, 2019)
2. Tipe keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga menurut (Achjar, 2012 ) dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Tipe Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti ( nuclear family )
Keluarga yang terdiri dari suami,istri, dan anak kandung atau anak angkat.
b. Keluarga besar ( extended family )
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga dyad
Rumah tanggga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
d. Single parent
Rumah tangga yang terdiri dari suatu orang tua (ayah/ibu) dengan anak
(kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian/kematian.
e. Single adult
Rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang telah
dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
f. Keluarga usia lanjut
Rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.
2) Tipe Keluarga Non Tradisional
a. Commune family
Beberapa pasangan keluarga dengan anaknya yang tidak ada hubungan saudara
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman
yang sama (misal sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama).
b. The unmarried teenage mother
Orang tua ( ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
c. Homoseksual
Dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga.
4. Struktur keluarga
Struktur keluaraga menurut (Friedman, 2003) :
a. Pola dan proses komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan dan ngungkapkan pengertian dalam keluarga. Komunikasi yang jelas
dan fungsional dalam keluarga merupakan sarana penting untuk mengembangkan
makna diri. Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal
ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi,
seperti : sender, channel-media, massage, environment, dan receinver.
Komunikasi didalam keluarga berfungsi adalah:
a) Karakteristik pengirim yang berfungsi :
- Karakteristik yang berfungsi ketika menyampaikan pendapat,
- pendapat yang disampaikan jelas dan berkualitas
- meminta feedback dan mau menerima feedback.
b) Pengirim yang tidak berfungsi adalah :
- Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang
objektif )
- Ekspresi yang tidak jelas : contoh marah yang tidak diikuti ekpresi wajahnya.
- Jugmental expression, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan susuatu
yang tidak didasari pertimbangan yang matang.
- Tidak mampu mengemukkan kebutuhan
- Komunikasi yang tidak sesuai.
c) Karakteristik penerima yang berfungsi
- Mendengar
- Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
- Memvalidasi
d) Menerima yang tidak berfungsi
- Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
- Diskualifikasi
- Offensive (menyerang bersifat negatif)
- Kurang mengeplorasi (miskomunikasi)
- Kurang memvalidasi
e) Komunikasi fungsional
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan keluarga.
Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga merupakan proses dua
arah yang dinamis sehingga tercipta interaksi fungsional.
- Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira.
- Komunikasi terbuka dan jujur
- Hierarki kekuatan dan peraturan keluarga
- Konflik keluarga dan penyelesaian
f) Pola komunikasi didalam keluarga yang tidak berfungsi adalah:
- Fokus pembicaraan hanya kepada seseorang tertentu
- Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
- Kurang empati
- Selalu mengulangi isu dan pemdapat sendiri
- Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
- Komunikasi tertutup
- Bersifat negatif
- Mengembangkan gosip
b. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari individu
untuk mengontrol atau memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain (anggota
keluarganya) . Beberapa macam struktur kekuatan :
1) Legitimate power/authorty : hak untuk mengontrol seperti orang tua terhadap anak
2) Referent power : Orangtua memberikan contoh yang baik untuk di tiru
3) Resource or oxpert power : Orangtua berperan sebagai yang ahli
4) Reward power : Orangtua memberikan pengaruh kekuatan berdasarkan adanya
harapan yang akan di terima.
5) Coercive power : Orangtua memberikan pengaruh yang dipaksakan sesuai
keinginannya
6) Information power : Orangtua memberikan pengaruh melalui persuasif
7) Affective power : Orangtua memberikan pengaruh melalui cinta kasih.
c. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
di berikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarkat, misalnya status istri, suami dan anak.
d. Struktur Nilai
Nilai adalah satu sistem sikap dan kenyakinan yang secara sadar mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial tertentu. Sistem nilai dikeluarga dia anggap sangat
memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Sebuah nilai keluarga akan membentuk pola
tingkah laku dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai
ini akan menentukan bagaimana keluarga mengatasi masalah kesehatan dan stresor-
stresor lain.
5. Fungsi keluarga
Terdapat 5 fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, , fungsi reproduksi,
fungsi ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan (Friedman, 2003) dalam (A.Nies, M., &
McEween, M. 2019).
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan crat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
dasar kekatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Anggota keluarga mengembangkan gambaran dri yang positif, peran
yang dijalankan dengan baik dan penuh rasa kasih sayang.
b. Fungsi Sosialisasi
Mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk kehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah guna berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui intereaksi atau hubungan antara anggota
keluarga yang tunjukan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar
tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan intereaksi dalam
keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga adalah meneruskan kelangsungan dan menambah sumber
daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini akan
terkontrol.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomis dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga termasuk melatih anak untuk menabung.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi keperawatan berguna untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga
agar tetep memiliki produktifitas tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan
asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Jika keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan menurut Friedman (2003) adalah
sebagai berikut:
1) Mengenal masalah keperawatan
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.
7. Pemeriksaan Fisik
melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut :
a. Inspeksi, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti mata kuning (ichteric), terdapat
struma di leher, kulit kebiruan (cyianosis), dan sebagainya.
b. Palpasi, adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-
bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya, adanya tumor, oedema, krepitasi
(patah/retak tulang), dan sebagainya.
c. Auskultasi, adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Alat yang
digunakan adalah stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah bunyi jantung, suara
napas, dan bising usus.
d. Perkusi, adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh
dengan menggunakan tangan atau alat bantu, seperti reflex hammer untuk mengetahui
reflek seseorang. Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan
fisik klien. Perkusi dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi perut kembung, batas-
batas jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dan sebagainya.
(Kholifah, Siti Nur & Wahyu Widagdo, 2016)
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Pengetahuan tentang
sumbersumber kesehatan
2. Perilaku mencari pelayanan
kesehatan
3. Partisipasi keluarga dalam
perawatan keluarga.
Ketidakefektifan Tujuan umum : Setelah Respon verbal Keluarga mampu mengenal masalah Keluarga mampu mengenal masalah
pemeliharaan dilakukan kunjungan ke
kesehatan rumah selama 6 hari 1. Pengetahuan : manajemen 1. Pengajaran : proses penyakit
keluarga diharapkan keluarga dapat penyakit arteri koroner 2. Pengajaran : Individu
memelihara kesehatan 2. Pengetahuan tentang proses 3. Pengajaran: Kelompok
penyakit
keluarga Tujuan khusus:
Setelahdilakukan tindakan
Kemampuan memutuskan tindakan Kemampuan memutuskan tindakan dan
keperawatan selama 4x60
menit keluarga mampu : dan keyakinan keluarga untuk keyakinan keluarga untuk meningkatkan a
meningkatkan atau memperbaiki memperbaiki kesehatan
Mengenal masalah kesehatan : 1. Dukungan pengasuhan
kesehatan 2. Dukungan pengambilan keputusan
1. Kepercayaan mengenai kesehatan
Mengambil keputusan : merasakan
2. Berpartisipasi dalam memutuskan
perawatan kesehatan
Merawat anggota keluarga
yang sakit
Partisipasi keluarga dalam perawatan Keluarga mampu merawat keluarga
profesional Keluarga mampu merawat
Memodifikasi lingkungan
keluarga 1. Konseling nutrisi
2. Monitoring nutrisi
Memanfaatkan fasilitas
1. Manajemen diri : penyakit arteri 3. Bantuan penurunan BB
pelayanan kesehatan koroner 4. Manajemen Nyeri
2. Perilaku kepatuhan: Diet yang 5. Peningkatan kesadaran diri
dianjurkan
3. Orientasi kesehatan Keluarga mampu memodifikasi lingkunga
1. Identifikasi risiko
2. Modifikasi perilaku
1. Deteksi risiko.
2. Kontrol risiko: penyakit
3. kardiovaskuler Keluarga memiliki
Kemampuan keluarga untuk Keluarga memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan memanfaatkan pelayanan kesehatan
1. Konsultasi
1. Pengetahuan tentang 2. Rujukan
sumbersumber kesehatan 3.Bantuan Sistem Kesehatan
A.Nies, M., & McEween, M. 2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Jakarta:
Elsevier.
Asikin, Muhammad,dkk.2016.Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Kardiovaskular. Jakarta:
Erlangga.
Achjar, Komang Ayu Henny.2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto
BKKBN. 2011. Batasan dan pengerian MDK. Tersedia di: http://aplikasi.bkkbn.go.id/MDKReports
di akses pada Senin 24 mei 2021
Brunner & Suddarth.2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC
Dinas kesehatan Banten. 2020. Profil Kesehatan Hipertensi Provinsi Banten Tahun 2020.
https://dinkes.bantenprov.go.id/upload/article_doc/Profil_Kesehatan_Banten_Tahun_20
203.rar di akses pada seni 24 mei 2021
Friedman, 2003. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri
Kholifah, Siti Nur & Wahyu Widagdo. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas.Jakarta
Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.