Disusun Oleh :
Anatomi
Sistim Limfatik Tubuh
Sistem limfatik adalah sistem saluran limfe yang meliputi seluruh tubuh yang
dapat mengalirkan isinya ke jaringan dan kembali sebagai transudat ke sirkulasi
darah. Sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfe, organ dan jaringan limfoid
(gambar 1).
Nodus dan nodulus limfoid adalah massa dari jaringan limfatik; mempunyai
ukuran dan lokasi bervariasi. Nodus biasanya lebih besar, panjangnya nodus
berkisar 10 - 20 mm dan mempunyai kapsul; sedangkan nodulus panjangnya
antara sepersekian milimeter sampai beberapa milimeter dan tidak mempunyai
kapsul.8
Nodus limfoid ditemukan berkelompok sepanjang jalur vassa limfatika, dan limf
mengalir melewati nodus-nodus ini dalam perjalanannya menuju vena subklavia.
Limf memasuki suatu nodus melalui beberapa vasa limfatika aferen dan
meninggalkannya lewat satu atau dua pembuluh eferen (gambar 2).7,8
Gambar 1.Sistem vassa limfatika dan kelompok nodus limfoid utama
Dikutip dari : Scanlon VC, Sanders T. The lymphatic system and Immunity. In: Scanlon
VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5 thed. Philadelphia: FA Davis
Company,2007:325
Gambar 2. Struktur nodus limfoid Dikutip dari : Abbas AK, Litchman AH. Anatomy
and function of lymphoid tissue. In: Abbas AK, Litchman AH.. Cellular and Mollecular
Immunology. 5thed. Philadelphia: WB Saunders,2003:29
Organ limfoid berupa kumpulan nodulus kecil yang mengandung banyak limfosit
merupakan tempat awal terjadinya respon imun spesifik terhadap antigen protein
yang dibawa melalui sistem limfatik.6
Organ limfoid terdiri atas:
1. Organ limfoid primer
Organ limfoid primer atau sentral yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau
sejenisnya seperti sumsum tulang, diperlukan untuk pematangan diferensiasi dan
proliferasi sel T dan sel B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen.
2. Organ limfoid sekunder
Organ limfoid sekunder utama adalah sistem imun kulit (Skin Associated
Lymphoid Tissue/ SALT), Mucosal Associated Lymphoid Tissue/ MALT), Gut
Associated Lymphoid Tissue/ GALT), kelenjar limfe dan lien.
Organ limfoid sekunder mempunyai fungsi untuk menangkap dan mengumpulkan
antigen yang efektif, proliferasi dan diferensiasi limfosit yang disensitisasi oleh
antigen spesifik dan merupakan tempat utama produksi antibodi.6
Jaringan limfoid mukosa yang terorganisasi terdiri atas plak Peyer (Peyer’s patch)
di usus kecil, tonsil faring dan folikel limfoid yang terisolasi.
Tonsil faring merupakan folikel limfoid yang analog dengan plak peyer.
Fisiologi
Gejala yang sering ditemukan pada penderita limfoma pada umumnya non-
spesifik, diantaranya:
Tiga gejala pertama harus diwaspadai karena terkait dengan prognosis yang
kurang baik, begitu pula bila terdapatnya Bulky Disease (KGB berukuran >
2
6-10 cm atau mediastinum >33% rongga toraks).
Menurut
Lymphoma International Prognostic Index, temuan klinis yang
mempengaruhi prognosis penderita LNH adalah usia >60 tahun, keterlibatan
kedua sisi diafragma atau organ ekstra nodal (Ann Arbor III/IV) dan
3
multifokalitas (>4 lokasi).
4. Klasifikasi
jenis limfoma ini berbeda dalam mereka berpriaku ,menyebar dan merespon pengobatan,
jadi mengetahui tipe apa yang di miliki anak anda adalah penting.
Kedua jenis ini lebih sering terjadi pada orang dewasa, tetapi juga dapat terjadi
pada anak-anak dan
remaja: NHL cenderung terjadi pada anak-anak yang lebih muda, sedangkan
limfoma Hodgkin lebih mungkin terjadi
untuk mempengaruhi anak-anak dan remaja yang lebih tua.
Limfoma hodgkin sangat mirip pada orang dewasa dan anak-anak, dan
pengobatannya sama
kedua. Untuk informasi lebih lanjut tentang penyakit ini, lihat Limfoma Hodgkin2
Infeksi virus merupakan salah satu yang dicurigai menjadi etiologi NHL
contohnya ialah infeksi virus Epstein Barr dan HTLV (Human T Lymphoytopic
Virus type 1) yang berhubungan dengan limfoma Burkitt , yang merupakan
limfoma sel B. Selain itu abnormalitas sitogenik seperti translokasi kromosom
juga ikut berperan menyebabkan proliferasi dari limfosit. Pada limfoma sel B
ditemukan abnormalitas kromosom, yaitu translokasi lengan panjang kromosom
nomor 8 (8q) ke lengan panjang kromosom nomor 14 (14q). (Krisifu, et al.,
2004).
Kasus
An. AF (16 tahun), jenis kelamin laki-laki, dilakukan pengkajian pada tanggal 9
Juli 2018, klien datang ke RSPAD Gatot Soebroto melalui poli anak untuk
melakukan kemoterapi lanjutan. Saat dilakukan pengkajian klien sedang proses
kemoterapi memasukkan obat siklofosfamid1620 mg dan Adriamisin 63 mg,
klien mengatakan tidak ada nafsu makan, terkadang mual namun tidak
muntah, klien juga mengatakan mulutnya kering dan kerap timbul sariawan
setelah kemoterapi. Saat ini klien juga sedang mengonsumsi prednison 55 mg
per-oral. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil TTV : HR:
80x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5 oC, CRT: >3 detik, TB:157cm ,BB: 57kg .
Keadaan umum klien tampak sakit sedang, kesadaran composmentis, mukosa
: pucat dan kering, terdapat mukositis grade 1, konjungtiva anemis,
terpasang infus pada tangan sebelah kiri, IVFD : D5 ¼ NS. Klien didiagnosa
NHL pada Juni 2017 dan menjalani kemoterapi sejak Juli 2017. Klien sedang
mendapatkan kemoterapi pada fase induksi.
Hasil pengkajian didapatkan stadium IV, anak mudah lelah dan kehilang nafsu
makan. Hasil laboratorium: Hb 9,8 gr/dL, Ht= 33%, Eritrosit 4,2 jt, Leukosit
9124 /µL, Trombosit 519000/ µL dan asam urat 10.7 mg/dL.
1. Pengkajian
A. Pemeriksaan Fisik
HR: 80x/menit RR: 20x/mnt
S: 36,5 CRT : >3 detik
TB: 157 cm BB: 57 kg
a) Keadaan Umum
Kesadaran: tidak terjadi penurunan kesadaran (compos mentis).
b) Pemeriksaan integument
Kulit tampak normal tidak adanya kemereahan serta pembengkakan
c) Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala :Tampak normal bentuk kepala simetris
Mata : konjungtiva anemis
Mulut : mulut tampak kering terdapat beberapa sariawan ( mukositis grade 1)
Leher : pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher.
d) Pemeriksaan dada
Bentuk simetris, tidak adanya massa serta tidak adanya tanda- tanda distress
pernapasan
e) Pemeriksaan abdomen.
I: simetris, tidak adanya distensi, tonjolan serta kelainan umbilicus
A: suara peristaltic normal, terdengar setiap 5-20x/mnt
P: timpani,
Palpasi: tidak teraba adanya penonjolan tidak ada nyeri tekan tidak ada massadan
penumpukan cairan
f) Pemeriksaan ekstremitas.
Ekstremitas: tampak simetris, kekuatan otot penuh
B. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium: Hb 9,8 gr/dL, Ht= 33%, Eritrosit 4,2 jt, Leukosit 9124 /µL,
Trombosit 519000/ µL dan asam urat 10.7 mg/dL.
• obat siklofosfamid1620 mg
• Adriamisin 63 mg,
• prednison 55 mg per-oral
• IVFD : D5 ¼ NS
2. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Tidak adanya nafsu makan Ketidak seimbangan nutrisi
Klien mengatakan tidak kurang dari kebutuhan
nafsu makan
Pasien mengatakn
mulutnya terasa kering
DO:
HR: 80x/menit
S: 36,5
RR: 20x/mnt
CRT : >3 detik
Pasien tampak tidak
nafsu makan dan
mudah lelah
Konjungtiva tampak
anemis
3. Intervensi keperawatan
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan • Monitor TTV
jaringan perifer keperawatan selama 1x24 • Monitor AGD,
jam diharapkan resiko ukuran pupil,
ketidak efektifan perfusi ketajaman,
jaringan cerebral dengan kesimetrisan dan
kreteria hasil : reaksi
Neurologic status • Monitor adanya
• Tekanan systole dan diplopia, pandangan
diastole dalam kabur, nyeri kepala
rentang yang • Monitor level
diharapkan kebingungan dan
• Komunikasi jelas orientasi
• Menunjukkan • Monitor tonus otot
konsentrasi dan pergerakan
orientasi • Monitor tekanan
• Pupil seimbang dan intrkranial dan respon
reaktif nerologis
• Bebas dari aktivitas • Catat perubahan
kejang pasien dalam
• Tidak mengalami merespon stimulus
nyeri kepala • Monitor status cairan
• Pertahankan
parameter
hemodinamik
• Tinggikan kepala 0-
45o tergantung pada
konsisi pasien dan
order medis