Anda di halaman 1dari 12

Diferensiasi Limfoma Maligna Beserta Penanganannya

Rinaldi Hartanto

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara no.6 Jakarta 11510.

Telepon : 021-5694 2061; Fax : 021-563 1731.

Email. rinaldi.2014fk116@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem
limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan
umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali dan
kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodul yaitu diluar
sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit dan organ

lain.1 Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia menduduki


urutan keenam tersering. Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya mengapa angka
kejadian penyakit ini terus meningkat. Adanya hubungan yang erat antara penyakit
AIDS dan penyakit ini memperkuat dugaan adanya hubungan antara kejadian

limfoma dengan kejadian infeksi sebelumnya.1


Secara umum, limfoma diklasifikasikan menjadi dua, yaitu limfoma hodgkin
dan limfoma non-hodgkin. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan perbedaan
histopatologis dari kedua penyakit di atas, di mana pada limfoma hodgkin terdapat

suatu gambaran yang khas yaitu adanya sel Reed-Sternberg. 2 Sebagian besar
limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan penyulit dalam terapi
kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih merupakan faktor penting
dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis kemoterapi dan
radioterapi. Akhir-akhir ini, angka harapan hidup 5 tahun meningkat dan bahkan

1
sembuh berkat manajemen tumor yang tepat dan tersedianya kemoterapi dan
2
radioterapi.

Anamnesis
Pada pemeriksaan klinis, hal yang pertama dilakukan seorang dokter adalah
anamnesis pada pasien. Dimana dari hasil anamnesis yang baik dan terarah akan
sangat membantu nantinya dalam menentukan diagnosis kerja. Anamnesis sendiri di
bagi menjadi dua yaitu alloanamnesis dan autoanamnesis. Hal hal yang perlu
ditanyakan pada pasien adalah yang terutama adalah identitas,yang terdiri dari nama ,
usia, pekerjaan. Lalu keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

dahulu, riwayat penyakit keluarga dan riwayat sosial ekonomi.3


Dimulai dari keluhan utama : rasa sakit yang menyebabkan pasien datang
berobat. Apa yang menjadi keluhan utamanya atau apa yang menyebabkan pasien
untuk datang berobat : ada benjolan pada leher. Tanyakan berapa lama keluhan ini
telah diderita, sejak kapan? 2 bulan yang lalu. Tanyakan karakteristik dari benjolan.
Apakah ada rasa nyeri, konsistensi nya, mobile atau imobile. Riwayat penyakit
sekarang apakah ada keluhan sistemik, seperti demam, keringat dingin, mual, muntah,
sakit kepala. Pasien mengatakan bahwa ada demam dan disertai keringat malam.
Riwayat penyakit dahulu apakah sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini?
Apakah sudah sembuh atau belum? Riwayat keluarga apakah ada anggota keluarga
mengeluhkan hal yang sama ? Riwayat sosial ekonomi, bagaimana dengan
lingkungan tempat tinggal, kebersihan lingkungannya, bagaimana kebiasaan makan,
bagaimana kebiasaan kebersihan. Bagaimana dengan pekerjaannya. Riwayat obat-
obatan, apakah pasien sedang mengkonsumsi obat yang secara teratur dihidupnya ?
Apakah pasien sudah pernah meminum obat untuk menghilangkan benjolannya ? jika
ya, obat apa yang diminum dan apakah ada perkembangan setelah meminum obat?

Pemeriksaan Fisik
Pertama kita nilai keadaan umum pasien kemudian lakukan pemeriksaan tanda tanda
vital, keadaan dan kesadaran umum. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan fisik di
daerah sekitar leher.
Inspeksi: kelenjar getah bening leher terletak di sepanjang bagian anterior dan
posterior dari leher tepat di bagian bawah dagu. Jika kelenjar getah bening cukup
besar, dapat terlihat adanya pembengkakan di bawah kulit dan lebih mudah lagi jika
2
pembesarannya asimetris (akan lebih mudah untuk melihat adanya pembesaran
kelenjar getah bening jika hanya satu bagian saja yang membesar).4 Hal-hal yang
harus diperhatikan pada inspeksi:4
• Pembesaran kelenjar getah bening
• Skar bekas operasi (cancer exision)
• Massa yang jelas

Palpasi: palpasi kelenjar getah bening harus menggunakan empat ujung-ujung jari
karena ujung jari adalah bagian yang paling sensitif. Palpasi dilakukan dengan
membandingkan antara bagian kiri dan kanan secara simultan, dari atas ke bawah dan

dengan sedikit tekanan.4 Palpasi kelenjar limfe submental dan submandibular yaitu
pemeriksa berada dibelakang penderita kemudian palpasi dilakukan dengan kepala
penderita condong ke depan sehingga ujung-ujung jari-jari meraba di bawah tepi
mandibula. Kepala dapat dimiringkan dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga palpasi
dapat dilakukan pada kelenjar yang superficial maupun yang profunda. Juga dapat

dilakukan dengan palpasi bimanual.4

Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan hematologi
Dilakukan pemeriksaan darah lengkap (complete blood count), sediaan
hapusan darah tepi, dan hitung sel. Pada limfoma sering terdapat anemia
normositik normokrom pada darah tepi, anemia sering kali disebabkan
menurunnya produksi dan meningkatnya destruksi. Granulosit sering
5
meningkat hingga timbul leukositosis.
B. Radiologi
§ USG
§ Toraks foto PA lateral
§ Ct scan seluruh abdomen
§ Ct scan toraks
§ Limfografi
C. Biopsi
Biopsi KGB hanya 1 kelenjar yang paling representatif,superficial dan perifer.
Spesimen kelenjar diperiksa histopatologi nya. Kemudian dinilai berdasarkan
5
sel apa yang ditemukan. Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan

3
adanya sel Reed-Sternberg yang bercampur dengan infiltrat sel radang yang
bervariasi. Sel Reed-Sternberg adalah suatu sel besar berdiameter 15-45 mm,
sering berinti ganda (binucleated), berlobus dua (bilobed), atau berinti banyak
(multinucleated) dengan sitoplasma amfofilik yang sangat banyak. Tampak
jelas di dalam inti sel adanya anak inti yang besar seperti inklusi dan seperti
“mata burung hantu” (owl-eyes), yang biasanya dikelilingi suatu halo yang
2
bening.
D. Aspirasi sumsum tulang
Dari sini akan ditemukan hiperproliferasi granulosit, sering disertai
peningkatan histiosit dan sel plasma, sehingga menyerupai gambaran sumsum
5
tulang infeksius.

Working Diagnosis
Limfoma merupakan keganasan sistem limfatik. Terjadi kelainan dalam proses
proliferasi sel, dimana menghasilkan sel yang bersifat mirip dengan sel aslinya.
Pembentukan tumor awal pada jaringan limfatik sekunder misal kelenjar getah bening
atau lien tempat limfosit abnormal menggantikan struktur normal. Dua kategori besar
limfoma dilakukan atas dasar histopatologi mikroskopik dari kelenjar getah bening
yang terlibat. Kategori tersebut adalah Limfoma Non-Hodgkin dan Limfoma
Hodgkin. Wlaupun memiliki tanda dan gejala yang sama kedua penyakit ini harus
tetap dibedakan karena memiliki cara terapi yang berbeda. Maka suatu hal yang
penting untuk menegakkan diagnosis secara tepat. Limfoma Non Hodgkin dan
Limfoma Hodgkin dibedakan berdasarkan jenis sel yang terdapat didalam kelenjar
getah bening serta penyebarannya. Sel sel tersebut bisa tersebar dalam bentuk nodular

atau difus. Sel sel itu merusak arsitektur normal kelenjar getah bening.3
Limfoma Non Hodgkin
Limfoma jenis ini biasanya diderita oleh pasien 50an. Klasifikasi dari LNH
sampai saat ini masih belum diresmikan. Tapi klasifikasi yang masih dipergunakan
sampai saat ini adalah klasifikasi Rappaport yang didasarkan pada sitologi dan
susunan arsitektur limfosit maligna dalam kelenjar limfe. Klasifikasi ini membagi
limfoma menjadi (1) jenis nodular ; sel sel neoplastik berkelompok dalam agregat
kohesif yang merangsang folikel limfoid dan (2) jenis difus ; pada jenis ini tidak
terjadi agregasi.kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang imunologi dan fisiologi
limfosit, memberikan klasifikasi yang lebih pasti dari LNH. Klasifikasi yang lebih
4
baru mengklasifikasikan berdasarkan pada imunologi, fisiologi limfosit, dan
morfologi serta tingkah laku biologi pada limfoma. Tiga kategori prosnostik telah
6
diidentifikasi : Limfoma derajat rendah, derajat menengah dan derajat tinggi.
Seorang pasien dengan limfoma derajat rendah, jaringan limfoid terkait
mukosa yang berbatasan dengan lambung dianggap terkait dengan infeksi
Helicobacter pylori dan memberikan respon terhadap antibiotik. Sampai saat ini,
belum tersedia obat penyembuhan limfoma derajat rendah. Harapan hidup median
adalah 8-10 tahun tapi kematian bervariasi.
Pasien dengan limfoma derajat sedang, jenis limfositik noduler, pada awalnya
cenderung berada pada stadium yang lebih lanjut, dengan sekitar 60% insiden
metastasis ke sum sum tulang. Jaringan limfatik tonsiler pada orofaring dan
6
nasofaring juga merupakan tempat yang paling sering diserang.
Limfoma Burkitt dan imunoblastik merupakan limfoma derajat tinggi dan
mempunyai kecenderungan mengenai SSP. SSP juga merupakan daerah yang sering
terkena pada pasien relaps dengan penyakit stadium IV bersama dengan daerah lain
yang sebelumnya terkena.6
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non
Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non
Hodgkin indolen tumbuh sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak
menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak terdeteksi untuk beberapa saat.
Tentunya, mereka sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien
mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan
pembesaran kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin. Gejala yang paling
sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan,

biasanya di leher, ketiak dan lipat paha.6

Limfoma Hodgkin
Penyakit hodgkin termasuk dalam keganasan limforetikular dimana secara
histopatologi penyakit hodgkin ditemukan sel Reed stemberg. Penyakit Hodgkin
adalah kanker yang berawal dari sel-sel sistem imun. Penyakit Hodgkin berawal saat
sel limfosit yang biasanya adalah sel B (sel T sangat jarang) menjadi abnormal. Sel
7
limfosit yang abnormal tersebut dinamakan sel Reed Sternberg.
Sel Reed Sternberg tersebut membelah untuk memperbanyak dirinya. Sel
Reed Sternberg yang terus membelah membentuk begitu banyak sel limfosit
5
abnormal. Sel-sel abnormal ini tidak mati saat waktunya tiba dan mereka juga tidak
melindungi tubuh dari infeksi maupun penyakit lainnya. Pembelahan sel abnormal
yang terus menerus ini menyebabkan terbentuknya massa dari jaringan yang disebut
tumor. 7
Limfoma jenis ini adalah yang terutama yang ditemukan pada orang dewasa
muda antara umur 18 dan 35 tahun dan pada orang diatas umur 50 tahun. Penyebab
sampai saat ini belum diketahui tapi banyak pendapat yang mengakatan bahwa infeksi
Epstein-Barr virus memiliki pengaruh yang cukup besar. Sel Reed-Sternberg yang
merupakan sel berinti dua atau banyak, besar, maligna yang mengandung dua atau
lebih nukleioli besar merupakan gambaran khas pada penyakit Hodgkin. Cara
penyebaran umum penyakit ini adalah menyerang dari tempat tempat yang
berdekatan. LNH adalah kelompok keganasan primer limfosit yang bisa berasal dari
dari limfosit B, limfosit T dan kadang tetapi jarang berasak dari sel NK(natural killer)
yang berada dalam system. Pada LNH sebuah sel limfosit berproliferasi secara tak
terkendaliyang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH berasal dari satu
sel limfosit, sehingga semua sel memiliki imuniglobulin yang sama pada permukaan

sel nya.7
Sel Reed Sternberg secara konsisten menghasilkan antigen CD15 dan CD30.
CD15 adalah marker dari sel granulosit, monosit, dan sel T teraktifasi yang normalnya
tidak dihasilkan oleh garis keturunan sel B. CD30 adalah marker dari aktifasi limfosit
yang dihasilkan oleh sel limfosit reaktif dan malignan dan pada awalnya diidentifikasi

sebagai antigen permukaan sel-sel Reed Sternberg.7


Klasifikasi patologis yang sering dipakai sekarang ini adalah menurut Lukas
dan Butler sesuai keputusan simposium penyakit Hodgkin dan Ann Arbor. Menurut
klasifikasi ini penyakit Hodgkin dibagi menjadi 4 tipe, yaitu: 7
1. Tipe Lymphocyte Predominant
Pada tipe ini gambaran patologis kelenjar getah bening terutama terdiri dari sel-
sel limfosit yang dewasa, beberapa sel Reed Sternberg. Biasanya didapatkan
pada anak muda. Prognosisnya baik.
2. Tipe Mixed Cellularity
Mempunyai gambaran patologis yang pleimorfik dengan sel plasma, eosinofil,
neutrofil, limfosit dan banyak didapatkan sel Reed Sternberg. Dan merupakan
penyakit yang luas dan mengenai organ ekstra nodul. Sering pula disertai gejala

6
sistemik seperti demam, berat badan menurun dan berkeringat. Prognosisnya
lebih buruk.
3. Tipe Lymphocyte Depleted
Gambaran patologis mirip diffuse histiocytic lymphoma, sel Reed Sternberg
banyak sekali dan hanya ada sedikit sel jenis lain. Biasanya pada orang tua dan
cenderung merupakan proses yang luas (agresif) dengan gejala sistemik.
Prognosis buruk.
4. Tipe Nodular Sclerosis
Kelenjar mengandung nodul-nodul yang dipisahkan oleh serat kolagen. Sering
dilaporkan sel Reed Sternberg yang atipik yang disebut sel Hodgkin. Sering
didapatkan pada wanita muda/remaja. Sering menyerang kelenjar mediastinum.
5. Tipe Nodular lymphocyte predominant Hodgkin disease (NLPHD)
Nodular lymphocyte predominant Hodgkin disease (NLPHD) menyumbang 5%
dari kasus penyakit Hodgkin. Berbeda dengan subtipe histologis lain, sel Reed
Sternberg yang khas jarang atau bahkan tidak ada pada NLPHD. Sebaliknya
yang paling banyak justru adalah sel limfositik atau histiositik (L&H), atau yang
sering disebut “sel popcorn” karena inti mereka yang berbentuk menyerupai
jagung meledak, yang terlihat sebagai latar belakang sel-sel inflamasi, terutama

sel limfosit yang jinak.5

Differential Diagnosis
Limfadenitis spesifik (Tb)
Disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Bakteri TBC
bisa masuk melalui makanan ke rongga mulut dan melalui tonsil mencapai kelenjar
limfe di leher, sering tanpa tanda TBC paru. Kelenjar yang sakit akan membengkak,
dan mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar didekatnya satu demi
satu terkena radang yang khas dan dingin ini.selain itu, dapat terjadi juga
perilimfadenitis sehingga beberapa kelenjar melekat satu sama lain membentuk
massa. Yang dikeluhkan pasien sebagai benjolan di kelenjar limfe nya. Bila mengenai
kulit, kulit akan meradang, merah, bengak, mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya

menipis dan jebol, mengeluarkan bahan seperti keju.3

7
Etiologi
Etiologi dari limfoma sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun disebutkan
bahwa ada beberapa faktor resiko yang dapat mengakibatkan terjadinya limfoma:5
• Imunodefisiensi. Diperkirakan 25% kelainan herediter langka yang sering
dikaitkan dengan limfoma, seperti penyakit hipogamma globulinemia.
• Agen infeksius. Infeksi awal Epstein-Barr virus dan faktor lingkungan dapat
meningkatkan resiko terjadinya kerusakan genetik.
• Paparan lingkungan dan pekerjaan. Paparan lingkungan yang dimaksud adalah
terkena paparan sinar ultraviolet. Beberapa pekerjaan yang sering
dihubungkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan
pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
• Diet. Diperkirakan orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani
dan merokok memiliki kemungkinan lebih besar menderita limfoma
dibandingkan dengan orang yang lebih banyak mengkonsumsi sayuran.

Epidemiologi
Limfoma Non-Hodgkin (LNH)
Pada tahun 2000 di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 54.900 kasus baru
dan 26.100 orang meninggal karena LNH. Di Amerika Serikat terjadi 5% kasus LNH
baru terjadi pada pria setiap tahunnya dan 4% pada wanita pertahunnya. Saat ini
angka pasien LNH di Amerika semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia
dan populasi. Dengan kenaikan 4-5% per tahunnya. Di Perancis penyakit ini
menduduki peringkat keganasan ke tujuh. Di indonesia sendiri LNH bersama sama
dengan leukimia dan penyakit Hodgkin menduduki urutan ke enam tersering. Masih
belum diketahui secara jelas mengapa setiap tahunnya penderita LNH di Indonesia
selalu mengalami kenaikan. Adanya hubungan yang erat dengan AIDS memperkuat

dugaan antara LNH dan infeksi.5


Limfoma Hodgkin
Di Amerika Serikat terdapat 7500 kasus baru penyakit Hodgkin setiap
tahunnya. Perbandingan angka kejadian antara laki laki dan perempuan adala 1,4 : 1.
Terdapat distribusi umur dimana sering terjadi pada usia 13-34 tahun dan lebih dari 55

tahun.5

8
Patofisiologi
Sel limfosit kecil atau matang mampu mengadakan perubahan morfologi dan
berproliferasi sebagai reaksi terhadap rangsangan lectin nabati. Seperti sel darah
lainnya, sel limfosit dalam kelenjar limfe juga berasal dari sel sel induk multipotensial
didalam sumsung tulang. Sel induk multipotensial pada tahap awal bertransformasi
menjadi sel pregenitor limfosit yang kemudian berdiferensiasi melalui dua jalur.
Sebagian mengalami pematangan dalam kelenjar timus untuk menjadi sel limfosit T,
dan sebagian lagi menuju kelenjr limfe atau tetap berada dalam sumsum tulangdan
berdiferensiasi menjadi sel Limfosit B. apabila ada rangsangan dari antigen yang
sesuai maka limfosit T dan B akan bertransformasi menjadi bentuk aktif dan
berproliferasi. Limfosit T aktif menjalankan fungsi respon imunitas seluler, sedangkan
limfosit B aktif menjadi imunoblas yang kemudian menjadi sel plasma yang
membentuk imunoglonulin. Terjadi perubahan morfologi yang mencolok pada
perubahan ini, dimana sitoplasma yang kecil pada limfosit B tua menji barsitoplasma
yang banyak pada sel plasma. Perubahan ini terjadi pada sel limfosit B disekitar atau
dalam centrum germinativum, sedangkan sel limfosit T aktif berukuran sedikit lebih

besar dibandingkan limfosit T tua.5


Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat
terjadinya mutasi gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua yang tengah
berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas terjadi akibat adanya
rangsangan dari imunogen. Hal yang perlu diketahui ini adalah proses ini terjadi
didalam kelenjar getah bening, dimana sel limfosit tua berada diluar centrum
germintivum sedangkan imunoblas berada dibagian paling sentral dari centrum
germinativum.beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit tua antara lain
ukurannya menjadi lebih besar, krimatin inti menjadi lebih halus, nukleiolinya terlihat
dan protein permukaan sel mengalami perubahan. Hal mendasar lain yang perli
diingat adalah bahwa sel yang berubah menjadi sel kanker seringkali tetap
mempertahankan sifat dasarnya. Misalnya sel kanker dari limfosit tua tetap
mempertahankan sifat mudah masuk aliran darah namun dengan tingkat mitosis yang
rendah, sedangkan sel kanker dari imunoblas sangat jarng masuk kedalam aliran

darah, namun dengan tingkat mitosis yang tinggi.5

9
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu:
a. Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yang terbatas
dalam pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis limfoma, seperti limfoma
gaster yang terbatas pada bagian perut saja atau jika ada resiko perforasi,
obstruksi, dan perdarahan masif, pembedahan masih menjadi pilihan utama.
Namun, sejauh ini pembedahan hanya dilakukan untuk mendukung proses

penegakan diagnosis melalui surgical biopsy.6


b. Radioterapi
Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengobatan
limfoma, terutama limfoma hodgkin di mana penyebaran penyakit ini lebih
sulit untuk diprediksi. Beberapa jenis radioterapi yang tersedia telah banyak
digunakan untuk mengobati limfoma hodgkin seperti radioimunoterapi dan
radioisotope. Radioimunoterapi menggunakan antibodi monoclonal seperti
CD20 dan CD22 untuk melawan antigen spesifik dari limfoma secara
131 90
langsung, sedangkan radioisotope menggunakan Iodine atau Yttrium
untuk irradiasi sel-sel tumor secara selektif7. Teknik radiasi yang digunakan
didasarkan pada stadium limfoma itu sendiri, yaitu:
• Untuk stadium I dan II secara mantel radikal
• Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi
• Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation
• Untuk stadium IV secara total body irradiation
c. Kemoterapi
Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan dan
banyak obat-obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya terhadap
limfoma.6
d. Imunoterapi
Bahan yang digunakan dalam terapi ini adalah Interferon-α, di mana
interferon-α berperan untuk menstimulasi sistem imun yang menurun akibat
6
pemberian kemoterapi.

10
Limfoma Non Hodgkin
Metode terpenting adalah kemoterapi, terutama terhadap tingkat keganasan sedang
dan tinggi. Radioterapi juga memiliki peranan tertentu dalam terapi LNH.sedangkan
operasi juga merupakan pilihan berguna dalam terapi gabungan terhadap sebagian lesi
ekstranodus, misal pada terapi limfoma gastrointestinal, terutama bila terdapat bahaya
perforasi di lokasi tumor. Terapi terhadap LNH berkaitan erat dengan subtipe

patologik nya.5
Limfoma Hodgkin
Pengobatan Limfoma Hodgkin adalah radioterapi ditambah kemoterapi, tergantung
stadium penyakit dan faktor resiko. Radioterapi meliputi Extended Field
Radiotherapy (EFRT), Involved Field Radiotherapy (IFRT) dan radioterapi pada
limfoma residual atau Bulkit Disease. Faktor resiko untuk terapi menurut German

Hodgkin’s Lymphoma Study Group (GHSG) meliputi :5


• Masaa mediastinal yang besar
• Ekstranodal
• Peningkatn laju endap darah
Tiga atau lebih regio yang terkena.

Komplikasi
Ada dua jenis komplikasi yang dapat terjadi pada penderita limfoma maligna,
yaitu komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dan komplikasi karena
penggunaan kemoterapi. Komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dapat
berupa pansitopenia, perdarahan, infeksi, kelainan pada jantung, kelainan pada paru-
paru, sindrom vena cava superior, kompresi pada spinal cord, kelainan neurologis,
obstruksi hingga perdarahan pada traktus gastrointestinal, nyeri, dan leukositosis jika
penyakit sudah memasuki tahap leukemia. Sedangkan komplikasi akibat penggunaan
kemoterapi dapat berupa pansitopenia, mual dan muntah, infeksi, kelelahan,
neuropati, dehidrasi setelah diare atau muntah, toksisitas jantung akibat penggunaan
1,6
doksorubisin, kanker sekunder, dan sindrom lisis tumor.

Prognosis
Ada tujuh faktor risiko independen untuk memprediksi prognosis, yaitu jenis

kelamin, usia, stadium, kadar Hb, kadar leukosit, limfosit dan serum albumin.1

11
Kesimpulan
Limfoma merupakan keganasan sistem limfatik. Terjadi kelainan dalam proses
proliferasi sel, dimana sel menghasilkan sel yang bersifat mirip dengan sel aslinya.
Limfoma di bedakan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan histopatologinya yaitu
Limfoma Non-Hodgkin dan Limfoma Hodgkin. Tidak ada perbedaan seracara klinis
antara dua penyakit ini, yang membedakannya adalah hasil pemeriksaan sel
patologinya. Masing masing kelompok bisa diklasifikasikan lagi berdasarkan
stadiumnya. Penetapan stadium penting untuk menentukan prognosis dan terapi yang
akan diberikan. Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan keganasan pada sistem
limfatik, pengobatan yang diberikan bersifat menghambat pertumbuhan sel ganas nya
saja.

Daftar Pustaka
1. Reksodiputro, A. dan Irawan, C. 2006. “Limfoma Non-Hodgkin”. Disunting oleh
Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
2. Kumar, Abbas, dan Fausto. 2005. Phatologic Basis of Diseases 7th Edition.
Philadelphia: Elsevier & Saunders
3. Price SA, Wilson LM. Patofisioloi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
ke 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2006
4. Tjarta A, Sutisna H, Vivin S. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005. H. 388-400.
5. Sudoyo AW, Bambang S, Idrus A, Marcellus S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi ke 5. Jakarta : Badan Penerbit FKUI ; 2009. Hal.1251-65
6. Rasjidi I. Buku Ajar Onkologi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2011.
7. Japaries W.buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi ke 2. Jakarta : Badan Penerbit FKUI
; 2008. Hal.547-61

12

Anda mungkin juga menyukai