Anda di halaman 1dari 14

LIMFOMA MALIGNA

Shafira Dwi Resnasari


161 0211 119
Definisi
Limfoma atau limfoma maligna adalah
sekelompok kanker di mana sel-sel limfatik menjadi
abnormal dan mulai tumbuh secara tidak terkontrol.
Karena jaringan limfe terdapat di sebagian besar
tubuh manusia, maka pertumbuhan limfoma dapat
dimulai dari organ apapun.
Klasifikasi
Berdasarkan gambaran histopatologisnya, limfoma
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Limfoma Hodgkin (LH)
Limfoma jenis ini memiliki dua tipe. yaitu tipe klasik dan
tipe nodular predominan limfosit, di mana limfoma hodgkin
tipe klasik memiliki empat subtipe menurut Rye, antara lain:
•Nodular Sclerosis
•Lymphocyte Predominance
•Lymphocyte Depletion
•Mixed Cellularity
b. Limfoma Non-Hodgkin (LNH)
Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin
menjadi tiga kelompok utama, antara lain:

Limfoma Derajat Rendah


Kelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu limfoma limfositik kecil, limfoma
folikuler dengan sel belah kecil, dan limfoma folikuler campuran sel belah
besar dan kecil.

Limfoma Derajat Menengah


Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel besar,
limfoma difus sel belah kecil, limfoma difus campuran sel besar dan kecil,
dan limfoma difus sel besar.

Limfoma Derajat Tinggi


Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu limfoma imunoblastik sel
besar, limfoma limfoblastik, dan limfoma sel tidak belah kecil.
Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed-
Sternberg yang bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi.
Sel Reed-Sternberg adalah suatu sel besar berdiameter 15-45 mm, sering
berinti ganda (binucleated), berlobus dua (bilobed), atau berinti banyak
(multinucleated) dengan sitoplasma amfofilik yang sangat banyak. Tampak
jelas di dalam inti sel adanya anak inti yang besar seperti inklusi dan
seperti “mata burung hantu” (owl-eyes), yang biasanya dikelilingi suatu
halo yang bening.

Gambar 1. Gambaran histopatologis (a) Limfoma Hodgkin dengan Sel Reed Sternberg dan (b) Limfoma Non Hodgkin
Epidemiologi
Tahun 2002, tercatat 62.000 kasus LH di seluruh dunia.
Di negara-negara berkembang ada dua tipe limfoma
hodgkin yang paling sering terjadi, yaitu mixed cellularity
dan limphocyte depletion, sedangkan di negara-negara
yang sudah maju lebih banyak limfoma hodgkin tipe
nodular sclerosis.
Limfoma hodgkin lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita, dengan distribusi usia antara 15-34 tahun dan di
atas 55 tahun
Etiologi
Penyebab limfoma hodgkin dan non-hodgkin sampai saat ini
belum diketahui secara pasti. Beberapa hal yang diduga berperan
sebagai penyebab penyakit ini antara lain:
•Infeksi (EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, dan Helicobacter pylori)
•Faktor lingkungan seperti pajanan bahan kimia (pestisida, herbisida,
bahan kimia organik, dan lain-lain), kemoterapi, dan radiasi.
•Inflamasi kronis karena penyakit autoimun
•Faktor genetik
Patofisiologi
Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan
genetik pada sel-sel tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat
menginduksi terjadinya keganasan. Gen-gen tersebut adalah proto-
onkogen, gen supresor tumor, gen yang mengatur apoptosis, gen yang
berperan dalam perbaikan DNA.

Proto-onkogen merupakan gen seluler normal yang mempengaruhi


pertumbuhan dan diferensiasi, gen ini dapat bermutasi menjadi onkogen
yang produknya dapat menyebabkan transformasi neoplastik,
sedangkan gen supresor tumor adalah gen yang dapat menekan
proliferasi sel (antionkogen). Normalnya, kedua gen ini bekerja secara
sinergis sehingga proses terjadinya keganasan dapat dicegah. Namun,
jika terjadi aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen serta terjadi
inaktivasi gen supresor tumor, maka suatu sel akan terus melakukan
proliferasi tanpa henti.
Gen lain yang berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang
mengatur apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan DNA jika
terjadi kerusakan.
Gen yang mengatur apoptosis membuat suatu sel mengalami
kematian yang terprogram, sehingga sel tidak dapat melakukan
fungsinya lagi termasuk fungsi regenerasi.
Jika gen ini mengalami inaktivasi, maka sel-sel yang sudah tua dan
seharusnya sudah mati menjadi tetap hidup dan tetap bisa
melaksanakan fungsi regenerasinya, sehingga proliferasi sel
menjadi berlebihan.
Selain itu, gagalnya gen yang mengatur perbaikan DNA dalam
memperbaiki kerusakan DNA akan menginduksi terjadinya mutasi
sel normal menjadi sel kanker.
Gejala Klinis
1. Pembengkakan kelenjar getah bening
Pada limfoma Hodgkin, 80% terdapat pada kelenjar getah
bening leher, kelenjar ini tidak lahir multiple, bebas atas
konglomerasi satu sama lain. Pada limfoma non-Hodgkin,
dapat tumbuh pada kelompok kelenjar getah bening lain
misalnya pada traktus digestivus atau pada organ-organ
parenkim.
2. Demam
3. Gatal-gatal
4. Keringat malam
5. Berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya.
6. Nafsu makan menurun.
7. Daya kerja menurun
8. Terkadang disertai sesak nafas
9. Nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%)
10. Pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan
relatif lebih lambat, sedangkan pola perluasan pada limfoma non-
Hodgkin tidak sistematis dan relatif lebih cepat bermetastasis ke
tempat yang jauh.
Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan terbanyak pada penderita adalah pembesaran kelenjar
getah bening di leher, aksila, ataupun lipat paha. Berat badan
semakin menurun, dan terkadang disertai dengan demam, sering
berkeringat dan gatal-gatal.

2. Pemeriksaan Fisik
Palpasi pembesaran kelenjar getah bening di leher terutama
supraklavikuler – aksila dan inguinal. Mungkin lien dan hati teraba
membesar. Pemeriksaan THT perlu dilakukan untuk menentukan
kemungkinan cincin Weldeyer ikut terlibat.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah yaitu hemogran dan trombosit. LED sering meninggi dan
kemungkinan ada kaitannya dengan prognosis. Keterlibatan hati dapat
diketahui dari meningkatnya alkali fosfatase, SGOT, dan SGPT.
4. Histopatologi
Biopsi tumor sangat penting, selain untuk diagnosis juga identifikasi subtipe
histopatologi walaupun sitologi biopsi aspirasi jelas limfoma Hodgkin
ataupun Limfoma non-Hodgkin.
5. Radiologi
a. Foto thoraks
b. Limfangiografi
c. USG
d. CT scan
6. Laparotomi rongga abdomen sering dilakukan untuk melihat kondisi
kelenjar getah bening pada iliaka, para aorta dan mesenterium dengan
tujuan menentukan stadium.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara,
yaitu:
Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yang terbatas dalam
pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis limfoma, seperti limfoma gaster yang terbatas
pada bagian perut saja atau jika ada resiko perforasi, obstruksi, dan perdarahan masif,
pembedahan masih menjadi pilihan utama. Namun, sejauh ini pembedahan hanya
dilakukan untuk mendukung proses penegakan diagnosis melalui surgical biopsy.

Radioterapi
Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengobatan limfoma, terutama
limfoma hodgkin di mana penyebaran penyakit ini lebih sulit untuk diprediksi. Beberapa
jenis radioterapi yang tersedia telah banyak digunakan untuk mengobati limfoma hodgkin
seperti radioimunoterapi dan radioisotope.

Kemoterapi
Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan dan banyak obat-
obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya terhadap limfoma.
DAFTAR PUSTAKA

Dessain, S.K. 2009. Hodgkin Disease. [serial online].


http://emedicine.medscape.com/article/201886-overview. [25 Juli
2010].

Ford-Martin, Paula. 2005. Malignant Lymphoma. [serial online].


http://www.healthline.com/galecontent/malignant-lymphoma/.
[25 Juli 2010].

Price, S.A dan Wilson, L.M. 2005. “Pathophysiology: Clinical


Concepts of Disease Processes, Sixth Edition”. Alih bahasa Pendit,
Hartanto, Wulansari dan Mahanani. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai