Disusun Oleh:
Theodorus Samuel
11 2016 115
Pembimbing:
dr. Diany Nurliana Taher, Sp.PD.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Theodorus Samuel
11 2016 115
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbingan tangan-
Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga tugas ini dapat diselesaikan. Tugas ini telah
menjadi tantangan sekaligus kepuasan tersendiri bagi penulis untuk mengimplementasikan
ilmu yang telah diperolehnya pada rotasi stase ini. Sangat disadari bahwa tanpa adanya
bantuan, dukungan, dan doa dari begitu banyak pihak, tugas akhir ini tidak akan dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Referat ini dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik ilmu
penyakit dalam di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu, baik secara langsung maupun secara tidak langsung terselesaikannya tugas akhir
ini, secara khusus kepada dr. Diany Nurliana Taher, Sp.PD. selaku pembimbing penulis yang
senantiasa memberikan bimbingan dan dukungan baik secara edukatif maupun psikologis.
“Tidak ada gading yang tidak retak, tidak ada manusia yang sempurna”, maka tugas ini
pun masih memuat begitu banyak kekurangan karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian akan
sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga tugas akhir ini dapat membawa manfaat bagi banyak
pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
II.3.b. Epidemiologi
Kanker kolorektal merupakan suatu masalah yang mendunia,
dengan insidensi tahunan sebesar satu juta kasus dan mortalitas yang
mencapai 500.000 kasus per tahun. Berdasarkan suatu peneltian di
Amerika Serikat, kanker kolorektal menempati posisi ketiga sebagai
kanker yang paling mematikan, yang menyebabkan kematian dari
49.190 pasien di Amerika Serikat pada tahun 2016.3,8
Kanker kolorektal lebih banyak pada laki-laki dengan
perbandingan 19,4 banding 15,3. Secara umum kejadian kanker
kolorektal meningkat tajam setelah usia 50 tahun yang dikaitkan
dengan pajanan terhadap karsinogen dan gaya hidup. Rata-rata usia
pasien dengan kanker kolorektal adalah 67 tahun, dan angka kematian
pada pasien diatas usia 55 tahun adalah 50%.9
II.3.e. Diagnosis
Diagnosis dari KKR seringkali baru dapat ditegakkan pada
saat penyakit sudah pada stadium lanjut. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya keluhan yang signifikan pada stadium awal penyakit yang
menyebabkan pasien seringkali mengabaikan gejala dan tidak mencari
pertolongan medis. Oleh karena itu perlu dipahami ada beberapa
kriteria bahwa pasien perlu dirujuk untuk menjalani serangkaian
pemeriksaan diagnostik untuk KKR, yakni pasien berusia 40 tahun
atau lebih dengan perdarahan rektal dan perubahan pola buang air
besar selama enam minggu atau lebih, pasien berusia 60 tahun atau
lebih dengan perdarahan rektal lebih dari enam minggu, pasien berusia
60 tahun atau lebih dengan perubahan pola buang air besar lebih dari
enam minggu, pasien dengan massa pada kanan bawah yang sugestif
dengan keterlibatan kolon, serta pasien dengan anemia defisiensi besi
(< 11 g/100 mL pada laki-laki dan < 10 g/100 mL pada perempuan
yang tidak sedang haid) yang tidak diketahui penyebabnya.11
7
Gambar 2.1
Distribusi Lokasi KKR9
memberikan gambaran apple core sign (lihat gambar 2.2), dan dapat
disertai dengan adanya fistula menuju vesika urinaria, vagina, atau
bagian lain dari kolon dan rektum.9,12
Gambar 2.2
Temuan KKR pada Barium Enema12
II.3.f. Pentalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap KKR dilakukan dengan melakukan
kemoprevensi dan operasi endoskopik. Kemoprevensi dilakukan
dengan OAINS termasuk Aspirin, untuk menurunkan angka kematian
akibat KKR. OAINS lain seperti Sulindac dan Celecoxib juga
berperan dalam menurunkan insidensi kekambuhan adenoma.9
Tindakan polipektomi dapat dilakukan untuk mengangkat
jaringan tumor secara endoskopik. Pada tumor berukuran < 5 mm
cukup dilakukan biopsi atau elektrokoagulasi bipolar. Hemikolektomi
dapat dilakukan pada tumor di caecum, kolon asendens, dan kolon
transversum. Hemokolektomi sinistra dilakukan pada tumor yang
terletak di fleksura lienalis dan kolon desendens. Tumor di kolon
sigmoid dan rektum proksimal dapat dioperasi dengan tindakan Low
Anterior Resection (LAR).9
Satu pertiga pasien pasca operasi akan mengalami rekurensi,
sehingga perlu dilakukan kemoterapi adjuvan. Kemoterapi adjuvan
tidak diberikan pada pasien dengan klasifikasi Duke A karena jarang
mengalami rekurensi, dan pada pasien dengan klasifikasi Duke B
karena tidak memiliki pengaruh signifikan. Kemoterapi dilakukan
dengan Levamisol dan 5FU.9
II.3.g. Prognosis
Adenoma kolorektal merupakan tumor jinak yang dapat
berkembang menjadi adenokarsinoma. Sebuah penelitian kohort
menyatakan bahwa pada adenoma berkuran satu sentimeter, 3% akan
berkembang menjadi adenokarsinoma dalam lima tahun, 8% dalam
sepuluh tahun, dan 24% dalam dua puluh tahun. Rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk berubah menjadi adenokarsinoma adalah tujuh
tahun. Pada adenoma dengan seluler atipikal berat membutuhkan 4
tahun, dan seluler atipikal sedang membutuhkan 11 tahun. Kesintasan
pada pasien KKR dapat dilihat pada tabel 2.5.9
10
II.4.b. Epidemiologi
Meskipun terjadi penurunan dari insidensi dan mortalitas
kasus kanker gaster (Gastric Cancer/GC), masih terdapat 750.000
kasus baru setiap tahunnya yang menyebabkan keadaan ini sebagai
beban dunia. Di Jepang GC merupakan penyebab utama dari kematian
dan GC juga berhubungan dengan 10% kematian akibat kanker di
seluruh dunia.3
II.4.e. Diagnosis
Pendekatan diagnostik pada pasien dengan GC dilakukan
dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
komprehensif. Pada pemeriksaan fisik seringkali ditemukan
penurunan BB dan anemia, serta adanya suatu massa pada regio
epigastrium. Apabila terjadi metastasis ke hepar dapat ditemukan
hepatomegali, dapat juga ditemukan limfadenopati daerah klavikula.15
Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan yaitu dengan
pemeriksaan kontras ganda (barium meal) atau fluoroksopi untuk
melihat adanya luput isi (filling defect) yang menandakan adanya
massa di dinding dalam gaster. Pemeriksaan endoskopi merupakan
pilihan utama dalam mendiagnosis GC yang sekaligus dapat dilakukan
untuk memperoleh jaringan hasil biopsi untuk dilakukan pemeriksaan
histopatologi.15,17
Pada pemeriksaan laboratorium biasa dapat ditemukan anemia
akibat perdarahan dan penyakit kronik. Pada pemeriksaan tinja juga
dapat ditemukan adanya darah samar dalam tinja yang dapat dideteksi
dengan tes Benzidin. Pemeriksaan USG kurang dianjurkan karena
tidak dapat mendeteksi tumor pada gaster.15,17
Pentahapan GC dilakukan berdasarkan sistem klasifikasi TNM
yang dapat dilihat pada tabel 2.6.15
Tabel 2.6. Pentahapan GC Sistem TNM15
Tumor Primer (T)
Tx Tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti adanya tumor
12
II.4.f. Penatalaksanaan
Tindakan yang utama dilakukan pada pasien GC adalah
pembedahan, namun perlu sebelumnya ditentukan apakah kasus
tersebut masih resektabel atau tidak. Pembedahan merupakan pilihan
terbaik apabila masih belum ditemukan adanya penyebaran. Dalam
keadaan adanya penyebaran, pembedahan masih dapat dilakukan
sebagai tindakan paliatif.15
Pada GC dapat dilakukan kemoterapi secara tunggal ataupun
kombinasi, dimana dapat digunakan obat seperti 5FU, Trimetroxote,
Mitomisin C, Hidrourea, Epirubisin, dan Karmisetin. Kombinasi
kemoterapi FAM (5FU, Doksorubisin, dan Mitomisin C) atau EAP
(Etoposid, Doksorubisin, dan Sisplatin) memberikan hasil yang lebih
13
II.4.g. Prognosis
Diagnosis yang dini dapat memberikan prognosis yang lebih
baik, dimana faktor yang menentukan prognosis adalah derajat invasi
ke dinding gaster, adanya penyebaran ke kelenjar limfe, dan adanya
metastasis ke tempat lain. Secara umum, pentahapan sistem TNM
digunakan untuk menentukan prognosis (lihat tabel 2.7).15
Tabel 2.7. Prognosis GC Berdasarkan Sistem Pentahapan TNM
Kesintasan 5 Tahun
Derajat GC
Amerika Serikat Jepang
I 50,0% 90,7%
II 29,0% 71,7%
III 13,0% 44,3%
IV 3,0% 9,0%
II.5.b. Epidemiologi
Dari seluruh tumor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85%
merupakan HCC, 10% CC, dan 5% jenis yang lainnya. HCC meliputi
5,6% dari seluruh kasus kanker pada manusia, menempati peringkat
kelima pada laki-laki dan kesembilan pada perempuan, serta
merupakan penyebab kematian kanker ketiga tertinggi di dunia.
Insidensi HCC pada negara berkembang lebih dari dua kali lipat dari
insidensi pada negara maju. Pada tahun 2000, insidensi HCC pada
laki-laki di negara berkembang adalah 17,43 per 100.000 populasi,
dibandingkan dengan 8,7 per 100.000 populasi pada negara maju.18,19
14
Gambar 2.3
Patogenesis HCC20
II.5.e. Diagnosis
Penegakkan diagnosis HCC dilakukan menurut hasil dari
konferensi EASL (European Association for the Study of the Liver)
17
Gambar 2.4
Sistem Staging BCLC22
20
II.6.b. Epidemiologi
Kanker esofagus merupakan kanker tersering kedelapan di
dunia, dan merupakan penyebab keenam tertinggi pada kematian
akibat kanker. Kanker esofagus merupakan 5,5% dari seluruh kanker
pada saluran cerna. Sebuah penelitian di Inggris menyatakan bahwa
insidensi kanker esofagus adalah 6 per 100.000 populasi, dengan
sebagian besar penderita adalah laki-laki dan gambaran histopatologi
karsinoma sel skuamosa.3,26
II.6.e. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamanesis dan pemeriksaan fisik
dilakukan dengan mencari gejala yang mengarahkan diagnosis kearah
kanker esofagus. Pemeriksaan endoskopi merupakan pilihan utama
dalam menegakkan diagnosis kanker esofagus. Endoskopi dilakukan
sekaligus untuk melakukan biopsi jaringan untuk melihat
histopatologi dari jaringan tumor.26
Pemeriksaan bronkoskopi dilakukan pada kanker esofagus
yang terletak di bagian proksimal untuk mencari adanya penyebaran
ke trakea atau fistula esoagotrakea. Pemeriksaan rontgen rutin
dilakukan untuk mencari metastasis ke paru. Pemeriksaan bone scan
dilakukan atas indikasi bila ada tanda-tanda metastasis ke tulang. CT
scan dada, abdomen, dan pelvis dilakukan untuk mencari adanya
metastasis jauh ke organ lain untuk melengkapi kriteria pentahapan
menurut TNM (lihat tabel 2.11 dan 2.12).26
22
II.6.f. Penatalaksanaan
Meskipun belum ada kesepakatan dan masih banyaknya
kontroversi mengenai terapi yang optimal untuk menangani kanker
esofagus, terapi pembedahan tetap dianggap cara yang paling efektif
untuk mengendalikan tumor dan memperpanjang masa kesintasan
23
pasien. Pada pasien dengan keadaan sehat dan tumor yang resektabel,
dilakukan pendekatan multidisiplin dan tindakan kombinasi dari
Endoscopic Mucosal Resection (EMR) dengan ablasi atau
esofagektomi.26
Pada karsinoma in situ atau pada lesi T1, dilakukan reseksi atau
ablasi mukosa endoskopik dengan tujuan kuratif. Pada pasien dengan
lesi T2 atau lebih dengan atau tanpa keterlibatan nodus limfatik
regional dapat dilakukan kemoradiasi dengan atau tanpa pembedahan.
Terapi paliatif dipertimbangkan pada pasien dengan metastasis atau
tumor yang tidak resektabel. Pada pasien dengan Karnofsky
performance score ≥ 60% (lihat tabel 2.13) atau skala Zubrod ≤ 2
dilakukan pengobatan sistemik dengan kemoterapi, namun apabila
syarat tidak dipenuhi maka diberikan terapi suportif. 26
Tabel 2.13. Karnofsky Performance Score29
Nilai Keterangan
100% Normal, tidak ada eluhan
90% Gejala penyakit minor, aktivitas normal
80% Aktivitas normal dengan usaha
70% Dapat mengurus diri, tidak dapat beraktivitas normal
60% Dapat mengurus diri, terkadang butuh bantuan
50% Membutuhkan banyak bantuan
40% Terbatas, membutuhkan perawatan
30% Membutuhkan opname, tidak mengancam jiwa
20% Membutuhkan opname, mengancam jiwa
10% Hanya terbaring di tempat tidur
0 Meninggal
II.6.g. Prognosis
Kesintasan lima tahun pada pasien dengan kanker esofagus
ditentukan berdasarkan tiga kategori, yaitu kanker esofagus
terlokalisir (tanpa keterlibatan nodus limfatik regional dan metastasis
jauh), regional (ada keterlibatan nodus limfatik regional tanpa
metastasis jauh), dan jauh (ada metastasis jauh). Kesintasan lima
tahun untuk kategori ini adalah 43%, 23%, dan 5% secara berurutan.30
II.7.b. Epidemiologi
Angka kematian dalam kurun waktu lima tahun kanker
pankreas adalah 94%. Angka kematian pada kanker pankreas
merupakan yang tertinggi dari seluruh kanker pada saluran cerna dan
dari seluruh kanker. Insidensi kanker pankreas adalah sekitar 8-13 per
100.000 populasi. Karena cepatnya progresivitas penyakit ini, maka
insidensi dan mortalitas dari kanker pankreas berada pada jumlah yang
sama.3,5
Gambar 2.5
Manifestasi Klinis Kanker Pankreas31
II.7.e. Diagnosis
Pendekatan diagnostik pada kanker pankreas dilakukan
dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang termasuk pemeriksaan histopatologi. Pada pemeriksaan
fitik dapat ditemukan tanda-tanda obstruksi berupa jaundice pada
tumor kaput pankreas dan pembesaran vesika felea (tanda Courvosier)
pada 20% kasus.31
Baku emas diagnosis kanker pankreas adalah didapatkannya
konfirmasi histopatologis dari jaringan tumor hasil biopsi.
Pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan dan mungkin
ditemukan hiperglikemia, hyperbilirubinemia, hiperamilasemia,
hiperlipasemia, hipoalbuminemia, PT yang memanjang, dan anemia
normositik normokrom.31
Pemeriksaan pencitraan dapat dilakukan secara non invasif
atau secara invasif. Secara non invasif dapat dilakukan USG, ST scan
abdomen, MRI, dan PET (Positron Emission Tomograpy). Secara
invasif dapat dilakukan EUS (Endoluminar Ultrasonography),
FNAB, ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography),
PTHC (Percutaneous Transhepatic Cholangiography), dan USG
laparoskopik.31
26
II.7.f. Penatalaksanaan
Terapi terhadap kanker pankreas bergantung pada invasi
jaringan tumor, yang dibagi menjadi lokal (terbatas hanya pada
pankreas dan resektabel), lokal tingkat lanjut (menginvasi pembuluh
darah sekitar, tidak resektabel), dan metastasis (terdapat metastasis
jauh ke organ lainnya, hanya dapat dilakukan dilakukan kemoterapi
dan terapi paliatif). Adapun algoritma tatalaksana untuk kanker
pankreas dapat dilihat pada gambar 2.6. Ada juga jenis terapi yang
masih dikembangkan hingga kini, yakni terapi gen dan imunoterapi
yang disebut sebagai terapi kanker masa depan.31
27
Gambar 2.6
Algoritma Tatalaksana Kanker Pankreas31
II.7.g. Prognosis
Pada kanker pankreas tipe eksokrin (adenokarsinoma),
kesintasan lima tahun untuk stadium IA adalah 14% dan untuk
stadium IB adalah 12%. Pada stadium II dan III kesintasan lima
tahun adalah 5-7% dan 3% secara berurutan. Pada stadium IV,
kesintasan lima tahun hanya mencapai 1%.33
Pada kanker pankreas tipe endokrin (tumor neuroendokrin)
kesintasan lima tahun pada stadium I adalah 61%. Pada stadium II dan
III kesintasan lima tahun adalah 52% dan 41% secara berurutan. Pada
stadium IV, angka kesintasan lima tahun adalah 16%. Secara umum
pada pasien yang tidak menjalani pengangkatan tumor dengan
pembedahan, angka kesintasan lima tahun adalah 16%.33
BAB III
KESIMPULAN
Kanker pada saluran cerna hingga kini masih merupakan masalah kesehatan
dan menjadi beban dunia, termasuk di Indonesia. Lima kanker pada saluran cerna
yang penting untuk diketahui adalah kanker kolorektal, kanker gaster, kanker hepar,
kanker esofagus, dan kanker pankreas karena tingginya angka kejadian dan
mortalitasnya. Gejala yang timbul pada masing-masing kanker ini sangat bervariasi
dari asimptomatik hingga sangat jelas, sehingga menjadi suatu tantangan bagi
praktisi medis untuk dapat mengenali dan mendiagnosisnya. Seperti seluruh kanker
secara umum, diagnosis dan terapi yang dini dan tepat akan memberikan prognosis
yang lebih baik. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi para praktisi medis untuk
dapat mengenali kanker-kanker ini dan melakukan tatalaksana yang sesuai.
29
DAFTAR PUSTAKA
14. Kitagawa Y, Dempsey DT. Stomach. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar
TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et.al. Schwartz’s principles of surgery.
10th edition. New York: McGraw-Hill Education; 2015: p. 1074-86.
15. Julius. Tumor gaster. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M,
Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta:
Interna Publishing; 2014: h. 3020-4.
16. Figueiredo C, Garcia-Gonzalez MA, Machado JC. Molecular pathogenesis of
gastric cancer. Helicobacter. 2013: 18(1): 28-33.
17. Bickle I, Muzio BD. Gastric adenocarcinoma. Radiopaedia. 2018. Downloaded
from https://radiopaedia.org/articles/gastric-adenocarcinoma, December 2nd
2018.
18. Budihusodo U. Karsinoma hati. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ke-6. Jakarta: Interna Publishing; 2014: h. 3040-6.
19. Cicalese L, Talavera F, Gelbel J, Cagir B, Axelrod DA, Leeuwen DJ.
Hepatocellular carcinoma. Medscape. August 17th 2018. Downloaded from
https://emedicine.medscape.com/article/197319-overview, November 22nd
2018.
20. Dhanasekaran R, Bandoh S, Roberts LR. Molecular pathogenesis of
hepatocellular carcinoma and impact of therapeutic advances. F1000Research.
2016: (5): 879.
21. Ho DWH, Lo RCL, Chan LK, Ng IOL. Molecular pathogenesis of
hepatocellular carcinoma. Liver Cancer. 2016: (5): 290-302.
22. Galle PR, Forner A, Llovet JM, Mazzaferro V, Piscaglia F, Raoul JL, et.al.
EASL clinical practice guidelines. Management of hepatocellular carcinoma. J
Hepatol. 2018: 69: 182-236.
23. Gonzalez RS, Zynger D. TNM staging of hepatocellular carcinomas (AJCC 8th
edition). July 16th 2018. Downloaded from http://www.pathologyoutlines.
com/topic/livertumorstaging.html, November 24th 2018.
24. Nurdjanah S. Sirosis hati. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta:
Interna Publishing; 2014: h. 1978-83.
25. West H, Jin JO. Performance status in patients with cancer. JAMA Oncology.
2015: 1(7): 998.
26. Jack Z, Sari RM. Karsinoma esofagus. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ke-6. Jakarta: Interna Publishing; 2014: h. 3014-8.
27. Jain S, Dhingra S. Pathology of esophageal cancer and Barrett’s esophagus.
Ann Cardiothorac Surg. 2017: 6(2): 99-109.
28. Patel AD, Bhattacharya P, Oliver T, Katz J, Windle ML, Braden CD, et.al.
Esophageal cancer staging. Medscape. April 2nd 2018. Downloaded from
https://emedicine.medscape.com/article/2003224, December 3rd 2018.
31
29. Oken MM, Creech RH, Tormey DC, Horton J, Davis TE, McFadden ET, et.al.
Toxicity and response criteria of the eastern cooperative oncology group. Am J
Clin Oncol. 1982: 5: 649-55.
30. Anonymous. Survival rates for esophageal cancer for stage. American Cancer
Society. June 14th 2017. Downloaded from https://www.cancer.org/cancer/
esophagus-cancer/detection-diagnosis-staging/survival-rates.html, December
3rd 2018.
31. Andayani YD. Kanker pankreas. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ke-6. Jakarta: Interna Publishing; 2014: h. 3032-9.
32. Grant TJ, Hua K, Singh A. Molecular pathogenesis of pancreatic cancer. Prog
Mol Biol Transl Sci. 2016: 144: 241-75.
33. Anonymous. Pancreatic cancer survival rates, by stage. American Cancer
Society. March 14th 2016. Downloaded from https://www.cancer.org/cancer/
pancreatic-cancer/detection-diagnosis-staging/survival-rates.html, December
3rd 2018.