Anda di halaman 1dari 60

PROPOSAL

PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN


KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGADIROJO

Disusun oleh:

SRI ANDAYANI
2019122029

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2021

i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : SRI ANDAYANI
NIM : 2019122029
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, proposal ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Sahid Surakarta
maupun diperguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim
Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbeneran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku
diperguruan tinggi ini.

Surakarta, 09 Juli 2021


Yang membuat pernyataan,

(SRI ANDAYANI)
NIM 2019122029

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN


KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGADIROJO

Oleh :
SRI ANDAYANI
NIM 2019122029

Proposal ini telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan


Tim Penguji
Pada :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

(Atik Aryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Fajar Alam Putra, S.Kep.,Ns.,MKM)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan

(Fajar Alam Putra, S.Kep.,Ns.,MKM)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN........................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................... 5
D. Manfaat ....................................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori............................................................................. 8
1. Diabetes Mellitus ................................................................. 8
a. Pengertian ....................................................................... 8
b. Klasifikasi ....................................................................... 8
c. Etiologi ........................................................................... 10
d. Manifestasi Klinis ........................................................... 12
e. Patofisiologi..................................................................... 13
f. Komplikasi....................................................................... 14
g. Pemeriksaan Penunjang................................................... 15
h. Penatalaksanaan............................................................... 19
2. Susu Kedelai......................................................................... 27
a. Pengertian ...................................................................... 27
b. Kandungan Gizi Susu Kedelai......................................... 28
c. Manfaat Susu Kedelai...................................................... 29
d. Cara Membuat Susu Kedelai........................................... 30

iv
B. Kerangka Teori ........................................................................... 31
C. Kerangka Konsep........................................................................ 32
D. Hipotesis...................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................ 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 33
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 33
D. Definisi Operasional ................................................................... 35
E. Instrumen Penelitian ................................................................... 35
F. Rencana Jalannya Penelitian ...................................................... 36
G. Etika Penelitian ........................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 31


Gambar 2.2 Kerangka Konsep...................................................................... 32

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ..................................................................... 6


Tabel 2.1 Kadar Gula Darah dalam mendiagnosa DM............................... 16
Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................... 35

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan


Lampiran 2 Permohonan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Observasi
Lampiran 5 Standar Operasional Prosedur (SOP) Susu Kedelai
Lampiran 6 Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 7 Surat Keterangan dari Kepala Desa

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (American Diabetes Association, 2010). Diabetes berasal
dari kata Yunani yang berarti mengalirkan atau mengalihkan (siphon). Mellitus
berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit Diabetes
Mellitus (DM) dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang
banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit
yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative
insensitivitas sel terhadap insulin. DM dapat juga diartikan adanya gangguan
metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan
abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan
oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati (Suyono dkk, 2011).
Berdasarkan data WHO pada tahun 2015 jumlah penderita DM di seluruh
dunia mencapai 415 juta jiwa dan diperkirakan dapat lebih dari 642 juta jiwa
pada tahun 2040. Pada tahun 2015 Indonesia menempati urutan ke tujuh dunia
untuk prevalensi penderita Diabetes tertinggi di dunia bersama dengan China,
India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko dengan jumlah estimasi
orang dengan Diabetes sebesar 10 juta (WHO, 2016).
Jumlah penderita penyakit DM di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 6,4
juta orang atau 8,6% dari jumlah penduduk. Diperkirakan DM tipe 2 (tidak
terkait insulin) merupakan yang terbanyak diderita yaitu 95% dari keseluruhan
kasus Diabetes Mellitus (Harnany, 2015). Angka kejadian DM menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2014, terjadi peningkatan dari 1,1 % di
tahun 2007 meningkat menjadi 2,1 % ditahun 2013 dari keseluruhan penduduk
sebanyak 250 juta jiwa (Fatimah, 2015).

1
2

Di Propinsi Jawa Tengah penyakit DM juga menunjukkan jumlah yang


semakin meningkat setiap tahunnya. Estimasi jumlah penderita DM di propinsi
Jawa Tengah tahun 2019 adalah sebanyak 652.822 orang. Angka prevalensi
tahun 2019 ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan jumlah
mayoritas adalah penderita DM tipe 2 (Riskesdas, 2019).
Berdasarkan Profil Kesehatan Penderita Diabetes Mellitus Provinsi Jawa
Tengah, Kabupaten Wonogiri menempati urutan ke dua belas dari seluruh
kabupaten se Jawa Tengah (Profil Kesehatan Jateng, 2019). Data Dinas
Kesehatan Kabupaten Wonogiri prevalensi penderita DM tahun 2005 sebesar
3008 per 100.000 penduduk dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 4506 per
100.000 penduduk, sedangkan jumlah penderita DM pada tahun 2005 sebesar
43.312 orang (Awad, 2015). Profil kesehatan UPTD Puskesmas Ngadirojo
mulai tahun 2017 terjadi peningkatan rata-rata dengan jumlah 5,56% setiap
tahunnya. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2019 dengan jumlah
prosentase 8,04% dari tahun sebelumnya (Data Rekam Medik Puskesmas
Ngadirojo, 2021).
Besarnya insiden, prevalensi dan komplikasi akibat DM menggambarkan
betapa pentingnya pencegahan dan penatalaksanaan dini penyakit tersebut.
Terdapat beberapa faktor yang diduga menjadi pemicu timbulnya DM, yaitu
faktor keturunan, kegemukan, usia, jenis kelamin, ketegangan (stres), nutrisi
atau pola makan, sosial ekonomi (pendapatan), ras, kelainan ginekologis,
aktifitas fisik serta kesadaran untuk menjaga kesehatan, selain itu pengetahuan
tentang penyakit DM yang kurang baik, menyebabkan seseorang kurang dalam
menjalankan pola hidup dan pola makan yang salah, sehingga terjadi
peningkatan penderita DM setiap tahunnya (Syahbani, 2018).
Salah satu bahan makanan yang dihubungan dengan perbaikan kadar gula
darah adalah berbahan dasar kedelai. Kebiasaan konsumsi kacang-kacangan
terutama kedelai memiliki resiko protektif terhadap DM tipe II. Kedelai
disamping dapat dikonsumsi langsung juga banyak dikonsumsi dengan
berbagai macam bentuk olahan seperti tempe, tahu, kecap / tauco, tepung,
minyak dan susu. Khusus mengenai susu kedelai sekarang sudah menjadi
3

makanan populer di banyak negara Eropa ataupun Amerika karena fungsinya


yang melebihi susu sapi. Kandungan protein, isoflavon, serat dan lesitin yang
tinggi dipercaya mempunyai pengaruh yang sangat baik untuk kesehatan tubuh
terutama untuk keseimbangan metabolisme. Sehingga banyak ahli yang
berkeyakinan bahwa susu kedelai mempunyai peran positip dalam
pengendalian kadar gula darah dan kolesterol (Harnany, 2015).
Susu kedelai adalah salah satu produk makanan yang dibuat dari olahan
kedelai, yang tersedia dalam bentuk cair maupun bubuk. Susu kedelai
mengandung berbagai macam kandungan gizi (Adimayanti, 2017). Penelitian
Leila dan Ahmad (2008) Menunjukkan bahwa kedelai dapat memperbaiki
resistensi insulin dan lipid melalui Peroxisome Proliferator Activator Receptor
(PPAR). Disamping itu beberapa penelitian pada manusia yang dilakukan
Bhatena & Velasquez (2002) menunjukkan bahwa polisakarida yang
terkandung dalam kedelai mampu menekan kadar glukosa dan trigliserida
postpandrial, serta menurunkan rasio insulin-glukosa postpandrial. Hal ini
membuktikan bahwa kandungan polisakarida pada kedelai mampu
mengendalikan kadar gula darah yang berlebih dalam tubuh. Berdasarkan data
penelitian tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan apakah
pemberian susu kedelai mampu menurunkan resistensi insulin melalui efek
penurunan kadar glukosa darah dan penghambatan kanal kalsium yang
nantinya akan berdampak pada peningkatan jalur aktivitas PI3K dan P38
MAPK terfosforilasi pada tikus model DM tipe II.
Berdasarkan Darusman (2009) jenis kelamin merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi perilaku kesehatan, termasuk dalam mengatur pola
makan. Wanita lebih sering menggunakan fasilitas kesehatan kesehatan
daripada laki-laki, dan wanita lebih sering berpartisipasi dalam pemeriksaan
kesehatan. Pada umumnya wanita lebih memperhatikan dan peduli pada
kesehatan mereka dan lebih sering menjalani pengobatan dibandingkan pria.
Berdasarkan penelitian Riska Ratnawati (2015) menunjukkan bahwa
riwayat keluarga memiliki pengaruh bermakna terhadap kejadian DM tipe 2
dengan nilai p= 0.00. risiko untuk terjadinya DM tipe 2 pada subyek yang
4

memiliki riwayat DM tipe 2 sebesar 5,6 kali dibandingkan mereka yang tidak
tahu keluarganya menderita DM tipe 2. Faktor risiko DM tipe 2 pada keturunan
lebih besar jika ibu memiliki riwayat DM tipe 2. Berdasarkan penelitian Made
Dewi Susilawati dan Sri Mujati (2016) mengelompokkan umur menjadi 2
kategori yang kelompok berisiko tinggi ≥40 tahun dan yang berisiko rendah <
40 tahun.
Kurang aktivitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
Diabetes Melitus. Dengan melakukan aktivitas fisik dapat mengontrol gula
darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat beraktivitas fisik.
Aktivitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula
dalam darah akan berkurang, pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan
yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai
lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa
menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes, 2010). Kurangnya aktivitas
fisik juga menyebabkan obesitas. Obesitas merupakan komponen utama dari
sindrom metabolik dan secara signikasi berhubungan dengan resistensi insulin
(Restyana, 2015).
Berdasarkan uraian di atas dan hasil studi pendahuluan, pada tanggal 14
Agustus 2021 peneliti telah melakukan wawancara dengan beberapa responden
penderita DM yang telah mengikuti kegiatan Prolanis di Puskesmas Ngadirojo.
Jumlah peserta Prolanis DM di Puskesmas Ngadirojo sebanyak 30 orang
dengan rician peserta aktif 27 orang dan tanpa keterangan 3 orang. Dari hasil
wawancara terebut penulis menemukan beberapa kebiasaan yang dilakukan
oleh peserta Prolanis DM Tipe II, diantaranya yaitu sering mengkonsumsi susu
kedelai sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Pemberian Susu Kedelai Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngadirojo”.
5

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Pengaruh Pemberian Susu
Kedelai Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngadirojo”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian susu kedelai terhadap penurunan
kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Ngadirojo.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kadar gula darah responden sebelum pemberian susu
kedelai pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Ngadirojo.
b. Mendeskripsikan kadar gula darah responden sesudah pemberian susu
kedelai pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Ngadirojo.
c. Menganalisis pengaruh penurunan kadar gula darah pada penderita
Diabetes Mellitus Tipe II sebelum dan sesudah pemberian susu
kedelai di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo.

D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Menambah manfaat secara teori tentang pengaruh susu kedelai yang dapat
menurunkan kadar gula darah berhubungan dengan Diabetes Mellitus Tipe
II.
2. Praktis
a. Bagi Responden
Responden dapat melakukan pengaturan pola makan sesuai diit yang
telah ditentukan serta dapat mengkonsumsi susu kedelai untuk
6

menurumkan kadar gula darah berhubungan dengan Diabetes


Mellitus Tipe II.
b. Bagi Masyarakat
Membudayakan pengelolaan susu kedelai yang tepat dan sehat
terutama untuk pasien dengan Diebetes Mellitus Tipe II.
c. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengawali penelitian lebih
lanjut tentang pemberian susu kedelai secara tepat dan memberikan
asuhan keperawatan pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Sebagai salah
satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian bidang
keperawatan tentang pemberian susu kedelai pada pasien Diabetes
Mellitus pada masa yang akan datang dalam rangka peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan.
d. Penulis
Penulis memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi riset
keperawatan ditatanan pelayanan keperawatan, khususnya penelitian
tentang efektivitas susu kedelai pada penderita Diabetes Mellitus Tipe
II.

E. Keaslian Penelitian
Berikut ini adalah beberapa penelitian efek pemberian Susu Kedelai
Terhadap Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II.
Perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu terletak pada metode
penelitiannya. Sedengkan persamaan dengan penelitian yang akan diteliti
yaitu terletak pada variable penelitiannya.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama Perbedaan dan
No Judul Metode Hasil Penelitian
Peneliti Persamaan
1 Indra Efektivitas Penelitian ini adalah Hasil analisis statistik Perbedaan
Maulana Susu penelitian quasi- menunjukkan ada dengan
(2018) Kedelai experimental perbedaan kadar gula penelitian yang
Terhadap menggunakan darah yang signifikan akan diteliti
Penurunan teknik purposive antara sebelum dan yaitu terletak
Kadar sampling pada 36 setelah diberikan terapi pada metode
7

Nama Perbedaan dan


No Judul Metode Hasil Penelitian
Peneliti Persamaan
Guka responden. minuman susu kedelai penelitiannya.
Darah Perbedaan pre-test (p value = 0,005). Persamaan
Penderita dan post-test pada Disimpulkan bahwa dengan
Diabetes kelompok kontrol terapi minuman susu penelitian yang
Mellitus maupun perlakuan kedelai dapat mengatasi akan diteliti
Tipe II dianalisis kenaikan kadar gula yaitu terletak
menggunakan uji darah pada pasien DM pada variabel
statistik paired tipe II. Penelitian ini penelitiannya.
sample t- test merekomendasikan
dengan 95% (α = bahwa pasien DM tipe
0,05). II dengan luka
diharapkan untuk dapat
memanfaatkan susu
kedelai sebagai bahan
alami yang praktis
dalam mempercepat
menurunkan kadar gula
darah.
2 Ahmad Efek Jenis penelitian Hasil penelitian Perbedaan
Baequny, Pemberian yaitu quasi menunjukkan terdapat dengan
Mardi Susu eksperiment, efek pemberian susu penelitian yang
Hartono, Kedelai dengan rancangan kedelai terhadap kadar akan diteliti
Afiyah Terhadap pre test-post test gula darah yaitu terletak
Sri Kadar Gula design with control penderita DM Tipe II pada metode
Harnany Darah group. Jumlah (p-value=0,045), penelitiannya.
(2018) Penderita responden ada 60 dimana pada kelompok Persamaan
Diabetes yang dibagi perlakuan terjadi dengan
Mellitus menjadi 2 yaitu rerata penurunan penelitian yang
Tipe II kelompok sebesar 10,68 dan akan diteliti
perlakuan yang pada kelompok tanpa yaitu terletak
diberikan susu perlakuan terjadi pada variabel
kedelai 280 ml/hari kenaikan dengan penelitiannya.
selama 14 hari dan rerata sebesar 0,6.
kelompok tanpa
perlakuan
3 Wiwik Susu Penelitian ini adalah Pemberian susu kedelai Perbedaan
Handaya Kedelai penelitian pada dosis 90 ml/Kg dengan
ni, Menurunka eksperimental in BB mampu penelitian yang
Ahmad n Resistensi vivo rancang acak menurunkan kadar akan diteliti
Rudijant, Insulin lengkap, dengan glukosa darah dan yaitu terletak
Mohamm pada Rattus pengambilan data insulin plasma secara pada metode
ad Rasjad norvegicus kombinasi signifikan penelitiannya.
Indra Model Penelitian Persamaan
(2017) Diabetes dilaksanakan di dengan
Melitus Laboratorium Faal penelitian yang
Tipe II Fakultas akan diteliti
Kedokteran yaitu terletak
Universitas pada variabel
8

Nama Perbedaan dan


No Judul Metode Hasil Penelitian
Peneliti Persamaan
Brawijaya Malang penelitiannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Diabetes Mellitus
a. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak akibat sekresi insulin yang tidak
mencukupi atau adanya resistensi insulin di jaringan target (Dorland,
2014). Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2007).
Diabetes mellitus (DM) adalah masalah yang mengancam hidup
(kasus darurat) yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau
absolut (Doenges, 2012). Dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitus
(DM) adalah suatu penyakit kronik yang kompleks dan melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan berkembangnya
komplikasi makrovaskular dan neurologis.
b. Klasifikasi
Menurut Huda (2016) DM dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1) Klasifikasi klinis
a) Diabetes Mellitus
(1) Tipe I : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimun.

9
10

(2) Tipe II : NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes


Mellitus)
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi
insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati :
(a) Tipe II dengan obesitas
(b) Tipe II tanpa obesitas
b) Gangguan toleransi glukosa
c) Diabetes kehamilan
2) Klasifikasi resiko statistik
a) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
b) Berpotensi menderita kelainan glukosa.
Klasifikasi DM dibagi berdasarkan etiologinya. Secara khusus di
Indonesia merujuk pada klasifikasi oleh American Diabetes
Association, dikutip dalam (Rumahorbo, 2014) klasifikasi terbagi atas
4 kategori yaitu:
1) DM Tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Diabetes mellitus tipe I yaitu tipe diabetes tergantung insulin atau
Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM). Tipe ini juga dikenal
sebagai Juvenil Onset Diabetes (JOD). Penyandang IDDM,
hidupnya tergantung dengan insulin dari luar tubuh karena
pancreas sebagai organ penghasil insulin tidak adekuat
mencukupkan kebutuhan tubuh akan insulin.
2) DM Tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus
(NIDDM)
Diabetes mellitus tipe II yaitu tipe diabetes tidak tergantung insulin
atau Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM), dikenal
juga sebagai Maturity Onset Diabetes (MOD). Tipe ini terbagi dua
bentuk yaitu:
11

a) Obesitas
b) Non Obesitas
DM Tipe II disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin dari sel
beta pancreas, menurunnya aktifitas insulin di jaringan dan atau
meningkatnya resistensi jaringan terhadap insulin.
3) DM Tipe Gestasional (GDM)
Diabetes melitus tipe lain seperti kelainan pankreas, kelainan
hormonal, karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain. Beberapa obat yang dapat
menyebabkan hiperglikemia seperti golongan furosemid, thyasida
diuretic, glukortikoid, dilantin dan asam hidotinik
4) Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) yaitu intoleransi
glukosa yang terjadi selama kehamilan. Kondisi ini dapat terjadi
bila pada trimester kedua kehamilan sekresi hormon pertumbuhan
dan Hormon Chorionik Somatomamotropin (HCS) meningkat
untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
c. Etiologi
Menurut Huda (2016), penyebab DM adalah sebagai berikut :
1) DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran
sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu
sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik kearah terjadinya diabetes tipe I.
b) Faktor imunologi (autoimun).
c) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang menimbulkan estruksi beta.
12

2) DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
tipe II : usia, obesitas, riwayat, dan keluarga.
Etiologi Diabetes Mellitus menurut (Tarwoto, 2012) adalah :
a) Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya pada DM tipe I
diturunkan sebagai sifat heterogen, mutigenik. Kembar identik
mempunyai resiko 25%-50%, sementara saudara kandung
beresiko 6% dan anak beresiko 5%
b) Lingkungan seperti virus (cytomegalovirus, mumps, rubella) yang
dapat memicu terjadinya auto imun dan menghancurkan sel-sel
beta pankreas, obat-obatan dan zat kimia seperti alloxan,
streptozotocin, pentamidine
c) Usia diatas 45 tahun. Proses menua merupakan faktor resiko atau
faktor pencetus diabetes mellitus. DM tipe II biasanya terjadi
setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40
tahun, selanjutnya terus meningkat pada usia lanjut (Soegondo,
2011).
d) Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20% berat
badan ideal
e) Etnik, banyak tejadi pada orang Amerika keturunan Afrika, Asia
f) Hiperglikemi, tekanan lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg
g) HDL kolestrol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau
trigiserida lebih dari 250 mg/dl
h) Riwayat gestasional DM
i) Kebiasaan diet, kepatuhan diet mempunyai fungsi yang sangat
penting yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa
darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas
reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi darah. Hal ini
13

menunjukkan seseorang yang tidak terbiasa diet akan beresiko


DM.
j) Kurang olahraga, aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat
untuk meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga akan
memperbaiki kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang
terkendali dapat mencegah Diabetes mellitus sehingga pada orang
yang kurang olahraga akan lebih beresiko DM.
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus menurut (Tarwoto, 2012):
1) Sering kencing / miksi atau meningkatnya frekuensi buang air
kecil (poliuria)
Di sebabkan karena kadar gula darah meningkat sampai melapaui
daya serap ginjal terhadap glukosa terjadi osmotic diursis yang
mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit.
2) Meningkatnya rasa haus (polidipsia)
Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan
(dehidrasi) hal ini merangsang pusat haus yang mengakibatkan
peningkatan rasa haus
3) Meningkatnya rasa lapar (polipagia)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel
sehingga sel sel mengalami starvasi (lapar) maka untuk
memenuhinya, klien akan terus makan.
4) Penurunan berat badan
Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya kehilangan
cairan, glikogen, dan cadangan trigliserida serta massa otot
5) Kelainan pada mata, penglihatan kabur
Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran
darah menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lancar, termasuk
pada mata yang dapat merusak retina serta kekeruhan pada lensa
14

6) Kulit ginjal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina,


peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pulo pada
kulit sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang
kulit
7) Ketonuria
Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan
asam lemak untuk energi, asam lemak akan dipecah menjadi keton
yang kemudian berada pada darah dan dikeluarkan melalui ginjal
8) Kelemahan dan keletihan
Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan
potassium menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih
9) Terkadang tanpa gejala
Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan
peningkatan glukosa darah
e. Patofisiologi
Diabetes Mellitus dapat disebabkan dari berbagai faktor yaitu
faktor genetik, infeksi virus, pengrusakan, dan imunologi. Ini
dikarenakan sel beta mengalami kerusakan sehingga terjadi
ketidakseimbangan produksi insulin yang menyebabkan gula dalam
darah tidak dapat dibawa masuk kedalam, oleh karena itu terjadilah
hiperglikemia dan anabolisme protein menurun. Hiperglikemia
menyebabkan vikositas darah meningkat dan syok hiperglikemia.
Vikositas darah yang meningkat menjadi penyebab aliran darah
melambat sehingga terjadi iskemik jaringan yang mengakibatkan
perfusi jaringan perifer tidak efektif. Syok hiperglikemia dapat
menyebabkan koma diabetik (Christanto, 2014).
Jika hiperglikemia melebihi ambang batas ginjal akan
menyebabkan glukosuria dan penderita kehilangan kalori, sehingga sel
kekurangan bahan untuk metabolisme. Karena sel kekurangan bahan
untuk metabolisme maka protein dan lemak dibakar dan berakibat
penurunan berat badan, sehingga penderita lemah. Dari sel yang
15

kekurangan bahan untuk metabolisme tersebut dapat merangsang


hipotalamus yang menyebabkan penderita merasa lapar dan haus
sehingga terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
Karena sel kekurangan bahan untuk metabolime, maka terjadilah
pemecahan protein. Terjadinya batas ambang ginjal yang berlebihan
menyebabkan glukosuria dapat mengakibatkan penderita mengalami
dehidrasi karena dieresis osmotik dan retensi urine, sehingga penderita
kehilangan elektrolit dalam sel, maka dehidrasi dapat mengakibatkan
resiko syok. Terjadinya penurunan anabolisme protein karena gula
dalam darah tidak dapat dibawa masuk ke dalam dan menyebabkan
kerusakan pada antibodi sehingga kekebalan tubuh menurun. Resiko
infeksi dan neuropati sensori perifer yang penderita tidak merasa sakit
pada luka atau gangren dan hal ini menyebabkan kerusakan integritas
jaringan (Huda, 2016).
f. Komplikasi
Komplikasi pada DM menurut Carpenito (2013) dibagi menjadi 2,
yaitu :
1) Komplikasi Akut
a) Diabetik Ketoasedosis
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang
nyata.
b) Koma Hiperosmolar Nonketotik
Keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan
hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.
c) Hypoglikemia
Kadar gula yang abnormal rendah. Terjadi kalau kadar glukosa
dalam darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dL. Keadaan ini
terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
yang berlebih, konsumsi makanan yang terlalu sedikit.
2) Komplikasi Kronik
16

a) Mikrovaskular : penyakit ginjal, penyakit mata dan neuropati


b) Makrovaskular : penyakit jantung koroner, pembuluh darah
kaki tersumbat dan pembuluh darah otak tersumbat
g. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Huda (2016) pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada
kelompok dengan resiko tinggi yaitu kelompok usia dewasa tua (lebih
dari 40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM,
riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi lebih dari 4.000 gr,
riwayat DM pada kehamilan dan dislipidemia.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan :
1) Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS)
2) Pemeriksaan Gula Darah Puasa (GDP)
3) Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Pemeriksaan fisik, riwayat medis dan uji laboratorium dilakukan untuk
mengkaji klien dengan DM. Pemeriksaan Darah Pemeriksaan gula
darah terkait menurut (Black & Hawks, 2014) yaitu :
1) Pemeriksaan Darah
a) Kadar Glukosa Darah Puasa
Sampel kadar glukosa darah puasa diambil saat klien tidak
makan makanan selain minum air paling tidak 8 jam. Sampel
darah ini secara umum mencerminkan kadar glukosa dari
produksi hati. Jika klien mendapatkan cairan dektrosa intravena
(IV), hasil pemeriksaan darah harus di analisis dengan hati-hati.
Pada klien yang diketahui memiliki DM, makanan dan insulin
tidak diberikan sampai sampel diperoleh. Nilai normal antara
110-125 mg/d1 mengindikasikan intoleransi glukosa puasa,
pengukuran kadar glukosa darah puasa memberikan indikasi
paling baik dari keseluruhan homoestatis glukosa dan metode
terpilih.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Klien mungkin juga
didiagnosis DM berdasarkan manifestasi klinis dan kadar
17

glukosa darah sewaktu >200mg/d1. Sampel glukosa darah


sewaktu-waktu tanpa puasa, peningkatan kadar glukosa darah
mungkin terjadi setelah makan, situasi penuh stress, dan dalam
sampel yang diambil dari lokasi IV atau dalam kasus DM.
b) Kadar Glukosa Darah Setelah Puasa
Kadar glukosa darah setelah makan dapat juga diambil dan
digunakan untuk mendiagnosis DM. Kadar glukosa darah
setelah makan diambil setelah 2 jam makan standar dan
mencerminkan efisiensi ambilan glukosa yang diperantarai
insulin oleh jaringan perifer. Secara normal, kadar glukosa
darah seharusnya kembali ke kadar puasa setelah 2 jam. Kadar
glukosa darah 2 jam setelah makan >200mg/d1 selama tes
toleransi glukosa oral (OGTT) memperkuat diagnosis DM.
Pada lansia kadar glukosa setelah makan lebih tinggi, secara
spesifik meningkat 5-10mg/d1 per dekade setelah usia 50 tahun
karena penurunan normal toleransi glukosa berhubungan
dengan usia. Merokok dan minum kopi dapat mengarah kepada
peningkatan nilai palsu saat 2 jam, sedangkan stress olahraga
dapat mengarah kepada penurunan nilai palsu.
Tabel 2.1 Kadar Gula Darah dalam mendiagnosa DM
Kadar glukosa
Bukan DM Belum pasti DM DM
darah (mg/dL)
Sewaktu Plasma vena <100 mg/dL 100-199 mg/dL >200mg/dL
Darah kapiler <90mg/dL 90-199mg/Dl >200mg/dL

Puasa Plasma vena <100mg/dL 100-125mg/dL >126mg/dL


Darah kapiler <90mg/dL 90-99mg/dL >100mg/dL

Sumber: (PERKENI 2006 dikutip dalam Tarwato, 2012)

2) Uji Laboratorium Terkait DM


a) Kadar Hemoglobin Glikosilase
18

Glukosa secara normal melekat dengan sendirinya pada


molekul hemoglobin dalam sel darah merah. Sekali melekat,
glukosa ini tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu lebih tinggi
kadar glukosa darah, kadar hemoglobin glikosilase juga lebih
tinggi (HbA1c). Batasan HbA1c dirujuk sebagai A1C. AIC
adalah kadar glukosa darah yang diukur lebih dari 3 bulan
sebelumnya. A1C dinyatakan dalam persentase dan bermanfaat
dalam mengevaluasi pengendalian glikemia jangka panjang.
Untuk menghindari komplikasi diabetes, ADA
merekomendasikan menjaga kadar A1C di bawah 7%. A1C
seharusnya dilakukan tiap enam bulanan pada klien yang telah
memenuhi target primer pengendalian glikemik (<7%) dan tiap
3 bulanan pada klien yang belum mencapai target primer
pengendalian glikemik. Adapun yang dapat meningkatkan A1C
di antaranya pergantian eritrosit, seperti perdarahan, kehamilan,
atau asplenia yang mengarah kepada konsentrasi A1C rendah
palsu (Black & Hawks, 2014).
b) Kadar Albumin Glikosilase
Glukosa juga melekat pada protein, albumin seraca primer.
Konsentrasi albumin glikosilase (fruktosamin) mencerminkan
kadar glukosa darah rata-rata lebih dari 7-10 hari sebelumnya.
Pengukuran ini bermanfaat ketika penentuan glukosa darah
rata-rata jangka pendek diperlukan (Black & Hawks, 2014).
c) Kadar Connecting Peptide (C-Peptide)
Ketika proinsulin diproduksi oleh sel beta pankreas
sebagian dipecah oleh enzim, 2 produk terbentuk, insulin dan
C- peptide. Oleh karena itu C-peptide dan insulin dibentuk
dalam jumlah yang sama, pemerikaan ini mengindentifikasikan
jumlah produksi insulin endogen. Klien dengan DM tipe 1
biasanya memiliki konsentrasi C-peptide rendah atau tidak ada,
19

klien dengan DM tipe 2 cenderaung memiliki kadar normal


atau peningkatan C-peptide (Black & Hawks, 2014)
d) Ketonuria
Kadar keton urine dapat dites dengan tablet atau dipstrip
oleh klien. Adanya keton dalam urine disebut ketonuria.
Mengidentifikasi bahwa tubuh memakai lemak sebagai
cadangan utama energi, yang mungkin menyebabkan
ketoasidosis. Hasil pemeriksaan yang menunjukkan perubahan
warna, mengindikasi adanya keton. Semua klien dengan DM
seharusnya memeriksakan keton selama sakit atau stress, ketika
kadar glukosa darah naik >200mg/d1, dan ketika hamil atau
memiliki bukti ketoasidosis misalnya mual, muntah, atau nyeri
perut (Black & Hawks, 2014).
e) Proteinuria
Mikro albuminuria mengukur jumlah protein di dalam urine
(proteinuria) secara mikroskopis. Adanya protein
(mikroalbuminuria) dalam urine adalah gejala awal dari
penyakit ginjal. Pemeriksaan urine untuk albuminuria
menunjukkan nefropati awal, lama sebelum hal ini akan
terbukti pada pemeriksaan urine rutin (Black & Hawks, 2014)
f) Pemeriksaan Gula Darah Sendiri (PGDS)
Kunci manajemen DM adalah menjaga kadar glukosa darah
sedekat mungkin ke normal atau dengan jarak target yang
disepakati oleh klien dan penyedia pelayanan kesehatan.
Pemantauan glukosa darah sendiri memberikan umpan balik
segera dan data pada kadar glukosa darah. PGDS
direkomendasikan untuk semua klien DM, tanpa
memperhatikan apakah klien dengan DM tipe 1, tipe 2, dan
DM gestasional. PGDS sebuah cara untuk mengetahui
bagaimana tubuh berespon terhadap makanan, insulin,
aktivitas, dan stress. Bagi kebanyakan DM tipe 1 dan
20

perempuan hamil yang mendapat insulin, PGDS


direkomendasikan >3 hari sekali. Tes seharusnya dilakukan
sebelum tidur dan sebelum makan dan mungkin pada
pertengahan malam.
Bagi DM tipe 2, fekuensi dan waktu PGDS disepakati
bersama antara klien dan penyedia pelayanan kesehatan. Jika
klien dengan DM tipe 2 mendapat obat-obatan oral, PGDS
tidak dimonitor sesering klien DM tipe 1 yang mendapat
insulin. Waktu ekstra untuk PGDS seharusnya ketika memulai
obat baru atau insulin, ketika memulai obat yang
mempengaruhi kadar glukosa darah (steroid), ketika sakit atau
dibawah stress/tekanan, ketika menduga bahwa kadar glukosa
terlalu tinggi/sebaliknya, ketika kehilangan atau penambahan
berat badan, ketika ada perubahan dosis obat, rencana diet,
rencana aktivitas fisik (Black & Hawks, 2014).
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM meliputi perencanaan makan atau
pengelolaan diet, latihan jasmani, obat hiperglikemik dan pendidikan
kesehatan. Perencanaan makan atau pengelolaan diet merupakan hal
yang paling utama dalam penatalaksanaan DM. Pengelolaan diet yang
baik harus memenuhi 3J yaitu jumlah, jenis, dan jadwal.
Ketidakpatuhan penatalaksanaan diet oleh penderita DM akan
menyebabkan hiperglikemia dan komplikasi seperti ginjal, jantung,
Hiperglikemi, katarak dan gangren (Meitha, 2008).
Tujuan penatalaksanaan secara umum menurut Soegondo (2011),
adalah meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes.
Penatalaksanaan dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan diabetes
melitus, yang meliputi edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan
pengelolaan farmakologis :

1) Edukasi
21

Edukasi bagi penderita DM dan keluarga perlu dilakukan.


Edukasi diperlukan karena penyakit DM adalah penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup didalam keluarga. Diharapkan
penderita DM dan keluarga mengubah perilaku gaya hidup, agar
dapat mengendalikan kondisi penyakitnya dan dapat hidup
berkualitas perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi
yang memerlukan penilaian, perencanaaan, implementasi,
dokumentasi dan evaluasi.
2) Terapi Gizi Medis
Standar yang dianjurkan adalah makanan yang seimbang dalam
hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik
sebagai berikut :
a) Karbohidrat : 45 – 65% total asupan energi
b) Protein : 10 – 20% total asupan energi
c) Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,
umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal. Pada dasarnya kebutuhan
kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus
dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik fisik maupun
psikis untuk mempertahankan berat badan mendekati ideal.
3) Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur
(3-5 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan
salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari
seperti berjalan kaki. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda santai, jogging,
dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur
22

dan status kesegaran jasmani.Untuk penderita relatif sehat,


intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara komplikasi
DM disesuaikan dengan kondisi penyakitnya.
Untuk menentukan intensitas latihan dapat digunakan MHR
yaitu 220-umur. Setelah MHR didapatkan kemudian dapat
ditentukan Target Heart Rate (THR). Misalnya intensitas latihan
yang diprogramkan bagi diabetes berusia 50 tahun sebesar 60%-
70% maka :
THR = 60% x (220 – 50) = 102
THR = 70% x (220 – 50) = 119
Dengan demikian bila diabetes tersebut ingin berolahraga,
denyut nadi sebaiknya berada diantara 102 – 119 kali/menit. Syarat
dalam pelaksanaan latihan senam jasmani dapat ditentukan dengan
menghitung Maximum Heart Rate (MHR) yaitu 220-umur. MHR
yang telah didapatkan selanjutnya ditentukan Target Heart Rate
(THR). Contoh: suatu latihan bagi seorang pasien diabetes yang
berusia 50 tahun disasarkan sebesar 70%, maka THR = 70% x
(220-50) = 119, dengan demikian sasaran denyut nadi pasien dalam
melakukan latihan jasmani adalah sekitar 119/menit.
Syarat yang harus diperhatikan sebelum berolahraga pada
penderita diabetes melitus, antara lain adalah :
a) Untuk menghindari hipoglikemia, lakukan olahraga yang
teratur, intake makanan dan cairan yang cukup serta pemakaian
obat-obatan yang tepat/sesuai.
b) Bila kadar glukosa darah sebelum berolahraga 100-250 mg/dl
dan akan berolahraga selama lebih dari 1 jam maka dianjurkan
untuk mengkonsumsi makanan kecil setiap 30-60 menit,
makanan kecil 10-15 gr, dikonsumsi 15-30 menit sebelum
berolahraga.
c) Bila kadar glukosa darah <100 mg/dl. Dibutuhkan makanan
ekstra (25gr), sedangkan bila kadar glukosa darah 100-250
23

mg/dl dan hanya akan berolahraga selama kurang dari 1 jam,


tidak diperlukan makanan ekstra.
d) Akibat efek olahraga terhadap penggunaan insulin oleh sel
tubuh, sebaiknya diabetes tipe 1 mengurangi dosis insulin dan
meningkatkan asupan makan mengawali olahraga.
e) Olahraga harus segera dihentikan pada awal ada gejala
hipoglikemi.
f) Kenakan sepatu yang sesuai, perhatikan perawatan dan
kebersihan kaki.
g) Lakukan pemeriksaan medis dan EKG kerja sebelum memulai
olahraga.
h) Program olahraga disusun sesuai beratnya penyakit dan tingkat
kebugaran diabetes.
i) Rencanakan pemeriksaan berkala untuk evaluasi program
latihan.
4) Pengelolaan Farmakologis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes Melitus dapat
berupa Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan Insulin. Tujuan terapi
insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau mendekati
normal. Pada DM tipe 2, insulin kadang diperlukan sebagai terapi
jangka panjangan untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika
dengan diet, latihan fisik dan Obat Hipoglikemia Oral (OHO) tidak
dapat menjaga gula darah dalam rentang normal. Pada pasien DM
tipe 2 kadang membutuhkan insulin secara temporer selama
mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa
kejadian stress lainnya. Berdasarkan cara kerja OHO dibagi
menjadi 3 golongan:

a) Memicu produksi insulin


(1) Sulfonilurea
24

Obat ini telah digunakan dalam menangani


hipoglikemia pada diabetes tipe 2 selama lebih dari 40
tahun. Mekanisme kerja obat ini cukup rumit. Ia bekerja
terutama pada sel beta pankreas untuk meningkatkan
produksi insulin sebelum maupun setelah makan. Sel beta
pankreas merupakan sel yang memproduksi insulin dalam
tubuh.
(2) Golongan Glinid
Meglitinide merupakan bagian dari kelompok yang
meningkatkan produksi insulin (selain sulfonilurea). Maka
dari itu ia membutuhkan sel beta yang masih berfungsi
baik. Repaglinid dan Nateglinid termasuk dalam kelompok
ini, mempunyai efek kerja cepat, lama kerja sebentar, dan
digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah setelah
makan. Repaglinid diserap secara cepat segera setelah
dimakan, mencapai kadar puncak didalam darah dalam 1
jam.
b) Meningkatkan kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin)
(1) Biguanid
Metformin adalah satu-satunya biguanid yang tersedia
saat ini. Metformin berguna untuk diabetes gemuk yang
mengalami penurunan kerja insulin. Alasan penggunaan
metformin pada diabetes gemuk adalah karena obat ini
menurunkan nafsu makan dan menyebabkan penurunan
berat badan.
(2) Tiazolidinedion
Obat golongan ini memperbaiki kadar glukosa darah
dan menurunkan hiperinsulinaemia (tingginya kadar
insulin) dengan meningkatkan kerja insulin (menurunkan
resistensi insulin). Obat golongan ini juga menurunkan
kadar trigliserida dan asam lemak bebas.
25

(3) Rosiglitazone
Rosiglitazone diberikan untuk meningkatkan kerja
(sensitivitas) insulin. Efek samping dari obat golongan ini
dapat berupa bengkak di daerah perifer (misalnya kaki),
yang disebabkan oleh peningkatan volume cairan dalam
tubuh. Oleh karena itu maka obat golongan ini tidak boleh
diberikan pada diabetisi dengan gagal jantung berat.
5) Penghambat enzim alfa glukosidase
Penghambat kerja enzim alfa glukosidase seperti akarbose,
menghambat penyerapan karbohidrat dengan menghambat enzim
disakarida di usus (enzim ini bertanggung jawab dalam pencernaan
karbohidrat). Obat ini terutama menurunkan kadar glukosa darah
setelah makan. Efek sampingnya yaitu kembung, buang angin dan
diare. Supaya lebih efektif obat ini harus dikonsumsi bersama
dengan makanan.
Tujuan perawatan kaki diabetes untuk mengetahui ada kelainan
sedini mungkin, menjaga kebersihan kaki dan mencegah perlukaan
di kaki yang dapat menimbulkan resiko infeksi dan amputasi.
Adapun perawatan yang harus dilakukan antara lain:
a) Cek kaki setiap hari. Bila tidak dapat melihat telapak kaki,
dapat menggunakan kaca ukuran kecil untuk membantu
melihat permukaan kaki, datanglah ke pelayanan kesehatan bila
terdapat tanda-tanda infeksi: kemerahan, nyeri, kaki teraba
panas, ataupun perasaan gatal pada kulit kaki
b) Jangan mengobati sendiri bila menemukan kulit kapalan, atau
bentuk luka pada kulit. Datanglah ke dokter untuk
mendapatkan obat
c) Cuci kaki setiap hari dengan air hangat (tidak panas) dan sabun
yang lembut
26

d) Keringkan kaki dengan sebaik-baiknya, terutama diantara sela-


sela jari. Gunakan handuk yang halus, jangan terlalu keras
ketika menggosok
e) Pertahankan kulit kaki yang lembut dengan mengoleskan
cream atau lotion, terutama area tumit. Hindarkan pada sela-
sela jari dan kulit yang pecah atau luka
f) Dapat menggunakan bedak non alergenik sebelum
menggunakan kaos kaki
g) Potong kuku lurus untuk menghindari luka pada ujung kuku.
Bila memungkinan, rendam kaki dengan air hangat untuk
melembutkan kuku sebelum di potong. Potong kuku dilakukan
minimal 1x dalam seminggu (Damayanti, 2015)
Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan ritmis
dengan gerakan yang menyenangkan, tidak membosankan dan
dapat diikuti semua kelompok umur sehingga menarik antusiasme
kelompok dalam klub-klub diabetes. Senam diabetes dapat
meningkatkan kesegaran jasmani dan nilai aerobic yang optimal
(Santoso, 2006 dikutip dalam Damayanti 2015)
Senam diabetes dilakukan melalui 4 tahapan (Damayanti, 2015)
a) Pemanasan (warm-up)
Kegiatan ini dilakukan sebelum memasuki kegiatan inti
yang bertujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh
seperti: menaikkan suhu tubuh, menaikkan denyut dan nadi
hingga mendekati intensitas latihan. Pemanasan juga bertujuan
untuk menghindari cidera akibat latihan. Pemanasan dilakukan
cukup 5-10 menit (Soegondo dalam Damayanti, 2015).
b) Latihan inti (conditioning)
Pada tahap ini dilakukan 30-40 menit, diusahakan denyut
nadi mencapai THR agar latihan bermanfaat. Bila THR tidak
tercapai makan latihan tidak akan bermanfaat, sebaliknya jika
27

denyut nadi melebihi THR dapat menimbulkan efek yang tidak


diinginkan (Santoso dalam Damayanti, 2015).
c) Pendinginan (cooling-down)
Pendinginan dilakukan untuk mencegah terjadinya
penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan nyeri otot
setelah melakukan latihan atau pusing akibat masih
terkumpulnya darah pada otot yang aktif. Pendinginan
dilakukan 5-10 menit hingga denyut nadi mendekati denyut
nadi istirahat. Bila latihan yang dilakukan berupa jogging,
pendinginan yang dilakukan sebaiknya tetap jalan untuk
beberapa menit. Bila latihan berupa bersepeda tetap mengayuh
sepeda tanpa beban (Soegondo dalam Damayanti, 2015).
d) Peregangan (stretching)
Tahap ini bertujuan untuk melemaskan dan melenturkan
otot-otot yang masih teregang dan menjadi lebih elastis. Tahap
ini lebih bermanfaat bagi penderita diabetes usia lanjut (Sudoyo
dalam Damayanti, 2015).

Kerangka utama penatalaksanaan DM Tipe II oleh Christanto


(2014), yaitu :
a) Perencanaan makan
Dalam perencanaan makan, penderita harus
memperhitungkan santapan dengan komposisi seimbang
berupa karbohidrat (60 – 70%), protein (10 – 15%), dan lemak
(20 – 25%). Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,
status gizi, umur, dan kegiata jasmani. Jumlah kandungan
kolesterol kurang dari 300 mg per hari. Jumlah kandungan serat
kurang lebih 25 gram per hari. Batasi dalam mengkonsumi
garam, serta pemanis gunakan secukupnya. Salah satu diit yang
disarankan adalah dengan mengkonsumsi susu sari kedelai
(Purwanto, 2016).
28

b) Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur 3 sampai 4 kali
dalam seminggu selama setengah jam sekali olahraga. Latihan
yang dapat dilakukan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang,
bersepeda, dan mendayung.
c) Pemberian obat
Jika pasien telah melakukan pengaturan makanan dan
kegatan jasmani yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya
masih belum baik, maka dipertimbangkan pemakaian obat oral
maupun suntikan, sebagai berikut : Sulfonilurea, Biguanid,
Inhibitor alfa glukosidase, Insulin sensitizing agent
d) Penyuluhan
Dalam penyuluhan biasanya menekankan pada perencanaan
makanan dan kegiatan jasmani yang dilakukan secara berkala
oleh petugas kesehatan.

2. Susu Kedelai
a. Pengertian
Susu kedelai adalah olahan minuman yang didapatkan dari sari
kedelai dan disajikan menyerupai susu. Susu kedelai memiliki nilai
gizi yang tidak jauh berbeda dari susu sapi. Harga susu kedelai lebih
murah jika dibandingkan susu sapi. Susu kedelai juga merupakan
sumber fitoestrogen yang sangat baik bagi wanita. Minum susu
sebaiknya dijadikan sebuah kebiasaan minimal satu gelas setiap
harinya. Susu kedelai dapat menjadi solusi bagi mereka yang tidak
dapat mengonsumsi susu sapi dengan berbagai alasan, seperti alergi,
lactose intolerance, atau karena faktor ekonomi. Susu kedelai juga
dapat menjadi menu variasi pengganti susu sapi untuk menghindari
kejenuhan (Purwanto, 2016).
29

b. Kandungan Gizi Susu Kedelai


Konsumsi dua gelas susu kedelai sudah dapat memenuhi 30 persen
dari kebutuhan protein setiap harinya. Dalam 100 gram susu kedelai
cair terkandung protein sebanyak 3,5 gram, sedangkan pada susu sapi
hanya 3,2 gram per 100 gramnya. Mutu protein susu kedelai pun tidak
kalah dari susu sapi. Mutu protein susu kedelai dalam bentuk makanan
tunggal adalah 80 persen dari mutu protein susu sapi. Hal tersebut
dapat dilihat dari nilai PER (protein eficiency ratio) susu kedelai yang
tidak jauh berbeda dengan susu sapi. Nilai PER susu kedelai 2,3,
sedangkan susu sapi 2,5. Nilai PER 2,3 artinya dari setiap gram protein
yang dikonsumsi akan menghasilkan pertambahan berat badan
sebanyak 2,3 gram pada kondisi percobaan baku (biasanya dilakukan
dengan hewan percobaan). Nilai PER yang semakin tinggi
menunjukkan mutu protein yang semakin baik (Purwanto, 2016).
Asam-asam amino esensial di dalam susu kedelai terdapat pada
komposisi yang hampir lengkap dan serasi. Keunggulan utama dari
susu kedelai adalah memiliki asam amino lisin yang cukup tinggi.
Dengan demikian, susu kedelai dapat digunakan untuk meningkatkan
nilai gizi protein dari nasi dan makanan sereal lainnya (Purwanto,
2016).
Susu kedelai baik untuk mereka yang ingin berdiet, tetapi tetap
memasok kebutuhan protein dalam jumlah yang cukup. Salah satu
kelebihan susu kedelai dibandingkan dengan susu sapi adalah
kandungan lemaknya yang rendah. Lemak pada susu kedelai tidak
dapat menyebabkan kegemukan karena sebagian besar berada dalam
bentuk asam lemak tidak jenuh. Sementara itu, lemak pada susu sapi
adalah lemak hewani yang berpotensi menyebabkan badan jadi melar
karena mengandung asam lemak jenuh cukup tinggi. Keunggulan
lainnya, susu kedelai tidak mengandung kolesterol (Purwanto, 2016).
Meskipun susu kedelai mengandung karbohidrat yang cukup baik,
hanya 12-14 persen yang dapat digunakan tubuh secara biologis.
30

Karbohidratnya terdiri atas golongan oligosakarida dan golongan


polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri dari stakiosa dan raffinosa
yang larut dalam air, sedangkan golongan polisakarida terdiri dari
erabinogalaktan dan bahan-bahan selulosa yang tidak larut dalam air,
serta tidak dapat dicerna (Purwanto, 2016).
Secara umum susu kedelai mempunyai kandungan vitamin yang
baik, terutama A dan B kompleks, kecuali vitamin B12. Vitamin lain
yang terkandung dalam jumlah yang cukup banyak adalah vitamin E
dan K. Vitamin E dan A merupakan antioksidan yang dapat mencegah
penuaan dini (Purwanto, 2016).
c. Manfaat Susu Kedelai
Menurut Purwanto (2016) susu kedelai yang memiliki kandungan
gizi yang tinggi memiliki berbagai macam manfaat, diantaranya adalah
sebagai berikut :
Susu kedelai untuk ibu hamil sangatlah banyak manfaatnya. Susu
kedelai banyak mengandung zat protein yang baik untuk pertumbuhan
janin. Selain itu, susu kedelai mengandung asam folat yang dibutuhkan
oleh ibu hamil dan juga berbagai vitamin di antaranya vitamin A, B,
B1, B12 dan vitamin E. Walau demikian, untuk ibu hamil sebaiknya
juga jangan berlebihan dalam mengkonsumsi susu kedelai
(Purwanto,2016).
Susu kedelai dapat mencegah stroke. Magnesium dan kalsium pada
susu kedelai dapat mengurangi lipid dan memperbaiki aliran darah
pada otak sehingga secara efektif mencegah terjadinya infarksi dan
pendarahan otak. Lecitin dalam susu kedelai juga dapat mengurangi
kematian sel otak serta memperbaiki fungsi otak (Purwanto, 2016).
Susu kedelai juga berkhasiat untuk mencegah diabetes. Susu
kedelai mengandung selulosa dalam jumlah besar sehingga dapat
mencegah penyerapan gula secara berlebihan. Mengurangi kadar gula
dapat mencegah diabetes. Walau demikian, untuk penderita diabetes
yang hendak mengkonsumsi susu kedelai tetap harus memperhatikan
31

jumlah gula pada susu kedelai. Biasanya, susu kedelai juga


ditambahkan gula agar rasanya enak dan gurih (Purwanto, 2016).
Susu Kedelai merupakan sumber mineral, selenium, Vitamin E,
Isoflavon, dan Asam Amino Triptopan. Zat tersebut merupakan anti
oksidan yang dapat mengatasi paparan radikal bebas pemicu kanker.
Selain Selenium, anti-oksidan pada Susu Kedelai adalah Vitamin E dan
Genistein, yang secara sinergis mampu menghalau kanker. Menurut
sebuah survei, resiko terkena kanker untuk orang yang tidak meminum
susu kedelai adalah 50% lebih tinggi (Purwanto, 2016).
Susu kedelai juga bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung
koroner. Steroid, kalium, magnesium dan kalsium dalam susu kedelai
dapat memperkuat dan meningkatkan aliran darah, meningkatkan
nutrisi ke otot jantung, dan menurunkan kolesterol (Purwanto, 2016).
d. Cara Membuat Susu Kedelai
Menurut Purwanto (2016) untuk membuat susu kedelai yang sehat dan
baik untuk DM Tipe II adalah sebagai berikut :
1) Pilihlah kedelai dengan kualitas unggul. Pilihlah bulir kedelai yang
utuh dan tidak dimakan ulat, serta berbentuk padat. Buang kotoran
atau kerikil yang mungkin tercampur di antara bulir kedelai.
2) Cuci kedelai hingga bersih sehingga tidak ada kotoran menempel.
Kemudian rendam kedelai yang sudah bersih dengan air matang
atau juga air panas hingga 8 – 10 jam. Proses perendaman ini
bertujuan untuk menghilangkan rasa langi pada susu kedelai
nantinya.
3) Kedelai kemudian ditiriskan lalu digiling menggunakan blender
khusus. Tambahkan air mendidih secukupnya sampai halus.
4) Kedelai yang sudah selesai digiling kemudian dimasukkan panci
dan ditambahkan air matang dengan perbandingan kurang lebih
1:10. Lalu saring dengan kasa yang halus sehingga tidak ada ampas
yang tersisa dalam susu kedelai nantinya.
32

5) Kemudian tambahkan garam dan juga daun pandan untuk


memunculkan aroma harum pada sari kedelai tersebut.
6) Setelah disaring dan diberikan tambahan, sari kedelai kemudian
direbus dengan nyala api kecil sambil diaduk hingga mendidih.
B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber :
Darusman (2009), Tarwoto (2012)
Chris Tanto (2016), Huda (2020)
33

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah penjelasan tentang konsep-konsep yang
terkandung didalam asumsi teoritis yang digunakan untuk mengabstraksikan
unsur-unsur yang terkandung dalam fenomena yang akan diteliti dan
menggambarkan bagaimana hubungan diantara konsep-konsep tersebut
(Dharma, 2011).

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pemberian Susu Kedelai Penurunan Kadar Gula Darah

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar
variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil
penelitian (Dharma, 2011).
H0 : Tidak ada pengaruh pemberian susu kedelai dapat menurunkan kadar
gula darah berhubungan dengan Diabetes Mellitus Tipe II.
H1 : Ada pengaruh pemberian susu kedelai dapat menurunkan kadar gula
darah berhubungan dengan Diabetes Mellitus Tipe II.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif.
Penelitian Deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari sejumlah karakteristik
masalah yang diteliti. Penelitian deskriptif berguna untuk mendapatkan hasil
atau pengetahuan yang menyeluruh mengenai suatu peristiwa atau fenomena.
Rancangan penelitian menggunakan Randomized pre test – post test
control group design dimana kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
dilakukan pemeriksaan awal gula darah sebelum perlakuan dan pemeriksaan
akhir gula darah setelah diberi perlakuan. Perlakuan pada penelitian ini adalah
pemberian susu kedelai.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan selama 10 hari berturut-turut secara bersamaan
pada bulan September atau Oktober 2021 setelah dilakukan pengambilan
data.

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian, sedangkan sampel
adalah sebagian dari populasi tersebut. Subyek dalam penelitian ini adalah 30
responden dengan Diabetes Mellitus Tipe II yang mengikuti kegiatan Prolanis
di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo. Sampel yang diambil adalah
keseluruhan dari total sampel yaitu 30 responden. Tehnik pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik Total Sampling yaitu tehnik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi

34
35

yang kurang dari 100. Dan menggunakan tehnik purposive sampling yaitu
tehnik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono 2016)
N . Z2. P . q
n= 2 2
d ( N−1 ) + Z . P .q

Dimana :

n = perkiraan jumlah sampel

Z2 = nilai standar normal (1,96)

P = proporsi populasi sebagai dasar asumsi (80%)

d = tingkat kesalahan (0,05)

( 30 )( 1,96 )2 ( 0,8 ) ( 0,16 )


n= 2 2
( 29 )( 0,05 ) + ( 1,96 ) ( 0,8 ) ( 0,16 )

14,751744
¿
0,5642248

= 26,14

Berdasarkan perhitungan di atas maka besar sampel dalam penelitian ini


minimal 26 responden.
Kriteria Inklusi
a. Responden dengan Diabetes Mellitus Tipe II yang tercatat dan aktif di
Prolanis Puskesmas Ngadirojo
b. Responden bersedia mengkonsumsi susu kedelai
c. Responden sanggup mengikuti intervensi dari awal sampai akhir
d. Responden bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian
1. Kriteria Eksklusi
a. Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak kontrol rutin walaupun
ikut kegiatan Prolanis di Puskesmas Ngadirojo
b. Responden dengan gangguan jiwa
c. Responden dalam keadaan kegawatdaruratan
36

D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam beberapa istilah atau kata
dalam penulisan, maka akan dirumuskan dan dijelaskan tentang definisi
operasional dari kata atau istilah. Definisi operasional pada penelitian ini
meliputi :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
1. Penurunan Keadaan dimana GDS Stik GDS > 150mg/dL
kadar gula kadar gula darah
darah dalam tubuh Kadar GDS
dalam mengalami Normal 90
tubuh penurunan kearah mg/dL-150
normal. mg/dL

2. Susu Menu diit non SOP Susu -


Kedelai farmakologis yang Kedelai
bermanfaat untuk
menurunkan kadar
gula dalam darah
pada penderita DM
Tipe II
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data.
Pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan
instrumen penelitian yang meliputi :
1. Lembar identitas responden yang meliputi nama, alamat, usia dan lama
sakit serta penyakit penyerta.
2. Alat ukur pada penelitian ini untuk mengukur dan membandingkan GDS
(Gula Darah Sewaktu) sebelum dan setelah diberikan susu kedelai adalah:
a) GDS Stik / Easy Touch GCU / Glukometer Easy Touch
b) SOP tindakan sesuai dengan SOP pemeriksaan kadar gula darah
dengan metode Stick
c) Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data
37

3. Penilaian GDS digunakan untuk mengetahui kriteria gula darah pada


penderita Diabetes Mellitus.
F. Rencana Jalannya Penelitian
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini meliputi :
1. Mengurus permohonan surat pengantar penelitian dari institusi
Universitas Sahid Surakarta.
2. Mengurus surat perijinan untuk lokasi yang akan dilakukan penelitian.
3. Peneliti memilih responden yaitu peserta Prolanis Diabetes Mellitus Tipe
II di Puskesmas Ngadirojo, kemudian memberikan inform consent.
4. Peneliti meminta responden untuk mengisi lembar persetujuan sebagai
responden yang meliputi nama, alamat, umur, dan tanda tangan.
5. Peneliti membuat kontrak waktu dengan responden terkait pelaksanaan
penelitian.
6. Peneliti melakukan observasi kadar Gula Darah sebelum melakukan
tindakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
7. Peneliti melakukan tindakan kepada responden yaitu pemberian susu
kedelai dengan dosis 25 gram diberikan sebanyak 2 kali sehari dalam
waktu 10 hari. Untuk menjaga takaran susu kedelai tetap sama, maka
peneliti melakukan proses pembuatan sendiri kemudian dikemas dalam
plastik untuk sekali minum dan responden dilarang memberi tambahan
gula atau zat-zat lain yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. Setelah
10 hari peneliti melakukan pengukuran GDS lagi terhadap responden.
8. Peneliti mendokumentasikan kegiatan dan hasil dari penerapan tindakan.
9. Tahap editing yaitu upaya memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.
10. Tahap coding merupakan kegiatan mengubah data dengan pemberian
kode angka atau bilangan.
11. Penyajian data disajikan secara naratif dalam laporan skripsi. Data yang
disajikan berupa data hasil observasi penelitian sebelum dan sesudah
diberikan intervensi pemberian susu kedelai.
38

G. Etika Penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan manusia sebagai objek penelitian maka
peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian yang mencakup
perilaku penelitian atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta
sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat. Penelitian ini
dilakukan setelah memperoleh rekomendasi dari institusi Universitas Sahid
Surakarta dan mendapat persetujuan ijin dari kepala Puskesmas Ngadirojo.
Prinsip etika penelitian menurut Arikunto (2012) yang harus dipenuhi oleh
peneliti sebagai berikut :
1. Informend Consent
Informend Consent atau lembar persetujuan merupakan pernyataan
kesedian dari subjek peneitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam
penelitian yang diberikan sebelum penelitian dilakukan. Inform adalah
penyampaian informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti kepada calon responden. Peneliti mengajukan lembar kesedian
untuk menjadi responden (inform) dengan menjelaskan tujuan, manfaat,
teknik penelitian, dan prosedur pelaksanaan penelitian.
Consent adalah pernyataan kesetujuan untuk menjadi responden
setelah diberikan infromasi mengenai penelitian menandatangani lembar
persetujuan (consent) yang telah disediakan oleh peneliti. Apabila
responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
hak responden.
2. Confidentialy
Confidentially atau kerahasian, setiap orang meiliki hak-hak dasar
individu termasuk privasi dan kebebasan individu dalam memberikan
informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang
diketahuinya kepada orang lain. Kerahasian dalam penelitian ini yaitu
dengan tidak memberikan identitas responden dan data hasil penelitian
kepada orang lain.
39

3. Anonymity
Anonymity atau tanpa nama, subjek penelitian mempunyai hak untuk
meminta data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya
tanpa nama (Anonymity). Anonymity pada penelitian ini digunakan dengan
menggunakan kode sebagai pengganti identitas responden dalam lembar
observasi.
4. Justice
Justice atau keadilan merupakan prinsip yang perlu dijaga oleh
peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan hati-hati. Prinsip keadilan
menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan
keuntungan yang sama, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, etnis,
dan sebagainya. Peneliti memberikan informasi dan melakukan tindakan
senam kaki sesuai dengan prosedur kepada seluruh responden tanpa
terkecuali.
5. Beneficiency
Penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat pada umunya, dan subjek penelitian pada khususnya.
Penelitian hendaknya meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
subjek. Pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau mengurangi
rasa sakit, cidera, stress, dan kematian subjek penelitian yang dilakukan
oleh perawat bersertifikasi. Peneliti menjelaskan manfaat dari penelitian
ini kepada responden untuk dapat melakukan tindakan secara mandiri
untuk mengurangi keluhan kenaikan kadar gula darah dalam tubuh pada
penderita Diabetes Mellitus.
DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association). 2010. Standards of Medical Care in


Diabetes-2010. Diakses melalui care.diabetesjournals.org.

Amin, H. N. 2012. Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC


jilid 2. Yogyakarta : Mediaction

_________. 2013. Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC


jilid 2. Yogyakarta : Mediaction

_________. 2016. Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC


jilid 2. Yogyakarta : Mediaction

Aria Wahyuni, Nina Arisfa. 2016. Susu Kedelai Efektif Meningkatkan Ankle
Brachial Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ipteks Terapan
Volume 9 Nomor 2. Departemen Keparawatan Medikal Bedah Program studi
Ilmu keperawatan STIKES : Bukittinggi. Email : ariawahyuni@gmail.com,
Submitted:31-01-2016, Rewiewed:01-02-2016, Accepted:03-02 2016
http://dx.doi.org/10.22216/jit.2015.v9i2.231

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Bhathena SJ, Velasquez MT. Beneficial role of dietary phytoestrogens in obesity


and diabetes. J Clin Nutr. 2002;76:1191-1201.

Budiono, dkk. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Merdeka

Carpenito, L. J. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 13. Jakarta :


EGC

Citra Windani Mambang Sari, Hartiah Haroen, Nursiswati. 2016. Pengaruh


Program Diit Susu Kedelai Berbasis Keluarga terhadap Kenaikan kadar
Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. JKP-Volume 4 Nomor
3 Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran : ners_citra@yahoo.com

Darusman. 2009. Perbedaan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus Pria dan Wanita
dalam Mematuhi Pelaksanaan Diet. Diakses melalui http://berita-
kedokteranmasyarakat.org.

Doenges, M. E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC
Eko Endriyanto, Yesi Hasneli, Yulia Irvani Dewi. 2012. Efektifitas Susu
Kedelai terhadap Tingkat Kadar Gula Darah pada Pasien DM Tipe 2.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Kampus Binawidya :
Pekanbaru. Email : endriyantoe@yahoo.com

Fatimah, Noor Restyana. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2 (Artikel Review).

Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010.

Kementrian Kesehatan Indonesia. 2010. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009.


Jakarta. Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan Indonesia. 2019. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2019.


Jakarta. Kementrian Kesehatan RI.

Ratnawati, riska. 2015. Hubungan Antar Obesitas, Riwayat Keluarga dan


Aktifitas Fisik dengan Kejadian DM Tipe 2 pada Pasien Di Instalasi Rawat
Jalan (Poli Penyakit Dalam) RSU Kota Madiun Tahun 2015.

Restyana N.R. 2015. Diabetes Mellitus Tipe 2. Artikel. Medical Faculty.


LampungUniversity.

Riskesdas. (2014). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian


Kesehatan RI.

Riskesdas. (2019). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian


Kesehatan RI.

Soegondo, S. (2013). Panduan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Bagi Dokter


dan Edukator Diabetes : Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.
Jakarta : Balai Pustaka FKUI.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suyono, Slamet., dkk (2009). Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu:


sebagai
panduan penatalaksanaan diabetes mellitus bagi dokter dan edukator.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Tarwoto, dkk. (2012). Keperawatan Medikal Bedah-Gangguan Sistem Endokrin.


CV. Trans Info Media.

Taylor, C. M. 2011. Diagnosa Keperawatan : dengan Rencana Asuhan. Jakarta :


EGC
Tavip Dwi Wahyuni. 2013. Ankle Brachial Index (ABI) Sesudah
Mengkonsumsi Susu Kedelai pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
Volume 4 No 2. Poltekkes Kemenkes Malang Jl. Besar
Ijen 77C : Malang.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2365

UPTD Puskesmas Ngadirojo. 2019. Profil Kesehatan UPTD Puskesmas


Ngadirojo Tahun 2019. Puskesmas Ngadirojo.

World Health Organzation. 2015. Prevalance of Diabetes in The Who Sount-East


Region.
LAMPIRAN
Lampiran 1

RENCANA JADWAL PENELITIAN

Agustus September Oktober November


No Uraian Kegiatan
2021 2021 2021 2021
1 Pembuatan Proposal

2 Uji Proposal

3 Pengambilan Data

4 Pengolahan Data

5 Analisa Data

6 Pembuatan Laporan

7 Uji Sidang Skripsi


Lampiran 2

PERMOHONAN

KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa SI keperawatan

Universtas Sahid Surakarta :

Nama : SRI ANDAYANI

NIM : 2019122029

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Pemberian

Susu Kedelai Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes

Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngadirojo”.

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini saya meminta kesediaan

saudara untuk menjadi responden dengan mengisi formulir yang diberikan dengan

benar dan sukarela. Identitas dan jawaban saudara akan saya jaga kerahasiaannya.

Atas kehadiran dan bantuan saudara saya sampaikan terima kasih.

Hormat saya,

(SRI ANDAYANI)
Lampiran 3

Lembar Persetujuan Menjadi Responden


(Informed Consent)

Yang bertanda-tangan dibawah ini,


Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, maka
saya bersedia /tidak bersedia* untuk berperan serta sebagai responden. Apabila
sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan
bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut dikemudian
hari.

Wonogiri, September 2021


Yang Menyatakan,

_________________
Keterangan:
*)coret yang tidak perlu
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Riwayat Penyakit :

Penyakit Penyerta :

Hasil GDS Hasil GDS


Jam dan waktu
No Tanggal/Hari sebelum sesudah Keterangan
perlakuan
tindakan tindakan

Lampiran 5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
SUSU KEDELAI

1. Pengertian
Susu Kedelai adalah minuman yang terbuat dari bahan dasar kedelai yang
mengandung antioksidan, tinggi serat dan rendah gula dan kalori sebagai
pencegah kenaikan kadar gula darah.

2. Tujuan
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Mengontrol kadar gula darah
c. Memperlancar BAB

3. Indikasi
1. Klien yang mengalami Hiperglikemi
2. Klien dengan sembelit

4. Alat dan Bahan


a. Susu Kedelai
b. Tensimeter
c. Alat GDS stik / Glukometer Easy Touch
d. Cacatan dokumentasi

5. Prosedur Tindakan
a. Persiapan alat
b. Cuci tangan
c. Menyiapkan susu kedelai
d. Meminumkan kepada penderita Hiperglikemi
e. Membereskan alat
f. Cuci tangan
6. Evaluasi
a. Respon klien
b. Susu kedelai dihabiskan

7. Dokumentasi
a. Waktu pelaksanaan
b. Cacat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan dievaluasi
c. Nama perawat yang melaksanakan

(Kolish, 2011)

Anda mungkin juga menyukai