Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN LIMFOMA PADA ANAK

OLEH :

Yeri Dwi Astuti (1490123150)

Yoga Putra Utama (1490123152)

Yolania Matulessy (1490123081)

Yulia .C.B.Fayau (1490123147)

Yulista Indriani Ollo (1490123124)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2023
A. Pengertian dan Klasifikasi Limfoma

Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari


sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga
muncul istilah limfoma malignum (maligna = ganas). Dalam kondisi normal, sel
limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara sel limfosit yang
tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan
pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam pembuluh limfe, sel ini
juga beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena itulah limfoma bisa juga
timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan
sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati, dan otak.

Pengertian tentang limfoma maligna antara lain menurut Danielle, (2015) bahwa
limfoma adalah malignansi yang timbul dari sistem limfatik. Pengertian lain tentang
limfoma maligna menurut Susan Martin Tucker, (2016) adalah suatu kelompok
neoplasma yang berasal dari jaringan limfoid. Sedangkan menurut Suzanne C. Smeltzer,
( 2001), mengemukakan bahwa limfoma maligna adalah keganasan sel yang berasal dari
sel limfoid. Pengertian lain tentang limfoma maligna menurut Doenges, (2015) adalah
kanker kelenjar limfoid.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa limfoma maligna adalah
suatu jaringan tumor padat yang berasal dari sel limfoid dan bersifat ganas.

Berdasarkan gambaran histopatologisnya, limfoma dibedakan menjadi dua jenis,


yaitu :

1. Limfoma Hodgkin (LH)

Limfoma jenis ini memiliki dua tipe. yaitu tipe klasik dan tipe nodular
predominan limfosit, di mana limfoma hodgkin tipe klasik memiliki empat
subtipe menurut Rye, antara lain : Nodular Sclerosis, Lymphocyte Predominance,
Lymphocyte Depletion, Mixed Cellularity
2. Limfoma Non-Hodgkin (LNH)
Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin menjadi
tiga kelompok utama, antara lain :
a) Limfoma Derajat Rendah
Kelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu limfoma limfositik kecil,
limfoma folikuler dengan sel belah kecil, dan limfoma folikuler
campuran sel belah besar dan kecil
b) Limfoma Derajat Menengah
Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel besar,
limfoma difus sel belah kecil, limfoma difus campuran sel besar
dan kecil, dan limfoma difus sel besar
c) Limfoma Derajat Tinggi
Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu limfoma imunoblastik
sel besar, limfoma limfoblastik, dan limfoma sel tidak belah kecil.

Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed- Sternberg
yang bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi. Sel Reed- Sternberg adalah
suatu sel besar berdiameter 15-45 mm, sering berinti ganda (binucleated), berlobus
dua (bilobed), atau berinti banyak (multinucleated) dengan sitoplasma amfofilik yang
sangat banyak. Tampak jelas di dalam inti sel adanya anak inti yang besar seperti
inklusi dan seperti “Mata burung hantu” (owl-eyes), yang biasanya dikelilingi suatu
halo yang bening.

B. Etiologi Limfoma

Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan pasti.
Ada 4 kemungkinan penyebabnya, yaitu : faktor keturunan, kelainan sistem
kekebalan, infeksi virus (HIV) atau bakteria (Helicobacter Pilori), virus human T-cell
leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), dan toksin lingkungan
(herbisida, pengawet dan pewarna kimia).

Dari keempat faktor diatas, terdapat faktor predisposisi yang memicu munculnya
limfoma pada seseorang, yaitu sebagai berikut :
1. Usia. Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaitu
antara 18 – 35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun
2. Jenis kelamin. Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibanding kan
wanita
3. Gaya hidup yang tidak sehat. Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang
yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang
terkena paparan UV
4. Pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi
terkena limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal
ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.

C. Stadium Limfoma

Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II


sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III
dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
1. Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu aitu kelenjar
getah bening
2. Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok
kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada
seluruh dada atau perut
3. Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar
getah bening, serta pada dada dan perut
4. Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya
pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak
D. Tanda dan Gejala Limfoma

Tanda dan gejala dari limfoma dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi dari
limfoma.

1. Limfoma Hodgkin

- Asimtomatik limfadenopati
- Gejala sistemik (demam intermitten, keringat malam, BB turun)
- Nyeri dada, batuk, napas pendek
- Pruritus
- Nyeri tulang atau nyeri punggung
- Teraba pembesaran limonodi pada satu kelompok kelenjar (cervix, axilla,
inguinal)
- Cincin Waldeyer dan kelenjar mesenteric jarang terkena
- Hepatomegali dan Splenomegali
- Sindrom Vena Cava Superior
- Gejala susunan saraf pusat (degenerasi serebral dan neuropati)

2. Limfoma Non-Hodgkin

- Asimtomatik limfadenopati
- Gejala sistemik (demam intermitten, keringat malam, berat badan turun)
- Mudah lelah

- Gejala obstruksi GI (Gatrointestinal) tract dan Urinary tract


- Melibatkan banyak kelenjar perifer
- Cincin Waldeyer dan kelenjar mesenteric sering terkena
- Hepatomegali dan Splenomegali
- Massa di abdomen dan testis

E. Patofisiologi Limfoma

Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik pada sel-sel
tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat menginduksi terjadinya keganasan.
Gen-gen tersebut adalah proto-onkogen, gen supresor tumor, gen yang mengatur
apoptosis, gen yang berperan dalam perbaikan DNA.

Proto-onkogen merupakan gen seluler normal yang mempengaruhi pertumbuhan


dan diferensiasi, gen ini dapat bermutai menjadi onkogen yang produknya dapat
menyebabkan transformasi neoplastik, sedangkan gen supresor tumor adalah gen yang
dapat menekan proliferasi sel (antionkogen). Normalnya, kedua gen ini bekerja secara
sinergis sehingga proses terjadinya keganasan dapat dicegah. Namun, jika terjadi
aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen serta terjadi inaktivasi gen supresor tumor,
maka suatu sel akan terus melakukan proliferasi tanpa henti.

Gen lain yang berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang mengatur
apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan DNA jika terjadi kerusakan. Gen yang
mengatur apoptosis membuat suatu sel mengalami kematian yang terprogram, sehingga
sel tidak dapat melakukan fungsinya lagi termasuk fungsi regenerasi. Jika gen ini
mengalami inaktivasi, maka sel-sel yang sudah tua dan seharusnya sudah mati menjadi
tetap hidup dan tetap bisa melaksanakan fungsi regenerasinya, sehingga proliferasi sel
menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya gen yang mengatur perbaikan DNA dalam
memperbaiki kerusakan DNA akan menginduksi terjadinya mutasi sel normal menjadi
sel kanker.

F. Pemeriksaan Penunjang Limfoma

Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening
yang terkena, untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi
Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi
sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan

Stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter


mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna,
yaitu sebagai berikut :

1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening
yang membesar

2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening


dengan jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau
respon terhadap pengobatan

3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang


panggul untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang
G. Penatalaksanaan Limfoma

Untuk terapi bronchitis disesuaikan dengan penyebab, karena bronkitis biasanya


disebabkan oleh virus maka belum ada obat kausal. Obat yang sehari, chloral hidrat 30
mg/Kg BB sebagai sedatif. Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui
berbagai cara, yaitu sebagai berikut :
1. Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yang terbatas
dalam pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis limfoma, seperti limfoma
gaster yang terbatas pada bagian perut saja atau jika ada resiko perforasi,
obstruksi, dan perdarahan masif, pembedahan masih menjadi pilihan utama.
Namun, sejauh ini pembedahan hanya dilakukan untuk mendukung proses
penegakan diagnosis melalui surgical biopsy.
2. Radioterapi
Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengobatan limfoma,
terutama limfoma hodgkin di mana penyebaran penyakit ini lebih sulit untuk
diprediksi. Beberapa jenis radioterapi yang tersedia telah banyak digunakan
untuk mengobati limfoma hodgkin seperti radioimunoterapi dan radioisotope.
Radioimunoterapi menggunakan antibodi monoclonal seperti CD20 dan CD22
untuk melawan antigen spesifik dari limfoma secara langsung, sedangkan
radioisotope menggunakan Iodine atau Ytrium untuk iradiasi sel-sel tumor secara
selektif. Teknik radiasi yang digunakan didasarkan pada stadium limfoma itu
sendiri, yaitu : Untuk stadium I dan II secara mantel radikal, Untuk stadium III
A/B secara total nodal radioterapi, Untuk stadium III B secara subtotal body
irradiation, Untuk stadium IV secara total body irradiation
3. Kemoterapi
Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan dan banyak
obat-obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya terhadap limfoma
4. Imunoterapi
Bahan yang digunakan dalam terapi ini adalah Interferon-α, di mana
interferon-α berperan untuk menstimulasi sistem imun yang menurun akibat
pemberian kemoterapi
5. Transplantasi sumsum tulang

Transplasntasi sumsum tulang merupakan terapi pilihan apabila limfoma tidak


membaik dengan pengobatan konvensional atau jika pasien mengalami pajanan
ulang (relaps). Ada dua cara dalam melakukan transplantasi sumsum tulang,
yaitu secara alogenik dan secara autologus. Transplantasi secara alogenik
membutuhkan donor sumsum yang sesuai dengan sumsum penderita. Donor
tersebut bisa berasal dari saudara kembar, saudara kandung, atau
siapapun asalkan sumsum tulangnya sesuai dengan sumsum tulang penderita.
Sedangkan transplantasi secara autologus, donor sumsum tulang berasal dari
sumsum tulang penderita yang masih bagus diambil kemudian dibersihkan dan
dibekukan untuk selanjutnya ditanamkan kembali dalam tubuh penderita agar
dapat menggantikan sumsum tulang yang telah rusak.

H. Pemeriksaan Laboratorium
1. Rutin Hematologi

 Darah perifer lengkap (DPL) : HB, HT, Leukosit, Trombosit, LED, Hitung jenis

 Gambaran darah tepi (GDT) : Morfologi sel darah

 Analisis Urin : urin lengkap

2. Kimia Klinik

 SGOT, SGPT, Bilirubin (total/direk/indirek), LDH, Protein total, albumin-globulin

 Alkali fosfatase, asam urat, ureum, kreatinin, gula darah sewaktu

 Elektrolit : Na, K, Cl, Ca, P

 HIV, TBC. Hepatitis C( anti HCV, HBsAg) Khusus :

 Gamma GT

 Serum Protein Elektroforesis (SPE)

 Imunolektroforesa (IEP)

 Tes Coomb

 B2 mikroglobulin
I. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Limfoma Hodgkin Ketidakefektifan perfusi


↓ jaringan paru
DO :
Mengenai sumsum tulang

Anemia, perdarahan, infeksi

Komp seluler untuk
pengiriman O2/nutrisi ke
seluruh sel

Ketidakefektifan perfusi
jaringan paru
2 DS : Limfoma Hodgkin Defisit pengetahuan

DO : Kurang informasi

Defisit pengetahuan
3 DS : Limfoma Hodgkin Hipertermi

DO : Fungsi imun kelenjar
limfe

Kemampuan fagositosis
mikroorganimsme

Reaksi radang

Reaksi pirogen

Mengganggu pengaturan
termostat

Peningkatan suhu tubuh

hipertermi
4 DS : Limfoma Hodgkin Ketidakseimbangan
↓ nutrisi kurang dari
DO : Adanya pembengkakan kebutuhan tubuh
kalenjar Limfe

Pembengkakan di
saluran Pencernaan

Penekanan pd esophagus

Tidak mampu
memasukkan, mencerna
& mengabsorpsi makanan

Merangsang pelepasan
histamine

Penurunan BB

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

5 DS : Limfoma Hodgkin Gangguan rasa nyaman



DO : Basofil

Merangsang pelepasan
histamine

Gatal

Gangguan rasa nyaman
6 DS : Limfoma Hodgkin Gangguan citra tubuh

DO :
Terapi

Kemoterapi

Menyerang sel yang
tumbuh cepat

Sel Folikel rambut

Kerontokan rambut

Gangguan citra tubuh
J. Diagnosa Prioritas

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan

2. Hipertermi

3. Defisit Pengetahuan

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

5. Gangguan rasa nyaman

6. Gangguan citra tubuh

K. Rencana Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai