OLEH :
BANDUNG
2023
A. Pengertian dan Klasifikasi Limfoma
Pengertian tentang limfoma maligna antara lain menurut Danielle, (2015) bahwa
limfoma adalah malignansi yang timbul dari sistem limfatik. Pengertian lain tentang
limfoma maligna menurut Susan Martin Tucker, (2016) adalah suatu kelompok
neoplasma yang berasal dari jaringan limfoid. Sedangkan menurut Suzanne C. Smeltzer,
( 2001), mengemukakan bahwa limfoma maligna adalah keganasan sel yang berasal dari
sel limfoid. Pengertian lain tentang limfoma maligna menurut Doenges, (2015) adalah
kanker kelenjar limfoid.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa limfoma maligna adalah
suatu jaringan tumor padat yang berasal dari sel limfoid dan bersifat ganas.
Limfoma jenis ini memiliki dua tipe. yaitu tipe klasik dan tipe nodular
predominan limfosit, di mana limfoma hodgkin tipe klasik memiliki empat
subtipe menurut Rye, antara lain : Nodular Sclerosis, Lymphocyte Predominance,
Lymphocyte Depletion, Mixed Cellularity
2. Limfoma Non-Hodgkin (LNH)
Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin menjadi
tiga kelompok utama, antara lain :
a) Limfoma Derajat Rendah
Kelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu limfoma limfositik kecil,
limfoma folikuler dengan sel belah kecil, dan limfoma folikuler
campuran sel belah besar dan kecil
b) Limfoma Derajat Menengah
Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel besar,
limfoma difus sel belah kecil, limfoma difus campuran sel besar
dan kecil, dan limfoma difus sel besar
c) Limfoma Derajat Tinggi
Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu limfoma imunoblastik
sel besar, limfoma limfoblastik, dan limfoma sel tidak belah kecil.
Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed- Sternberg
yang bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi. Sel Reed- Sternberg adalah
suatu sel besar berdiameter 15-45 mm, sering berinti ganda (binucleated), berlobus
dua (bilobed), atau berinti banyak (multinucleated) dengan sitoplasma amfofilik yang
sangat banyak. Tampak jelas di dalam inti sel adanya anak inti yang besar seperti
inklusi dan seperti “Mata burung hantu” (owl-eyes), yang biasanya dikelilingi suatu
halo yang bening.
B. Etiologi Limfoma
Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan pasti.
Ada 4 kemungkinan penyebabnya, yaitu : faktor keturunan, kelainan sistem
kekebalan, infeksi virus (HIV) atau bakteria (Helicobacter Pilori), virus human T-cell
leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), dan toksin lingkungan
(herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
Dari keempat faktor diatas, terdapat faktor predisposisi yang memicu munculnya
limfoma pada seseorang, yaitu sebagai berikut :
1. Usia. Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaitu
antara 18 – 35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun
2. Jenis kelamin. Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibanding kan
wanita
3. Gaya hidup yang tidak sehat. Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang
yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang
terkena paparan UV
4. Pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi
terkena limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal
ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
C. Stadium Limfoma
Tanda dan gejala dari limfoma dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi dari
limfoma.
1. Limfoma Hodgkin
- Asimtomatik limfadenopati
- Gejala sistemik (demam intermitten, keringat malam, BB turun)
- Nyeri dada, batuk, napas pendek
- Pruritus
- Nyeri tulang atau nyeri punggung
- Teraba pembesaran limonodi pada satu kelompok kelenjar (cervix, axilla,
inguinal)
- Cincin Waldeyer dan kelenjar mesenteric jarang terkena
- Hepatomegali dan Splenomegali
- Sindrom Vena Cava Superior
- Gejala susunan saraf pusat (degenerasi serebral dan neuropati)
2. Limfoma Non-Hodgkin
- Asimtomatik limfadenopati
- Gejala sistemik (demam intermitten, keringat malam, berat badan turun)
- Mudah lelah
E. Patofisiologi Limfoma
Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik pada sel-sel
tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat menginduksi terjadinya keganasan.
Gen-gen tersebut adalah proto-onkogen, gen supresor tumor, gen yang mengatur
apoptosis, gen yang berperan dalam perbaikan DNA.
Gen lain yang berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang mengatur
apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan DNA jika terjadi kerusakan. Gen yang
mengatur apoptosis membuat suatu sel mengalami kematian yang terprogram, sehingga
sel tidak dapat melakukan fungsinya lagi termasuk fungsi regenerasi. Jika gen ini
mengalami inaktivasi, maka sel-sel yang sudah tua dan seharusnya sudah mati menjadi
tetap hidup dan tetap bisa melaksanakan fungsi regenerasinya, sehingga proliferasi sel
menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya gen yang mengatur perbaikan DNA dalam
memperbaiki kerusakan DNA akan menginduksi terjadinya mutasi sel normal menjadi
sel kanker.
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening
yang terkena, untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi
Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi
sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan
1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening
yang membesar
H. Pemeriksaan Laboratorium
1. Rutin Hematologi
Darah perifer lengkap (DPL) : HB, HT, Leukosit, Trombosit, LED, Hitung jenis
2. Kimia Klinik
Gamma GT
Imunolektroforesa (IEP)
Tes Coomb
B2 mikroglobulin
I. Analisa Data
2. Hipertermi
3. Defisit Pengetahuan
K. Rencana Keperawatan