Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang
Pada abad 21 ini rasa sakit pada saat melahirkan memang sudah merupakan kodrat
wanita. Diawali dari kekhawatiran akan rasa sakit saat melahirkan normal, pada tahun 2002
Liz Adianti seorang ibu yang kini dicatat sebagai orang pertama di Indonesia yang
melahirkan di air- mencari informasi hal apa yang dapat mengurangi rasa sakit tersebut.
Akhirnya ia mendengar mengenai proses melahirkan di air atau waterbirth ini. Liz dan suami
pun segera mencari tahu seperti apa prosesnya dari internet dan mendapat banyak referensi
termasuk penjelasan ilmiah seorang dokter di Moskow melalui klip video mengenai
melahirkan di air. Dari referensi-referensi tersebut mereka mengetahui bahwa cara ini telah
cukup lama dipraktekkan di luar negeri seperti Eropa, dan terutama Rusia. Mereka mendapati
bahwa lebih banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melahirkan di air dari pada
resikonya.
Mereka pun berkonsultasi mengenai ide melahirkan di air ini saat menemui dokter
kandungan langganan mereka dr. T. Otamar Samsudin, SpOG (Spesialis Obstetri dan
Ginekologi). Ide ini rupanya ditanggapi positif oleh sang dokter. Beliau bersedia membantu,
meski karena proses partus ini termasuk sesuatu yang baru pada saat itu, maka rumah sakit di
Indonesia belum ada yang berani melakukannya. Akhirnya anak pertama Ibu Liz tetap lahir
dengan cara biasa, dan baru 4 tahun kemudian tepatnya 4 Oktober 2006, keinginan ibu
berusia 32 tahun ini dapat terlaksana.

2.

Permasalahan

1.

Bagaimana proses melahirkan waterbirth

2.

Apa kelebihan dan kekurangan waterbirth

3.

Tujuan

1.

Mengetahui proses melahirkan waterbirth

2.

Mengetahui kekurangan dan kelebihan waterbirth


BAB II
PEMBAHASAN
1.

Sejarah

Water

Birth

Selama tahun 1960, peneliti Soviet Igor Charkovsky melakukan penelitian yang cukup
besar ke keselamatan dan manfaat yang mungkin lahir air di Uni Soviet Pada akhir 1960-an,
Perancis dokter kandungan Frederick Leboyer mengembangkan praktek membenamkan baru
lahir bayi dalam air hangat untuk membantu memudahkan transisi dari rahim ke dunia luar,
dan untuk mengurangi dampak dari setiap kelahiran yang mungkin trauma .
Dokter kandungan lain Perancis, Michel Odent , mengatakan bahwa dengan
menggunakan air hangat untuk kelahiran kolam penghilang rasa sakit untuk ibu, dan sebagai
cara untuk menormalkan proses kelahiran. Ketika beberapa wanita menolak untuk keluar dari
air untuk menyelesaikan melahirkan, Odent mulai meneliti kemungkinan keuntungan bagi
bayi yang lahir di bawah air, serta masalah potensial dalam kelahiran tersebut. Pada akhir
1990-an, ribuan wanita telah melahirkan di Odent's klinik bersalin di Pithiviers , dan konsep
melahirkan

di

air

telah

menyebar

ke

banyak

lainnya

Barat

negara.

Kelahiran Air pertama kali datang ke Amerika Serikat melalui pasangan melahirkan di
rumah , tapi segera diperkenalkan ke lingkungan medis rumah sakit dan berdiri bebas pusat
kelahiran oleh bidan dan dokter kandungan. In 1991, New Hampshire mulai untuk membuat
sebuah protokol untuk melahirkan di air. Lebih dari tiga-perempat dari semua Kesehatan
Nasional Pelayanan rumah sakit di Inggris menyediakan opsi ini untuk bekerja perempuan.
2.

Pengertian

Water

Birth

Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah proses persalinan atau proses melahirkan
yang

dilakukan

di

dalam

air

hangat.

Melahirkan dalam air (water birth), adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui
vagina di dalam air. Konsep mengenai metode ini ternyata telah timbul sejak lama, sejak
tahun 1960-an dari pemikiran seorang peneliti Rusia, Igor Charkovsky. Metode ini terus
dikembangkan dan akhirnya mulai dibuat protokol medisnya sejak tahun 1991 di Rumah
Sakit Monadnock Community, New Hampshire, Amerika Serikat. Kini, rumah sakit di
Amerika dan Inggris telah banyak menggunakan metode ini. Di Indonesia metode ini juga

telah

digunakan,

walaupun

masih

jarang.

Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth tidaklah jauh berbeda dengan
metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan
dilakukan di dalam air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur.
Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh
lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang
mengatakan persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 4070%.
3.

Metode
Ada

dua

water

metode

persalinan

birth

di

air,

yaitu

1. Water birth murni, yaitu metode persalinan water birth dimana ibu masuk ke kolam
persalinan

setelah

mengalami

pembukaan

sampai

proses

melahirkan

terjadi.

2. Water birth emulsion, yaitu metode persalinan water birth dimana ibu hanya berada di
dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur.
4. Alat-alat yang digunakan untuk persalinan Water Birth
1)

Termometer

air

2)

Termometer

ibu

3)

Doppler

anti

4)

Sarung

5)

Pakaian

6)
7)

air

kerja

Jaring
Alas

8)

lutut

untuk
kaki

(apron)

mengangkat
bantal,

Shower

9)

tangan

instrumen

kotoran
partus

air

hangat

Portable/permanent

10)

set
pool

Handuk,

selimut

11) Warmer dan peralatan resusitasi bayi


5. Hal-hal yang diperhatikan untuk persalinan Water Birth
1. Ibu mengambil sikap yang dirasakan aman dan nyaman untuknya. Keleluasaan gerakan
yang mengijinkan ibu mengambil posisi yang tepat untuk bersalin. Ibu masuk berendam ke
dalam air direkomendasikan saat pembukaan serviks 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik.
2.

Observasi

dan

monitoring

antara

lain

a. Fetal Heart Rate (FHR) dengan doppler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan
kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakukan
sebelum,

selama,

dan

setelah

kontraksi.

b. Penipisan dan Pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT) dapat
dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk diperiksa.
c. Status Ketuban, jika terjadi ruptur ketuban, periksa FHR, dan periksa adanya prolaps tali
pusat.

Jika

cairan

ketuban

mekonium,

pasien

harus

meninggalkan

kolam.

d. Tanda vital ibu diperiksa setiap jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika
ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi.
e. Hidrasi Ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan peningkatan
suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberi cairan. Jika tidak berhasil
pasang infus ringer laktat (RL).
6.

Tahap

persalinan

Water

Birth

1. Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan spontan, risiko


ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam sirkulasi maternal-fetal berkurang,
dan juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.
2. Persalinan, bila mungkin metode hand off. Ini akan meminimalkan stimulasi.
3. Lahirnya kepala bayi difasilitasi oleh adanya dorongan lembut kontraksi uterus. Sarung
tangan digunakan penolong untuk melahirkan bayi. Sokong perineum, massage, dan tekan
dengan lembut jika diperlukan. Ibu dapat mengontrol dorongan kepala dengan tangannya.
4. Manipulasi kepala biasanya tidak diperlukan untuk melahirkan bayi karena air memiliki
kemampuan untuk mengapungkan. Walaupun demikian, pasien perlu berdiri membantu
mengurangi atau memotong dan mengklem lilitan tali pusat. Meminimalkan rangsangan
mengurangi risiko gangguan pernapasan.
5. Bayi seharusnya lahir lengkap di dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa ke
permukaan secara gentle. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air
dan badannya masih di dalam air untuk menghindari hipotermia, mencegah transfusi ibu ke
bayi. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali.

6. Sewaktu bayi lahir, kepala bayi dikendalikan dengan gerakan yang lembut, muka ke
bawah, dan muncul dari dalam air tidak lebih dari 20 detik. Janin dapat diistirahatkan di dada
ibu sambil membersihkan hidung dan mulutnya, jika diperlukan. Penanganan ini sebaiknya
melihat juga panjang tali pusat agar tidak sampai putus. Kemudian bayi diberi selimut, dan di
monitor.
7. Idealnya, ibu dan bayi dibantu keluar dari air untuk melahirkan plasenta. Tali pusat di klem
dan dipotong, dan bayi dikeringkan dengan handuk dan diselimuti dan kemudian diberikan
kepada penolong lain, keluarga, atau perawat. Ibu dibantu keluar dari kolam. Plasenta dapat
dilahirkan di dalam air atau di luar tergantung penolong (Kitzinger, 2000). Ibu dianjurkan
menyusui sesegera mungkin setelah bayi lahir untuk membantu kontraksi uterus dan
pengeluaran plasenta. Risiko secara teori yang dihubungkan dengan efek relaksasi air hangat
terhadap otot-otot uterus termasuk solusio plasenta, emboli air dan peningkatan perdarahan.

7.

Manfaat

persalinan

secara

Water

Birth

1.Untuk ibu
Ibu akan merasa lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan
menjadi

elastis.

Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri selama
persalinan

tidak

terlalu

dirasakan.

Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat
2.untuk bayi

Menurunkan

risiko

cedera

kepala

bayi.

Meskipun belum dilakukan penelitian mendalam, namun pakar kesehatan meyakini bahwa
lahir dengan metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang
lahir

dengan

metode

lain.

Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah
dilahirkan.
Hal-hal

yang

harus

dihindari

dalam

proses

persalinan:

- Adanya kontra indikasi seperti pada kehamilan normal, yaitu seperti bayi lahir sungsang
- Adanya penyakit menular seksual seperti herpes karena virus herpes tidak dapat mati dalam
air
-

hangat
Adanya

perkiraan

perdarahan

berlebih,

preeklampsia,

atau

infeksi

kehamilan

Kehamilan

Adanya

perkiraan

kembar
bayi

lahir

prematur

- Adanya mekonium (feses bayi) yang berlebih.


8 Kelemahan persalinan secara Water Birth
Adapun

risiko-risiko

yang

dapat

1.

timbul
Risiko

antara

lain:
Maternal

a.

Infeksi

b.

Perdarahan

c.

Postpartum

Trauma
2.

Perineum
Risiko

Neonatal

Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi, termasuk masalah pernapasan rupture
tali
a.

pusat

disertai

perdarahan,

dan

Terputusnya

penularan
Tali

infeksi

melalui

air.
Pusat

b.

Takikardi

c.

Infeksi

d.

Hipoksia

e.

Aspirasi

Air

dan

Tenggelam

BAB III
PENUTUP
1.

Kesimpulan
Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth merupakan masih belum populer.

Berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu
untuk melahirkan. Metode water birth merupakan metode alternative bagi ibu hamil yang
akan melahirkan dan merupakan suatu metode melahirkan dengan keuntungan lebih rileks
dan

dapat

mengurangi

rasa

sakit

secara

signifikan

sampai

sekitar

80%.

Air hangat pada kolam juga akan memberikan rasa nyaman, tenang dan rileks, pada keadaan
rileks ini tubuh akan melepaskan endorphin ( semacam morfin yang dibentuk oleh tubuh
sendiri ) untuk mngurangi rasa sakit. Air hangat juga mampu untuk menghambat impulsimpuls saraf yang menghantarkan rasa sakit, sehingga membuat persalinan tidak begitu terasa
berat.

Anda mungkin juga menyukai