Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi
optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, dipioritaskan untuk
dipenuhi, sserta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan yang bersifat
rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri
dinamis, siklik, saling bergantung, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui klien
berubah.
Melalui evalusi dokumentasi keperawatan pada beberapa rumah sakit umum
maupun rumah sakit jiwa, ditemukan bahwa kemampuan perawat menuliskan asuhan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan yang memenuhi kriteria, rata-
rata kurang dari 60%.
Psikofarmaka juga bertujuan dalam mengetahui dan memberikan obat obatan
yang digunakan pada pasien jiwa, yang mana dpat menunjang prilaku pasien dan
gangguan jiwa pasien. kesehatan jiwa merupakan kemampuan individu untuk
menyesuaikan diri dan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, sebagai
perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi masalah
yang biasa terjadi, sehingga individu tersebut merasa mampu dan puas.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metologi dalam keperatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan
menyadari diri sendiri, lingkungan dan perubahan. Kesadaran ini merupakan dasar
perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah klien. Perawat memberikan stimulus yang
konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan
modal dalam menghadapi masalah.

II. RUMUSAN MASALAH


1). PROSES KEPERAWATAN JIWA
1. Apa definisi Proses Keperawatan Jiwa?
2. Bagaimana Tahapan Proses Keperawatan Jiwa?
3. Bagaimana Pengkajian pada Proses Keperawatan Jiwa?
4. Bagaimana Diagnosa pada Proses Keperawatan Jiwa?
5. Bagaimana Perencanaan pada Proses Keperawatan Jiwa?
6. Bagaimana Implementasi pada Proses Keperawatan Jiwa?
7. Bagaimana Evaluasi pada Proses Keperawatan Jiwa?
8. Bagaimana Analisa Proses Interaksi pada Proses Keperawatan Jiwa?

2). PSIKOFARMAKA
1. Apa definisi dari Psikofarmaka?
2. Apa saja Klasifikasi Psikofarmaka?

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 1


3. Obat-obatan Psikofarmaka?
III. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tuntunan akademik
sebagai Penugasan mata kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Tujuan Khusus
1 Untuk mengetahui tentang Proses Keperawatan Jiwa, tahapan,
pengkajian, diagnosa, dan analisis proses interaksi.
2 Untuk mengetahui tentang Psikofarmaka, klasifikasi,

IV. MAMFAAT PENULISAN


Penulisan ini diharapkan dapat menambahkan pengetahuan bagi penulis sendiri
dan dapat memberi mamfaat kepada mahasiswa mengerti akan proses keperawan jiwa
dan psikofarmaka sehingga dapat memberikan pelayan yang tepat bagi klien/pasien
dengan gangguan jiwa.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PROSES KEPERAWATAN


Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang
memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Proses
keperawatan mengandung elemen berpikir kritis yang memungkinkan perawat membuat
penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan nalar.
Proses adalah serangkaian tahapan atau komponen yang mengarah pada pencapaian
tujuan. Tiga karakteristik dari proses adalah tujuan, organisasi, dan kreativitas (Bevis,
1978). Tujuan adalah maksud spesifik atau tujuan dari proses.proses keperawatan
digunakan untuk mendiagnosa dan mengatasi respons manusia terhadap sehat dan sakit
(American Nurses Association, 1980). Organisasi adalah satu rangkaian tahap atau
komponen yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Proses keperawatan mencakup lima tahap, yakni pangkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Kreativitas adalah perkembangan
bersinambungan dari proses itu sendiri. Prosses keperawatan adalah dinamik dan
berkelanjutan. Proses keperawatan memberikan cetak biru untuk berpikir kritis sehingga
perawat dapat mengindividualisasikan asuhan dan respons terhadap kebutuhan klien
dengan tepat waktu dan cara yang masuk akal untuk memperbaiki atau mempertahankan
tingkat kesehatan klien.
Proses keperawatan adalah kerangka kerja dan struktur organisasi yang kreatif untuk
memberikan asuhan keperawatan, namun proses keperawatan juga cukup fleksibel untuk
digunakan di semua lingkup keperawatan.
Tujuan dari proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan
kesehatan klien, menentukan prioritas menentukan tujuan dan hasil asuhan yang
diperkirakan, menetapkan dan mengomunikasikan rencana asuhan yang berpusat pada
klien, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan
tujuan klien yang diharapkan. Bandman dan Bandman (1995) menguraikan selurus
proses keperawatan sebagai suatu rangkai hubungan cara-hasil (means-ends). Cara
adalah keakuratan perawat dalam mengkaji, mendiagnosis, menangani klien, dan hasil
adalah peningkatan fungsi dan kesejahteraan klien.
Dalam keperawatan jiwa perawat memandang manusia secara holistik menggunakan
diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan
diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri
sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan ingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar
untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan massalah serta memilih cara yang sehat untuk
mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien
belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi
berbagai masalah.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 3


Proses keperawatan jiwa memiliki beberapa komponen yaitu:
A ASSESSMENT (PENGKAJIAN)
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan.Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping,
kemampuan koping yang dimiliki klien.(Stuart and Larai).

Pengumpulan Data
Komponen dari pengkajian ini adalah:
1) Identitas pasien
2) Riwayat kesehatan dan penilaian fisik
 Keluhan klien, gejala, fokus perhatian
 Persepsi dan harapan
 Rentang respon
 Riwayat rawat inap dan perawatan kesehatan mental
 Riwayat keluarga
 Keyakinan kesehatan dan prakteknya
3) Faktor Predisposisi
4) Aspek Fisik atau Biologis
5) Pemeriksaan status mental
a. Deskripsi Umum :
1. Penampilan : Posture, sikap, pakaian, perawatan diri, rambut, kuku,
sehat, sakit, marah, takut, apatis, bingung, merendahkan, tenang,
tampak lebih tua, tampak lebih muda, bersifat seperti wanita, bersifat
seperti laki-laki, tanda-tanda kecemasan–tangan basah, dahi
berkeringat, gelisah, tubuh tegang, suara tegang, mata melebar, tingkat
kecemasan berubah-ubah selama wawancara atau dengan topik khusus.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotorik : Cara berjalan, mannerisme, tics,
gerak–isyarat, berkejang-kejang (twitches), stereotipik, memetik,
menyentuh pemeriksa, ekopraksia, janggal / kikuk (clumsy), tangkas
(agile), pincang (limp), kaku, lamban, hiperaktif, agitasi, melawan
(combative), bersikap seperti lilin (waxy)
3. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif, penuh perhatian, menarik
perhatian, menantang (frack), sikap bertahan, bermusuhan, main-main,
mengelak (evasive), berhati-hati (guarded)

b. Bicara
Cepat, lambat, memaksa (pressure), ragu-ragu (hesitant), emosional,
monoton, keras, membisik (whispered), mencerca (slurred), komat-kamit
(mumble), gagap, ekolalia, intensitas, puncak (pitch), berkurang (ease),
spontan, bergaya (manner), bersajak (prosody)

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 4


c. Mood dan Afek :
1. Mood : (Suatu emosi yang meresap dan bertahan yang mewarnai
persepsi seseorang terhadap dunianya) : Bagaimana pasien menyatakan
perasaannya, kedalaman, intensitas, durasi, fluktuasi suasana perasaan–
depresi, berputus asa (despairing), mudah tersinggung (irritable),
cemas, menakutkan (terrify), marah, meluap-luap (expansived),
euforia, hampa, rasa bersalah, perasaan kagum (awed), sia-sia (futile),
merendahkan diri sendiri (self– contemptuous), anhedonia, alexithymic
2. Afek : (ekspresi keluar dari pengalaman dunia dalam pasien),
Bagaimana pemeriksa menilai afek pasien–luas, terbatas, tumpul atau
datar, dangkal (shallow), jumlah dan kisaran dari ekspresi perasaan ;
sukar dalam memulai, menahan (sustaining) atau mengakhiri respons
emosinal, ekspresi emosi serasi dengan isi pikiran, kebudayaan,
3. Keserasian : keserasian respon emosional pasien dapat dinilai dalam
hubungan dengan masalah yang sedang dibahas oleh pasien. Sebagai
contoh, pasien paranoid yang melukiskan waham kejarnya harus marah
atau takut tentang pengalaman yang sedang terjadi pada mereka. Afek
yang tidak serasi, ialah suatu mutu respons yang ditemukan pada
beberapa pasien skizofrenia; afeknya inkongruen dengan topik yang
sedang mereka bicarakan. (contohnya : mereka mempunyai afek yang
datar ketika berbicara tentang impuls membunuh). Ketidak serasian
juga mencerminkan tarap hendaya dari pasien untuk
mempertimbangkan atau pengendalian dalam hubungan dengan
respons emosional.

d. Pikiran dan Persepsi :


1. Bentuk Pikiran :
 Produktivitas : Ide yang meluap-luap (overabundance of ideas),
kekurangan ide (paucity of ideas), ide yang melompat-lompat (flight
of ideas), berpikir cepat, berpikir lambat, berpikir ragu-ragu
(hesitant thinking), apakah pasien bicara secara spontan ataukah
menjawab hanya bila ditanya, pikiran mengalir (stream of thought),
kutipan dari pasien (quotation from patient)
 Arus pikiran : Apakah pasien menjawab pertanyaan dengan
sungguh-sungguh dan langsung pada tujuan, relevan atau tidak
relevan, asosiasi longgar, hubungan sebab akibat yang kurang dalam
penjelasan pasien; tidak logis, tangensial, sirkumstansial, melantur
(rambling), bersifat mengelak (evasive), perseverasi, pikiran
terhambat (blocking) atau pikiran kacau (distractibility).
 Gangguan Berbahasa : Gangguan yang mencerminkan gangguan
mental seperti inkoheren, bicara yang tidak dimengerti (word salad),
asosiasi bunyi (clang association), neologisme.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 5


2. Isi Pikiran :
 Preokupasi : Mengenai sakit, masalah lingkungan, obsesi, kompulsi,
fobia, rencana bunuh diri, membunuh, gejala-gejala hipokondrik,
dorongan atau impuls-impuls antisosial.

3. Gangguan Pikiran :
 Waham : Isi dari setiap sistim waham, organisasinya, pasien yakin
akan kebenarannya, bagaimana waham ini mempengaruhi
kehidupannya, ; waham penyiksaan–isolasi atau berhubungan
dengan kecurigaan yang menetap, serasi mood (congruent) atau tak
serasi mood (incongruent)
 Ideas of Reference dan Ideas of influence : Bagaimana ide mulai,
dan arti / makna yang menghubungkan pasien dengan diri mereka.

4. Gangguan Persepsi :
 Halusinasi dan Ilusi : Apakah pasien mendengar suara atau melihat
bayangan, isi, sistim sensori yang terlibat, keadaan yang terjadi,
halusinasi hipnogogik atau hipnopompik ; thought brocasting.
 Depersonalisasi dan Derealisasi : Perasaan yang sangat berbeda
terhadap diri dan lingkungan.

5. Mimpi dan Fantasi


 Mimpi : satu yang menonjol, jika ia iingin menceritakan, mimpi
buruk.
 Fantasi : berulang, kesukaan, lamunan yang tak tergoyahkan

e. Sensorium dan Fungsi Kognitif:


1. Kesadaran : Kesadaran terhadap lingkungan, jangka waktu perhatian,
kesadaran berkabut, fluktuasi tingkat kesadaran, somnolen, stupor,
kelelahan, keadaan fugue.
2. Orientasi :
 Waktu : Apakah pasien mengenal hari secara benar, tanggal, waktu
dari hari, jika dirawat di rumah sakit dia mengetahui sudah berapa
lama ia dia berbaring disitu,
 Tempat : Apakah pasien tahu dimana dia berada
 Orang : Apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa dan apa
peran dari orang-orang yang bertemu denganya.
3. Konsentrasi dan Perhitungan : Pengurangan 7 dari 100 dan hasilnya
tetap dikurangi 7. jika pasien tidak dapar dengan pengurangan 7. pasien
dapat tugas lebih mudah – 4 x 9; 4 x 5 ; Apakah cemas atau beberap
gangguan mood atau konsentrasi yg bertanggung jawab terhadap
kesulitan ini.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 6


4. Daya ingat : Gangguan, usaha yang membuat menguasai gangguan itu
– penyangkalan, konfabulasi, reaksi katastropik, sirkumstansialitas
yang digunakan untuk menyembunyikan kekurangannya, apakah
proses registrasi, retensi, rekoleksi material terlibat.

 Daya ingat jangka panjang (remote memory) : data masa kanak-


kanak, peristiwa penting yang terjadi ketika masih muda atau bebas
dari penyakit, persoalan-persoalan pribadi.
 Daya ingat jangka pendek (Recent past memory, recent memory) :
beberapa bulan atau beberapa hari yang lalu, apa yang dilakukan
pasien kemarin, sehari sebelumnya, sudah sarapan, makan siang,
makan malam.
 Daya ingat segera (immediate retention and recall) : kemampuan
untuk mengulangi enam angka setelah pemeriksa mendiktekannya–
pertama maju, kemudian mundur, sedudah beberapa menit interupsi,
tes pertanyaan yang lain, pertanyaan yang sama, jika diulang,
sebutkan empat perbedaan jawaban pada empat waktu.
 Pengaruh atau kecacatan pada pasien : mekanime pasien
mengembangkan kemampuan menguasai kecacatan

5. Tingkat Pengetahuan : Tingkat pendidikan formal, perkiraan


kemampuan intelektual pasien dan apakah mampu berfungsi pada
tingkat dasar pengetahuan. : jumlah, perhitungan, pengetahuan umum,
pertanyaan harus relevan dengan latar belakang pendidikan dan
kebudayaan pasien.

6.Pikiran Abstrak : Gangguan dalam formulasi konsep; cara pasien


mengkonsepsualisasikan atau menggunakan ide-idenya, (misalnya
membedakan antara apel dan pear, abnormalitas dalam mengartikan
peribahasa yang sederhana, misalnya ; “Batu-batu berguling tidak
dikerumuni lumut”; jawabannya mungkin konkrit. Memberikan
contoh-contoh yang spesipik terhadap ilustrasi atau arti) atau sangat
abstrak (memberikan penjelasan yang umum) ; kesesuaian dengan
jawaban.

f. Tilikan :
1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit
2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan
tetapi menyangkalinya pada saat yang bersamaan

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 7


3. Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar,
medis atau faktor organik yang tidak diketahui.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui
pada dirinya.
5. Tilikan Intelektual : Pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan
kegagalan dalam penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional
atau terganggu, tanpa menerapkan pengetahuannya untuk pengalaman
dimasa mendatang
6. Tilikan Emosional yang sebenarnya : kesadaran emosional terhadap
motif-motif perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala; ada
kesadaran yang menyebabkan perubahan kepribadian dan tingkah laku
dimasa mendatang; keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru
mengenai diri sendiri dan orang-orang penting dalam kehidupannya.

g. Daya nilai :
1. Daya nilai Sosial : Manifestasi perilaku yang tidak kentara yang
membahayakan pasien dan berlawanan dengan tingkah laku yang dapat
diterima budayanya. Adanya pengertian pasien sebagai hasil yang tak
mungkin dari tingkah laku pribadi dan pasien dipengaruhi oleh
pengertian itu.
2. Uji daya nilai : pasien dapat meramalkan apa yang akan dia lakukan
dalam bayangan situasi tsb. Misalnya apa yang akan dilakukan pasien
dengan perangko, alamat surat yang dia temukan dijalan.
3. Penilaian Realitas : kemampuan membedakan kenyataan dengan
fantasi
6) Kriteria psikososial
 Internal: penyakit kejiwaan atau medis, dianggap kehilangan seperti
kehilangan konsep diri atau harga diri.
 Eksternal: kehilangan aktual misalnya kematian orang yang dicintai,
kurangnya sistem pendukung, kehilangan pekerjaan atau keuangan.
7) Keterampilan koping
Adaptasi penyebab stress internal dan eksternal, penggunaan fungsional,
teknik mengatur kegiatan hidup sehari-hari,
8) Hubungan dengan orang lain
Pencapaian dan pemeliharaan memuaskan, hubungan interpersonal dengan
tahap perkembangan, termasuk hubungan seksual yang sesuai untuk usia dan
status.
9) Spiritual (nilai keyakinan) dan budaya
Kehadiran sistem nilai-kepercayaan memberikan kemampuan untuk
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan menyajikan norma, aturan, dan
etika.
10) Kebutuhan Persiapan Pulang
11) Pengetahuan Aspek Medis

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 8


Kemampuan perawat yang diharapkan dalam melakukanpengkajian adalah :
1. Mempunyai kesadaran (self-awarenees)
2. Kemampuan mengobservasi dengan akurat
3. Komunikasi terapeutik
4. Senantiasa mampu berespon secara efektif
(Stuart & Laraia, 2001)
Perilaku atau kegiatan yang perlu dilakukan perawat adalah
1. Membina hubungan saling percaya dengan melakukan kontrak
2. Mengkaji data dari klien dan keluarga
3. Memvalidasi data dengan klien
4. Mengorganisasikan atau mengelompokkan data
5. Meneapka kebutuhan dan/atau masalah klien

Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir
rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu data
objektif dan data subjektif.
 Data Objektif: ditemukan secara nyata, diperoleh melalui dari observasi
atau pemeriksaan fisik.
 Data Subjektif: disampaikan secara lisan oleh pasien dan keluarga.
Selanjutnya perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien,
sebagai berikut :
1) Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan :
Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, klien hanya memerlukan
pemeliharaan kesehatan dan memerlukan follow up secara periodik karena
tidak ada masalah serta klien telah mempunyai pengetahuan untuk
antisipasi masalah.
Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa prevensi dan promosi
sebagai program antisipasi terhadap masalah
2) Ada masalah dengan kemungkinan :
 Risiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan
masalah.
 Aktual terjadi masalah disertai data pendukung.

Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.


Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan
(Masalah Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan
medis. Selanjutnya disusun Diagnosis Keperawatan sesuai dengan prioritas.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 9


Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera. Penting
mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi,
sedangkan Segera mencakup waktu.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut
Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam
kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

Cara memprioritaskan masalah:


1. Fokus pada masalah yang sifatnya mengancam kehidupan
2. Fokus pada keluhan utama/ masalah utama.
3. Fokus pada akibat dari masalah utama
4. Kebutuhan

Pohon Masalah
Dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan format pengkajian,perawat
langsung merumuskan masalah keperawatan kepada setiap kelompok data yang
terkumpul.
Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat digambarkan
sebagai pohon masalah (FASID, 1983 dan INJF, 1996). Agar penentuan pohon
masalah dapat dipahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan tiga komponen yang
terdapat pada pohon masalah, yaitu
1. Penyebab (causa)
2. Masalah utama (core problem)
3. Akibat (effect)

Pohon masalah

Akibat(effect)

Masalah Utama
(core problem)

Penyebab (cause)

Karakteristik Core Problem:


1. Prioritas masalah klien
2. Berkaitan dengan here and now
3. Berkaitan dengan keluhan utama/alasan masuk
Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan
penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah
yang lain, demikian seterusnya.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 10


Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan
efek/akibat dari masalah utama. Efek ini dapat pula menyebabkan efek yang lain,
demikian pula seterusnya.

Dalam pembuatan pohon masalah ada beberapa langkah


Langkah 1: Daftar semua masalah yang mungkin terjadi
Langkah 2: Mengidentifikasi awal masalah
Langkah 3: Mengidentifikasi penyebab awal masalah
Langkah 4: Mengidentifikasi dampak dari awal masalah
Langkah 5:Meninjau diagram secara keseluruhan dan memverifikasi validitas dan
kelengkapan
Contoh pohon masalah
Resiko menciderai Effect
diri sendiri/orang lain

Halusinasi
Core Problem

Isolasi sosial Cause

Berduka
Harga Diri rendah
Disfungsional

B. DIAGNOSA
Sebuah Terminologi yang digunakan oleh perawat profesional yang
mengidentifikasi tanggapan yang sebenarnya, risiko atau kesehatan untuk keadaan
kesehatan, masalah atau kondisi. Juga mengidentifikasi motivasi seseorang, keluarga,
atau masyarakat dan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
mengaktualisasikan potensi kesehatan manusia.
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang individu, keluarga , atau
tanggapan masyarakat terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial / proses
kehidupan . Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang perawat bertanggung jawab ( NANDA ,
1997) .

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 11


Pengertian diagnosa keperawatan yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai
berikut :
1. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian (Gabie, dikutip oleh Carpenito, 1993).
2. Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya,
(Gordon, dikutip oleh Carpenito, 1983)
3. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau
potensial dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan (Carpenito, 1995)
4. Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap respon klien
baik aktual maupun potensial.
5. (Stuart dan Sundeen, 1995)

Standar yang paling umum digunakan adalah dari Keperawatan North American
Nursing Diagnisis Association (NANDA).
Bagian Dari diagnosa keperawatan adalah:
 mendefinisikan Karakteristik
 Faktor yang berhubungan atau Faktor Risiko

Perumusan menggunakan Permasalahan (P) berhubngan dengan Etiologi (E) itu


dipakai pada perumusan masalah terdahulu. Yang terbaru menurut Konas Jiwa II/III
Pada rumusan diagnosis keperawatan hanya permasalahan saja (P).
Contoh diagnosa keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan.
2. Isolasi Sosial: Menarik diri.
3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

Tipe diagnosa keperawatan:


1. Diagnosa aktual : pasien yang memiliki masalah
7 diagnosa gangguan jiwa berupa:
 Perilaku kekerasan
 Devisit perawatan diri
 Halusinasi
 Waham
 Harga diri rendah
 Isolasi sosial
 Resiko bunuh diri
2. Diagnosa resiko : pasien yang beresiko untuk mengembangkan malah
5 diagnosa resiko berupa:
 Kehilangan
 Kecemasan
 Putus asa

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 12


 Depresi
 Gangguan citra tubuh.
3. Diagnosa sehat : pasien berfungsi secara efektif, tetapi
meningkatkan kesehatan yang lebih tinggi.

Penentuan diagnosa prioritas dalam keperawatan jiwa dilihat dari


amasalah yang menjadi core problem.

C. OUTCOME
Label NANDA menggambarkan tanggapan manusia yang masalah . Biasanya ,
alternatif yang sehat adalah tujuan yang ingin dicapai pasien

Untuk mengidentifikasi tujuan , tanyakan pada diri sendiri :


Jika masalah diselesaikan ( dx aktual ) atau dicegah (dx resiko ) , bagaimana pasien
akan terlihat atau berperilaku? Apa yang akan saya lihat, dengar , meraba atau
mengamati ? Menetapkan tujuan dengan pasien jika memungkinkan
Tujuan jangka panjang : Tujuan diharapkan akan dicapai selama beberapa minggu
atau bulan
Tujuan jangka pendek : batu loncatan dalam perjalanan untuk mencapai tujuan jangka
panjang

D. PERENCANAAN
Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus.
Perawat dapat Rencana tindakan keperawatan memberikan alasan ilmiah mengapa
tindakan tersebut diberikan. disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan. Jiwa
Indonesia (Depkes, 1995), berupa tindakan konseling, pendidikan kesehatan,
perawatan mandiri/ADL, tindakan kolaborasi.
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan
khusus dan rencana tindakan keperawatan. Rencana tindakan keperawatan terdiri dari
3 aspek yaitu : tujuan umum, tujuan khusus, kriteria evaluasi dan rencana . Tujuan
umum : hasil tindakan berupa kemampuan akhir yang hendak tindakan keperawatan.
Tujuan khusus : tujuan dicapai (jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai) jangka
pendek sampai dengan tujuan jangka panjang tercapai. Rumusan tujuan khusus berupa
pernyataan kemampuan pasien mengatasi masalah.
Kriteria evaluasi : perubahan perilaku yang “observable” untuk setiap pencapai
tujuan khusus. Bentuk rumusan : tanda dan gejala tercapainya masing-
masing Tindakan tujuan khusus keperawatan: serangkaian tindakan yang harus
dilaksanakan oleh perawat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap tujuan
khusus dicapai dengan satu atau lebih tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan
durumuskan dalam bentuk kalimat perintah.
Komponen Rencana Tindakan Keperawatan:
1.Tujuan umum

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 13


Tujuan umum memfokuskan kepada penyelesaian masalah (P) dari diagnosa
tertentu, tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah
dicapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa
tertantu.
2.Tujuan khusus
Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau
dimiliki klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi
menjadi tiga aspek Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu:
a. kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari
diagnosa keperawatan.
b. kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai
c. kemampuan afektif agar klien precaya akan kemampuan menyelesaikan
masalah.

No. Aspek/Domain Kata Kerja yang dipakai


1 Kognitif Jelaskan, hubungkan, uraikan,
identifikasikan, bandingkan, diskusikan,
membuat daftar, menyebutkan.
2 Afektif Menerima, mengakui, menyadari,
menyiapkan, menilai, mengungkapkan,
mempercayai.
3 Psikomotor Menempatkan, meniru, menyiapkan,
mengulang, mengubah,
mendemonstrasikan, menampilkan,
memeberi.

Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor tersebut berkaitan dengan


kemampuan klien terhadap diri sendiri. Kemampuan klien terkait dengan tujuan yaitu:

Kemampuan Kliean Tujuan Contoh


Kognitif/pengetahuan Klien dapat
menyebutkan penyebab
ia marah
Psikomotor Klien dapat
mendemonstrasikan
Kemampuan satu cara marah yang
mengendalikan diri konstruktif
Afektif Klien dapat
mengungkapkan
perasaan setelah terapi
aktivitas kelompok:
latihan asertif
Klien dapat
Kemampuan
Pengetahuan/kognitif mengidentifikasi teman
menggunakan sumber
terdekat
daya
Psikomotor Klien dapat meniru

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 14


cara berbicara yang
dicontohkan perawat.

Klien dapat
menyampaikan pada
perawat bila ia
mengalami halusinasi
Klien dapat menyadari
Afektif manfaat membuka diri
pada orang lain.
Klien dapat
Pengetahuan/kognitif menyebutkan jam
makan obat
Klien dapat meminta
Kemampuan Psikomotor obat pada jam yang
menggunakan terapi tepat
Klien dapat
mengungkapkan
afektif
erasaan setelah minum
obat

3.Rencana tindakan keperawatan


merupakan serangkaian tindakan yang dapat dilaksanakan untuk mencapai
setiap tujuan khusus.
4. Rasional
Sementara rasional adalah alasan ilmiah mengapa tindakan diberikan. Alasan
ini bisa didapatkan dari literatur, hasil penelitian, dan pengalaman praktik.
Rencana tindakan yang digunakan di tatanan kesehatan kesehatan jiwa
disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia. Standar
keperawatan Amerika menyatakan terdapat empat macam tindakan
keperawatan, yaitu (1) asuhan mandiri, (2) kolaboratif, (3) pendidikan
kesehatan, dan (4) observasi lanjutan.
Tindakan keperawatan harus menggambarkan tindakan keperawatan yang mandiri,
serta kerja sama dengan pasien, keluarga, kelompok, dan kolaborasi dengan tim
kesehatan jiwa yang lain.

Mengingat sulitnya membuat rencana tindakan pada pasien gangguan jiwa,


disarankan membuat Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan (LPSP), yang
berisi tentang proses keperawatan dan strategi pelaksanaan tindakan yang
direncanakan. Proses keperawatan dimaksud dalam LPSP ini adalah uraian singkat
tentang satu masalah yang ditemukan, terdiri atas data subjektif, objektif, penilaian
(assessment), dan perencanaan (planning) (SOAP). Satu tindakan yang direncanakan
dibuatkan strategi pelaksanaan (SP), yang terdiri atas:

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 15


1 Fase orientasi
2 Fase kerja
3 Fase terminasi.
Fase orientasi menggambarkan situasi pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan,
kontrak waktu dan tujuan pertemuan yang diharapkan. Fase kerja berisi beberapa
pertanyaan yang akan diajukan untuk pengkajian lanjut, pengkajian tambahan,
penemuan masalah bersama, dan/atau penyelesaian tindakan. Fase terminasi
merupakan saat untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan, menilai keberhasilan
atau kegagalan, dan merencanakan untuk kontrak waktu pertemuan berikutnya.
Dengan menyusun LPSP, mahasiswa diharapkan tidak mengalami kesulitan saat
wawancara atau melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien gangguan jiwa.
Hal ini terjadi karena semua pertanyaan yang akan diajukan sudah dirancang, serta
tujuan pertemuan dan program antisipasi telah dibuat jika tindakan atau wawancara
tidak berhasil. Berikut salah satu contoh bentuk LPSP.

LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN


TINDAKAN KEPERAWATAN (SP 1)
Senin, 15 September 2013

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien:
Bapak D mendengar suara-suara yang memaki-maki dirinya, ekspresi wajah
tampak tegang, gelisah, dan mulut komat-kamit.
2. Diagnosis/Masalah Keperawatan: Gangguan sensori persepsi: halusinasi
3. Tujuan:
TUM : Klien tidak mencederai, diri, orang lain, dan lingkungan
Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tuk 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
Tuk 3 : Klien dapat mengontrol halusinasi
4. Tindakan keperawatan.
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya dan diskusikan
dengan klien mengenai isi, waktu, frekuensi halusinasi, situasi yang
menimbulkan halusinasi, hal yang dirasakan jika berhalusinasi, hal yang
dilakukan untuk mengatasi, serta dampak yang dialaminya.
c. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi.
d. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi.
e. Bantu klien memilih satu cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya.

B. Strategi Pelaksanaan
Orientasi:

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 16


“Selamat pagi pak, nama saya Rizki, nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana dengan tidurnya semalam?”
“ Tidak bisa tidur? Apa yang menyebabkan Bapak tidak bisa tidur?”
“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang membuat bapak
tidak bisa tidur? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 20 menit
Kerja:
“Bapak D mendengar suara tanpa ada wujud?Apa yang dikatakan suara itu?”
“ Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
Bapak D dengar suara? Berapa kali sehari Bapak D alami? Pada keadaan apa suara
itu terdengar?”
“Saya mengerti Bapak D mendengar suara itu tapi saya sendiri tidak
mendengarnya”
“Apa yang bapak D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
“Apa yang Bapak D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?”
“Bapak D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal, dan yang keempat minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
“Caranya yaitu saat suara-suara itu muncul, langsung Bapak D bilang, ‘Pergi saya
tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu’. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba
bapak D peragakan! Nah begitu, … bagus! "Coba lagi!" "Ya bagus Bapak D sudah
bisa”.
“Sekarang cara yang sudah Bapak bisa itu kita masukkan ke dalam jadwal yah
Pak?”
“Jam berapa saja Bapak D mau latihan?”
“Selain jam 11 jam berapa lagi?" "Yah jam 4 sore ya Pak, bagaimana kalau malam
hari juga, karena Bapak D dengar suara itu malam hari, baiklah jam berapa Bapak
D mau latihan untuk yang malam hari?” "Jam 9 malam yah Bapak D? Saya tulis
disini Bapak D”.

Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak D setelah latihan tadi? Bisa Bapak D ulang lagi cara
apa saja yang bisa Bapak D lakukan untuk mengurangi suara-suara itu?"
"Bagus sekali, Bapak D bisa peragakan kembali satu cara yang sudah kita
praktikkan?"
"Bagus ya Bapak D. Kalau Bapak lihat jadwal ini jam berapa saja Bapak D harus
latihan?"
"Bagus Bapak D, jadi nanti jangan lupa di jam itu Bapak D harus latihan ya!”

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 17


"Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa Bapak D? Bagaimana kalau satu
jam lagi? Berapa lama kita akan bicara? Di mana tempatnya. Sampai ketemu nanti
ya Pak, selamat pagi Bapak D?”

Dokumentasi Perencanaan
Perencanaan tindakan mencakup tiga hal meliputi :
1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan harus merupakan pioritas untuk merawat klien. Hal
tersebut harus menyangkut langsung kearah yang mengancam kehidupan klien.
2. Kriteria hasil
Setiap diagnose keperawatan harus sedidikitnya mempunyai criteria hasil.
Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan
masalah klien.
3 Rencana tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawab mandiri, khususnya
oleh perawat yang dikerjakan bersama dengan perintah medis berdasarkan
masalah klien dan atuan yang diterima klien adalah hasil yang diharapkan.
Masing masing masalah klien dan hasil yang diharapkan didapatkan paling tidak
dua rencana tindakan
Petunjuk penulisan rencana tindakan yang efektif :
1. Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data klien yang
meliputi :
- Diagnosa keperawatan sewaktu masuk rumah sakit
- Keluhan utama klien saat berhubungan pelayan kesehatan
- Laboratorium ritme
- Latar belakang social budaya
- Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
- Observasi dari tim kesehatan lain
2. Daftar dan jenis masalah actual resiko dan kemungkinan. Berikan pioritas
utama pada masalah actual pada masalah yang mengancam kesehatan.
3. Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam membuat rencana tindakan,
berikanlah gambaran dan ilustrasi
4. Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan untuk
menetapkan bersama dengan klien, tentukan keterampilan kognitif, afektif,
dan psikomotor yang memerlukan perhatian.
5. Selalu diberi tanda tangan dan tanggal rencana tindakan
6. Mulai merencanakan tindakan dengan action verb
- Catat tanda tanda vital
- Timbang badan setiap hari
- Informasikan pada klien alasan esolasi
7. Alasan prinsip spesivity untuk menuliskan diagnose keperawatan
- Bagaimana prosedur yang akan dilaksanakan

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 18


- Kapan dan berapa lama
- Jelaskan secara singkat keperluan apa yang harus dipenuhi, termasuk tahap-
tahapan tindakan.
8. Tuliskan rasional dari rencana tindakan
9. Rencana tindakan harus secara tertulis dan ditanda tangani
10. Klien dan keluarga jika memungkinkan diikut sertakan dalam perencanaan
11. Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yang ditentukandan
diusahakan selalu diperbaharui.

1. Rencana Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan


Tujuan Intervensi
Pasien a. Pasien dapat SP1:
mengidentifikasi Membina hubungan saling
penyebab perilaku percaya, identifikasi penyebab
kekerasan. perasaan marah, tanda dan gejala
b. Pasien dapat yang dirasakan, perilaku
mengidentifikasi tanda- kekerasan yang dilakukan,
tanda perilaku akibatnya serta cara mengontrol
kekerasan. secara fisik I
c. Pasien dapat
menyebutkan jenis SP2:
perilaku kekerasan yang Latihan mengontrol perilaku
pernah dilakukannya. kekerasan secara fisik ke-2
d. Pasien dapat a. Evaluasi latihan nafas dalam
menyebutkan akibat b. Latih cara fisik ke-2: pukul
dari perilaku kekerasan kasur dan bantal
yang dilakukannya. c. Susun jadwal kegiatan harian
e. Pasien dapat cara kedua
menyebutkan cara
mencegah/mengontrol SP3:
perilaku kekerasannya. Latihanmengontrolperilaku
f. Pasien dapat kekerasan secarasosial/verbal:
mencegah/mengontrol a. Evaluasi jadwal harian untuk
perilaku kekerasannya dua cara fisik
secara fisik, spiritual, b. Latihan mengungkapkan rasa
sosial, dan dengan marah secara verbal: menolak
terapi psikofarmaka. dengan baik, meminta dengan
baik,mengungkapkan perasaan
dengan baik.
c. Susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara
verbal

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 19


SP4:
Latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisiK dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan
sholat/berdoa

SP5:
Latihan mengontrol
perilakukekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian
pasien untuk cara mencegah
marah yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara
teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna
obat dan akibat berhenti minum
obat.
c. Susun jadual minum obat
secara teratur

Keluarga Keluarga dapat merawat SP1:


pasien di rumah Memberikan penyuluhan kepada
keluarga tentang cara merawat
klien perilaku kekerasan di rumah.
a. Diskusikan masalah yang
dihadapi keluarga dalam
merawat pasien
b. Diskusikan bersama keluarga
tentang perilaku kekerasan
(penyebab, tanda dan gejala,
perilaku yang muncul dan
akibat dari perilaku tersebut)
c. Diskusikan bersama keluarga
kondisi-kondisi pasien yang
perlu segera dilaporkan
kepada perawat, seperti
melempar atau memukul
benda/orang lain

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 20


SP2:
Melatih keluarga melakukan cara-
cara mengontrol kemarahan
a. Evaluasi pengetahuan keluarga
tentang marah.
b. Anjurkan keluarga untuk
memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan
oleh perawat
c. Ajarkan keluarga untuk
memberikan pujian kepada
pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut
secara tepat
d. Diskusikan bersama keluarga
tindakan yang harus dilakukan
bila pasien menunjukkan
gejala-gejala perilaku
kekerasan

SP3:
Menjelaskan perawatan lanjutan
bersama keluarga
Buat perencanaan pulang bersama
keluarga

2. Rencana Asuhan Keperawatan Halusinasi


Tujuan Intervensi
Pasien 1) Pasien mengenali SP1:
halusinasi yang Membantu pasien mengenal
dialaminya halusinasi, menjelaskan cara-cara
2) Pasien dapat mengontrol halusinasi,
mengontrol mengajarkan pasien mengontrol
halusinasinya halusinasi dengan cara pertama:
3) Pasien mengikuti menghardik halusinasi
program pengobatan
secara optimal SP2:
Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang
lain

SP3:
Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara ketiga:
melaksanakan aktivitas terjadwal

SP4:
Melatih pasien menggunakan

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 21


obat secara teratur
Keluarga 1. Keluarga dapat terlibat SP1:
dalam perawatan pasien Pendidikan Kesehatan tentang
baik di di rumah sakit pengertian halusinasi, jenis
maupun halusinasi yang dialami pasien,
di rumah tanda dan gejala halusinasi dan
2. Keluarga dapat menjadi cara-cara merawat pasien
sistem pendukung yang halusinasi.
efektif untuk pasien.
SP2:
Melatih keluarga praktek
merawat pasien langsung
dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk memperagakan
cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan
pasien.

SP3:
Menjelaskan perawatan
selanjutnya

3. Rencana Asuhan Keperawatan Waham


Tujuan Intervensi
Pasien 1. Pasien dapat berorientasi SP 1:
pada realitas secara Membina hubungan saling
bertahap percaya, mengidentifikasi
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
kebutuhan dasar dan cara memenuhi kebutuhan,
3. Pasien mampu mempraktekkan pemenuhan
berinteraksi dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
orang lain dan
lingkungan SP 2:
4. Pasien menggunakan Mengidentifikasi kemampuan
obat dengan prinsip 5 positif pasien dan membantu
benar mempraktekkannya.

SP 3:
Menganjurkan dan melatih cara
minum obat yang benar.
Keluarga 1. Keluarga mampu SP1:
mengidentifikasi waham Membina hubungan saling
pasien percaya dengan keluarga ;
2. Keluarga mampu mengidentifikasi masalah;
memfasilitasi pasien menjelaskan proses terjadinya
untuk memenuhi masalah; dan obat pasien.
kebutuhan yang dipenuhi
oleh wahamnya SP2:
3. Keluarga mampu Melatih keluarga cara merawat

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 22


mempertahankan pasien
program pengobatan SP3:
pasien secara optimal Membuat perencanaan pulang
bersama keluarga.

4. Rencana Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah


Tujuan Intervensi
Pasien 1. Pasien dapat SP1:
mengidentifikasi Mendiskusikan kemampuan dan
kemampuan dan aspek aspek positif yang dimiliki
positif yang pasien, membantu pasien menilai
dimiliki kemampuan yang masih dapat
2. Pasien dapat menilai digunakan, membantu pasien
kemampuan yang dapat memilih/menetapkan kemampuan
digunakan yang akan dilatih, melatih
3. Pasien dapat kemampuan yang sudah dipilih
menetapkan/memilih dan menyusun jadwal
kegiatan yang sesuai pelaksanaan kemampuan yang
kemampuan telah dilatih dalam rencana harian
4. Pasien dapat melatih
kegiatan yang sudah SP2:
dipilih, sesuai Melatih pasien melakukan
kemampuan. kegiatan lain yang sesuai dengan
5. Pasien dapat menyusun kemampuan pasien.
jadwal untuk
melakukan kegiatan Latihan dapat dilanjutkan untuk
yang sudah dilatih kemampuan lain sampai semua
kemampuan dilatih. Setiap
kemampuan yang dimiliki akan
menambah harga diri pasien.
Keluarga 1. Keluarga membantu SP1:
pasien mengidentifikasi Mendiskusikan masalah yang
kemampuan yang dihadapi keluarga dalam merawat
dimiliki pasien pasien di rumah, menjelaskan
2. Keluarga memfasilitasi tentang pengertian, tanda dan
pelaksanaan gejala harga diri rendah,
kemampuan yang menjelaskan cara merawat pasien
masih dimiliki pasien dengan harga diri rendah,
3. Keluarga memotivasi mendemonstrasikan cara merawat
pasien untuk pasien dengan harga diri rendah,
melakukan kegiatan dan memberi kesempatan kepada
yang sudah dilatih dan keluarga untuk mempraktekkan
memberikan pujian atas cara merawat
keberhasilan pasien
4. Keluarga mampu SP2:
menilai perkembangan Melatih keluarga mempraktekkan
perubahan kemampuan cara merawat pasien dengan
pasien masalah harga diri rendah
langsung kepada pasien

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 23


SP3:
Membuat perencanaan pulang
bersama keluarga

5. Rencana Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial


Tujuan Intervensi
Pasien 1) Membina hubungan SP1:
saling percaya Membina hubungan saling
2) Menyadari penyebab percaya, membantu pasien
isolasi sosial mengenalpenyebab isolasi sosial,
3) Berinteraksi dengan membantu pasien mengenal
orang lain keuntunganberhubungan dan
kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain,dan
mengajarkan pasien berkenalan

SP2:
Mengajarkan pasien berinteraksi
secara bertahap (berkenalan
dengan orang pertama -seorang
perawat-)

SP3:
Melatih Pasien Berinteraksi
Secara Bertahap (berkenalan
dengan orang kedua-seorang
pasien)
Keluarga setelah tindakan SP1:
keperawatan keluarga Memberikan penyuluhan kepada
mampu merawat pasien keluarga tentang masalah isolasi
isolasi sosial dirumah sosial, penyebab isolasi sosial,
dan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial

SP2:
Melatih keluarga mempraktekkan
cara merawat pasien dengan
masalah isolasi sosial langsung
dihadapan pasien

SP3:
Membuat perencanaan pulang
bersama keluarga

6. Rencana Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri


Tujuan Intervensi
Pasien Pasien tetap aman dan SP1:
selamat
1.Membina hubungan saling

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 24


percaya dengan klien
2. Mengidentifikasi benda-
benda yang dapat
membahayakan pasien
3. Mengamankan benda-benda
yang dapat membahayakan
pasien.
4. Melakukan kontrak
treatment
5. Mengajarkan cara
mengendalikan dorongan
bunuh diri

SP2:
1. Mengidentisifikasi aspek
positif pasien
2. Mendorong pasien untuk
berfikir positif terhadap diri
sendiri
3. Mendorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga

SP3:
1. Mengidentisifikasi pola
koping yang biasa
diterapkan pasien
2. Menilai pola koping yng
biasa dilakukan
3. Mengidentifikasi pola
koping yang konstruktif
4. Mendorong pasien memilih
pola koping yang
konstruktif
5. Menganjurkan pasien

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 25


menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan
harian

SP4:
1. Membuat rencana masa
depan yang realistis
bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara
mencapai rencana masa
depan yang realistis
3. Memberi dorongan pasien
melakukan kehiatan dalam
rangka meraih masa depan
yang realistis

Keluarga Keluarga berperan serta SP1:


melindungi anggota 1. Mendiskusikan massalah yang
keluarga yang mengancam dirasakan keluarga dalam
atau mencoba bunuh diri. merawat pasien
2. Menjelaskan pengertia, tanda
dan gejala resiko bunuh diri,
dan jenis prilaku yang di alami
pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien resiko bunuh diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya.

SP2:
1. Melatih keluargamempraktekan
cara merawat pasien dengan
resiko bunuh diri
2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung kepada
pasien resiko bunuh diri.

SP3:
1. Membantu keluarga membuat
jadual aktivitas dirumah
termasuk minum obat\
2. Mendiskusikan sumber rujukan
yang bias dijangkau oleh

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 26


keluarga

7. Rencana Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri


Tujuan Intervensi
Pasien pasien mampu: SP1
1. Identifikasi kebersihan diri
1. Melakukan kebersihan
2. Jelaskan pentingnya
diri secra mandiri kebersihan diri
3. Jelaskan alat dan cara
2. Melakukan makan
kebersihan diri
dengan baik 4. Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
3. Melakukan BAB/BAK
secara mandiri SP2
1. Jelaskan cara dan alat makan
4. Melakukan
yang benar
berhias/berdandan a. Jelaskan cara menyiapkan
makanan
secara baik
b. Jelaskan cara merapihkan
peralatan makan setelah
makan
c. Praktek makan sesuai
tahapan makan yang baik
2. Latih kegiatan makan
3. Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien

SP3
1. Latih cara BAB/BAK yang
baik
2. jelaskan tempat BAB/BAK
yang sesuai
3. jelaskan cara membersihkan
diri setelah BAB/BAK
4. Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien

SP4
1. Jelaskan pentingnya
berhias/berdandan
2. Latihan cara
berhias/berdandan
a. Untuk pasien laki-laki
meliputi cara: berpakaian,
menyisir rambut, dan
bercukur
b. Untuk pasien perempuan
meliputi cara: berpakaian,

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 27


menyisir rambut dan
berhias
3. Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
Keluarga Keluarga mampu merawat SP1:
anggota keluarga yang Memberikan pendidikan kesehatan
mengalami masalah kurang pada keluarga tentang masalah
perawatan diri. perawatan diri dan cara merawat
anggota keluarga yang mengalami
masalah kurang perawatan diri

SP2:
Melatih keluarga cara merawat
pasien

SP3:
Membuat perencanaan pulang
bersama keluarga.

E. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah langkah tindakan dari proses keperawatan. Perawat
menggunakan beragam pendekatan untuk memecahkan masalah kesehatan
klien.intervensi berorientasi pada masalah dan diindividualisasikan sesuai dengan
rencana perawatan klien. Intervensi secara kontinu dimodifikasi didasarkan pada evaluasi
berkelanjutan dari respons klien dan analisis diagnostik perawat. Keberhasilan dari
langkah ini ditelaah selama evaluasi.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh
klien saat ini.Pada saat melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak
dengan klien terlebih dahulu.
Hubungan. saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan. mengacu pada perencanaan
(NCP), bertujuan klien memiliki kemampuan : kognitif, afektif dan psikomotor untuk
mengselesaikan masalah(diagnosa) yang dialami Strategi implementasi menggunakan
SP, yang berprinsip setiap kali interaksi dengan pasien, out put interaksi haruslah samapi
pada kemampuan koping pasien.
Implementasi tindakan keperawatan dilakukan berurutan secara prioritas, tapi tidak
berarti sebelum masalah utma terselesaikan masalah lain tidak perlu ditangani. Selain
tujuan tindakan keperawatan untuk merubah perilaku pasien, tujuan tindakan

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 28


keperawatan yang lain adalah merubah perilaku keluarga. Tujuan utamanya, agar
keluarga : Memahami masalah yang dialami pasien Mengetahui cara merawat pasien
dapat mempraktekkan cara merawatan pasien, dapat memanfaatkan sumber yg tersedia
untuk perawatan pasien

Proses Implementasi:
1. Menilai kembali klien
2. Menentukan kebutuhan perawat untuk bantuan
3. Melaksanakan intervensi keperawatan
4. Mengawasi perawatan didelegasikan
5. Mendokumentasikan kegiatan keperawatan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan khusus
4. Tindakan keperawatan

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
Fase orientasi ini adalah fase perkenalan yang terdapat:
 Salam teraupetik:
 Evaluasi atau validasi:
 Kontrak
2. Fase Kerja
Di fase ini kita baru melaksanakan tindakan yang direncanakan kepada pasien
3. Fase Terminasi
Fase terminasi yaitu fase perpisahan/ penutup dalan 1 strategi pelaksanaan
terhadap pasien
Dalam fase ini berisi:
 Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak yang akan datang

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 29


Contoh strategi pelaksanaan pada pasien defisit perawat diri

STRATEGI PELAKSANA TINDAKAN KEPERAWATAN


SP1 KEBERSIHAN DIRI

Proses keperawatan
Kondisi Klien
Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin.Ketidakmampuan mandi
atau membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, dan kulit berdaki dan
bebau, serta kuku panjang dan kotor.

Diagnosa Keperawatan
Devisit perawatan diri, ketidakmampuan dalam kebersihan diri

Tujuan Khusus:
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat memahami pentingnya kebersihan diri
3. klien dapat mengetahui cara menjaga kebersihan diri
4. klien dapat mempraktekan cara menjaga kebersihan diri

Tindakan Keperawatan:
1. bina hubungan saling peraya
2. jelaskan pentingnya kebersihan diri

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 30


3. jelaskan cara menjaga kebersihan diri
4. bantu klien mempraktekan cara menjaga kebersihan diri
5. anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

Proses Komunikasi Dalama Pelaksanaan Tindakan


Fase Orientasi
1. Salam teraupetik:
selamat pagi bapak atau ibu, perkenalkan nama saya Faradillah. Saya senag
dipanggil Fara.Nama bapak atau ibu siapa?Senangnya dipanggil siapa? Saya
mahasiswi stikes pertamedikayang akan merawat bapak atau ibu, saya praktek
disini selama 5 hari. Hari ini saya dinas pagi diruangan ini dari jam 7 pagi sampai
2 siang. Dari tadi, saya lihat bapak atau ibu menggaruk-garuk badannya, gatal ya
?bagaimana kalo kita bicara tentang kebersihan diri? Berapa lama kita bicara ? 15
menit ya.... mau dimana .. ? disini saja ya ?
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana perasaan bapak atau ibu hari ini?
Bagaimana semalam tidurnya ?
3. Kontrak
Topik : bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang kondisi bapak
atauibu selamaperawatan
Waktu :bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan
berapalama? Bagaimana jika jam 08.00-08.15?
Tempat : dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang ditaman?
Tujuan :kita berbincang-bincang agar kita saling mengenal

Fase Kerja
Bapak atau ibu ada apa garuk-garuk ? Apakah bapak atau ibu sudah mandi hari
ini? Apa alasan bapak atau ibu sehingga tidak bisa merawat diri? kalau kita tidak teratur
menjaga kebersihan diri masalah apa menurut bapak yang bisa muncul ? betul ada
kudis,kutu.... dan lain-lain.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 31


Menurut bapak atau ibu kita mandi harus bagaimana? Sebelum mandi apa yang perlu
kita siapakan ? benar sekali, bapak atau ibu perlu menyiapkan handuk,sikat gigi, sampo,
sabun, dan sisir.Bagaimana kalau sekarang kita kekamar mandi, saya akan membimbing
bapak atau ibu melakukannya. Sekarang, buka pakaian dan siram seluruh tubuh bapak
atau ibu termaksud rambut lalu ambil sampo gosokan pada kepala bapak atau ibu sampai
berbusa, lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali! Selanjutnnya ambil sabun, gosokan
diseluruh tubuh secara merata, lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi
pakai odol, giginya disikat mulai dari atas sampai bawah. Gosok seluruh gigi bapak atau
ibu mulai darri depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih.
Terakhir, siram lagi seluruh bapak atau ibu sampai bersih lalu keringkan dengan anduk.
Bapak atau ibu bagus sekali melakukannya.

Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang-bincang dengan saya dan
tahu cara merawat kebersihan diri?

Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)


Cobak bapak atau ibu sebutkan kembali cara menjaga kebersihan diri.
2. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapa atau ibu melakukan cara menjaga kebersihan diri dan jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian.
3. Kontrak yang akan datang
Topik :bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang cara makan yang baik.
Waktu :bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam 10.00
selama 15 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
Tempat :besok kita akan berbincang-bincang dimana, bagaimana kalau diruang
makan?
Baiklah samapai bertemu lagi.Selamat pagi bapak atau ibu.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 32


STRATEGI PELAKSANA TINDAKAN KEPERAWATAN
SP2 MAKAN

Proses keperawatan
Kondisi Klien
Klien mengatakan malas makan sendiri dan tidak mampu untuk makan
sendiri.Ketidakmampuan makan secara sendiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makanan sendiri, makanan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri, ketidakmampuan makan secara mandiri

Tujuan Khusus:
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat mengetahui cara dan alat makan yang benar
3. klien dapat melakukan kegiatan makan
4. klien dapat memasukan kegiatan makan dalam jadwal kegiatan harian

Tindakan Keperawatan:
1. bina hubungan saling peraya
2. jelaskan cara dan alat makan yang benar
3. latih kegiatan makan
4. anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

Proses Komunikasi Dalama Pelaksanaan Tindakan


Fase Orientasi
1. Salam teraupetik:

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 33


Selamat pagi bapak atau ibu, tampak rapi hari ini. Pagi ini kita akan latihan
bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung diruang makan ya !
Mari..itu sudah datang makananya
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana bapak atau ibu sudah mandi hari ini ?
Alat apa saja yang dibutuhkan ketika mau mandi ?
3. Kontrak
Topik : bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang cara dan alat
makan yang benar
Waktu :bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan
berapalama? Bagaimana jika jam 08.00-08.15?
Tempat : dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang diruang makan ?
Tujuan :kita berbincang-bincang agar bapak atau ibu dapat makan mandiri
Fase Kerja
Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan?dimana bapak atau ibu
makan?Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikan!
Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan.Sebelum disantap kita berdoa dulu.
Silakan bapak atau ibu yang pimpin! Bagus. Mari kita makan! Saat makan kita harus
menyuap makanan satu persatu dengan pelan-pelan. Ya,ayo….sayurnya dimakan ya.
Setelah makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul..dan akhiri dengan cuci
tangan. Ya bagus!

Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang-bincang dengan saya dan
setelah kita makan bersama
Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Coba bapak atau ibu sebutkan kembali apa saja yang harus kita lakukan pada saat
makan
2. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapak atau ibu melakukan makan mandiri dan jangan lupa masukkan
dalam jadwal kegiatan harian.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 34


3. Kontrak yang akan datang
Topik :bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang cara toileting yang baik.
Waktu :bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam 08.00
selama 30 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
Tempat :besok kita akan berbincang-bincang dimana, bagaimana kalau diruang
taman?
Baiklah samapai bertemu lagi.Selamat pagi bapak atau ibu.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 35


STRATEGI PELAKSANA TINDAKAN KEPERAWATAN
SP3 TOILETING

Proses keperawatan
Kondisi Klien
Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau
BAB.Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandi BAB atau BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.

Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri, ketidakmampuan dalam toileting.

Tujuan Khusus:
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat melakukan BAB dan BAK yang baik
3. klien dapat menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
4. klien dapat menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK

Tindakan Keperawatan:
1. bina hubungan saling peraya
2. latihan cara BAB dan BAK yang baik
3. menjelaskan tempat BAB atau BAK yang sesuai
4. menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB atau BAK

Proses Komunikasi Dalama Pelaksanaan Tindakan


Fase Orientasi
1. Salam teraupetik:
Selamat pagi bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini? Baik.., sudah di
jalankan jadwal kegiatan nya?..kita akan membicarakan tentang cara buang air
besar dan buang air kecil yang baik yah. Kira-kira 30 menit yah..? di mana kita
duduk?
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana bapak/ibu makannya sudah habis 1 porsi?

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 36


Bapak atau ibu ketika makan apa saja yang harus dilakukan ?
3. Kontrak
Topik : bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang melakuan
BAB/BAK secara mandiri
Waktu :bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan
berapalama? Bagaimana jika jam 08.00-08.30?
Tempat : dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang di taman?
Tujuan :kita berbincang-bincang agar bapak atau ibu dapat melakukan
BAB/BAK secara mandiri

Fase Kerja
Untuk pasien laki-laki:
Dimana biasanya bapak buang air besar dan buang air kecil? Benar bapak buang air
besar atau kecil yang baik itu di WC, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada
saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak boleh buang air besar atau kecil di
sembarang tempat. Sekarang, apakan bapak tau bagaimana cara cebok? Yang perlu
diingat saat mencebok adalah bapak membersihkan bokong atau kemaluan dengan air
yang bersih dan pastikan tidak ada tinja atau air kencing yang tersis di tubuh
bapak.Setelah bapak selesai cebok, jangan lupa tinja atau air kencing yang ada di WC di
bersihkan.Caranya siram tinja atau air kencing yang ada di WC secukupnya sampai tinja
atau air kencing itu tidak tersisa di WC. Setelah itu cuci tangan dengan menggunakan
sabun.
Untuk perempuan
Cara membilas yang bersih stelah ibu buang air besar yaitu dengan menyiram air ke
arah depan ke belakang. Jangan terbalik yah..cara seperti ini berguna untuk mencegah
masuknya kotoran/tinja yang ada di bokong ke bagian kemaluan kita. Setelah ibu selesai
cebok, jangan lupa tinja atau air kencing yang ada di WC di bersihkan.Caranya siram
tinja atau air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai air kencing atau tinja tidak
tersisa di WC.Lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun

Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif)

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 37


Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang-bincang tentang cara
buang air besar atau kecil yang baik

Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)


Coba bapak atau ibu jelaskan ulang tentang cara BAB/BAK yang baik
2. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapak atau ibu melakukan toileting yang baik dan jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian.
3. Kontrak yang akan datang
Topik :bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang cara berhias/berdandan.
Waktu :bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam 08.00
selama 30 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
Tempat :besok kita akan berbincang-bincangdimana, bagaimana kalau di ruang
tamu?
Baiklah samapai bertemu lagi.Selamat pagi bapak atau ibu.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 38


STRATEGI PELAKSANA TINDAKAN KEPERAWATAN
SP4 BERHIAS/BERDANDAN

Proses keperawatan
Kondisi Klien
Klien mengatakan dirinya malas berdandan.Ketidakmampuan berpakaian atau berhias
ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
tidak bercukur (laki-laki) atau tidak berdandan (wanita).

Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri, ketidakmampuan dalam berhias/berdandan.

Tujuan Khusus:
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
2. klien dapat menjelaskan pentingnya berhias/berdandan
3. klien dapat melakukan cara berhias/berdandan
4. klien dapat memasukan kegiatan berhias/berdandan dalam jadwal kegiatan harian

Tindakan Keperawatan:
1. bina hubungan saling peraya
2. jelaskan pentingnya berhias/berdandan
3. latihan cara berhias/berdandan
4. masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Proses Komunikasi Dalama Pelaksanaan Tindakan


Fase Orientasi
1. Salam teraupetik:
Selamat pagi bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini? Baik.., sudah di
jalankan jadwal kegiatan nya?..hari ini kita akan latihan berhias/berdandan, mau

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 39


di mana latihan nya? Bagaimana kalau di ruang tamu?Bagaimana kalau kita
melkaukan nya selama 30 menit?
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana bapak/ibu hari ini sudah BAB/BAK?
Bapak atau ibu ketika BAB/BAK apa saja yang harus dilakukan ?
3. Kontrak
Topik : bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang melakuan
berhias/berdandan
Waktu :bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan
berapalama? Bagaimana jika jam 08.00-08.30?
Tempat : dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang di ruang tamu?
Tujuan :kita berbincang-bincang agar bapak atau ibu dapat melakukan
berhias/berdandan

Fase Kerja
Apa yang bapak atau ibu lakukan setelah selesai mandi? Apakah bapak atau ibu sudah
ganti baju?Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering berganti pakaian
yang bersih 2 hari sekali.Sekarng bapak atau ibu ganti bajunya.Ya, bagus seperti
itu.Apakah bapak atau ibu menyisir rambut? Bagaimana cara bersisir? Coba kita
peraktekkan liat ke cermin, bagus sekali.Apakah bapak suka bercukur?Berapa hari sekali
bercukur?Betul 2 kali seminggu.

Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berhias/berdandan?
Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Coba bapak atau ibu sebutkan cara berhias/berdandan diri yang baik sekali lagi.
2. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapak atau ibu melakukan berhias/berdandan yang baik dan jangan
lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 40


3. Kontrak yang akan datang
Topik :bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang kondisi bapak/ibu yang lain.
Waktu :bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam 08.00
selama 30 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
Tempat :besok kita akan berbincang-bincang dimana, bagaimana kalau di
taman?
Baiklah samapai bertemu lagi.Selamat pagi bapak atau ibu.

F. EVALUASI
Langkah terakhir dari proses perawatan adalah evaluasi. Perawat menentukan
kemajuan klien kearah pencapaian hasil yang diharapkan dan tujuan serta keberhasilan
intervensi keperawatan. Jika intervensi berhasil,diagnosa keperawatan klien teratasi. Jika
masalah kesehatan klien menetap, proses evaluasi memandu perawat untuk
merevisi,menyingkirkan,atau menambah terapi. Evaluasi adalah penyelesaian siklus
aktivitas dimana hasilnya memberikan efek berkelanjutan pada tahap lainnya dari proses.
Evaluasi adalah tahap dari pemecahan masalah klinik yang membantu memelihara hasil
klien yang diinginkan dengan memeriksa dan menyesuaikan tahap tahap lainnya dari
proses keperawatan. Tahap ini memberikan peluang revisi rencana asuhan keperawatan
seperti yang diperlukan untuk memecahkan masalah kesehatan.
Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respons klien dan tujuan khusus serta umum yang ditentukan.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 41


Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola
pikir :
S: respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O: respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A: analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontradiksi dengan masalah yang ada
P: perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respons klien

Evaluasi menggunakan SOAP dilakukan tidak hanya pada pasien tetapi juga pada
perawat.

Rencana tindak lanjut dapat berupa :


1.Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah
2.Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi
hasil belum memuaskan
3.Rencana dibatalkan jika ditemuakn masalah baru dan bertolak belakang denagn
masalah yang ada serta diagnose yang lama dibatalkan
4.Rencana atau diagnose selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan
adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru

Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat perubahan
dan berupaya mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi sanbgant diperlukan
reinforcement untuk menguatkan perubahan yang positif. Klien dan keluarga juga
dimotivasi untuk melakukan self-reinforcement.

Dokumentasi Evaluasi
PIE(PROBLEM INTERVENTION & EVALUATION)
Evaluasi
Problem waktu intervensi
waktu pagi waktu Siang waktu malam
S S S
O O O
A A A
P P P

Sebagai perawat jiwa, komunikasi yang baik sangat diperlukan untuk merawat
pasien dengan gangguan jiwa. Komunikasi yang baik tidak serta merta kita dapatkan

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 42


begitu saja, tetapi dengan terus berlatih dan memperbaiki komunikasi tersebut.
Merenumgkan komunikasi yang telah kita lakukan dapat kita tuliskan dalam Analisa
Proses Interaksi (API).

1.1 Analisa Proses Interaksi


A Pengertian
Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis)
merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami
interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.

B Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan mendengar
2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
3. Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan
perawat (mahasiswa) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI /
supervisor / pembimbing untuk memberi arahan
4. Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta
mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan perawat
5. Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan

Analisa Proses Interaksi (API)


 Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan dan
tim kesehatan
 Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah pola
perilaku dan hubungan interpersonal perawat-klien.
 Ada 3 macam catatan :
- Catatan perkembangan (proses keperawatan)
- Catatan hubungan perawat-klien
- Catatan resume
 Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat berhubung
individual klien, kelompok klien, pada terapi modalitas keperawatan.
 Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa :
- Video tape; tape recording
- Catatan secara garis besar
- Catatan interaksi
 Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa)
untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.
 Semua pasien dapat dilakukan API.

Komponen API
1. Komunikasi verbal dan non-verbal perawat dan klien
2. Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang
dapat dilakukan perawat

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 43


3. Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien
4. Analisa makna dan rasional dari komunikasi
5. Kesan atau evaluasi terhadap efektivitas dari komunikasi berdasarkan data 1
sampai dengan 4
6. Rencana lanjutan tindakan keperawatan

ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial klien : Nama mahasiswa :


Status interaksi perawat-klien : Tanggal :
Lingkungan : Jam :
Deskripsi klien : Ruang :
Tujuan (berorientasi pada klien) :
Analisa Analisa
Komunikasi Komunikasi
Berpusat pada Berpusat pada Rasional
Verbal Non Verbal
Analisa Klien
P….. P….. P……
…….
K….. K…….
P….. K….. K……
…….
P….. P……
P….. P…... P…..
……
K….. K…….
Dst…..

Keterangan :
1. Inisial klien : tulis inisial bukan nama lengkap
2. Status interaksi : pertemuan ke berapa dan fase berhubungan
3. Lingkungan :
- Tempat interaksi
- Situasi tempat interaksi
- Posisi mahasiwa dan klien
4. Deskripsi klien : penampilan umum klien.
5. Tujuan :
- Tujuan yang akan dicapai dalam interaksi selama 20-30 menit
- Tujuan ini berpusat pada klien
- Tujuan terkait dengan proses keperawatan klien
6. Komunikasi verbal : ucapan verbal perawat dan klien
7. Komunikasi non verbal : non verbal klien dan perawat pada saat bicara atau
saat mendengar
8. Analisa berpusat pada perawat :
Pusatkan analisa proses yang berhubungan dengan komponen sebagai berikut :
a. Perasaan sendiri

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 44


b. Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri & menunjukkan
peningkatan kemampuan untuk menjelaskan riwayat / latar belakang dan
analisa, apa dan mengapa perasaan itu muncul.
c. Tingkah laku non verbal
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal diri sendiri
d. Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung
Cari / kenali, bedakan dan diskusikan teknik komunikasi yang digunakan
e. Tujuan interaksi
- Perawat berperan sebagai apa? dan pasien sebagai apa?
- Apa anggapan perawat tentang kejadian yang telah terjadi?
- Bagaimana seharusnya mereka berinteraksi?
- Bagaimana proses?

2. PSIKOFARMAKA
2.1 Definisi Psikofarmaka
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif
pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental
dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap
taraf kualitas hidup pasien.
Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis,
anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia. Pembagian lainnya dari obat
psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika

2.2 Klasifikasi Psikofarmaka


Berbagai agen farmakologis yang digunakan untuk menerapi berbagai gangguan
psikiatrik disebut dengan tiga istilah umumyang dapat saling menggantikan: obat
psikotropik, obat psikoaktif, dan obat psikoterapuetik. Dahulu agen tersebut dibagi
dalam empat kategori :
1. Obat antipsikotik atau neuroleptik, digunakan untuk menerapi psikosis.
2. Obat anti depresan, digunakan untuk menerapi depresi.
3. Obat anti manik dan penstabil mood, digunakan untuk menerapi gangguan
bipolar.
4. Obat anti ansietas dan anti ansiolitik, digunakan untuk menerapi keadaan
ansietas.
Meskipun demikian, sekarang ini pembagian tersebut kurang sah disebabkan
berbagai alasan yang mendasari. Sedangkan pendapat lain mengemukakan klasifikasi
obat psikotropika yang baru. Berikut tabel yang menunjukkan klasifikasi obat
psikofarmaka dengan istilah dan obat acuan yang dipakai :
Golongan Sinonim Obat acuan
Neuroleptika, Major
Antipsikosis Chlorpromazine
Tranquillizer, Ataractics
Thymoleptics, Psychic
Antidepresan Amitriptyline
energizers

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 45


Mood modulator, mood
Anti manik Lithium Carbonate
stabilizer, Antimanics
Psycholeptics, Minor Diazepam/
Anti ansietas
Tranquillizer, Anxyolitic Chlordiazepoxide
Hypnotics, Somnifacient,
Anti insomnia Phenobarbital
Hipnotika
Drugs used in Obsesivecompulsive
Anti obsesif konvulsif Chlomipramin
Disorder
Anti panik Drugs used in Panic disoder Imipramine
(Andri, 2009)

2.3 Obat-obatan Psikofarmaka


2.3.1 Anti-Psikosis
Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti psikotik
atau obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam pengobatan
skizofrenia tetapi juga efektif untuk psikotik lain, seperti keadaan manik atau
delirium. Obat-obat anti psikotik ini terbagi atas dua golongan besar, yaitu :
A Obat anti psikotik tipikal
1 Phenothiazine
 Rantai aliphatic : CHLORPROMAZINE
LEVOMEPROMAZINE
 Rantai piperazine : PERPHENAZINE
TRIFLUOPERAZINE
FLUPHENAZINE
 Rantai piperidine : THIORIDAZINE
2 Butyrophenone : HALOPERIDOL
3 diphenyl-butyl-piperidine : PIMOZIDE
B Obat anti psikotik atipikal
1 Benzamide : SULPIRIDE
2 Dibenzodiazepine : CLOZAPINE
OLANZAPINE
QUETIAPINE
3 Benzisoxazole : RISPERIDON

No Golongan Obat Sediaan Dosis Anjuran


Tablet 25 mg
dan 100 mg
Chlorpromazin 150-600 mg/hari
Injeksi
25mg/ml
1 Fenotiazin
Tablet 50,
Thioridazin 150-600 mg/hari
100 mg
Tablet 1 mg -
Trifluofirazin 10-50 mg/hari
5 mg

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 46


Tablet 2, 4, 8
Perfenazin 12-24 mg/hari
mg
Tablet 2,5
Flufenazin 10-15 mg/hari
mg - 5 mg
Tablet 0,5
mg, 1,5 mg, 5
Halloperidol mg 5-15 mg/hari
2 Butirofenon Injeksi 5
mg/ml
Amp 2,5
Droperidol 7.5-15 mg/hari
mg/ml
Difenilbutil Tablet 1 dan
3 Pimozide 1-4 mg/hari
piperidin 4 mg
Tablet 1, 2, 3
4 Atypical Risperidon 2-6 mg/hari
mg

Mekanisme Kerja
Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam
memblokade reseptor dopamin dan juga dapat memblokade reseptor
kolinergik, adrenergik dan histamin. Pada obat generasi pertama (fenotiazin
dan butirofenon), umumnya tidak terlalu selektif, sedangkan benzamid sangat
selektif dalam memblokade reseptor dopamine D2. Anti-psikosis “atypical”
memblokade reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT2 dan beberapa
diantaranya juga dapat memblokade dopamin system limbic, terutama pada
striatum.

Cara Penggunaan
Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati “first-pass metabolism”
di hepar. Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intra
muscular (IM) atau Intra Venous (IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis
(seperti haloperidol dan flupenthixol), bisa diberikan larutan ester bersama
vegetable oil dalam bentuk “depot” IM yang diinjeksikan setiap 1-4 minggu.
Obat-obatan depot lebih mudah untuk dimonitor. Pemilihan jenis obat anti-
psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping
obat. Penggantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalennya. Apabila obat
psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis optimal setelah
jangka waktu memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis lainnya. Jika
obat anti-psikosis tersebut sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek
sampingnya dapat ditolerir dengan baik, dapat dipilih kembali untuk
pemakaian sekarang.
Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan:
 Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
 Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 47


 Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
 Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping,
sehingga tidak menganggu kualitas hidup pasien.
Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran => dinaikkan setiap 2-3 hari =>
hingga dosis efektif (sindroma psikosis reda) => dievaluasi setiap 2 minggu
dan bila perlu dinaikkan => dosis optimal => dipertahankan sekitar 8-12
minggu (stabilisasi) => diturunkan setiap 2 minggu => dosis maintenance =>
dipertahankan selama 6 bulan – 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2
hari/minggu => tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) => stop.
Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat
walaupun diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi
ketergantungan sangat kecil. Jika dihentikan mendadak timbul gejala
cholinergic rebound, yaitu: gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusisng,
gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika diberikan anticholinergic agents
(injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet trihexylfenidil 3x2 mg/hari).
Obat anti-psikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit
teratur makan obat atau tidak efektif dengan medikasi oral. Dosis dimulai
dengan 0,5 cc setiap bulan. Pemberiannya hanya untuk terapi stabilisasi dan
pemeliharaan terhadap skizofrenia.
Penggunaan CPZ sering menimbulkan hipotensi orthostatik pada waktu
merubah posisi tubuh. Hal ini dapat diatasi dengan injeksi nor-adrenalin
(effortil IM). Haloperidol juga dapat menimbulkan sindroma Parkinson, dan
diatasi dengan tablet trihexylfenidil 3-4x2 mg/hari.

Indikasi
Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani
skizofreni, untuk memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi
pikiran dan juga efektif dalam mencegah kekambuhan. Major transquilizer
juga efektif dalam menangani mania, Tourette’s syndrome, perilaku kekerasan
dan agitasi akibat bingung dan demensia. Juga dapat dikombinasikan dengan
anti-depresan dalam penanganan depresi delusional.

Efek Samping
 Extrapiramidal: distonia akut, parkinsonism, akatisia, dikinesia tardiv
 Endokrin: galactorrhea, amenorrhea
 Antikolinergik: hiperprolaktinemia
Bila terjadi gejal tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan.
Bisa diberikan obat reserpin 2,5 mg/hari. Obat pengganti yang yang paling
baik adalah klozapin 50-100 mg/hari.
Reaksi idiosinkrasi yang timbul dapat berupa diskrasia darah,
fotosensitivitas, jaundice, dan Neuroleptic Malignant Syndrome(NSM). NSM
berupa hiperpireksia, rigiditas, inkontinensia urin, dan perubahan status mental
dan kesadaran. Bila terejadi NSM, hentikan pemakaian obat, perawatan

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 48


suportif dan berikan agonis dopamine (bromokriptin 3x 7,5 sampai 60
mg/hari, L-Dopa 2x100 mg atau amantidin 200 mg/hari)

Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang
tinggi, ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran.

2.3.2 Anti Depresan


Antidepresan terutama digunakan untuk mengobati depresi, gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan panik, gangguan
fobik dan pada kasus tertentu, enuresis nokturnal (antidepresn trisiklik) dan
bulimia nervosa (fluoxetine).
Pengaruh antidepressan pada neurotransmitter biogenik amin memiliki
mekanisme yang berbeda pada setiap golongan antidepressan. Terapi jangka
panjang dengan obat-obat tersebut telah membuktikan pengurangan reuptake
norepinephrine atau serotonin atau keduanya, penurunan jumlah reseptor beta
pascasinaptik, dan berkurangnya pembentukan cAMP.

Tiga Fase Pengobatan Gangguan Depresif


Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk menekankan
kepada penderita bahwa ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan
perjalanan gangguan depresif :
 Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala
 Fase kelanjutan untuk mencegah relaps
 Fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekuren
Di pelayanan kesehatan primer, obat anti depresan yang tersedia biasanya
golongan trisiklik. Meskipun antidepresan trisiklik sampai saat ini merupakan
obat antidepresan yang paling banyak digunakan, tetapi penggunaannya masih
belum optimal karena kemampuan diagnostik dari pelayanan kesehatan primer
belum ditingkatkan juga belum berperannya konselor apoteker. Dari hasil
penelitian ternyata dosis yang digunakan masih terlalu rendah. Akibatnya,
efek terapi yang ingin dihasilkan tidak tercapai.
Efek samping antidepresan trisiklik cukup banyak, tetapi hal ini tidak
menghalangi penggunaannya, karena obat ini telah terbukti efektif dalam
mengobati depresi. Dengan memberikan obat ini sebagai dosis tunggal pada
malam hari, dan melakukan titrasi peningkatan dosis, maka efek samping yang
mengganggu sedikit banyak akan dapat diatasi.
Antidepresan baru terlihat efeknya dalam 4 sampai 12 minggu, sebelum
ia mengurangi atau menghapus gejala-gejala gangguan depresif meski
hasilnya dirasakan sudah membuat perbaikan dalam 2 sampai 3 minggu.
Selama masa ini efek samping akan terasa. Banyak efek samping bersifat
sementara dan akan menghilang ketika obat diteruskan, dan beberapa efek
samping menetap seperti mulut kering, konstipasi dan efek seksual. Orang

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 49


berusia lanjut perlu mendapatkan perhatian atas daya absorbsi dan
kepekaannya terhadap efek obat. Monitor obat dan gejala perlu lebih cermat.

Mekanisme Kerja
Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari noradrenalin dan serotonin
yang menuju neuron presinaps. SSRI hanya memblokade reuptake dari
serotonin. MAOI menghambat pengrusakan serotonin pada sinaps. Mianserin
dan mirtazapin memblokade reseptor alfa 2 presinaps. Setiap mekanisme kerja
dari antidepresan melibatkan modulasi pre atau post sinaps atau disebut respon
elektrofisiologis.

Cara Penggunaan
Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari dan
mengalami proses first-pass metabolism di hepar. Respon anti-depresan jarang
timbul dalam waktu kurang dari 2-6 minggu. Untuk sindroma depresi ringan
dan sedang, pemilihan obat sebaiknya mengikuti urutan:
Langkah 1 : golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
Langkah 2 : golongan tetrasiklik (TCA)
Langkah 3 : golongan tetrasiklik, atypical, MAOI (Mono Amin Oxydase
Inhibitor) reversibel.
Gambar tabel 1 : Obat anti depresan TCA
Dosis Anti Hipotensi
Jenis Obat Sedasi
mg/hari Kolinergik ortostatik
Amitriptilin
50-300 ++++ ++++ ++
(laroxyl)
Klomiparim
25-250 +++ +++ ++
(anafranil)
Imipramin
30-300 ++ ++ +++
(tofranil)
Tetrasiklik
maproptoilin
(ladiomil) 50-225 ++ ++ +
mianserin
(tolvon)

Gambar tabel 2 : Obat anti depresan SSRI


Dosis
Jenis Obat Antikolinergik Sedasi Hipotensi
mg/hari
Ortostatik
20-50 0/+ 0/+ 0
paroxetin
Fluoxatin 20-60 0 0/+ 0
Sertralin 50-200 0 0/+ 0
Fluvoxamin 50-300 0 0/+ 0

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 50


Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya
sangat minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan pada
berbagai kondisi medik), spectrum efek anti-depresi luas, dan gejala putus
obat minimal, serta “lethal dose” yang tinggi (>6000 mg) sehingga relatif
aman.
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang
cukup (sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua, golongan
trisiklik, yang spektrum anti depresinya juga luas tetapi efek sampingnya
relatif lebih berat.
Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spectrum
anti depresi yang lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan
dibandingkan trisiklik, yang teringan adalah golongan MAOI. Disamping itu
juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI membutuhkan waktu
2-4 minggu istirahat untuk “washout period” guna mencegah timbulnya
“serotonin malignant syndrome”.
Pemberian Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
 onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
 efek sekunder (efek samping) : sekitar 12-24 jam
 waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).
Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu:
a) Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama
minggu I. Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari
pada hari III dan IV, 100 mg/hari pada hari V dan VI.
b) Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis
efektif kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150
mg/hari selama 7 sampai 15 hari (miggu II), kemudian minggu III 200
mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.
c) Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3
bulan. Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian
diturunkan sampai dosis pemeliharaan
d) Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya
dosis pemeliharaan ½ dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
e) Tappering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari
initiating dosage. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari à 100 mg/hari selama
1 minggu, 100 mg/hari à 75 mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari à 50
mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari à 25 mg/hari selama 1 minggu.
Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau
kemudian sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan
seterusnya. Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari
(single dose one hour before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik.
Untuk golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 51


Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh
karena “addiction potential” nya sangat minimal.
No Golongan Obat Sediaan Dosis Anjuran
Trisiklik Amitriptilin Tablet 25 mg 75-150 mg/hari
1
(TCA) Imipramin Tablet 25 mg 75-150 mg/hari
Sentralin Tablet 50 mg 50-150 mg/hari
Fluvoxamon Tablet 50 mg 50-100 mg/hari
2 SSRI
Flouxatin Tablet 20 mg 20-40 mg/hari
Paroxetin Tablet 20 mg 20-40 mg/hari
Tablet 150
3 MAOI Moclobemide 300-600 mg/hari
mg
Tablet 10, 30
Mianserin 30-60 mg/hari
mg
Tablet 50, 10
4 Atypical Trazodon 75-150 mg/hari
mg
Tablet 10, 25,
Maprotilin 75-150 mg/hari
50, 75 mg

Indikasi
Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang
berguna juga pada penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan mencegah
kekambuhan depresi.

Efek Samping
Trisklik dan MAOI : antikolinergik(mulut kering, retensi urin,
penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik (perubahan
EKG, hipotensi.
SSRI : nausea, sakit kepala
MAOI : interaksi tiramin
Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic
syndrome dengan gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi,
delirium, confusion dan disorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya:
 Gastric lavage
 Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi

Kegagalan Terapi
Kegagalan terapi pada umumnya disebabkan:
 Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat hilang
oleh karena adanya efek samping, perlu diberikan edukasi dan informasi
 Pengaturan dosis obat belum adekuat
 Tidak cukup lama mempertahankan pada dosis minimal

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 52


 Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh presepsi pasien yang tendensi
negative, sehingga penilaian menjadi “bias”.

2.3.3 Anti-Mania
Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan
aktivitas fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang
secara keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Hal
ini terjadi dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari
terdapat keadaan afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat ekspresif
atau iritabel.1,2 Sindroma mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin
dalam celah sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik, yang berdampak
terhadap “dopamine receptor supersensitivity”. Lithium karbonat merupakan
obat pilihan utama untuk meredakan sindroma mania akut dan profilaksis
terhadap serangan sindroma mania yang kambuh pada gangguan afektif
bipolar. Bentuk mania yang lebih ringan adalah hipomania. Mania seringkali
merupakan bagian dari kelainan bipolar (penyakit manik-depresif). Beberapa
orang yang tampaknya hanya menderita mania, mungkin sesungguhnya
mengalami episode depresi yang ringan atau singkat. Baik mania maupun
hipomania lebih jarang terjadi dibandingkan dengan depresi. Mania dan
hipomania agak sulit dikenali, kesedihan yang berat dan berkelanjutan akan
mendorong seseorang untuk berobat ke dokter, sedangkan kegembiraan jarang
mendorong seseorang untuk berobat ke dokter karena penderita mania tidak
menyadari adanya sesuatu yang salah dalam keadaan maupun perilaku
mentalnya.
Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain mood
modulators, mood stabilizers dan antimanik. Dalam membicarakan obat
antimania yang menjadi acuan adalah litium karbonat.

No Nama generik Sediaan Dosis Anjuran


1 Litium karbonat 250-500 mg
Tab 0,5 mg, 2 mg, 5 mg
2 Haloperidol Liq 2 mg/hari 4,5 - 15 mg
Injk 5 mg/hari
400-600 mg/hr
3 Karbamazepin Tab 200 mg
2-3 x/hr

Cara Penggunaan Obat


Pada mania akut diberikan haloperidol IM atau tablet litium karbonat.
Pada gangguan afektif bipolar dengan serangan episodik mania depresi diberi
litium karbonat sebagai obat profilaks. Daapt mengurangi frekwensi, berat dan
lamanya suatu kekambuahan. Bila penggunaan obat litium karbonat tidak
memungkinkaan dapat digunakan karbamezin. Obat ini terbukti ampuh

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 53


meredakan sindroma mania akut dan profilaks serangan sindroma mania pada
gangguan afektif bipolar.
Pada ganguan afektif unipolar, pencegahan kekambuhan dapat juga
denagn obat antidepresi SSRI yang lebih ampuh daripada litium karonat.
Dosis awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien gangguan
fisik yang mempengaruhi fungsi ginjal. Pengukuran serum dilakukan dengan
mengambil sampeel darah pagi hari, yaitu sebelum makan obat dan sekitar 12
jam setelah dosis petang.

Mekanisme kerja
Lithium Carbonate merupakan obat pilihan utama untuk meredakan
Sindrom mania akut atau profilaksis terhadap serangan Sindrom mania yang
kambuhan pada gangguan afektif bipolar.
Hipotesis: Efek anti-mania dari Lithium disebabkan kemampuannya
mengurangi ”dopamine receptor supersensitivity”, meningkatnya
”cholinergic-muscarinic activity”, dan menghambat ”cyclic AMP (adenosine
monophosphate) dan phosphoinositides”.

Indikasi
Gejala sasaran: Sindrom mania. Butir-butir diagnostik terdiri dari:
 Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari
terdapat keadaan afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat,
ekspresif dan iritabel.
 Keadaan tersebut paling sedikit 4 gejala berikut:
1. Peningkatan aktivitas (ditempat kerja, dalam hubungan sosial atau
seksual), atau ketidak-tenangan fisik
2. Lebih banyak bicara dari lazimnya ataun adanya dorongan untuk
bicara terus menerus
3. Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayatan subjektif bahwa
pikirannya sedang berlomba
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf
sampai waham/delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan tidur
6. Mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik
kepada stimulus luar yang tidak penting
7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung
kemungkina resiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila
tidak diperhitungkan secara bijaksana.

Kontra Indikasi
Wanita hamil karena bersifat teratogenik. Lithium dapat melalui plasenta
dan masuk peredaran darah janin, khususnya mempengaruhi kelenjar tiroid.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 54


Efek samping
 Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik
pasien.
 Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama: mulut kering, haus,
gastrointestinal distress (mual, muntah, diare, feses lunak), kelemahan
otot, poliuria, tremor halus (fine tremor, lebih nyata pada pasien usia
lanjut dan penggunaan bersamaan dengan neuroleptika dan antidepresan)
Tidak ada efek sedasi dan gangguan akstrapiramidal.
 Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan berat badan, perubahan
fungsi tiroid, edema pada tungkai metalic taste, leukositosis, gangguan
daya ingat dan kosentrasi pikiran
 Gejala intoksikasi
o Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, kosentrasi
pikiran menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan
tidak stabil.
o Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala: kesadaran
menurun, oliguria, kejang-kejang.
o Penting sekali pengawasan kadar lithium dalam darah.
 Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium :
o Demam (berkeringat berlebihan)
o Diet rendah garam
o Diare dan muntah-muntah
o Diet untuk menurunkan berat badan
o Pemakaian bersama diuretik, antireumatik, obat anti inflamasi
nonsteroid
 Tindakan mengatasi intoksikasi lithium :
o Mengurangi faktor predisposisi
o Diuresis paksa dengan garam fisiologis NaCl diberikan secara IV
sebanyak 10 ml
 Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang faktor
predisposisi, minum secukupnya, bila berkeringat dan diuresis banyak harus
diimbangi dengan minum lebih banyak, mengenali gejala dan intoksikasi
dan kontrol rutin.

2.3.4 Anti-Ansietas
Antiansietas adalah obat – obat yang digunakan untuk mengatasi
kecemasan dan juga mempunyai efek sedative, relaksasi otot, amnestic, dan
antiepileptic.
Antiansietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak golongan
obat yang mendepresi system saraf pusat (SSP) lain telah digunakan untuk
sedasi siang hari pada pengobatan ansietas, namun penggunaannya saat ini
telah ditinggalkan. Alasannya ialah antara lain golongan barbiturate dan
meprobamat, lebih toksik pada takar lajak (overdoses).

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 55


Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas
adalah klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam,
prazepam, alprazolam, dan halozepam. Sedangkan klorazepam lebih
dianjurkan untuk pengobatan panic disorder.
Obat anti-ansietas mempunyai beberapa sinonim, antara lain psikoleptik,
transquilizer minor dan anksioliktik. Dalam membicarakan obat antiansietas
yang menjadi obat racun adalah diazepam atau klordiazepoksid

No Nama Generik Golongan Sediaan


Dosis Aniuran
Peroral 10-30
mg/hari, 2,3
mg/hari
1 Diazepam Benzodiazepin Tab 2-5 mg Parental
IV/IM 2-10
mg/kali, setiap
3-4 jam
Tab 5 mg 15-30 mg/hari
2 Klordiazepokzoid Benzodiazepin
Kap 5 mg 2-3 x/hari
2-3 x 1
3 Lorazepam Benzodiazepin Tab 0,5-2 mg
mg/hari
2-3 x 10
4 Clobazam Benzodiazepin Tab 10 mg
mg/hari
Tab 1,5-3-6 3 x 1,5
5 Brumazepin Benzodiazepin
mg mg/hari
2-3 x 10
6 Oksazolom Benzodiazepin Tab 10 mg
mg/hr
2-3 x 5 mg /
7 Klorazepat Benzodiazepin Cap 5-10mg
Hr
Tab 0,25-
3 x 0,25-0,5
8 Alprazolam Benzodiazepin 0,5-
mg/hr
1 mg
9 Prazepam Benzodiazepin Tab 5 mg 2-3 x 5 mg/hr
100-200
10 Sulpirid NonBenzodiazepin Cap 50 mg
mg/hari
11 Buspiron NonBenzodiazepin Tab 10 mg 15-30 mg/hari

Mekanisme Kerja
Mayoritas neurotransmitter yang melakukan inhibisi di otak adalah
asam amino GABA (gamma-aminobutyric acid A). Secara selektif
reseptor GABA akan membiarkan ion Chlorid masuk ke dalam sel,
sehingga terjadi hiperpolarisasi neuron dam menghambat penglepasan
transmisi neuronal. Secara umum obat – obat antiansietas ini bekerja di

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 56


reseptor GABA. Benzodiazepine menghasilkan efek pengikatan terhadap
reseptor GABA tersebut.

Cara Penggunaan
 Benzodiazepine memiliki rasio terapetik yang tinggi sebagai anti
ansietas dan kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang
rendah dibandingkan dengan meprobamate atau fenobarbital.
 Benzodiazepine sebagai “drug of choice” karena memiliki
spesifisitas, potensi dan kemanannya.
 Spectrum klinis benzodiazepine memliputi efek anti ansietas
(lorazepam, clobazam, bromazepam), antikonvulsan, anti insomnia
(nitrazepam/flurazepam), dan premedikasi tingkat operatif
(midazolam).
 Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai
“steady state” dimana dapat dicapai 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali
sehari. Onset of action cepat dan langsung memberikan efek.
 Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis
setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini
dipertahankan 2-3 minggu. Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal
setiap 2-4 minggu sehingga tercapai dosis pemeliharan. Bila kambuh
dinaikkan lagi dan tetap efektif pertahankan 4-8 minggu.
 Pemberian obat tidak boleh lebih dari 1-3 bulan dan penghentian
selalu secara bertahap.

Efek Samping dan Kontra Indikasi


Pada penggunaan dosis terapi jarang timbul efek samping seperti
rasa mengantuk, tetapi pada kadar takar lajak (overdoses) benzodiazepine
menimbulkan efek depresi SSP. Efek samping akibat depresi susunan
saraf pusat berupa kantuk dan ataksia yang merupakan kelanjutan dari
efek farmakodinamik obat – obat tersebut. Efek antiansietas diazepam
dapat diharapkan terjadi bila kadar dalam darah mencapai 300-400 ng/mL
dan pada kadar ini sudah terjadi efek sedasi dan gangguan psikomotor.
Intoksikasi SSP yang menyeluruh terjadi pada kadar di atas 900-1000
ng/mL.
Hal yang ganjil adalah sesekali terjadi peningkatan ansietas.
Respon semacam ini terjadi khusus pada pasien yang merasa ketakutan
dan terjadi penumpulan daya pikir sebagai akibat efek samping sedasi
antiansietas.Efek yang unik juga adalah dimana terjadi peningkatan nafsu
makan yang mungkin ditimbulkan oleh derivate benzodiazepine secara
mental.
Umumnya, toksisitas klinik benzodiazepine rendah. Bertambahnya
berat badan, yang mungkin disebabkan karena perbaikan nafsu makan,
terjadi pada beberapa pasien. Banyak efek samping yang dilaporkan

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 57


pasien tumpang tindih dengan dengan gejala ansietas, oleh sebab itu
anamnesis yang cermat sangat penting sehingga dapat dibedakan apakah
benar merupakan efek samping atau merupakan gejala ansietas.2
Pemberian dalam jumlah besar dan jangka waktu lama dapat
menyebabkan toleransi dan dependensi, serta gejala putus zat apabila obat
dihentikan secara tiba – tiba.
Derivate benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama
dengan alcohol, barbiturate dan atau fenotiazin. Kombinasi ini mungkin
menimbulkan efek depresi yang berlebihan. Pada pasien dengan
gangguan pernapasan, benzodiazepine dapat memperberat gejala sesak
napas.

Indikasi dan Sediaan


Derivate benzodiazepine digunakan untuk menimbulkan sedasi,
menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada
hubungan dengan rasa cemas. Selain sebagai antiansietas, derivate
benzodiazepine juga digunakan sebagai hipnotik, antikonvulsan, pelemas
otot, dan induksi anestesi umum yang tentunya dosis untuk masing –
masing tujuan penggunaan berbeda.
Sebagai antiansietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral
atau bila sangat diperlukan, suntikan dapat diulang 2-4 jam dengan dosis
25 – 100 mg sehari dalam 2 atau 4 pemberian. Dosis diazepam adalah 2-
20 mg sehari, dan pemberian suntik dapat diulang tiap 3-4 jam.
Klorazepat diberikan secara oral 30 mg sehari dalam dosis terbagi.
Klodiazepoksid tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg.
diazepam tersedia dalam bentuk tablet 2 mg dan 5 mg. diazepam tersedia
sebagai larutan untuk pemberian rektal pada anak dengan kejang demam.
Alprazolam tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg, 1 mg, dan 2 mg.

Toleransi dan Ketergantungan Fisik


Keadaan ini terjadi apabila benzodiazepine diberikan dalam dosis
tinggi dan dalam jangka waktu yang lama. Jadi pemberian golongan obat
ini lebih dari 3 minggu sebaiknya dihindari. Habituasi dapat terjadi akibat
benzodiazepine, namun karena waktu paruhnya panjang dan terjadi
perubahan menjadi metabolit aktif, gejala putus obat mungkin tidak akan
Nampak selama 1 minggu sesudah penghentian obat pada pemakaian
kronik. Umumnya pada pemberian dengan dosis biasa tidak akan terjadi
gejala putus obat.

2.3.5 Anti-Insomnia
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan
yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
A Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
B Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 58


Sinonimnya adalah hipnotik, somnifacient, atau hipnotika. Obat acuannya
adalah fenobarbital
Nama Dosis
No Golongan Sediaan
Generik Aniuran
Dewasa 2 tab
1 Nitrazepam Benzodiazepin Tab 5 mg
Lansia 1 tab
Tab 0,125 Dewasa 2 tab
2 Triazolam Benzodiazepin
mg Lansia 1 tab
Tab 1 mg 1-2
3 Estazolam Benzodiazepin
Tab 2 mg mg/malam
1-2 cap, 15-
30
Chloral Soft cap 500
4 NonBenzodiazepin menit
hydrate mg
sebelum
tidur

Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :


 Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur). Obat yang dibutuhkan
adalah bersifat “Sleep inducing anti-insomnia” yaitu golongan
benzodiazepine (Short Acting) Misalnya pada gangguan anxietas.
 Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk
kembali ke proses tidur selanjutnya). Obat yang dibutuhkan adalah bersifat
“Prolong latent phase Anti-Insomnia”, yaitu golongan heterosiklik
antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik). Misalnya pada gangguan depresi.
 Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-
pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening). Obat yang
dibutuhkan adalah bersifat “Sleep Maintining Anti-Insomnia”, yaitu
golongan phenobarbital atau golongan benzodiazepine (Long acting).
Misalnya pada gangguan stres psikososial.

Pengaturan Dosis
 Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi tidur.
 Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan
dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off
(untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat)
 Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih
perlahan-lahan, untuk menghindari oversedation dan intoksikasi
 Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-3 kali
seminggu (tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada usia lanjut

Lama Pemberian
 Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak
lebih dari 2 minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 59


dari 2 minggu dapat menimbulkan perubahan “Sleep EEG” yang menetap
sekitar 6 bulan lamanya.
 Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena “Psychological
Dependence” (habiatuasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan
tidur dapat ditanggulangi.

Efek Samping
 Supresi SSP (susunan saraf pusat) pada saat tidur.
 Hati – hati pada pasien dengan insufisiensi pernapasan, uremia, gangguan
fungsi hati, oleh karena keadaan tersebut terjadi penurunan fungsi SSP,
dan dapat memudahkan timbulnya koma. Pada pasien usia lanjut dapat
terjadi “over sedation”, sehingga resiko jatuh dan trauma menjadi besar,
yang sering terjadi adala “hip fracture”.
 Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat anti-
insomnia (waktu paruh) :
o Waktu paruh singkat, seperti Triazolberat (sekitar 4 jam) gejala
rebounllebih berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik
o Waktu paruh sedang, seperti Estazolam gelaja reboun lebih ringan
o Waktu paruh panjang, seperti Nitrazepam menimbulkan gejala “hang
over” pada pagi harinya dan juga “intensifying daytime sleepiness”
Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dapat
terjadi “disinhibiting effect” yang menyebabkan “rage reaction” (perilaku
penyerang dan ganas)

Perhatian Khusus
 Kontraindikasi :
o Sleep apneu syndrome
o Congestive Heart Failure
o Chronic Respiratory Disease
 Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko
menimbulkan “teratogenic effect” (e.g.cleft-palate abnormalities)
khususnya pada trimester pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan
melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP)

2.3.6 Obat Anti Obsesif-Kompulsif


Dalam membicarakan obat anti obsesi kompulsi yang menjadi acuan
adalah klomipramin.
Obat anti obsesi kompulsi dapat digolongkan menjadi :
1. Obat anti obsesi kompulsi trisiklik, contoh klomipramin
2. Obat anti obsesi kompulsi SSRJ, contoh sentralin, paroksin, flovokamin,
fluoksetin
No Nama Generik Sediaan Dosis anjuran
1 Clompramine Tab 25 mg 75-200 mg/hr

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 60


2 Fluvoxamine Tab 50 mg 100-200 mg/hr
3 Sertraline Tab 50 mg 50-150 mg/hr
Cap 20 mg, caplet
4 Fluxetine 20-80 mg/hr
20 mg
5 Paroxetine Tab 20 mg 40-60 mg/ hr

Mekanisme kerja
Menghambat re-uptake neurotransmitter serotonin sehingga gejala mereda.

Cara penggunaan
Sampai sekarang obat pilihan untuk gangguan obsesi kompulsi adalah
klomipramin. Terhadap meraka yang peka dapat dialihkan ke golongan SSRI
dimana efek samping relatif aman. Obat dimulai dengan dosis rendah
klomopramin mulai dengan 25-50 mg /hari (dosis tunggal malam hari),
dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25 mg/hari sampai tercaapi
dosis efektif (biasanya 200-300 mg/hari).
Dosis pemeliharan umumnya agak tinggi, meskipun bersifat individual,
klomipramin sekitar 100-200 mg/hari dan sertralin 100 mg/hari. Sebelum
dihentikan lakukan pengurangan dosis secara tappering off. Meskipun respon
dapat terlihat dalam 1-2 minggu, untuk mendapatkan hasil yang memadai
setidaknya diperlukan waktu 2- 3 bulan dengan dosis antara 75-225 mg/hari

2.3.7 Obat Anti Panik


Dalam membicarakan antipanik yang menjadi obat acuan adalah imipramin
No Nama Generik Sediaan Dosis Anjuran
1 Imipramin Tab 25 mg 75-150 mg/hr
2 Clomipramin Tab 25 mg 75-150 mg/hr
Tab 0,25 mg,0,5
3 Alprazol mg, 2-4 mg/hr
1 mg
4 Moclobemid Tab 150 mg 300-600 mg/hr
5 Sertralin Tab 50 mg 50-100 mg/hr
Cap dan caplet 20
6 Fluoxetin 20-40 mg/hr
mg
7 Parocetin Tab 20 mg 20-40 mg/hr
8 Fluvoxamine Tab 50 mg 50-100 mg/hr

Mekanisme kerja
Sindrom panik berkaitan dengan hipersensitivitas dari serotonic
reseptor di SSP. Mekanisme kerja obat antipanik adalah menghambat reuptake
serotonin pada celah sinaptik antar neuron.

Cara Penggunaan Obat

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 61


 Golongan SSRI mempunyai efek samping yang lebih ringan
 Alprozolam merupakan obat yang paling kurang toksiknya dan onset
kerjanya lebih cepat

Efek samping obat


 Mengantuk, sedasi, kewaspadaan berkurang
 Neurotoksik

Lama Pemberian Obat


 Lamanya pemberian obat tergantung dari individual, umunya selama
6-12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap selama 3 bulan bila
kondisi penderita sudah memungkinkan
 Dalam waktu 3 bulan bebas obat 75% penderita menunjukkan gejala
kambuh. Dalam keadaan ini maka pemberian obat dengan dosis semula
diulangi selama 2 tahun. Setelah itu dihentikan secara bertahap selama
3 bulan.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 62


BAB III
PENUTUP
A KESIMPULAN
Perawatan kesehatan jiwa adalah proses berhubungan yang meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang akan menyokong integritas fungsi.
Proses keperawatan pada klien dengan kesehatan jiwa merupakan tantangan yang
unik karena masalah kesehataan jiwa tidak dapat dapat diliat langsung, seperti pada
masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai
hal.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran
perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dan Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif
pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan
perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf
kualitas hidup pasien.
Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis,
anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia. Pembagian lainnya dari obat
psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika

B SARAN
Perawat jiwa yang ada di rumah sakit (rumah sakit jiwa, rumah sakit umum, panti
kesehatan jiwa, yayasan yang merawat pasien gangguan jiwa), pengajar keperawatan
jiwa di sekolah keperawatan, perawat jiwa yang ada di struktur departemen kesehatan
dan dinas kesehatan diharapkan bersatu padu untuk menyuarakan kesehatan jiwa pada
setiap desempatan mulai dari sekarang kepada setiap orang yang ditemui. Kegiatan yang
dilakukan berupa advocacy and action
Semoga makalah ini mahasiswa bisa memahami dan mempelajari lebih dalam lagi
tentang keperawatan jiwa.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 63


DAFTAR PUSTAKA

1. Ambarawati dan Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogjakarta : Cakrawala
2. Keliat, B.A. dkk. 2005. Proses Keperawatan kesehatan jiwa Edisi 2. Jakarta : EGC
3. Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-
lima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. hal. 171-7
4. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry, 10th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
5. Maslim R. Panduan Praktis : Penggunaan Obat Psikotropik (Psychotropic Medication).
Edisi ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Ama
6. Hollister LE. Obat antidepresan. Dalam: Farmakologi dasar dan klinik. Katzung BG.
Edisi ke-enam.1998. Jakarta: EGC. hal. 467-77.
7. Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan
kesehatan Jiwa. Buku pedoman pelayana kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina
Pelayanan kesehatan Jiwa.2006. hal. 59-64.

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN PSIKOFARMAKA 64

Anda mungkin juga menyukai