Anda di halaman 1dari 71

LIMFOMA MALIGNA

DESI NATALIA T.I., S.Kep., Ns., M.Kep


DEFINISI
• Limfoma adalah kanker yang berasal dari
jaringan limfoid mencakup system limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen,
ditandai dengan kelainan umum yaitu
pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali
(pembesaran limpa), hepatomegali (Pembesaran
hati) dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini
dapat juga dijumpai ekstra nodul yaitu diluar
system limfatik dan imunitas antara lain pada
traktus digestivus (sistem Pencernaan), paru,
kulit dan organ lain.
• Limfoma adalah kanker yang berasal dari
jaringan limfoid mencakup system
limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini
bersifat heterogen, ditandai dengan
kelainan umum yaitu pembesaran
kelenjar limfe diikuti splenomegali,
hepatomegali dan kelainan sumsum
tulang.
• Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra
nodul yaitu diluar system limfatik dan
imunitas antara lain pada traktus
digestivus, paru, kulit dan organ lain.
• Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening)
merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik
(sistem sirkulasi sekunder berfungsi mengalirkan
limpa atau getah bening di dalam tubuh) yaitu sel-sel
limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit
sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna =
ganas). (Sel B menghasilkan antibodi, seperti
molekul protein yangg akan menghancurkan benda
asing dengan berbagai mekanisme.) dan (Sel T
membunuh sel scr langsung)
klasifikasi limfoma Maligna
•Limfoma Hodgkin (LH)
•Limfoma non Hodgkin (LNH)
• Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan
patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel
Reed Sternberg (Sel Reed-Sternberg merupakan
tanda patognomonis untuk limfoma Hodgkin), dan
sifat LNH lebih agresif
sel Reed Sternberg
• Untuk melihat adanya sel Reed-Sternberg pada
sediaan bukanlah hal yang mudah. Benar-benar
membutuhkan ketelitian ekstra. Selain karena
jumlahnya pada sediaan kadang memang tidak
banyak, sel Reed-Sternberg mempunyai 4 variasi
yang kadang-kadang menyerupai sel-sel lain.
Oleh karena itu, karakteristik sel Reed-Sternberg
perlu dikenali dengan baik.
Sel Reed-Sternberg diagnostik. Inti 2 lobus, dengan
inklusi besar seperti anak inti, sitoplasma banyak,
seperti mata burung hantu.
Sel Reed-Sternberg varian lakunar. Inti melipat atau
multilobus dalam sitoplasma jernih. Sel ini khas
didapatkan pada limfoma Hodgkin subtipe nodular
sklerosis.
Sel Reed-Sternberg varian limfohistiositik. Inti
irreguler, anak inti kecil, kromatin halus, sitoplasma
banyak (sel pop corn). Sel ini sering didapatkan pada
limfoma Hodgkin subtipe limfosit predominan.
Sel Reed-Sternberg varian mononuklear.
EPIDEMIOLOGI
• Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup
dengan limfoma maligna terutama tipe LNH,
dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang
meninggal karena penyakit ini. Dari tahun ke
tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus
meningkat. Sekedar gambaran, angka kejadian
LNH telah meningkat 80 persen
• Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih
banyak terjadi pada orang dewasa dengan
angka tertinggi pada rentang usia antara 45
sampai 60 tahun. Sedangkan pada Limfoma
Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya
merupakan 1 % dari seluruh kanker
Etiologi
Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih
belum diketahui dengan pasti. Empat kemungkinan
penyebabnya adalah :
1. Faktor keturunan,
2. Kelainan sistem kekebalan,
3. Infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-
cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr
virus (EBV), Helicobacter Sp)
4. Toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan
pewarna kimia).
Klasifikasi
1. Klasifikasi Penyakit
2. Klasifikasi Patologi
Klasifikasi Penyakit
Ada dua jenis penyakit yang
termasuk limfoma malignum
yaitu penyakit Hodgkin (PH)
dan limfoma non Hodgkin
(LNH). Keduanya memiliki
gejala yang mirip.
Perbedaannya dibedakan
berdasarkan pemeriksaan
patologi anatomi dimana pada
PH ditemukan sel Reed
Sternberg, dan sifat LNH lebih
agresif
Klasifikasi Patologi
• Klasifikasi limfoma maligna telah mengalami
perubahan selama bertahun – tahun. Pada tahun 1956
klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan.
Rappaport membagi limfoma maligna menjadi tipe
nodular dan difus kemudian subtipe berdasarkan
pemeriksaan sitologi.
• Modifikasi klasifikasi ini terus
berlanjut hingga pada tahun 1982
muncul klasifikasi Working
Formulation yang membagi
limfoma maligna menjadi
keganasan rendah, menengah dan
tinggi berdasarkan klinis dan
patologis.
• Seiring dengan kemajuan imunologi dan
genetika maka muncul klasifikasi terbaru pada
tahun 1982 yang dikenal dengan Revised
European-American classification of
Lymphoid Neoplasms (REAL classification).
Meskipun demikian, klasifikasi Working
Formulation masih menjadi pedoman dasar
untuk menentukan diagnosis, pengobatan, dan
prognosis, yaitu sebagai berikut :
PERTAMA


Limfoma malignum
limfositik kecil

Limfoma malignum
Keganasan folikular, didominasi sel
berukuran kecil cleaved
rendah ●
Limfoma malignum
folikular, campuran sel
berukuran kecil cleaved
dan besar
KEDUA

Limfoma malignum,
folikular, didominasi sel
berukuran besar

Limfoma malignum, difus,
Keganasan sel berukuran kecil
menengah

Limfoma malignum, difus,
campuran sel berukuran
kecil dan besar

Limfoma malignum, difus,
sel berukuran besar
KETIGA


Limfoma malignum, sel
imunoblastik berukuran
besar
Keganasan ●
Limfoma malignum, sel
limfoblastik
tinggi ●
Limfoma malignum, sel
berukuran kecil
noncleaved
Stadium Limfoma Maligna
• Penyebaran Limfoma dapat
dikelompokkan dalam 4 stadium.
Stadium I dan II sering dikelompokkan
bersama sebagai stadium awal penyakit,
sementara stadium III dan IV
dikelompokkan bersama sebagai stadium
lanjut.
Stadium II : Penyebaran Limfoma
Stadium I : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih
hanya terdapat pada satu kelompok kelenjar getah bening,
kelompok tetapi hanya pada satu sisi
yaitu kelenjar getah bening. diafragma, serta pada
seluruh dada atau perut.
Stadium III : Penyebaran Stadium IV : Penyebaran Limfoma
Limfoma menyerang dua atau selain pada kelenjar getah bening
lebih setidaknya pada satu organ lain
kelompok kelenjar getah juga seperti sumsum tulang, hati,
bening, serta pada dada dan paruparu,
perut. atau otak
Gejala Klinis
Gejala klinis dari penyakit limfoma maligna adalah sebagai
berikut :
1. Limfodenopati superficial. Sebagian besar pasien datang
dengan pembesaran kelenjar getah bening asimetris yang
tidak nyeri dan mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau
pangkal paha)
2. Demam
3. Sering keringat malam
4. Penurunan nafsu makan
5. Kehilangan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan
(anorexia)
6. Kelemahan, keletihan
7. Anemia, infeksi, dan pendarahan dapat dijumpai pada kasus
yang mengenai sumsum tulang secara difus
Faktor Predisposisi
• 1. Usia
• 2. Jenis kelamin
• 3. Gaya hidup yang tidak sehat
• 4. Pekerjaan
Limfoma Hodgkin (LH)
•  = Limfoma Hodgkin = Hodgkin disease
•  Sel Reed-Sternberg (+)

•  Berasal dari makrofag


* Gambaran klinis (1)
• Distribusi usia bimodal
• Puncak I : 20 th, puncak II : 50 th
• Umumnya dengan pembesaran KGB leher
• Gejala konstitusional : febris, BB turun, keringat
malam, rasa gatal
* Gambaran klinis (2)
• Biasanya pada lokasi KGB tertentu
• Menyebar ke-area KGB sekitar
• Pada tahap akhir : invasi vascular = penyebaran
hematogen yg luas
Clinical Staging & Therapy
* Clinical staging
• I. Satu regio KGB
•  II. Dua regio KGB pada 1 sisi diafragma
•  III. Terdapat pada 2 sisi diafragma
•  IV. Penyebaran luas ( SST, hepar )
• -----------------------------------------------
• A. Gejala konstitusional (-)
• B. Gejala konstitusional (+)
* Penatalaksanaan
• Stage IA, IIA  radiotx
• Stage IIB dst  kemotx agresif
* Prognosis
• Stage IA-IIA dg.radiotx
• 10 yrs survival-rate 80 %
•  Stage IIB-IIIA
• 5 yrs survival-rate 30 – 60 %
• Stage IIIB keatas
• 5 yrs survival-rate 20 – 50 %
Prognosis buruk
• 1. Usia lanjut
• 2. Bulky disease
• 3. Tipe : deplesi limposit
mixed cellularity
>10 cm

Bulky disease
Limfoma Non Hodgkin
• Tumor pd KGB maupun extra-nodal
•  Dx patologik mell biopsi KGB
•  Tdp abnormalitas sito-genetik
• _________________________________
• Klinis : dpt bersifat indolent
• dpt bersifat rapid progressive
Gambaran klinis LNH
• Pd LNH indolent :
• pembasaran KGB, nyeri(-), (isolated/meluas)
• umumnya sudah menyebar
• dapat melibatkan SST
Gbr.klinis (2)
• Pd LNH high-grade
•  - pembesaran KGB (nodal atau extranodal)
• kulit, saluran cerna dll
•  - gejala konstitusional : febris, BB turun,
keringat malam
• abdomen rasa penuh / nyeri
* Laboratorium
• Hapusan darah tepi umumnya normal
• kecuali pada fase “leukemik” (sangat
• mirip dengan leukemia)
• Keterlibatan SST :
• agregasi limfoid paratrabecular
* Diagnosis
• Dx patologis harus melalui pemeriksaan
• biopsi kelenjar getah bening
* Penatalaksanaan
• Setelah ditegakkannya dx
Staging
• untuk menetapkan tahap penyakit
• Tx Regional ? ( radiotx )
• Tx Sistemik ? ( kemotx )
* Pedoman Umum
• Clinical staging :

 Stage Ia , Ib, IIa : radiotx


 Stage II b dst : kemotx
* Prognosis
• Limfoma Indolent :
• median survival 6 – 8 th.
• pd tahap akhir akan refrakter thd.
• kemotx yang diberikan.
• Limfoma High-grade :
• tergantung respon terhadap kemotx
Asuhan Keperawatan
• Pengkajian
• Data subyektif
- Demam berkepanjangan dengan suhu diatas 38
derajat celcius
- Sering keringat malam
- Cepat merasa lelah
- Badan lemah
- Nafsu makan menurun
- Intake makan dan minum menurun
• Data obyektif
- Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan
pada leher, ketiak atau pangkal paha
- Wajah pucat
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :
• Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
• Kehilangan produktifitasdan penurunan
toleransi latihan
• Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak
Tanda :
• Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan
lamban dan tanda lain yang menunjukkan
kelelahan
SIRKULASI
Gejala
• Palpitasi, angina atau nyeri dada
Tanda
• Takikardia, disritmia.
• Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena
karena pembesaran nodus limfa adalah kejadian
yang jarang)
• Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan
kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu dan
pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)
• Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
INTEGRITAS EGO
Gejala
• Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
• Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan
kemungkinan takut mati
• Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas
pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)
• Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal,
takut kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan
waktu kerja.
• Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi
orang yang tergantung pada keluarga.
Tanda
• Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
ELIMINASI
Gejala
• Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
• Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom
malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda
• Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran
pada palpasi (hepatomegali)
• Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada
saat palpasi (splenomegali)
• Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria
(obstruksi uretal/ gagal ginjal).
• Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang
spinal terjadi lebih lanjut)
MAKANAN/CAIRAN
Gejala
• Anoreksia/kehilangna nafsu makan
• Disfagia (tekanan pada easofagus)
• Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan
atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa
upaya diet.
Tanda
• Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder
terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
• Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena
kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
• Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran
nodus limfa intra abdominal)
NEUROSENSORI
Gejala
• Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar
saraf oleh pembesaran nodus limfa pada brakial,
lumbar, dan pada pleksus sakral Kelemahan otot,
parestesia.
Tanda
• Status mental : letargi, menarik diri, kurang
minatumum terhadap sekitar.
• Paraplegia (kompresi batang spinal dari tubuh vetrebal,
atau kompresi suplai darah terhadap batang spinal)
NYERI/KENYAMANAN
Gejala
• Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang
terkena misalnya, pada sekitar mediastinum,
nyeri dada, nyeri punggung (kompresi
vertebral), nyeri tulang umum (keterlibatan
tulang limfomatus).
• Nyeri segera pada area yang terkena setelaah
minum alkohol.
Tanda
• Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
PERNAPASAN
Gejala
• Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda
• Dispnea, takikardia
• Batuk kering non-produktif
• Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan
frekwensi pernapasan dan
• kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
• Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran
nodus pada saraf laringeal).
KEAMANAN
Gejala
• Riwayat sering atau adanya infeksi (abnormalitas
imunitas seluler pencetus untuk infeksi virus herpes
sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
• Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin
pada pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr).
• Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
• Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari
terakhir sampai beberapa minggu (demam pel Ebstein)
diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa
menggigil.
• Kemerahan/pruritus umum
Tanda
• Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi
dari 38oC tanpa gejala infeksi.
• Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak atau
membesar (nodus servikal paling umum terkena, lebih
pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus
• aksila dan mediastinal)
• Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat
digerakkan.
• Pembesaran tosil
• Pruritus umum.
• Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
SEKSUALITAS
Gejala
• Masalah tentang fertilitas/ kehamilan
(sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi
pengobatan mempengaruhi)
• Penurunan libido.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

Gejala
• Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden
diantara keluarga pasien Hodgkin dari pada
populasi umum)
• Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja
kayu/kimia)
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi 
2. Hyperthermia berhubungan dengan tidak efektifnya
termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah 
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpajan informasi 
5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
pembesaran nodus medinal / edema jalan nafas. 
Intervensi
• Sesuaikan dengan NOC dan NIC
• Buat tujuan dan kriteria yang akan dicapai (Output)
Membuat rencana keperawatan dan menentukan pendekatan
yang dugunakan untuk memecahkan masalah klien. Ada 3
tahap dalam fase perancanaan yaitu menetukan prioritas,
menulis tujuan dan perencanan tindakan keperawatan
• Intervensi yang direncanakan mengandung komponen ONEC.
O= Observasi
N= Nursing
E= Education
C= Colaboration
• Setiap intervensi harus memiliki rasional yang jelas
Implementasi
• Sesuaikan dengan NIC pada setiap diagnosa keperawatan
• Implementasi adalah mengacu dari intervensi yang
direncanakan
• Harus memiliki hasil yang jelas
• Contoh:
memberikan health education tentang relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi rasa nyeri sebagai
penatalaksanaan terapi non farmakologi. (hasilnya adalah
apakah pasien dan keluarga mengerti dan memahami
serta dapat melakukan relaksasi nafas dalam.
Evaluasi
Evaluasi….
• Setiap diagnosa keperawatan yang telah
direncanakan harus dievaluasi
• Evaluasi dapat berupa: SOAP, SOAPIE,
SOAPIER.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai