Pendahuluan Pembentukan kompleks imun atau kompleks antigen- antibodi merupakan proses alami dalam rangka mempertahankan tubuh terhadap antigen yang larut, misalnya toksin bakteri. Penyatuan antigen dan antibodi untuk membentuk kompleks yang tak larut pada tempat tertentu dalam tubuh akan menimbulkan reaksi radang akut. Dalam keadaan normal, kompleks imun yang dibentuk oleh toksin dan antitoksin segera dimusnahkan dengan cara fagositosis dan selanjutnya hilang dari sirkulasi. Namun, pada keadaan tertentu adanya kompleks imun dalam sirkulasi dapat menyebabkan berbagai kelainan dalam organ tubuh yang disebut penyakit kompleks imun. Rheumatoid arthritis (RA) merupakan salah satu contoh penyakit kompleks imun. Pada penyakit ini dibentuk Imunoglobulin berupa IgM (yang disebut rheumatoid factor, RF) yang spesifik terhadap fraksi Fc dari molekul IgG. Studi deskriptif epidemiologi RA menunjukkan prevalensi RA adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3 sampai 2,1 persen), dan insiden tahunan yang sangat variasi (12-1,200 per 100,000 per populasi) tergantung jenis kelamin, ras, etnik dan tahun. Perempuan mengalami sekitar 3 kali lebih sering daripada laki-laki. Prevalensi meningkat dengan bertambahnya usia, dan perbedaan jenis kelamin hilang pada kelompok usia yang lebih tua. Kompleks Imun Dalam keadaan normal, kompleks imun dalam sirkulasi akan diikat dan diangkut oleh eritrosit ke hati, limpa dan di sana dimusnahkan oleh sel fagosit mononuklear, terutama di hati, limpa dan paru tanpa bantuan komplemen. Pada umumnya, kompleks yang besar dapat dengan mudah dan cepat dimusnahkan oleh makrofag dalam hati, sedangkan kompleks yang kecil dan larut akan sulit untuk dimusnahkan, oleh karena itu kompleks ini dapat beredar lebih lama berada di dalam sirkulasi. Kompleks imun dapat berasal dari ikatan antigen-antobodi dalam sirkulasi ataupun terbentuk pada jaringan setempat. Pada beberapa penyakit antigen merupakan komponen dari jaringan tubuh sendiri (autoantigen), sehingga dikenal sebagai penyakit autoimun atau berasal dari agen infeksi (bakteri, virus, maupun jamur). Penyakit kompleks imun adalah sekelompok penyakit yang didasari oleh adanya endapan kompleks imun pada organ spesifik, jaringan tertentu atau beredar dalam pembuluh darah (Circulating Immune Complex). Biasanya antibodi berupa IgG dan IgM, tapi pada penyakit tertentu juga terlihat peranan IgG dan IgM. Penyakit kompleks imun terbagi atas dua kelompok yaitu: penyakit kompleks imun alergi dan non alergi. Penyakit kompleks imun alergi antara lain: reaksi Arthus, reaksi serum sickness, alergik bronko alveolaris, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk penyakit kompleks imun non alergi antara lain: Systemic Lupus Erythematous (SLE), vaskulitis, glomerulonefritis, rheumatoid arthritis (RA), dan demam rematik. Walaupun etiologi spesifik penyakit ini sangat bervariasi namun patofisiologi secara umum sama. Dasar patofisiologi penyakit kompleks imun ini adalah reaksi hipersensitivitas tipe III menurut Gell dan Comb. Reaksi yang terjadi disebut juga reaksi kompleks imun, terjadi bila kompleks antigen- antibodi ditemukan di sirkulasi/dinding pembuluh darah atau di jaringan dan mengaktifkan komplemen. Pada artritis rematoid (RA), sel plasma dalam sinovium membentuk antiIgG (faktor rematoid berupa IgM) dan menimbulkan kompleks imun di sendi. Definisi Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan, kerusakan pada sendi tulang ankilosis, dan deformitas. Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan prosesinflamasi pada sendi. Artritis Reumatoid adalah Inflamasi jaringan synovial yang bersifat: Destruktif, kronik, progesif dan sistemik Peradangan pada jaringan synovial yang disebabkan oleh bakteri Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit multisistem kronik yang penyebabnya tidak diketahui. Kemungkinan RA merupakan manifestasi respons terhadap suatu agen infeksiosa pada pejamu yang secara genetis rentan telah diperkirakan. Karena distribusi RA yang mendunia, organisme infeksiosa tersangka dihipotesiskan terdapat dimana-mana. Etiologi Rheumatoid faktor: Antibodi yang tidak biasa dari Immunoglobin (Ig) M atau IgG Terbentuknya IgG akan menyerang IgG antigen dan membentuk komplek yang bersarang pada sinovium dan jaringan penyambung lainnya (lokal dan sistemik) RA berhubungan dengan Human Leukocyte Antigen (HLA) DRw4 RA juga dinamakan penyakit Autoimune tetapi tidak mutlak murni Sejumlah agen penyebab telah diperkirakan, yaitu Mycoplasma, virus Epstein-Barr, sitomegalovirus, parvovirus, dan virus 375 rubela, tetapi bukti yang meyakinkan apakah agen tesebut atau agen infeksiosa lain menyebabkan RA belum ada. Etiologi dari sumber lain…… Rheumatoid arthritis merupakan salah satu contoh penyakit yang terjadi akibat kompleks imun. Pada penyakit ini terbentuk suatu imunoglobulin (Ig) yang berupa IgM (disebut rheumatoid factor, RF) yang spesifik terhadap fraksi Fc dari molekul IgG. Mengapa jenis Ig ini dibentuk dalam jumlah yang besar pada beberapa orang tidaklah diketahui. Kompleks RF dan IgG ditimbun di sinovial sendi dan mengaktifkan komplemen yang melepas mediator dengan dengan sifat kemotaktik dan lisis jaringan setempat Patogenesis Kasus rheumatoid arthritis sistem imun tidak mampu lagi membedakan komponen self dan non-self sehingga kemudian menyerang jaringan sinovial serta jaringan penyokong lain sehingga terjadi inflamasi berlebihan Inflamasi terjadi karena adanya paparan antigen yang akan memicu pembentukan antibodi oleh sel B. Rheumatoid factor (antibodi pasien terdiagnosa RA) mengaktifkan komplemen kemudian memicu kemotaksis, fagositosis, dan pelepasan sitokin oleh sel mononuklear sehingga dapat mempresentasikan antigen kepada sel T CD4+. Kunci terjadinya inflamasi pada RA yaitu disebabkan pelepasan sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-1, dan IL-6. Lanjutan………………… Aktivasi sel T CD4+ akan memicu sel-sel inflamasi datang ke area inflamasi: 1. Makrofag prostaglandin dan sitotoksin Memperparah inflamasi 2. Histamine dan kinin menyebabkan edema, eritema, nyeri, rasa panas. 3. Aktivasi makrofag, limfosit dan fibroblas menyebabkan angiogenesis Peningkatan vaskularisasi sinovial penderita RA. 4. Inflamasi kronis menyebabkan membran sinovial mengalami proliferasi berlebih dan terbentuk pannus selanjutnya erosi tulang dan akhirnya kerusakan sendi. 5. Peradangan akan menyebar ke tulang rawan kapsul fibroma ligament tendon 6. Terjadi penimbunan sel darah putih dan pembentukan jaringan parut 7. Membran sinovium menjadi hiperatropi dan menebal 8. Aliran darah yang masuk ke dalam sendi terhambat dan terjadinya nekrosis (rusaknya jaringan sendi), nyeri hebat dan deformitas. Patofisiologi Serangan pertama karakteristiknya berupa SINOVITIS (inflamasi pada jaringan sinovial sendi) Sinovium menebal Hiperemisis Akumulasi cairan dalam ruang sendi Pannus Pannus: granulasi jaringan vasculer, berisi sel inflamasi yang mengikis “Articular Cartilage” dan pada akhirnya merusak tulang adhesi jaringan ikat klasifikasi; kepadatan tulang hilang Ostheoporisis Web Of Cause Manifestasi Klinis Sumber lain tentang manifestasi klinis Kompleks RF dan IgG ditimbun di sinovial sendi dan mengaktifkan komplemen yang melepas mediator dengan dengan sifat kemotaktik dan lisis jaringan setempat. Respon inflamasi yang disertai peningkatan permeabilitas vaskular menimbulkan pembengkakan sendi dan sakit bila eksudat bertambah banyak. Enzim hidrolitik yang dilepas pada reaksi ini dapat pula menimbulkan destruksi permukaan sendi sehingga mengganggu fungsi normal sendi tersebut. Akibat inflamasi yang berulang-ulang, terjadi penimbunan fibrin dan penggantian tulang rawan oleh jaringan ikat sehingga sendi menyatu (ankilosis) yang menjadi sulit untuk digerakkan Gambaran khas RA adalah peradangan sinovia (sinovitis) yang menetap, biasanya mengenai sendi perifer dengan distribusi simetrik. Potensi peradangan sinovium untuk menyebabkan destruksi tulang rawan dan erosi tulang dan selanjutnya deformitas sendi merupakan tanda utama penyakit ini. Cedera mikrovaskuler dan peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium tampaknya merupakan lesi paling dini pada sinovitis rematoid. Sifat trauma yang menimbulkan respons ini masih belum diketahui. Peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sebukan sel mononukleus perivaskuler. Sinovium menjadi edematosa dan menonjol ke dalam rongga sendi sebagai tonjolantonjolan vilosa. Pemeriksaan mikroskop cahaya memperlihatkan sekelompok kelainan khas yang mencakup hiperplasia dan hipertrofi sel pembatas dinding sinovium; perubahan vaskuler fokal atau segmental, termasuk cedera mikrovaskuler, trombosis, dan neovaskularisasi; edema; dan infiltrat sel sel radang mononukleus, sering berupa agregat di sekitar pembuluh darah halus Penatalaksanaan RA Pengkajian... Riwayat Penyakit Dahulu: Tanyakan kepada pasien, apakah mempunyai riwayat penyakit infeksi lain atau gangguan sistem normonal yang berhubungan dengan faktor genetika / keturunan. Penyakit tertentu seperti penyakit DM menghambat proses penyembuhan arthritis rheumatoid. Kaji pula penanganan atau pengobatan yang pernah dilakukan klien, tanyakan macam-macam obat apa saja yang masih relevan dan masih dikonsumsi, efek samping, dan reaksi obat terhadap penyakitnya. Riwayat Penyakit Keluarga: Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terdahulu yang mengalami keluhan yang sama dengan klien. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit AR atau penyakit turunan lainnya misalnya DM, atau riwayat penyakit keluarga lain yang berhubungan dengan penggunaan makanan, vitamin, riwayat perikarditis lesi katup. Pengkajian Psikososial – Spiritual: Kaji respon emosi klien terhadap penyakit dan perannya dalam keluarga dan masyarakat.Klien dapat mengalami ketakutan akan kecacatan karena perubahan bentuk sendi dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri). Kebutuhan tidur dan istirahat juga harus dikaji, selain lingkungan, lama tidur, kebiasaan, kesulitan, dan penggunaan obat tidur.