TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Limfoma adalah tumor jaringan limfoid primer (timus dan sumsum
tulang) atau jaringan sekunder (nodus limfe, limpa, tonsil, dan jaringan
limfoid usus). Kebanyakan limfoma adalah kanker jaringan limfoid
sekunder dan melibatkan banyak nodus (kelenjar) limfe, limpa, atau
keduanya. Sel limfoid ganas kadang kala ditemukan dalam sirkulasi darah,
yang mengindikasikan keterlibatan sumsum tulang. (Buku Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 3 hal:956)
D. Patofisiologi
1. Proses Perjalanannya Penyakit
Transformasi kanker terjadi dari tempat utama didalam nodus limfe.
Dengan pertumbuhan yang terus-menerus, keseluruhan nodus menjadi
tergantikan, dengan zona nekrosis ang mengaburkan pola nodular
normal. Mekanisme pertumbuhan dan penyebaran LH tetap tidak
diketahui,. Beberapa ilmuwan menunjukkan bahwa perkembangan
penyakit dengan perluasan ke struktur yang bedekatan. Hal ini juga
mungkin disebarkan oleh limfe berdekatan hal ini juga mungkin
disebarkan oleh limfe karena sel limforetikuler menghambat semua
jaringan tubuh kecuali SSP. Penyebaran hematologik juga mungkin
terjadi kemungkinan dengan cara infiltrasi langsung pembuluh darah.
2. Manifestasi Klinis
Klien sering asimtomatik dan mungkin mengalami limfadenopati tanpa
nyeri. Pembesaran nodus limfe umumnya banyak ditemukan di
supraklavikula, servikal, dan regio mediastinal. Adapun gejala laginya
yaitu:
a. Pruritus hebat adalah tanda awal
b. Demam tidak teratur biasanya suhu naik selama beberapa hari
kemudian turun sampai normal atau subnormal
c. Ikterus
d. Hepatosplenomegali
e. Gagal ginjal
f. Edema dan sianosis muka dan leher
g. Batuk nonproduktif, stridor, dispnea, nyeri dada, sianosis, dan efusi
pleura
h. Nyeri tulang, kopresi vertebral
i. Paraplegia
j. Nyeri saraf
3. Komplikasi
Komplikasi terkait LH tergolong banyak karena komplikasi adalah
akibat dari penyakit sendiri atau terapi radiasi, atau kombinasi
beberapa faktor.
E. Stadium
Penyakit Hodgkin dibagai ke dalam kategori, atau stadium menurut
gambaran mikroskopik keterlibatan nodus limfe, luas dan beratnya
gangguan, dan prognosis. Stadium yang akurat dari LH penting untuk
menentukan pilihan pengobatan.
1. Stadium I : Keterlibatan area nodus limfe tunggal atau struktur
limfoid (misalnya limpa, timus, cincin waldyer)
2. Stadium II : Keterlibatan dua atau lebih area nodus limfe pada sisi
diafragma yang sama.
3. Stadium III : Keterlibatan area nodus limfe atau struktur pada kedua
sisi diafragma.
4. Stadium IV : Keterlibatan tempat ekstranodus diluar yang dirancang
sebagai E.
Penandaan yang dapat diaplikasikan untuk Stadium Penyakit.
A : Tanpa gejala
B : Demam, keringat basah, penurunan berat badan
X : Penyakit banyak sekali
> 1⁄3 lebar mediastinum
< 10 cm dimensi maksimal masa nodus
E : keterlibatan tempat ekstranodus tunggal Berdekatan atau berdampingan
terhadap tempat nodus yang diketahui
CS : Stadium klinis
PS : Stadium patologis
F. Penatalaksanaan Limfoma Hodgkin
Ada beberapa modalitas terapi dari Limfoma Hodgkin, yaitu, radioterapi
dan kemoterapi. Penggunaan dari kedua pengobatan tersebut sangat
dipengaruhi oleh stadium penyakitnya sendiri. Pada radioterapi meliputi
Extended Field Radiotherapy (EFRT), dan Involved Field Radiotherapy.
EFRT merupakan jenis radioterapi yang meradiasi area tubuh secara luas,
sedangkan IFRT hanya meradiasi pada bagian yang terlibat Limfoma
(Sumantri, 2010).
Selain EFRT, terdapat jenis radioterapi yang lain, yaitu Involved Field
Radiotheraphy (IFRT). IFRT hanya meradiasi pada bagian yang terlibat
Limfoma saja, sehingga diharapkan meminimalkan kejadian efek samping
jangka panjang pada penggunaan EFRT. Dengan modalitas terapi yang
sama IFRT ditambah kemoterapi regimen MOPP/ABV dibanding dengan
EFRT saja menunjukkan angka relaps-free survival atau angka
kekambuhannya berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa kombinasi modalitas terapi adalah baku emas yang
baru bagi penderita Limfoma Hodgkin stadium I-II (Diehl et al, 2011).
H. Etiologi
Tidak ada faktor resiko keturanan, etnik, atau diet yang berhubungan
dengan LNH. Namun terdapat beberapa faktor resiko terjadinya LNH
antara lain :
1. Imuno Defisiens
25% kelainan herediter langka yang berhubungan dengan terjadinya
LNH antara lain adalah: severe combined immunodeficiency,
hypogammaglobulinemia, common variable immunodeficiency,
Wiskott-Aldrich syndrome, dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang
berhubungan dengan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali
dihubungkan pula dengan Epstein-Barr virus (EBV) dan jenisnya
beragam, mulai dari hiperplasia poliklonal sel B hingga limfoma
monoklonal.
2. Agen Infeksius
EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma Burkitt endemik, dan lebih
jarang ditemukan pada limfoma Burkitt sporadik. Karena tidak pada
semua kasus limfoma Burkitt ditemukan EBV, hubungan dan
mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkitt belum diketahui.
Sebuah hipotesis menyatakan bahwa infeksi awal EBV dan faktor
lingkungan dapat meningkatkan jumlah prekursor yang terinfeksi EBV
dan meningkatkan resiko terjadinya kerusakan genetik. EBV juga
dihubungkan dengan posttransplant lymphoproliferative disorders
(PTLDs) dan AIDS-associated lymphomas.
3. Paparan Lingkungan dan Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan dengan resiko tinggi
adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan
adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
4. Diet dan Paparan Lainnya
Resiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan
tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan ultraviolet.
I. Patofisiologi
1. Perjalanan Pernyakit
Pada pasien dengan LNH,terjadi peliforasi abnormal limfostik
neoplasma. Sel tetap konstan pada satu fase perkembangan dengan
terus-menerus berproliferasi. Limfosit T maupun B matang terdapat di
dalam nodus limfe. Manifestasi klinis karena obstruksi mekanik
pembesaran nodus limfe. Infiltrasi abdomen atau orofaring juga dapat
terjadi.
2. Manifestasi Klinis
Pasien dengan LNH menunjukkan limfodenopati terlokalisasi atau
generalisasi. Rantai serviks, aksilar, inguinual, dan femoral adalah
tempat paling sering terjadi pembesaran nodus limfe. Pembengkakan
umumnya tidak nyeri, dan nodus membesar dan berubah selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Keterlibatan area ekstranodul
adalah nasofaring, saluran GI, tulang, Tiroid, testis dan jaringan lunak.
Beberapa pasien memiliki massa retroperitoneum dan abdominal
dengan abdomen penuh, nyeri punggung, asites, dan pembengkakan
tungkai.
Beberpa tempat yang terlibat pada LNH, jarang terjadi pada LH,
seperti cincin weldyer (jaringan limfoid yang mengelilingi limfosit)
lambung, usus halus dan usus besar, nodus limfe mensenterika, tiroid,
kulit, pankreas, ginjal dan SSP. Pada LNH difus, manifestasi klinis
dapat bervariasi dan umumnya melibatkan temuan lebih sistemik.
Klien juga mengalami gejala sistemik, meliputi, berkeringat malam
hari, demam, serta penurunan berat badan, pasien akan mengalami
hepatomegali atau splenomegali.
L. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan proses dinamis yang terorganisir meliputi,
pengumpulan informasi subjektif dan objektif (mis, tanda vital, wawancara
pasien/keluarga, pemeriksaan fisik) mengatur data yang dikumpulkan,
mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali
(NANDA 2015-2017, hal:24).
1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum, Kehilanga
produktifitas dan penurunan toleransi latihan, Kebutuhan
tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan
tanda lain yang menunjukkan kelelahan.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, angina/nyeri dada.
Tanda : Takikardia, disritmia, Sianosis wajah dan leher (obstruksi
drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah
kejadian yang jarang). Ikterus sklera dan ikterik umum
sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus
empedu dan pembesaran nodus limfa (mungkin tanda
lanjut), Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
3. Integritas ego
Gejala : Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga.
Ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan
takut mati. Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan
modalitas pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi).
Masalah finansial biaya rumah sakit, pengobatan mahal,
takut kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan
waktu kerja.
Tanda : Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan karakteristik urine dan atau feses. Riwayat
Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom
malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal).
Tanda : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada
palpasi (hepatomegali). Nyeri tekan pada kudran kiri atas
dan pembesaran pada palpasi (splenomegali). Penurunan
keluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/
gagal ginjal). Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi
batang spinal terjadi lebih lanjut).
5. Makanan atau cairan
Gejala : Anoreksia/kehilangna nafsu makan, disfagia (tekanan pada
easofagus). Adanya penurunan berat badan yang tak dapat
dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari berat badan
dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda : Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan
(sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh
pembesaran nodus limfa). Edema ekstremitas bawah
sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari
pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin).
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan
pembesaran nodus limfa intra abdominal).
6. Neurosensori
Gejala : Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf
oleh pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan
pada pleksus sakral. Kelemahan otot, parestesia.
Tanda : Status mental letargi, menarik diri, kurang minat umum
terhadap sekitar. Paraplegia (kompresi batang spinal dari
tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada kompresi
egenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batang
spinal).
7. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya,
pada sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung
(kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan
tulang limfomatus). Nyeri segera pada area yang terkena
setelah minum alkohol.
Tanda : Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
8. Pernafasan
Gejala : Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada. Tanda
Dispnea, takikardia, batuk kering non-produktif.
Tanda : Distres pernapasan, contoh peningkatan frekuensi
pernapasan dan kedalaman penggunaan otot bantu, stridor,
sianosis. Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran
nodus pada saraf laringeal).
9. Keamanan
Gejala : Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitas imunitas
seluler pencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB,
toksoplasmosis atau infeksi bakterial). Riwayat monokleus
(resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer
tinggi virus Epstein-Barr). Riwayat ulkus/perforasi
perdarahan gaster. Pola sabit adalah peningkatan suhu
malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam pel
Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa
menggigil. Kemerahan/pruritus umum.
Tanda : Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari
38°C tanpa gejala infeksi. Nodus limfe simetris, tak nyeri,
membengkak/membesar (nodus servikal paling umum
terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian
nodus aksila dan mediastinal). Nodus dapat terasa kenyal
dan keras, diskret dan dapat digerakkan. Pembesaran tosil,
Pruritus umum Sebagian area kehilangan pigmentasi
melanin (vitiligo).
10. Seksualitas
Gejala : Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit
tidak mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi).
Penurunan libido.
11. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga (lebih tinggi insiden diantara
keluarga pasien Hodgkin dari pada populasi umum).
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia).