Anda di halaman 1dari 40

CONTOH TUGAS MAKALAH

OTOMATIS
MAKALAH

GANGGUAN PEMBEKUAN PADA MASA KEHAMILAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Kelompok pada

Mata Kuliah KEPERAWATAN MATERNITAS

Dosen : Ns. Febi Ratnasari, S.kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Kustirahayu 17214079
2. Melati Indah S. 17214087

PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI


TANGERANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat limpahan
rahmat dan karunia dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
“Keperawatan Maternitas” ini yang berjudul “GANGGUAN
PEMBEKUAN PADA MASA KEHAMILAN”
Pada kesempatan ini penulis ingin pula mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Ida Faridah, S.Kep.,M.Kes Selaku Ketua STIKes YATSI
2. Ns. Febi Ratnasari, S.Kep,M.Kep Selaku Kaprodi Keperawatan
3. Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep.,M.Kep Selaku Penanggungjawab Tingkat
2 Keperawatan
4. Ns. Febi Ratnasari, S.Kep.,M.Kep Selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Keperawatan Maternitas
Walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan makalah ini, namun tidak berarti bahwa makalah ini luput
dari kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kepada
para pembaca makalah ini, khususnya kepada Ibu Ns. Febi Ratnasari,
S.Kep., M.Kep agar dapat memberikan saran dan kritiknya, guna
menyempurnakan penyusunan makalah ini, mohon maaf sekiranya apabila
terdapat kata-kata yang kurang berkenan dihati para pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Tangerang, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 2
1.4.1 Bagi Mahasiswa ........................................................................ 2
1.4.2 Bagi STIKes Yatsi .................................................................... 3
1.4.3 Bagi Masyarakat........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ............................................................................................... 4
2.2 Etiologi ............................................................................................... 5
2.3 Manifestasi Klinis .............................................................................. 6
2.4 Patofisiologi ....................................................................................... 6
2.5 Pathway .............................................................................................. 7
2.6 Penatalaksanaan ................................................................................. 7
2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Gangguan Pembekuan Pada Masa Kehamilan .... 13-18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 19
4.2 Saran ................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan fisiologis selama kehamilan akan mempengaruhi koagulasi dan
sistem fibrinolitik. Banyak faktor pembekuan yang meningkat dan faktor anti
pembekuan menurun menyebabkan terpacunya koagulasi dan menurunnya
fibrinolisis. Koagulapati yang telah terjadi sebelumnya akan mempengaruhi
kehamilan dan koagulopati alami juga akan berubah karena kehamilan.
Perubahan status koagulasi akan berpengaruh pada cara pelahiran maupun teknik
anastesi terutama pada penderita gangguan hipokoagulopati.
Kehamilan juga dihubungkan dengan perubahan besar dari metode
hemostasis seperti meningkatnya sebagian besar faktor pembekuan, menurunnya
antikoagulan alami dan menurunnya aktifitas fibrinolitik. Perubahan ini akan
semakin jelas pada saat persalinan.
Kehamilan normal berhubungan dengan komponen hemostasis, yang akan
meningkatkan resiko perdarahan , trombosis, dan DIC (Disseminated
Intravascular Coagulation).
Menurut Morikawa dkk (2006), selama kehamilan normal, koagulasi dan
fibrinolisis secara bersamaan meningkat dan tetap stabil untuk menjaga proses
hemostasis. Hal ini bahkan terjadi lebih luas pada kehamilan kembar. Waktu
pembekuan darah secara keseluruhan, tidak berbeda secara signifikan pada
wanita hamil normal.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Untuk mengetahui definisi dari Gangguan Pembekuan Pada Masa
Kehamilan
1.2.2 Untuk mengetahui etiologi Gangguan Pembekuan Pada Masa
Kehamilan
1.2.3 Untuk mengetahui tanda dan gejala Gangguan Pembekuaan Pada
Masa Kehamilan

1
2

1.2.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari Gangguan Pembekuan Pada


Masa Kehamilan
1.2.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Gangguan Pembekuan Pada
Masa Kehamilan
1.2.6 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Gangguan Pembekuan
Pada Masa Kehamilan

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami gambaran tentang asuhan keperawatan
dengan pasien Gangguan Pembekuan Pada Masa Kehamilan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menjelaskan definisi dari Gangguan Pembekuan Pada
Masa Kehamilan
2. Untuk menjelaskan etiologi Gangguan Pembekuan Pada Masa
Kehamilan
3. Untuk menjelaskan tanda dan gejala Gangguan Pembekuaan Pada
Masa Kehamilan
4. Untuk menjelaskan patofisiologi dari Gangguan Pembekuan Pada
Masa Kehamilan
5. Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Gangguan Pembekuan
Pada Masa Kehamilan
6. Untuk menjelaskan pemeriksaan penunjang dari Gangguan
Pembekuan Pada Masa Kehamilan

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Dari makalah ini akan menyediakan informasi yang berguna untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai Gangguan
Pembekuan Pada Masa Kehamilan
3

1.4.2 Bagi STIKes Yatsi Tangerang


Dapat menambah literatur kepustakaan dan mempermudah para
Mahasiswa/Mahasiswi yang ingin mengetahui tentang Gangguan
Pembekuan Pada Masa Kehamilan.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui tanda-tanda yang dialami bagi
penderita uretritis dan menjadikan wawasan masyarakat bertambah
tentang Gangguan Pembekuan Pada Masa Kehamilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan pada faktor pembekuan darah (trombosit) adalah
perdarahan yang terjadi karean adanya kelainan pada proses pembekuan
darah sang ibu, sehingg darah tetap mengalir.
Mekanisme pembekuan darah merupakan hal yang kompleks.
Mekanisme ini dimulai bila terjadi trauma pada dinding pembuluh darah
dan jaringan yang berdekatan, pada darah, atau berkontaknya darah
dengan sel edotel yang rusak atau dengan kolagen atau unsure jaringan
lainnya di luar sel endotel pembuluh darah. Pada setiap kejadian tersebut,
mekanisme ini menyebabkan pembentukan activator protrombin, yang
selanjutnya akan mengubah protrombin menjadi thrombin dan
menimbulkan seluruh langkah berikutnya.
Mekanisme secara umum, pembekuan terjadi melalui tiga langkah utama:
1) Sebagai respon terhadap rupturnya pembuluh darah yang ruak, maka
rangkaian reaksi kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang
melibatkan lebih dari selusin factor pembekuan dara. Hasil akhirnya
adalah terbentuknya suatu kompleks substansi teraktivasi yang disebut
activator protrombin.
2) Aktivator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin menjadi
thrombin.
3) Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi
benang fibrin yang merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk
membentuk bekuan.
Mekanisme Koagulasi, terdiri dari dua jalur yaitu :
1) Melalui jalur Ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada
dinding pembuluh dan jaringan sekitarnya
2) Melalui jalur Instrinsik yang berawal di dalam darah itu sendiri.

4
5

Pada kedua jalur ini, baik Ekstrinsik maupun Instrinsik, berbagai


protein plasma, terutama betaglobulin, memegang peranan utama.
Bersama dengan factor-faktor lain yang telah diuraikan dan terlibat
dalam proses pembekuan, semuanya disebut factor-faktor pembekuan
darah, dan pada umumnya, semua itu dalam bentuk enzim-enzim
proteolitik yang inaktif. Bila berubah menjadi aktif, kerja
enzimmatiknya akan menimbulkan proses pembekuan berupa reaksi-
reaksi yang beruntun dan bertingkat.

2.2 Etiologi
Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan
platelet biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini
bergantung pada kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan. Deposit
fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan darah memiliki
peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah persalinan.
Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahan post partum
sekunder atau perdarahan eksaserbasi dari sebab lain, terutama trauma.
Abnormalitas dapat muncul sebelum persalinan atau didapat saat
persalinan. Trombositopedia dapat berhubungan dengan penyakit
sebelumnya, seperti ITP atau sindroma HELLP sekunder, solusio plasenta,
DIC atau sepsis. Abnormalitas platelet dapat saja terjadi, tetapi hal ini
jarang. Sebagian besar merupakan penyakit sebelumnya, walaupun sering
tak terdiagnosis.
Abnormalitas sistem pembekuan yang muncul sebelum persalinan
yang berupa hipofibrinogenemia familial, dapat saja terjadi tetapi
abnormalitas yang didapat biasanya yang menjadi masalah. Hal ini dapat
berupa DIC yang berhubungan dengan solusio plasenta, sindroma HELLP,
IUFD, emboli air ketuban dan sepsis. Kadar fibrinogen meningkat pada
saat hamil, sehingga kadar fibrinogen pada kisaran normal seperti pada
wanita yang tidak hamil harus mendapat perhatian. Selain itu, koagulopati
6

dilusional dapat terjadi setelah perdarahan post partum masif yang.


mendapat resusiatsi cairan kristaloid dan transfusi PRC.
DIC, yaitu gangguan mekanisme pembekuan darah yang umumnya
disebabkan oleh hipo atau afibrinigenemia atau pembekuan intravascular
merata (Disseminated Intravaskular Coagulation).
DIC juga dapat berkembang dari syok yang ditunjukkan oleh
hipoperfusi jaringan, yang menyebabkan kerusakan dan pelepasan
tromboplastin jaringan. Pada kasus ini terdapat peningkatan kadar D-dimer
dan penurunan fibrinogen yang tajam, serta pemanjangan waktu trombin
(thrombin time).

2.3 Manifestasi Klinis


Trombus yang kecil tidak menimbulkan gejala apapun. Namun,
bila trombus sudah menyumbat sehingga aliran darah menurun maka akan
timbul gejala. Gejala yang umum adalah rasa nyeri akibat sel-sel tubuh
tidak mendapat suplai oksigen. Gejala lainnya adalah kulit akan teraba
dingin, juga nadi terasa lemah akibat sumbatan.
Gejala gangguan pembekuan darah bervariasi tergantung dari
kondisi yang mendasarinya. Namun, gejala umumnya termasuk:
1) Mudah memar tanpa alasan jelas
2) Perdarahan menstruasi berat
3) Sering mimisan
4) Berdarah terus-terusan dari luka kecil
5) Perdarahan yang merembes ke persendian

2.4 Patifisiologi
Kelainan koagulasi generalisata ini dianggap sebagai akibat dari
lepasnya substansi-substansi serupa tromboplastin yang berasal dari
produk konsepsi ke dalam sirkulasi darah ibu atau akibat aktivitas faktor
XII oleh endotoksin. Selain itu mulailah serangkaian readki berantai yang
mengakifkan mekanisme pembekuan darah, pembentukan dan
7

pengendapan fibrin dan sebagai konsekuensinya, aktivasi sistem


fibrinolitik yang normalnya sebagai proteksi.

2.5 Pathway

ATONI UTERUS LASERASI JALAN GG. KOAGULASI


LAHIR

Uterus tdk Plasma Beku


berkontraksi
Robekan jalan Robekan
lahir dinding vagina
Trombositopenia
Pendarahan

Histerektom Nyeri
500-600 cc/24 Transfuse
i
jam trombosit

Luka Insisi MK: GG.


RASA
Suplay darah ↓ NYAMAN

Syok
MK: RESIKO
hipovelemia Psikologis
INFEKSI

MK: Trauma
Kekurangan
Volume Takut

Cairan

MK:
ANSIETAS
8

2.6 Penatalaksanaan
Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset
terjadinya perdarahan post partum, perlu dipertimbangkan penyebab yang
mendasari terjadinya perdarahan post partum, seperti solutio plasenta,
sindroma HELLP, fatty liver pada kehamilan, IUFD, emboli air ketuban
dan septikemia. Ambil langjkah spesifik untuk menangani penyebab yang
mendasari dan kelainan hemostatik.
Penanganan DIC identik dengan pasien yang mengalami koagulasi
dilusional. Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan pergantian
produk darah bersifat sangat esensial. Konsentrat trombosit yang
diturunkan dari donor darah digunakan pada pasien dengan
trombositopenia kecuali bila terdapat penghancuran trombosit dengan
cepat. Satu unit trombosit biasanya menaikkan hitung trombosit sebesar
5.000-10.000/mm3. Dosis biasa sebesar kemasan 10 unit diberikan bila
gejala-gejala perdarahan telah jelas atau bila hitung trombosit do bawah
20.000/mm3. Transfusi trombosit diindikasikan bila hitung trombosit
10.000-50.000/mm3, jika direncanakan suatu tindakan operasi, perdarahan
aktif atau diperkirakan diperlukan suatu transfusi yang pasif. Transfusi
ulang mungkin dibutuhkan karena masa paruh trombosit hanya 3-4 hari.
2.5.1 Pencegahan
Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan
memudahkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata
strategi pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan
melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang sesuai
dan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses
persalinan, semua kehamilan mempunyai resiko untuk terjadinya
patologi persalinan, salah satunya adalah perdarahan pasca
persalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum
dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemia dan lain-lain
9

sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada


dalam keadaan optimal.
2. Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparatis, anak
beras, hamil kembar, hidroamnion, bekas seksio, ada riwayat
PPP sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi lainnya yang
resikonya akan muncul pada saat persalinan.
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan
partus lama
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah
sakit rujukan
5. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di tenaga kesehatan
terlatih dan menghindari persalinan dukun
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi
PPP dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.
2.5.2 Pengobatan
Pasien perlu dirawat bila secara klinis ada gangguan
pembekuan darah atau dari serangkaian pemeriksaan laboratorium
diperlihatkan adanya kemunduran fungsi pembekuan darah secara
progresif.
Nilai Normal Kehamilan DIC

Hitung Sama Lebih rendah


trombosit
150.000-
400.000/mm3
Waktu Memendek Memanjang
protombin yang
cepat
75-125%
Waktu Memendek Memanjang
protomboplastin
parsial
10

30-45%

Waktu thrombin Memendek Memanjang


10-15 detik
Pengukuran 300-600 mg% Menurun
fibrinogen (atau
titer) 200-400
mg%
Produk-produk Negative Dapat diukur
pecahan fibrin
Pengukuran Sama Menurun
faktor V 75-
125%
Pengukuran Mungkin meningkat Menurun
faktor VII 50-
200%

Tujuan utama pengobatan adalah menghilangkan sumber material


serupa tromboplastin, tetapi evaluasi produk konsepsi akan
mendatangkan resiko perdarahan vaginal atau bedah. Proses
pembekuan normal harus dipulihkan leboh dahulu sebelum
melakukan persalinan operatif.
1. Pemberian faktor-faktor pembekuan
2. Menghambat proses patofiologi dengan antikoagulasi heparin
samapi faktor-faktor pembekuan pulih kembali.

Cara pengobatan yang akan dipilih tergantung kepada ancaman


jiwa pasien segara akibat perdarahan yang aktif pada saat diagnosis
ditegakkan atau akibat persalinan yang akan segara terjadi.
1. Bila dicurigai ada perdarahan aktif dari uterus dari persalinan
operatif, harus diberikan pengobatan sebagai:
11

a. Monitor tanda-tanda vital secara akurat termasuk pengukuran


tekanan vena sentral dan mempertahankan produksi urin
b. berikan oksigen melalui masker
c. mengatasi syok dengan segera adalah penting, bila
memungkinkan dengan darah lengkap segar
d. pemberian faktor-faktor pembekuan : pengobatan dengan
plasma beku segar lebih disukai daripada dengan preparat
depot fibrinogen (poopled fibrinogen) komersial karena dapat
memperkecil resiko penularan hepatitis, pergantian volume
tambahan, serta tersedianya aneka macam faktor-fakor
pembekuan. Setiap liter plasma beku segar dapat diharapkan
mengandung 2-3 g fibrinogen.
Masalah utama yang berkaitan dengan pergantian
fibrinogen dengan menggunakan salah satu preparat tersebut ada
banyak trombin dan timbunan fibrin intravaskuler lebih lanjut.
dengan demikian prosedur pengobatan seperti diatas serta
melakukan pengosongan uterus, biasanya akan terjadi perbaikan
spontan pembekuan darahnya, sehingga tidak diperhatikan terapi
lebih lanjut.
2. bila tidak ada perdarahan uterus dan persalinannya dapat ditunda
(yaitu sindrom janin mati yang tertinggal dalam uterus tetapi jelas
tidak ada soluiso plasenta), tindakan sebagai berikut :
a. heparinisasi : 100 IU/kg setiap 4 jam, atau 600IU/kg/24 jam
dengan infuse akurat pemberian heparin dihentikan setelah
terjadi perbaikan faktor-faktor pembekuan kedalam batas
normal, dan hanya dalam keadaan inilah persalinan boleh
dilakukan
b. terapi fibrinogen jarang dilaukan jika sekiranya diindikasikan
pada pasien obstetric selalu karena DIC dan akan berhenti
sendiri setelah pengobatan primer.
12

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Dapat melakukan tes darah untuk mengetahui diagnosis. Tes yang
mungkin kamu jalani, yaitu:
1) Tes darah lengkap—untuk mengetahui jumlah sel darah merah dan sel
darah putih.
2) Tes agregasi platelet—untuk mengetahui seberapa baik platelet kamu
menggumpal bersama.
3) Tes waktu perdarahan—untuk dapat menentukan seberapa lama darah
kamu menggumpal.

Untuk mendiagnosis gangguan pembekuan darah, dokter akan


bertanya kepada kamu seputar gejala yang dialami dan riwayat kesehatan.
Dokter juga dapat melakukan sejumlah pemeriksaan fisik dasar. Selama di
dokter, kamu jangan lupa untuk menyebutkan:
1) Kondisi kesehatan yang kamu miliki saat ini.
2) Obat-obatan (resep, nonresep, suplemen, ataupun obat herbal) yang
kamu pernah/sedang gunakan.
3) Cedera atau terjatuh belakangan ini.
4) Berapa lama perdarahan tersebut telah berlangsung.
5) Apa yang sedang kamu lakukan sebelum perdarahan itu terjadi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Gangguan Pembekuan Pada Masa Kehamilan

Kasus :

Ny. S umur 36 tahun datang ke RS Mutiara Bunda bersama suaminya. Ny. S


mengatakan merasa cemas dan keluar darah dari bekas jahitan jalan lahir setelah
mencuci baju.

Ny. S mengeluh nyeri dan ia mengatakan merasa cemas takut terjadi apa-apa pada
dirinya. Selain itu juga ia sering merasa haus dan cepat letih. Lalu perawat
melakukan pemeriksaan fisik TD: 140/90mmHg, N:85x/mnt, RR:26x/mnt, Suhu:
38˚C. Luka terlihat kering di Perinium,Genatelia eskema terlihat kotor,
berkeringat dingin dan terlihat mukosa bibir kering.

ANALISA DATA

No. Data Fokus Problem

1. DS: Domain 2 : Nutrisi

- Ny. S mengatakan ia sering Kelas 5 : Hidrarsi


merasa haus 00027 Kekurangan volume
- Ny. S mengatakan ia juga cepat cairan
letih
DO:

- Suhu: 38˚
- Terlihat mukosa bibir kering.
2. DS: Domain 11 :

- Klien mengatakan ada jahitan Keamanan/perlindungan


dijalan lahir. Kelas 1 : Infeksi
DO:

13
14

- Terlihat jaitan episiotomy,luka 00004 Risiko Infeksi


terlihat kering.
- Genatelia ekstema terlihat
kotor.
3. DS: Domain 9 : Koping/Toleransi

- Ny. S mengeluh ia merasa Stres


cemas Kelas 2 : Respon Koping
- Takut terjadi apa-apa pada 00146 Ansietas
dirinya
- . Ny. S mengatakan merasa
cemas dan keluar darah dari
jalan dari bekas jahitan jalan
lahir
DO:

- TD: 140/90mmHg,
- N:85x/mnt
- RR:26x/mnt
- Klien tampak gelisah

INTERVENSI

No Dx Keperawatan NOC NIC


.

1. Domain 2 : Nutrisi Setelah dilakukan Domain 2 : Fisiologi


tindakan keperawatan kompleks
Kelas 5 : Hidrarsi
selama 31-45mnt Kelas N : Manajemen
00027 Kekurangan
kekurangan resiko vol perfusi jaringan
volume cairan
cairan dapat teratasi.
4120 Manajemen
Domain II : Kesehatan
15

Fisiologis cairan

Kelas G : Cairan dan - Monitor status


elektrolit hidrasi
(misalnya
0602 Hidrasi
membramn
- 060205 haus
mukosa
(3)
lembab,denyut
- 060208 bola
nadi adekuan)
mata cekung
- Monitor ttv
dan lunak (3)
pasien
- 0603227
- Berikan cairan
peningkatan
dengan tepat
suhu tubuh
- Distribusikan
asupan cairan
selama 24 jam.
2. Domain 11 : Setelah dilakukan Domain 4 : Keamanan
Keamanan/perlindunga tindakan keperawatan Kelas V : Manajemen
n selama 31-45 mnt resiko
risiko dapat teratasi.
Kelas 1 : Infeksi
6550 Perlindungan
Domain IV : infeksi
00004 Risiko Infeksi
Pengetahuan tentang
- Monitor adanya
kesehatan dan
tandaa dan
perilaku.
gejala infeksi
Kelas S pengetahuan sistemik dan
tentang kesehatan local
1842 Pengetahuan - Monitor
manajemen infeksi. kerentanan
terhadap infeksi
- 184204 tanda
- Ajarkan pasien
dn gejala
dan keluarga
16

infeksi (1) bagaimana cara


- 184208 menghindari
tindakan untuk infeksi.
meningkatkan
daya tahan
terhadap
infeksi (1)
- 184211 tanda
dan gejala
eksaserbsi
infeksi (3)
3. Domain 9 : Setelah dilakukan Domain 3 : Perilaku
Koping/Toleransi Stres tindakan keperawatan Kelas T : Peningkatan
selama 31-45 menit
Kelas 2 : Respon Kenyamanan
diharapka ansietas
Koping Psikologis
dapat teratasi.
00146 Ansietas 5880 Teknik
Domain III : Menenangkan
Kesehatan Psikososial
- Pertahankan
Kelas M :
sikap yang
Kesejahteraan tenang dan hati-
Psikologis hati
1211 Tingkat - Yakinkan
Kecemasan keselamatan dan
keamanan klien
- 121105
- Instruksikan
Perasaan
klien untuk
Gelisah (3)
menggunakan
- 121119
metode
peningkatan
mengurangi
tekanan darah
kecemasan
(3)
17
17

- Peningkatan (teknik bernafas


frekuensi dalam,
pernafasan (3) distraksi)

IMPLEMENTASI

No. Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi

1. Domain 2 : Nutrisi - Memonitor status S : Pasien


hidrasi (misalnya mngatakan
Kelas 5 : Hidrarsi
membramn mukosa sudah tdk
00027 Kekurangan
lembab,denyut nadi hidrasi
volume cairan
adekuan) O : TTV
- Memonitor ttv pasien normal
- Memberikan cairan
A : Analisa
dengan tepat
teratasi
- Mendistribusikan
asupan cairan selama P : Hentikan
24 jam. intervensi

2. Domain 11 : - Memonitor adanya S : Pasien


Keamanan/perlindungan tandaa dan gejala mengatakan
infeksi sistemik dan Genatelia
Kelas 1 : Infeksi
local ekstema
00004 Risiko Infeksi
- Memonitor kerentanan bersih
terhadap infeksi O : Tampak
- Mengajarkan pasien senang
dan keluarga
A : Analisa
bagaimana cara
teratasi
menghindari infeksi.
18

P : Hentikan
intervensi

3. Domain 9 : - Memertahankan sikap


Koping/Toleransi Stres yang tenang dan hati-
hati
Kelas 2 : Respon
- Meyakinkan
Koping
keselamatan dan
00146 Ansietas
keamanan klien
- Menginstruksikan
klien untuk
menggunakan metode
mengurangi
kecemasan (teknik
bernafas dalam,
distraksi)
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hemostasis dan koagulasi merupakan serangkaian kompleks reaksi
yang menyebabkan pengendalian pendarahan melalui pembentukan
trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cedera.
Secara sederhana proses pembekuan darah yaitu Rangkaian reaksi
yang sebenarnya sesungguhnya lebih rumit, karena disebabkan oleh
banyaknya factor yang terlibat dalam proses pengaktipan protrombin
menjadi thrombin.
Gangguan pembekuan darah yaitu diantaranya Gangguan pada
tingkat pembuluh darah. Pada penyakit pembuluh darah, termasuk
aterosklerosis, trombosit cenderung mudah beragregasi . Ada beberapa
jenis penyakit kelainan penggumpalan darah yang disebabkan oleh
kelainan gen, yaitu hemophilia.
Kecelakaan seperti luka tertusuk benda runcing, tersayat pisau dan
sebagainya, dengan jelas memperlihatkan keluarnya darah sehingga selalu
ada reaksi untuk menghentikannya. Apabila tidak diatasi, ada
kemungkinan akan menyebabkan kehilangan darah dan terjadinya infeksi.
Dan hendaknya kita lebih berhati-hati agar tidak terjadi luka, meskipun
terdapat di dalam tubuh setiap manusia suatu mekanisme pengendalian
pendarahan atau hemostasis dan pembekuan darah atau koagulasi.

4.2 Saran
Pada kasus ini seharusnya diberikan KIE (komunikasi, informasi,
dan edukasi) tidak hanya kepada pasien, namun juga kepada suami pasien,
keluarga, masyarakat serta tenaga kesehatan yang menolong persalinan.
Sehingga angka morbiditas maternal dapat ditekan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi,FK.Unpad. (1993). Obstetri. Elstar. Bandung.


Mochatar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
Prawirohardjo. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Taylor, C.M. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan, Edisi
10, Jakarta: EGC.
CONTOH TUGAS MAKALAH
MANUAL
MAKALAH

NYERI

( NON FARMAKOLOGI )

Makalah ini di buat untuk memenuhi Mata Kuliah

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Yang di bimbing oleh : Ns. Ayu Pratiwi S.


Kep, M.Kep

Di Susun Oleh :

1. Mustakim 17214096
2. Mutiha Salsa 17214097
3. Nabila Aisyah S 17214098
4. Nida lutfiawati 17214105
5. Nova seftiana 17214107
6. M dian permana 17214111

S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI


TANGGERANG BANTEN
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat & karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ NYERI
NONFARMAKOLOGIK ” .
Kami juga mengucap terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih banyak kekurangan, jadi kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya dan untuk itu kami mohon saran & kritik guna menyempurnakan
makalah ini, karena kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan
& dosa karena kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT, kekurangan hanya milik
kita (manusia). Terima kasih.

Tangerang, 14 Septembe 2018


DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………….………………....………..i
Daftar Isi ………………………………………..……...…...……..……………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………...……………………………...1
1.2 Rumusan Masalah…………………………….…...……………...……..2
1.3 Tujuan ………………………..…………………..……………………..2
1.4 Manfaat…………………..…...…….…………….…………………......2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian……………………..……………...…………………………3
2.2 Manajemen Nyeri…………………………...…………………………..3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………..……..……………………………..11
3.2 Saran …………………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap individu, pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari kesehatan. Walaupun
merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis ,
nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang
sering mengalami nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya
untuk menghilangkan nyeri. Nyeri bersifat subyektif, tidak ada dua individu
yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyery yang
sama menghasilkan respon ataau perasaan identik pada seorang
individu.Nyeri merupakan sumber penyebab frustasi,baik klien maupun bagi
tenaga kesehatan. Nyeri dapat merupakan factor utama yang
menghambatkemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu
penyakit.
Nyeri berbeda dari sensasi lain,yaitu bahwa nyeri memberi peringatan
bahwa ada sesuatu yang salah ,nyeri mendahului sinyal lain , dan nyeri
berkaitan dengan perasaan tidak menyenangkan. Nyeri ternyata merupakan
sensasi yang sangat rumit karena jika nyeri berkepanjangan dan jaringan
rusak, jalur-jalur nosiseptor sentral mengalami fasilitasi dan reorganisasi.
IASP mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subyekt dan pengalaman
emosional yang tidak menyenagkan berkaitan dengan kerusakan jaringan
yang actual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian
dimana terjadi kerusakan.
Individu dewasa dan anak-anak yang mengalami nyeri merasa tubuh dan
kehidupannya hilang kontrol. Berbagai upaya harus dilakukan untuk
memberikan berbagai pilihan atau kontrol terhadap kehidupan sehari-hari
mereka
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian nyeri ?
2. Macam-macam nyeri?
3. Macam –macam relaksasi ?
4. Macam-macam massage?
5. Macam-macam imajinasi terbimbing ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu nyeri.
2. Untuk mengetahui macam-macam nyeri
3. Untuk mengetahui macam macam relaksasi.
4. Untuk mengetahui macam-macam massage.
5. Untuk mengetahui macam-macam imajinasi terbimbing.

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa keperawatan
Agar mahasiswi dapat mengetahui nyeri
2. Intitusi pendidikan
Dapat menambah bahan pustaka bagi lembaga pendidikan tentang
nyeri
3. Pelayanan Kesehatan
Dapat memberikan manfaat sebagai bahan pengetahuan tentang
nyeri
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Nyeri ( pain ) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan.sifatnya
sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam
hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskannya dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya
( Hidayat, 2008).
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan
potensial yang tidak menyengkan yang terlokasasi pada suatu bagian tubuh
ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan rasa seperti di
tusuk-tusuk, panas.

2.2 Manajemen Nyeri


Manajemen nyeri cukup efektif dalam mengatasi nyeri, yakni dengan
perasaan kontrol, mengurangi perasaan tidak berdaya dan putus asa, menjadi
metode pengalih yang menenangkan, serta mengganggu siklus nyeri-ansietas-
ketegangan
Ada beberapa manajemen nyeri, yaitu :
A. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stress. Teknik relaksasi memberikan individu control diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Teknik
relaksasi dapat digunakan saat individu dalam kondisi sehat atau sakit .
Teknik relaksasi tersebut merupakan upaya pencegahan untuk membantu
tubuh segar kembali dan beregenerasi setiap hari dan merupakan
alternative terhadap alcohol, merokok, atau makan berlebihan.
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik
relaksasi mungkin perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil
optimal.

Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.


Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang
mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi
menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung,
dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-
ketegangan otot.
Ada tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi yang
tepat, pikiran beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur
senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh disokong
Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara
Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi
kendor dan merasakan dan merasakan betapa nyaman hal tersebut. Pasien
bernapas beberapa kali dengan irama normal. Pasien menarik napas
dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan membiarkan hanya kaki
dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien untuk
mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan
hangat Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran
pada lengan perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain. Setelah
pasien merasa rileks, pasien dianjurkan bernapas secara pelan-pelan. Bila
nyeri menjadi hebat, pasien dapat bernapas dangkal dan cepat. Teknik
relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik.
Ada beberapa keuntungan relaksasi, antara lain :
1) Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri
atau stress
2) Menurunkan nyeri otot
3) Menolong individu untuk melupakan nyeri
4) Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5) Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6) Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat
nyeri.

B. Imajinasi Terbimbing
Adalah metode relaksasi untuk menghayalkan tempat dan kejadian
berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenagkan hayalan tersebut
memungkinkan klien memasuki keadaan atau pengelaman relaksasi (
Kaplan dan Sondack, 2010) imajinansi terbimbing menggunakan
imajinasi seseorang dalam sesuatu yang dirancang secara khusus untuk
mencapai efek positif tertentu ( Semeltzer,Bare,Hinkle Dan Cherever,
2010) imajinasi bersifat individu dimana individu menciptakan gambaran
mental dirinya sendiri atau bersifat terbimbing.
Banyak tekhnik imajinasi melibatkan visual tapi tekhnik ini juga
menggunakan indra pendengaran, pengecap dan penciuman ( Potter dan
Perry 2010 ) imajinasi terbimbing mempunyai elmen yang secara umum
sama dengan relaksasi, yaitu sama-sama membewa klien kearah
relaksasi, imajinasi terbimbing menekankan bahwa klien membayangkan
hal-hal yang nyaman dan menenangkan. Penggunaan imajinasi
terbimbing tidak dapat memfokus kan perhatian teradap banyak hal
dalam satu waktu oleh karna itu klien harus membayangkan satu
imajinasi yang sangat kuat dan menyenangkan
1. Manfaat Imajinasi Terbimbing
GIM adalah singkatan dari Guided Imagery and Music beberapa
pendapat dari para ahli mengenai definisi GYM diantaranya menurut
Been dan Wyatt (2009) menjuelaskan bahwa Guided Imagery and
Music mengkombinasikan intervensi bimbingan imajinasi dan terapi
music,tindakan ini dilakukan dengan memfocuskan Fantasi atau
imajinasi klien yang di fasilitasi dengan music. Efek music
digunakan untuk mempekuat relaksasi klien sehingga imajinasi
maupun sugesti yang diberi mudah yang diinduksikan sedangkan
menurut penciptanya sendiri Heln L, Bonny yang dikutipkan dari
mardis dan Clark (2008) gym adalah bentuk dari terapi musik yang
memberikan kesempatan pada seseorang untuk mengintegrasikan
aspek emosi,mental,spiritual dan fisik.
2. Proses Guided Imagery And Music
Menurut Domenech dan Monterratt (2008 ) ; Farel (2010 )
menyebutkan bahwa GYM terdiri dari 4 Fase :
1. Prelude adalah pasien mengungkapkan keluhan yang
sedang di rasakan kepada terapis dan komposisi sebelum
masuk ke alam bawah sadar
2. Induction adalah terapis akan memberikan sugesti ferbal
untuk merilekskan tubuh pasien dan mempersiapkan pasien
untk mendengarkan musik berserta bimbingan imajinasi
3. Music Imagery Experience adalah pasien akan
diperdengarkan music berserta bimbingan imajinasi
4. Postlude adalah fase untuk mengakhiri proses GYM.pada
pase ini terais akan memberikan sugesti positif kepada
pasien yang akan membuat tubuh pasien rileks kemudian
diikuti dengan proses hitungan beberapa detik.
Untukmembewa pasien pada keadaan semula dan membuka
mata.
3. Macam Teknik Imajinasi terbimbing
Berdasarkan pada penggunaannya terdapat bberapa macam teknik
imajinasi terbimbing
1) Guided Walking Imagery
Teknik ini ditemukan oleh psikoleuner. Pada teknik ini pasien
dianjurkan untuk mengimajinasikan pemandangan standar
seperti padang rumput, pegunungan, pantai dll. kemudian
imajinasi pasien dikaji untuk mengetahui sumber konflik.
2) Autogenic Abeaction
Dalam teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku
negatif yang ada dalam pikirannya kemudian pasien
mengungkapkan secara verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan
tampak perubahan dalam hal emosional dan raut muka pasien.
3) Covert sensitization
Teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement yang
menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi
berdasarkan pada prinsip yang sama dalam modifikasi perilaku.
4) Covert Behaviour Rehearsal
Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan
perilaku koping yang dia inginkan. Teknik ini lebih banyak
digunakan.

C. Massage
Massage adalah manipulasi dari jaringan tubuh dengan teknik
khusus untuk mempersingkat waktu pemulihan otot dari ketegangan otot
( kelelahan ) meningkatkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan beban
kerja jantung ( Kan Gray,2009 ) Swedish massage adalah manipulasi
pada jaringan tubuh dengan teknik khusu untuk mempersingkat waktu
pemulihan dari ktegangan otot ( kelelahan ).
1. Metode Massage
Massage merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri persalinan. Impuls rasa sakit
yang dibawah oleh saraf yang berdiameter kecil menyebabkan gate
control dispinal cord membuka dan impuls diteruskan ke korteks
serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit.
Tetapi impuls rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan
rangsangan pada saraf yang berdiameter besar yang menyebabkan
gate control akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat diteruskan
ke korteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan berupa usapan pada
saraf yang berdiameter besar yang banyak pada kulit harus dilakukan
awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf
yang berdiameter kecil mencapai korteks serebral.

Beberapa macam massage yang dapat dilakukan untuk merangsang


saraf yang berdiameter besar yaitu :
1. Metode effleurage memperlakukan pasien dalam posisi atau
setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan
secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat kesimpisis
atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan
gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan
langsung oleh pasien.
2. Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring
miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah
secrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan
lagi, begitu seterusnya.
3. Metode firm counter pressure memperlakukan pasien dalam
kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga pasien menekan
secrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara
mantap dan beraturan.
4. Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara
membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala
agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang
belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang
berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam,
kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

2. Metode Massase Effleurage


Massage atau pijatan pada abdomen (effleurage) adalah bentuk
stimulasi kulit yang digunakan selama proses persalinan dalam
menurunkan nyeri secara efektif. Effleurage berasal dari bahasa
Prancis. Ketika catatan dari Dr. Fernand Lamazes diterjemahkan dari
bahasa Prancis kedalam bahasa Inggris, salah satu kata yang baru
adalah effleurage (Mons Dragon, 2008).
Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat,
dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek
relaksasi. Dalam persalinan, effleurage dilakukan dengan
menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan. Lakukan usapan
dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak
lepas dari permukaan kulit. Pijatan effleurage dapat juga dilakukan di
punggung. Tujuan utamanya adalah relaksasi. Gate Control
Theory dapat dipakai untuk pengukuran efektifitas cara ini.
Ilustrasi Gate Control Theory bahwa serabut nyeri membawa stimulasi
nyeri keotak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari
pada serabut sentuhan yang luas.
Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan
berjalan keotak dan menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan
jumlah nyeri dirasakn dalam otak. Effleurage atau pijatan
pada abdomen yang teratur dangan latihan pernapasan selama
kontraksi digunakan untuk mengalihkan wanita dari nyeri selama
kontraksi. Begitu pula adanya massage yang mempunyai efek distraksi
juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem
kontrol dasenden. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman
karena massage membuat relaksasi otot (Monsdragon, 2008).
Diawal persalinan, pemijat dapat digunakan kedua telapak
tangannya untuk menekan kedua sisi punggung dari bahu ke bawah
dengan gerakan berirama, naik turun. Pijatan yang lama dan lambat
akan terasa nyaman. Pastikan pemijat menggunakan seluruh bagian
telapak tangannya. Jemarinya pun harus menyentuh tubuh sehingga
merasakan ketegangan disana. Pada persalinan tahap lanjut, pemijat
menggunakan tanganya untuk memijat kuat di pangkal tulang
belakang atau gunakan ibu jari dengangerakan lingkaran-lingkaran di
sekitar cekukngan pantat mungkin, butuh tekanan lebih kuat didaerah
itu. Sampaikan pada pemijat gerakan yang paling menolong
(Danuatmadja dan Meiliasari, 2008).
Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu :
a) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai
umbilikus dan keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area
pubis, ditekan dengan lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang
kuat, tapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit.
Pijatan dapat dilakukan beberapa kali, saat memijat harus
diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat.
b). Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua
telapak tangan Pada perut dan secara bersamaan digerakkan
melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan
satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah.
Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa, 2009).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nyeri merupakan suatu gejala yang bersifat objektif. Hanya orang yang
merasakan yang bisa mengungkap kan. Kebutuhan dasar manusia untuk
memenuhi rasa yang tidak nyaman/ Nyeri ini perawat perlu memperhatikan,
mengkaji konsep dasar nyeri pada klien yang mengalami gangguan
kenyamanan.
Mengatasi nyeri juga dapat diatasi oleh cara Non Farmakologi, contohnya
imajinasi terbimbing,dan massage cara ini dapat diterapkan untuk mengatasi
nyeri yang sedang dialami seseorang.
3.2 Saran
1. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat melakukan teknik non farmakologi untuk
mengatasi nyeri, dan mempelajari teknik nn farmakologi ini.
2. Pelayanan Kesehatan
Diharapkan a yang membaca makalah ini dapat mengerti dan mempelajari
teknik non farmakologi untuk mengatasi nyeri yang dirasakan seseorang
atau anggota keluarga.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi dapat menerapkan dan mempelajari teknik non
farmakologi untuk mengatasi nyeri`
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak,Chayati Nurul Dan Wahit Iqbal . 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori & Apikasi dalam Praktik. Jakarta: Kedokteran EGC.
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta:Kedokteran EGC.
Dikutip pada hari Kamis, Tanggal 09 Bulan Agustus Tahun 2018. Pukul 10:30 Wib.
Tamsuri,A.(2007).Konsep dan penatalaksanaan nyeri,Jakarta: EGC
Dikutip pada hari Kamis, Tanggal 09 Bulan Agustus Tahun 2018. Pukul 10:30 Wib.

Anda mungkin juga menyukai