PENDAHULUAN
Limfoma atau kanker getah bening merupakan bentuk paling umum dari
keganasan hematologi, atau "kanker darah", di negara maju. Secara bersama-sama,
limfoma merupakan 5,3% dari semua kanker (termasuk sel basal dan kanker sel
sederhana skuamosa kulit) di Amerika Serikat, dan 55,6% dari semua kanker darah.
Yang dimaksud kanker getah bening atau limfoma adalah kanker ganas yang
berkaitan dengan sistem limfatik. Sistem limfatik merupakan bagian penting dari
sistem kekebalan tubuh dan bertugas dalam membentuk pertahanan alamiah tubuh
melawan infeksi dan kanker. Cairan limfatik sendiri adalah cairan putih menyerupai
susu yang mengandung protein lemak dan limfosit yang semuanya mengalir ke
seluruh tubuh lewat pembuluh limfatik.Limfoma (kanker kelenjar getah bening)
merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti
sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma malignum (maligna =
ganas)
Pada abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin
karena ditemukan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Terdapat banyak tipe limfoma,
dalam garis besar limfoma dibagi dalam 4 bagian, diantaranya limfoma Hodgkin
(LH), limfoma non-Hodgkin (LNH), Histiositosis X, dan Mycosis Fungoides. Dalam
praktek, yang dimaksud limfoma adalah LH dan LNH, sedangkan Histiositosis X
dan Mycosis Fungoides sangat jarang ditemukan.
I.2 Tujuan
I.3 Manfaat
I.4 Permasalahan
Menangani kasus dari dua kasus yang disajikan yaitu kasus Limfoma
Hodgkin dan kasus Limfoma non Hodgkin serta menjelaskan bagaimana biofarmasi
dan farmakokinetiknya
TINJAUAN PUSTAKA
Modalitas terapi atau ragam pilihan terapi pada penyakit Limfoma Hodgkin
ini terdapat beberapa pilihan, diantaranya kemoterapi, radioterapi, kombinasi kedua
terapi tersebut atau bagi kasus yang kambuh-kambuhan dapat menggunakan metode
transplantasi stem cell atau cangkok sumsum tulang (National Cancer Institute,
2007).
.a Etiologi
Penyebab penyakit Hodgkin masih belum dapat dipastikan. Namun ada
beberapa faktor yang mungkin berkaitan dengan penyakit ini. Berikut ini adalah hal-
hal yang memiliki kaitan dengan penyakit Hodgkin. Adanya kemungkinan penyakit
Dosis Siklus
Regimen Pemberian Jadwal (hari)
(mg/m2) (hari)
MOPP 21
Mechloretamine 6 IV 1,8
Oncovin 1,4 IV 1,8
Procarbazine 100 PO 1-14
Prednisone 40 PO 1-14
Bleomycin 10 IV 8 21
Etoposide 100 IV 1-3
Adriamycin
25 IV 1
(doxorubicin)
Cyclophospamide 650 IV 1
Oncovin
1.4 IV 8
(vincristine)
PEMBAHASAN
Dari pemeriksaan fisik didapatkan ada benjolan di leher kiri ukuran 9x6x2 cm,
terpasang trakeostomi.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan dalam batas normal. Dari hasil FNAB a.r
Colli Sinistra didapatkan kesimpulan suatu Hodgkin’s Lymphoma stadium III B
Medikamentosa
Kemoterapi kombinasi dengan ABVD
Nama obat Dosis
Adriamycin (Doxorubicyn) 25 mg/m2
Blenamax 10.000 unit/m2
Vinblastine 6 mg/m2
Dakarbazine 375 mg/m2
Pembahasan : Limfoma sangat sensitif terhadap kemoterapi, dan lisis tumor besar
kemungkinan terjadi pada awal kemoterapi. Hal ini dapat menghasilkan
sejumlah besar asam urat yang tidak larut,yang mampu mempercepat dalam
ginjal, menyebabkan kerusakan ginjal
Saran : Untuk mencegah hal ini, dapat diberikan Allopurinol 300 mg sekali sehari harus
dimulai sehari sebelum memulai terapi sitotoksik dan
terus selama ada beban tumor signifikan
Obat
Biofarmasi Farmakokinetik Pembahasan
(sediaan obat)
Siklofosfamid IV dalam regimen kombinasi 250- Siklofosfamid Alopecia dapat
75 mg/m2 500 mg/m2 q 3-4 minggu. IV diabsorbsi dari jalur terjadi sekitar 20%
(IV) dalam dosis tinggi rejimen gastrointestinal dari pasien yang
interment ( termasuk jaringan dengan diberikan pada
tulang 50 mg/kg di berikan bioavailabilitas lebih dosis rendah dan
Pertama atau lebih 2-5 hari, di besar dari 75 %. Ini tentunya pada
ulang 2-4 minggu, dalam dosis ini secara luas pemberian dosis
tidak ditoleransi secara oral. didistribusi dalam tinggi. Perontokan
Dosis iv dapat diberikan dalam jaringan dan melewati rambut terjadi
beberapa volume yang sesuai sawar darah otak. Dia setelah 3 minggu
5mg/kg. selama terapi berlanjut, mengalami aktivasi dari pengobatan
dosis harus individualis. melalui pencampuran tetapi dapat tumbuh
fungsi sistem oksidasi kembali biasanya
dalam hati. Metabolit kelihatan jelas
pertama adalah 4- setelah 3 bulan,
hidroxicisiklifosfamid bahkan dengan
dan tautomer melanjutkan
asicliknya, pengobatan.
alfosfamid, yang Hiperpigmentasi
doxorubicin Injeksi iv bekerja secara lambat Doxorubicin terikat jika nyeri vena
50 mg/m2 dengan dosis 25 mg/m2 selama 1- pada protein plasma adalah masalah
day 1 15 hari. Dosis 20 sampai 25 mg dan jaringan jika selama pemberian
(IV) per m2 diberikan setiap hari tersebar luas. Waktu dacarbazine,
selama 3 hari setiap 3 minggu. paruh eliminasi 3 jam cobalah
Rejimen 20 mg per m2 sebagai dan sekitar 30 jam. memperlambat
satu dosis mingguan dapat Pengambilan obat ini infus (memberikan
digunakan terjadi dengan cepat obat selama
di jantung, ginjal, periode 60 - 120
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Nasib obat dalam tubuh yang diberikan pada pasien limfoma melalui intravena ini
tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam vena, “onset of action”
cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %
Limfoma sangat sensitif terhadap kemoterapi, dan lisis tumor besar kemungkinan
terjadi pada awal kemoterapi. Hal ini dapat menghasilkan sejumlah besar asam
urat yang tidak larut,yang mampu mempercepat dalam ginjal, menyebabkan
kerusakan ginjal
Kara, Murat, Murat Ozkan dan Serpir Dizbay Sak, Primary Pulmonary Non-Hodgkin’s
Lymphoma. Jurnal of Ankara Medical School Vo. 24, No.4, 2002.
Mansjoer A, Triyanti, Savitri R, et al. Kapita selekta kedokteran. Jilid I. Edisi ketiga.
Jakarta:Media Aesculapius FKUI, 1999.
Park YM., et al, 2007, Non-Hodgkin’s Lyphoma of The Sphenoid Sinus Presenting As Isolated
Oculomotor Nerve Palsy. World Journal of Surgical Oncology.
Patte C. 1997 , Non Hodgkin’s Lymphoma. Dalam Pinkerton CR and Plowman PN penyunting.
Paediatric Oncology. Edisi ke-2. London; Chapman & Hall Medical;: 278-295
Price SA, Wilson LM. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC, Jakarta.
Reksidoputro H., 1996, limfoma Malignum Non-Hogkin in Ilmu penyakit Dalam, Balai
Penerbit FKUI , Jakarta.
Santoso M, Krisifu C. Diagnostik dan Penatalaksanaan Limfoma Non-Hodgkin. Jakarta: Dexa
Media, 2004; 143-146.
Shike M (1996): Nutrition therapy for the Cancer Patient. In: Hamatology / Oncology Clinic of
North America 10 Number 1, pp 221 – 334.
Soeparman, Waspadji S. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1990.
Sumantri, Rachmat. 2006. Penyakit Hodgkin dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Jakarta : Interna Publishing.
Kumar, Vinay. Cotran, Ramzi S. Robbins, Stanley L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins
Volume 2 Edisi 7. Jakarta : EGC.
National Cancer Institute. 2007. What You Need To Know About Lymphoma Hodgkin.
Rockville : National Institute of Health.
Batlevi, Connie Lee. Younes, Anas. 2013. Novel Therapy for Hodgkin Lymphoma. New
York : American Society of Hematology.
Diehl, Voker. Klimm, Beate. Re, Daniel. 2009. Hodgkin Lymphoma : Clinical
Manifestations, Staging and Therapy in Hematology Basic Principles and
Practice. Philadelphia : Churchill Livingstone Elsevier.