Anda di halaman 1dari 39

5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Limfoma Maligna

Limfoma merupakan keganasan primer pada jaringan limfoid. Terdapat

dua kategori besar limfoma berdasarkan histopatologi mikroskopik dari kelenjar

getah bening yang terlibat yaitu limfoma Hodgkin dan non Hodgkin (Price, 2005).

World Health Organization (WHO) tahun 2008 membagi kategori limfoma

maligna menjadi matur B sel neoplasma termasuk di dalamnya limfoma Hodgkin

dan matur T sel dan NK sel neoplasma (Zheng, 2004).

Limfoma non Hodgkin dan Hodgkin dibedakan berdasarkan jenis sel yang

mencolok yang terdpat di dalam sel kelenjar getah bening serta penyebarannya.

Limfoma Hodgkin memiliki ciri khas yaitu ditandai dengan ditemukannya sel

Reed Sternberg dan Non Hodgkin ditandai dengan kumpulan limfosit abnormal,

dan histiosit dapat bersifat nodular atau difus (Bakta, 2006).

2.2 Limfoma non Hodgkin

Non Hodgkin merupakan kelompok heterogenus B sel dan T sel

neoplasma pertama timbul pada limfa node dengan variasi klinis dan temuan

biologis (Zahra,2012).

2.2.1 Klasifikasi limfoma non Hodgkin

Klasifikasi dari LNH merupakan masalah yang membingungkan dan

controversial bagi para klinisi. Beberapa sistem klasifikasi telah berkembang

untuk mengklasifikasikan LNH ini. Pada tahun 1950, Rappaport

mengklasifkasikan LNH berdasarkan pola pertumbuhan (nodular atau menyebar)

5
6

dan sitologi dari limfositnya (mudah dibedakan, sulit dibedakan, tidak dapat

dibedadakan, dan histiocytic). Teori ini terkenal karena kesederhanaannya dalam

menghasilkan diagnosis LNH, namun teori ini digantikan oleh klasifikasi yang

lebih mengarah ke immunoligi tingkat sel (William, 2009).

Pada awal tahun 1970, Lukes, Collins (Amerika Serikat), dan Lennert

(Jerman) mengajukan klasifikasi LNH yang berkaitan dengan morfologi limfosit

pada setiap keturunan. Keduanya menjelaskan struktur folikular sebagai penanda

histologi dari deferensiasi sel B. Keduanya juga membagi limfoma folikular

berdasarkan penampakan sitologi tipe center cell yang predominan pada folikular

cell tersebut, yaitu small dan large cleaved cell klasifikasi Lukes-Collins

(centrocytes klasifikasi Kiel) dan small dan large noncleaved cell klasifikasi

Lukes-Collins (centroblast klasifikasi Kiel). Untuk LNH dengan pola

pertumbuhan menyebar harus dilakukan studi immuno fenotipe untuk mengetahui

klasifikasinya(William, 2009).

Pada tahun 1982, Working Formulation (WF) diperkenalkan dalam upaya

untuk memberikan skema klasifikasi morfologis dengan relevansi prognostik

Meskipun WF adalah peningkatan dari klasifikasi Rappaport sebelumnya,

klasifikasi ini memiliki keterbatasan yang sama seperti semua skema klasifikasi

morfologis murni, memisahkan limfoma yang terkait erat secara biologis dan

tidak berhubungan biologis (William, 2009).


7

Tabel 2.1: Klasifikasi neoplasma menurut WHO (William, 2009;


Zheng, 2004)

B-Cell Neoplasms T-Cell and NK-Cell Neoplasms

Precursor B-cell neoplasm Precursor T-cell neoplasm

Precursor B-lymphoblastic leukemia/lymphoma Precursor T-lymphoblastic

leukemia/lymphoma

Mature B-cell lymphomas Mature T-cell and NK-cell

lymphomas

Follicular lymphoma Peripheral T-cell lymphoma,

unspecified

Chronic lymphocytic leukemia/small Angioimmunoblastic T-cell

lymphocytic lymphoma lymphoma

Lymphoplasmacytic lymphoma Anaplastic large cell lymphoma

Mantle cell lymphoma Adult T-cell leukemia/lymphoma

Nodal marginal zone B-cell lymphoma Hepatosplenic T-cell lymphoma

Splenic marginal zone B-cell lymphoma Subcutaneous panniculitis-like

T-cell lymphoma Enteropathy-

Extranodal marginal zone B-cell lymphoma of type T-cell lymphoma

mucosa-associated lymphoid tissue

Mycosis fungoides/Sézary

syndrome

Diffuse large B-cell lymphoma

Mediastinal (thymic) large B-cell lymphoma Extranodal NK/T-cell lymphoma,

nasal type
8

B-Cell Neoplasms T-Cell and NK-Cell Neoplasms

Intravascular large B-cell lymphoma Aggressive NK-cell leukemia

Primary effusion lymphoma

Burkitt lymphoma

Hodgkin Lymphomas

Classical Hodgkin lymphoma

Mixed-cellularity Hodgkin lymphoma

Lymphocyte-rich classical Hodgkin lymphoma

Nodular sclerosis Hodgkin lymphoma

Lymphocyte-depleted Hodgkin lymphoma

Nodular lymphocyte-predominant Hodgkin

lymphoma

NK, natural killer.

2.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko Limfoma Non Hodgkin

Limfoma non Hodgkin dapat terjadi karena beberapa faktor resiko seperti

adanya agen infeksi, immunodefisiensi, kongenital, acquired, lingkungan, riwayat

terpapar obat seperti imunosupresif agen, obat antiepilepsi, dan riwayat terpapar

herbisida, peptisida, serbuk kayu, lem epoxy, riwayat penggunaan obat rambut,

faktor nutrisi, dan transfusi darah(Mozaheb,2012; Smedby, 2006; William, 2009).

2.2.3.1 Agen Infeksi

Penyakit Infeksi memiliki kontribusi di dalam mekanisme limfomagenesis.

Agen infeksi memiliki peran pada spesifik limfoma bervariasi mulai dari sebagai

faktor pembawa, lingkungan dan geografi. Terdapat 2 mekanisme didalam


9

kontribusi agen infeksi pada limfomagenesis. Contoh yang paling bagus untuk

menjelaskan hal ini adalah transformasi langsung limposit oleh agen microbial.

Limpotropik virus termasuk di dalamnya Epstein-Barr Virus (EBV), Human T-

Leukemia Virus-1 (HTLV-1), Human Herpes Virus 8 (HHV8), Hepatitis C Virus

(HCV) dan Simian Virus 40 (SV40) (William, 2009).

Pengaruh yang kompleks dari lingkungan dan host factors pada

pathogenesis dari limfoma yang diakui pada deskripsi burkitt oleh Denis pada

tahun 1958 sebagai tumor yang agresif pada anak muda yang memiliki

karakteristik sering melibatkan rahang dan perut. Distribusi geografik pada

neoplasma memperlihatkan hubungan pada endemic malaria. Pada tahun 1964,

Epstein, Achong dan Barr menemukan partikel virus pada sel tumor yang berasal

dari pasien Burkitt (William, 2009).

Tidak lama setelah klasifikasi imunologi pada LNH diusulkan, Adult T-

Cell Leukemia/Lymphoma (ATLL) yang dijelaskan di Jepang oleh Takatsuki dan

Uchiyama tahun1977. Klinikal penyebab ATLL bervariasi tetapi pada kebanyakan

pasien ditemukan pembentukan akut dengan karakteristik limfadenopati,

organomegali, lesi kulit, hiperkalsemia, peningkatan sel darah putih dengan

limpoma multilobul yang disebut cloverleaf atau flower sel dan dengan cepat

menjadi fatal. Tahun 1979-1981 Gallo di Amerika Serikat dan Hinuma di Jepang

menemukan retrovirus yang unik, HTLV-1 sebagai etiologi agen ATLL. HTLV-1

ditemukan pada endemic ditemukan pada area geografis di daerah barat daya

Jepang sebanyak 6 sampai 20 % populasi terkena HTLV-1 serospositif (Mozaheb,

2012; Smedby, 2006; William, 2009).


10

Infeksi HTLV-1 sangat berhubungan dengan kejadian T-sel Leukemia

pada orang dewasa atau limfoma dan juga myelopati. Pada penelitian yang

dilakukan di Jepang memeperlihatkan perempuan lebih banyak terkena HTLV-1

dibandingakan laki-laki dan juga meningkat sesuai dengan usia mencapai puncak

pada umur 30 tahun karena merupakan usia dengan kegiatan seksual yang aktif.

HTLV-1 dapat menginfeksi seseorang melalui pemberian ASI ibu yang telah

terinfeksi, darah, berbagi jarum suntik dan transmisi seksual. HTLV-1 adalah
+ +
berisi RNA tipe C yang menginfeksi sel T matur umumnya, CD3 , CD4 , dan

HLA-DR+. Disregulasi T sel menginisisasi mengakibatkan putaran autocrine

interleukin (IL)-2 seperti efek parakrin dari seluler gen dan sitokin yang lain. Tax

protein menyebabkan proliferasi dan mencegah apptosis dari sel HTLV-1 yang

menyababkan degenerasi IκB-α yang mengaktivasi jalan dari NFκB namun, pada

penyakit yang berat tidak ada ekspresi tax dan sel ATL dapat melakukan

proliferasi sendiri. Pada mulanya limfoproliferatif T adalah poliklonial dan

mengkontrol mekanisme pertahanan tubuh, namun, oligoklonal atau proliferasi T-

sel monoclonal adalah timbulnya interleukin 2 (IL-2) yang menghasilkan

manifestasi klinis ATLL. Seperti EBV pada limfomagenesis, HTLV-1 tidak

mengaktifakan onkogenesis secara langsung tetapi membantu pada proses

multistep pada memburuknya ketidakstabilan genetik yang ditandai dengan

mutasi p53, penghapusan gen supresor tumor p15 dan p16, dan metilasi DNA.

HTLV-I dapat ditularkan oleh transfusi darah, penggunaan jarum suntik,

hubungan seksual, dan dari ibu ke anak melalui ASI atau melalui plasenta. Virus

ini dapat memiliki periode laten yang berkepanjangan dekade sebelum sindrom

klinis muncul (Mozaheb,2012; Smedby, 2006; William, 2009).


11

EBV biasanya terjadi pada negara berkembang dengan sanitasi, hygiene

dan memasak yang tidak steril. EBV memiliki gen yang unik yang dapat

meningkatkan aktivasi pertumbuhan B sel yang terinfeksi. Karakteristik dari EBV

adalah distribusi geografi yang particular dan dengan epidemiologinya sendiri.

Pada leukemia NK-sel yang agresif biasanya perkembangan penyakitnya bersifat

lebih cepat berhubungan dengan EBV dan kejadiannya tinggi pada Asia dan

Selatan Amerika (Mozaheb,2012). Virus lain terlibat dalam neoplasia limfoid dan

termasuk HTLV-II, herpes virus (HHV-6), HHV-8 (Kaposi sarcoma- herpes

terkait virus (KSHV)), dan hepatitis C (William, 2009).

H. pylori adalah batang Gram-negatif yang ditemukan oleh Warren dan

Marshall pada tahun 1983 dan terbukti berhubungan dengan penyakit ulkus

peptikum, karsinoma lambung, dan LNH. Limfoma lambung ditemukan memiliki

frekuensi tinggi di bagian-bagian tertentu dari Eropa, seperti wilayah Veneto

Italia, dan biasanya Mucosa-Associated Lymphoid Tissue (MALToma), sebuah

istilah yang diusulkan oleh Isaacson dan Wright. Parsonett mengakui bahwa

infeksi H. pylori mendahului perkembangan limfoma, dan Wotherspoon

melaporkan bahwa pengobatan antibiotik untuk H. pylori menyebabkan regresi

dari limfoma dalam lebih dari dua pertiga dari pasien. Infeksi lain terkait dengan

MALToma khusus meliputi Campylobacter jejuni dengan usus kecil

immunoproliferative (Mozaheb, 2012; Smedby, 2006; William, 2009; Charlotte,

2008). H.Pylori akan berkelompok di mukosa lambung dan menyebabkan gastritis

kronis dan dapat menginduksi adanya ulkus peptikum dan akhirnya menyebabkan

kanker lambung. H. pylori akan menyebabkan B-sel limfoma dan banyak terjadi

pada negara berkembang dan meningkat seiring bertambah usia. H. pylori dapat
12

dideteksi pada 90% pasien dengan stadium rendah MALT limfoma dan 40-75%

pada stadium tinggi limfoma lambung (Mozaheb, 2012).

2.2.3.2 Faktor Lingkungan

Lingkungan berhubungan dengan implikasi pada pathogenesis LNH

termasuk bukan hanya infeksi tetapi juga paparan obat dan paparan toksik kimia.

Obat imunosupresan memiliki peran pada limfomagenesis melalui interaksi

dengan EBV, terutama pada transplantasi organ. Penetoin dan Carbamazepine

memiliki hubungan dengan pseudolimfoma dan limfoma malignan dengan

menyebabkan kondisi panas, rash dan adenopathy yang muncul kembali setelah

withdrawal obat. Pada penelitian epidemiologi ada berapa obat yang memiliki

hubungan dengan LNH seperti analgesik, antibiotik, steroid, digitalis, estrogen

dan tranquilize (Mozaheb, 2012; Smedby, 2006; William, 2009).

Pada penelitian di daerah endemic dilaporkan peningkatan LNH

dilaporkan pada pekerja di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, kontruksi,

kendaraan bermotor, komunikasi telepon, dan industry kulit. Bahan kimia yang

terlibat dalam endemic LNH yaitu organoklorin dan asam phenoxyacetic yang

biasanya ditemukan pada peptisida dan herbisida. Selain itu resiko LNH juga

dapat meningkat karena paparan pelarut organik, seperti benzene, dan

trichloroethylene, pupuk, lem epoxy, serbuk kayu, pewarna rambut, sinar

ultraviolet dan faktor gizi (Mozaheb, 2012; Smedby, 2006; William, 2009).

2.2.3.3 Faktor Sistem Imun

Gangguan ini dapat dibagi lagi menjadi bawaan, atau primer,

imunodefisiensi dan diperoleh, atau sekunder, imunodefisiensi. Komponen umum


13

untuk semua gangguan ini terjadi gangguan pada immunoregulation, khususnya di

imunitas sel-T, sehingga sitokin menurun, dan pertumbuhan sel-B yang tidak

terkendali dalam jaringan limfoid, sering berkaitan dengan EBV genom.

2.2.3.4 Usia

Limfoma merupakan 10% kanker pada anak-anak di negara maju dan

berada diurutan ketiga setelah leukemia akut dan tumor otak. LNH lebih sering

terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak-anak dan memiliki peningkatan

insiden yang stabil mulai dari kecil sampai usia 80 tahun. Usia rata-rata

terdiagnosis LNH adalah 45-55 tahun dan usia rata-rata tahun 2000-2005 adalah

67 tahun. Secara umum risiko terjadinya LNH meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Bertambahnya usia bukan hanya dikaitkan dengan semakin

meningkatmya faktor risiko namun juga menunjukan prognosis yang juga

semakin buruk terutama pada lanjut usia Pada lanjut usia terjadi proses

degeneratif yang menyebabkan penurunan pada sistim organ dalam tubuh.

Penurunan fungsi yang terjadi juga berpengaruh terhadap sistem hormon,

imunitas, fungsi hati, pembuluh darah dan sistim lainnya. Penurunan fungsi yang

menyebabkan penurunan imunitas menyebabkan sesorang rentan akan infeksi dan

juga menyebabkan proses penyembuhan lebih lama. Selain faktor dari penurunan

fungsi riwayat terpaparnya bahan kimia yang bersifat karsinogenik, lama terpapar

dan juga riwayat kanker dari keluarga dan juga pasien sendiri juga menjadi

penyebab perbedaan proporsi kejadian ini. Pada usia anak-anak terjadinya LNH

sering disebabkan oleh imun defisiensi (Mozaheb, 2012; Smedby, 2006; William,

2009).
14

2.2.3.5 Jenis Kelamin

Kejadain LNH lebih banyak di temukan pada laki-laki dibandingkan

perempuan hal (Yasmin et al, 2005). Perbedaan proposi kejadian ini belum

diketahui secara pasti. Pada beberapa penelitian menyatakan perbedaan itu dapat

disebabkan oleh perbedaan hormonal pada laki-laki dan perempuan (Nelson et al,

2001). Pada wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi oral dan atau terapi sulih

hormon lebih sering ditemukan dibandingkan yang tidak. Perbedaan yang terjadi

bukan hanya dikeranakan oleh sistem hormon namun juga dikarenakan perbedaan

paparan bahan kimia yang diterima oleh laki-laki dan perempuan dan juga

kerentanan terhadap penyakit tertentu. Faktor-faktor tersebut bukan hanya

menyebabkan perbedaan proporsi antara laki-laki dan perempuan juga

menyebabkan perbedaan subtipe LNH yang diderita. Pada pria yang biasanya

terjadi adalah Mantel Cell Lymphoma (MCL) (70%) sedangkan pada wanita yang

biasanya terjadi adalah Follicular Lymphoma (FL) (Mozaheb, 2012).


15

BAB III KERANGKA BERPIKIR,


KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kanker merupakan kelompok penyakit dengan karakteristik pertumbuhan

sel yang tidak terkontrol dan penyebaran yang tidak normal. Angka kematian

yang disebabkan kanker merupakan peringkat ke-2 di Dunia. Salah satu jenis

kanker berasal dari hematologi yaitu Limfoma Maligna dan Leukemia.

Dibandingkan dengan Leukemia, angka kejadian Limfoma Maligna lebih banyak.

Limfoma Maligna dapat dibagi menjadi dua yaitu Limfoma Hodgkin dan

Limfoma Non Hodgkin.

Limfoma Non Hodgkin merupakan limfoma yang banyak terjadi di daerah

asia. Pembagian klasifikasi limfoma non Hodgkin menurut WHO dibagi menjadi

36 subtipe yang masing-masing subtipe memiliki karakteristik sendiri. Pada

pasien dengan LNH memiliki variasi demografi yang berbeda-beda hal tersebut

juga dapat mempengaruhi dari temuan klinis dan laboratorium pasien. Terdapat

bebrapa faktor demografi yang dapat mempengaruhi temuan klinis pada pasien

LNH seperti jenis kelain, usia, tempat tinggal, status pekerjaan, riwayat keluarga,

riwayat penyakit dan penggunaan obat sebelumnya.

Imun sistem akan mencapai kerja yang optimal pada saat usia produktif

dan akan menurun seiring dengan usia. Agen infeksi seperti EBV, HTLV-1,

HHV-8, Hepatitis dan H. Pylori juga dapat menyebabkan meningkatnya resiko

terkena LNH. Selain hal tersebut faktor lingkungan juga dapat menyebabkan

limfoma seperti adanya penggunaan obat-obatan dan adanya paparan dari zat

kimia.

15
16

Kanker

Hematologi

Sel Darah Putih

Leukemia Limfoma Maligna

Hodgkin Non Hodgkin

Faktor
lingkungan Usia dan
Klasifikasi Non
Jenis
Hodgkin
Kelamin
1. Infeksi
2. Imun sistem

Temuan Klinis dan


Laboratorium

Gambar 3.1: Diagram Kerangka berpikir


17

3.2 Konsep Penelitian

Kejadian Limfoma Non Hodgkin Usia dan Jenis Kelamin

Gambar 3.2 : Konsep Penelitian

Pada penelitian yang diteliti adalah variabel usia dan jenis kelamin dan

kejadian Limfoma Non Hodgkin

3.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,

kajian pustaka, kerangka berpikir, dan konsep penelitian maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Usia memiliki kaitan dengan kejadian limfoma di Rumah Sakit Sanglah

2. Jenis kelamin memiliki kaitan dengan kejadian limfoma di Rumah Sakit

Sanglah
18

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross-

sectional yang berarti semua variabel yang diteliti diukur dan diamati hanya satu

kali, pada satu waktu. Dengan pendekatan cross sectional, penelitian akan lebih

mudah, hasil yang dicari cepat diperoleh dan biaya lebih rendah. Penelitian ini

hanya akan memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi berdasarkan

hasil dari rekam medis.

4.2 Subyek Penelitian

4.2.1 Variabilitas Populasi

4.2.1.1. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien LNH.

4.2.1.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah semua pasien LNH yang memiliki data rekam

medis di Rumah Sakit Sanglah tahun 2014.

4.2.1.3. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini merupakan populasi terjangkau yang memenuhi

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

4.2.2 Kriteria Subjek

4.2.2.1. Kriteria Inklusi

Pasien LNH dan bukan LNH rawat inap dan rawat jalan yang terdata pada

buku registrasi poli dan ruangan-ruangan yang terdapatdi Bagian Penyakit Dalam

18
19

di Rumah Sakit Sanglah tahun 2014

4.2.2.2. Kriteria Eksklusi

Pasien baru tahun 2015.

4.2.3 Besaran Sampel

Besar sampel yang digunakan menggunakan total sampel tahun 2014 yang

berobat di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Sanglah bagian heatologi yaitu

pasien rawat inap dan pasien rawat jalan.

4.2.4 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah salah jenis non-

probability sampling yaitu consecutive sampling. Pada consecutive sampling,

setiap rekam medis pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah sampel yang diperlukan

terpenuhi.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Klasifikasi Variabel

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu usia dan jenis kelamin. Variabel

tergantung dalam penelitian ini adalah kejadian limfoma Non Hodgkin di Rumah

Sakit Sanglah. Pada penelitian ini terdapat variabel antara yaitu sistem imun dan

infeksi EBV, HTLV-1, HHV8, dan HCV. Selain itu pada penelitian ini juga

terdapat variabel perancu yaitu faktor lingkungan.

4.3.2 Definisi Operasional Variabel

1. Usia merupakan usia pasien yang tercantum pada rekam medis. Kategori usia

menurut Depkes RI tahun 2009 adalah masa balita pada usia 0-5 tahun, masa

kanak-kanak pada usia 5-11 tahun, masa remaja awal pada usia 12-16 tahun,
20

masa remaja akhir pada usia 17-25 tahun, masa dewasa awal pada usia 26-35

tahun, masa dewasa akhir pada usia 36-45 tahun, masa lansia awal pada usia

46-55 tahun, lansia akhir pada usia 56-65 tahun dan masa manula 65 tahun ke

atas. Pada penelitian ini usia diketegorikan menjadi 2 yaitu >55 tahun dan ≤

55 tahun.

2. Jenis Kelamin dapat digolongkan menjadi laki-laki dan perempuan dan

dilihat dari data yang tercantum di rekam medis.

3. Pasien LNH merupakan pasien yang telah didiagnosa LNH yaitu pasien

dengan adanya gejala pembesaran getah bening atau terdapat gelaja

kontitusional seperti demam, keringat malam dan penurunan berat badan atau

adanya orofaringel atau adanya anemia, infeksi, dan pendarahan difus atau

hepatomegali atau splenomegali atau gejala sesuai organ yang terkena

limfoma atau pada pemeriksaan histologi biopsy eksisi kelenjar getah bening

atau jaringan ekstranodal atau tertera di dalam rekam medis.

4.4 Instrumen Penelitian

4.4.1 Rekam Medis

Pada penelitian ini digunakan data sekunder yang berasal dari rekam medis

pasien LNH di Rumah Sakit Sanglah.

4.4.2 Daftar Observasi

Daftar Observasi yang dibuat dalam penelitian ini menyesuaikan dengan

data-data yang diperlukan dalam penelitian. Formulir penelitian ini terdiri dari :

Identitas pasien meliputi usia, dan jenis kelamin, gambaran klinis, laboratorium,

radiologi dan klasifikasi limfoma berdasarkan klasifikasi WHO.


21

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Rekam Medis Rumah Sakit Sanglah.

4.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dengan proses perancangan tema, penyusunan

proposal, pelaksanaan penelitian, pengumpulan dan analisis data, serta pembuatan

laporan hasil penelitian yang dilaksanakan pada 2014 sampai dengan 2015.

4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

Prosedur pengambilan atau pengumpulan data yang dilakukan peneliti

sebagai berikut:

1. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada institusi tempat

dilakukannya penelitian . Data akan dikumpulkan dari Rumah Sakit Sanglah.

2. Setelah mendapatkan ijin peneliti mencari no rekam medis pasien di

registrasi poli penyakit dalam di Rumah Sakit Sanglah yang memenuhi

kriteria penelitian selama tahun 2014.

3. Selanjutnya peneliti akan mengambil data melalui rekam medis sesuai

dengan no rekam medis pasien LNH di Rumah Sakit Sanglah yang telah

dicatat peneliti.

4. Data-data yang diperlukan dan telah tercantum pada rekam medis kemudian

dimasukkan ke dalam daftar observasi.

5. Hal ini terus dilakukan sampai jumlah sampel terpenuhi.

4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Cara Pengelolaan Data

a. Coding Data
22

Masing-masing form penelitian diberikan kode tertentu untuk mempermudah

dalam entry dan analisis data.

b. Entry Data

Data dimasukkan secara komputerisasi setelah dibuat struktur entry data yang

mencakup nomor, nama variabel, tipe variabel, width, decimals, variable labels,

value labels, dan missing values.

c. Cleaning Data

Untuk menghindari kemungkinan adanya kesalahan dalam analisis data, data yang

telah dimasukkan akan dicek kembali sehingga kesalahan data dapat segera

diperbaiki. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan

menggunakan software statistika yaitu SPSS.

4.7.2 Cara Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah analitik
2
menggunakan uji kai kuadrat (dilambangkan dengan X dari huruf yunani chi

dilafalkan kai) digunakan untuk menguji dua kelompok data baik variable

independen maupun dependennya berbentuk kategorik atau dapat juga dikatakan

sebagai uji proporsi untuk dua pristiwa atau lebih, sehingga bersifat diskrit.
23

BAB V

HASIL

Pada tahun 2014 terdapat 491 pasien (LNH n=152, Non LNH n=339) yang

berobat pada poli penyakit dalam RSUP Sanglah Denpasar periode Januari-

Desember 2014.

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Pada penelitian karakteristik subjek penelitian menurut usia, jenis kelamin

dan juga asal subjek dapat dilihat pada table 5.1

Tabel 5.1. Karekteristik Subjek dasar

Karakteristik Nilai Median


Jenis Kelamin Keseluruhan subjek
Laki-laki(%) 58.2%
Perempuan(%) 41.8%
Jenis Kelamin subjek dengan LNH
Laki-laki (%) 57.9%
Perempuan (%) 42.1%
Usia Keseluruhan Subjek
>55 th 31.8%
≤55 th 68.2%
Usia subjek dengan LNH
>55 th 46%
≤55 th 54%
Median Usia subjek dengan LNH 55
Rata-rata usia subjek dengan LNH 53
Asal subjek dengan LNH
Gianyar 6.6%
Karangasem 3.3%
Badung 7.9%
Negara 2.6%
NTT 0.7%
NTB 7.9%
Denpasar 42.4%
Klungkung 3.3%
Bangli 2%
Buleleng 7.3%
Tabanan 14.6%

23
24

5.2 Hubungan antara faktor risiko usia dan kejadian LNH

Pada penelitian ditemukan dari 335 subjek yang berusia ≤ 55 tahun, 82

diantaranya mengalami LNH, sedangkan dari 156 subjek dengan usia >55 tahun,

70 diantaranya mengalami LNH. Pada analisis yang dilakukan dengan

menggunakan Chi-Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

faktor usia dan kejadian LNH di RSUP Sanglah tahun 2014 (OR = 2,511.

p=0,0001) hal ini dapat dilihat pada table 5.2.

Tabel 5.2. Hubungan faktor risiko usia dan kejadian LNH

LNH
Total
Ya Tidak

≤ 55 tahun 70 86 156
Usia
≤ 55 tahun 82 253 335

Total 152 339 491

OR = 2,511. p=0,0001. Confident Interval 95%=1,680-3,754

5.3 Hubungan antara faktor risiko jenis kelamin dan kejadian LNH

Pada penelitian ditemukan dari 286 subjek laki-laki, 88 diantaranya

mengalami LNH, sedangkan dari 201 subjek wanita, 64 diantaranya mengalami

LNH. Pada analisis yang dilakukan dengan menggunakan Chi-Square

menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara faktor jenis kelamin

dan kejadian LNH di RSUP Sanglah tahun 2014 (OR = 2,361. p=0,392) hal ini

dapat dilihat pada table 5.3.


25

Tabel 5.3. Hubungan antara faktor risiko jenis kelamin dan kejadian LNH

LNH
Total
Ya Tidak

Male 88 198 286


Usia
Female 64 137 201

Total 152 339 491

OR = 2,361. p=0,392
26

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada penelitiaan ini didapatkan prevalensi LNH di Rumah Sakit Sanglah

selama periode Januari-Desember 2014 adalah sebesar 31% (152 kasus).

Penelitian ini menunjukkan peningkatan presentase kejadian LNH dibandingkan

tahun 2010 sebesar 22.2% di Rumah Sakit Sanglah menurut data yang dilaporkan

oleh Suega (2010). Peningkatan kejadian LNH juga ditemukan pada penelitian

yang dilakukan oleh Susan dan Rhicart (2004). Pada penelitian yang dilakukan

oleh Susan dan Rhicart memperkirakan bahwa setiap tahunnya terdapat 19 kasus

baru per 100.000 orang di Amerika.

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yasmin et all (2002) menemukan

bahwa usia minimum kasus LNH yang ter jadi di Karachi minimum berusia 2

tahun sampai dengan 95 pada tahun 1995 sampai dengan 2002 penemuan ini tidak

jauh berbeda dengan penemuan pada penelitian ini. Pada penelitian ini ditemukan

usia minimum kasus LNH yang terjadi di Rumah Sakit Sanglah berusia 1 tahun

dan maksimal 89 tahun. Rata-rata usia pasien LNH pada penelitian ini 53 tahun

hasil ini sama dengan hasil penemuan yang dilaporkan oleh Mozaheb (2012), pada

penelitiannya dilaporkan usia rata-rata terdiagnosis LNH adalah 45-55 tahun.

Hasil ini juga sebanding dengan hasil yang dikemukakan oleh Yasmin et all

(2002) pada penelitiannya yang melaporkan bahwa rata-rata usia pasien LNH

yang terdiagnosis adalah 50-55 tahun.

26
27

Pada penelitian ini ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara

proporsi kejadian LNH yang terjadi menurut asal subjek. Asal subjek terbanyak

proporsi kejadian LNHnya Denpasar hal ini dikarenakan Denpasar merupakan

pusat kota di Bali yang paling dekat dengan RSUP Sanglah, dengan penduduk

yang kebanyakan lebih peduli akan kesehatan dan memiliki tingkat pendidikan

yang lebih tinggi selain itu di Denpasar merupakan pusat kota di Bali yang tingkat

polusi udara dan risiko terpaparnya bahan kimia yang lebih besar akibat gaya

hidup masyarakatnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sugiarta (2008)

bahwa kandungan timbal(Pb), karbon monoksida(CO), sulfur dioksida (SO2), dan

nitrogen dioksida (NO2) masih dibawah standar baku mutu lingkungan. Gas-gas

tersebut dapat bersifat karsiogenik yang mungkin sebagai salah satu faktor

terjadinya perbedaan proporsi kejadian yang signifikan di Denpasar. Adanya

peningkatan polusi udara di kota Denpasar disebabkan oleh banyaknya kendaraan

bermotor, di Indonesia kota Denpasar menjadi peringkat nomor 2 jumlah

kendaraan bermotor terbanyak jika dibandingkan dengan panjang jalan.

Peningkatan kadar Pb udara di kota Denpasar menyebabkankan kadar Pb dalam

darah juga melebihi nilai ambang normalnya menurut penelitian Adiputra dan

Suyasning (2003) yang dilakukan pada tiga kelompok.

6.2 Hubungan usia dengan kejadian LNH di Rumah Sakit Sanglah

Hasil Uji Chi-Square pada variabel usia memiliki nilai p-value=0,0001

dengan odd ratio (OR) 2.511 dan Confidence interval (CI) 1,680-3,754 dari hasil

analisis tersebut menunjukkan bawa kelompok usai >55 tahun memiliki risiko

2,511 kali lebih besar terkena LNH dibandingkan dengan usai ≤ 55 tahun hasil

penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilaporkan oleh Annisa


28

Reykaningrum yang melakukan penelitian di RSD dr. Soebandi Jember tahun

2011. Pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

kejadian LNH dengan usia karena α<0,05 dan merupakan faktor pemberat

terjadinya LNH karena CI melewati angka 1. Hasil penelitian ini juga didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Muller et al.(2005), pada penelitian tersebut

ditemukan terjadinya peningkatan kejadian LNH berhubungan dengan

bertambahnya usia, terutama pada kelompok usia >55tahun. Penelitian ini juga

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Susan dan Rhicart (2004) pada

penelitian tersebut mengatakan bahwa usia dapat meningkatkan risiko terjadinya

LNH mencapai 68 kasus per 100.000 orang. Peningkatan usia sebagai faktor

risiko terjadinya LNH disebabkan oleh proses degeneratif yang menyebabkan

terjadinya mutasi pada sistem imun yang menyebabkan seseorang mudah

terserang agen infeksi yang dapat menyebabkan LNH.

LNH terjadi disebabkan oleh mutasi yang terjadi pada sistem imun yang

disebabkan oleh agen infeksi, zar karsinogenik dan riwayat penyakit lainnya yang

diderita oleh seseorang. Sedangkan mudahnya agen infeksi menginfeksi seseorang

dipengrauhi oleh bagus tidaknya sistem imun itu sendiri, jika terjadi penurunan

fungsi pada sistem imun tersebut dapat menyebabkan seseorang mudah terkena

penyakit infeksi. Penurunan sistem imun dapat terjadi melalui banyak sebab

herediter, didapat atau suatu proses natural akibat proses degeneratif yang terjadi

pada orang lanjut usia. Pada orang lanjut usia risiko terjadinya LNH meningkat

bukan hanya disebabkan disebabkan oleh proses degeneratif, namun juga riwayat

paparan yang berlangsung lebih lama terhadap suatu zat karsiogenik dan riwayat

penyakit yang diderita sebelumnya. Sedangkan pada anak-anak LNH dapat terjadi
29

imun defisiensi. Imun defisiensi yang terjadi pada anak-anak dapat disebabkan

oleh berbagai faktor yaitu gen (keturunan), infeksi yang ditularkan oleh ibu yang

diperoleh dalam proses persalinan, ataupun saat dalam kandungan dan infeksi

yang ditularkan oleh orang sekitar, atau pemberian asi ekslusif. Pada penelitian ini

tidak diteliti secara detail mengenai faktor-faktor penyebab penurunan sistem

imun tersebut sehingga diperlukan penelitian yang lebih lanjut lagi mengenai hal

tersebut.

6.3 Hubungan jenis kelamin dengan kejadian LNH di Rumah Sakit Sanglah.

Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar kasus LNH yang terjadi

adalah laki-laki hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Muller et al. (2005), Susan dan Rhicart (2004) Annisa Reykaningrum (2011).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muller et al. (2005) melaporkan bahwa

sebagian besar penderita LNH adalah laki-laki dengan perbandingan laki-laki dan

perempuan sebesar 2:1 hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh

Annisa Reykningrum (2011) yang menyatakan bahwa mayoritas kasus LNH

terjadi pada jenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Susan dan Rhicart (2004) yang menyatakan bahwa

lebih dari 50% kejadian LNH pada penelitian tersebut didominasi oleh laki-laki.

Hasil analisis bivariabel dengan menggunakan Uji Chi-Square memperlihatkan

nilai p-value=0,392 dengan Odd’s ratio (OR) sebesar 2,361 hasil analisis tersebut

menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki risiko 2,361 kali lebih besar

untuk menderita LNH dibandingkan dengan perempuan. Pada penelitian ini

menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
30

kejadian LNH hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh

Annisa Reykaningrum. (2011).

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan kejadian

LNH pada penelitian ini mungkin dikarenakan tidak adanya perbedaan yang

signifikan antara gaya hidup, dan kebutuhan gizi pada laki-laki dan perempuan di

RSUP Sanglah. Salah satu contoh gaya hidup atau kebiasaan yang dapat

menyebabkan LNH adalah alcohol dan merokok. Alkohol dan merokok

merupakan kebiasaan yang lebih banyak digemari oleh laki-laki. Alkohol dan

rokok bersifat leukemogenik dan dapat menyebabkan mutasi dari sistem imun,

namun menurut penelitian yang dilakukan oleh Zahm et al (1997) tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara kebiasan merokok dan alkohol pada perempuan

dan laki-laki terhadap terjadinya kejadian LNH.


31

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasan mengenai hubungan antara

usia dan jenis kelamin dengan kejadian LNH di Rumah Sakit Sanglah tahun 2014

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Distribusi karakteristik responden yang menderita LNH paling banyak

pada usia ≤55 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan berdomisili di

Denpasar.

b. Terdapat hubungan yang signifikan/bermakna antara usia dengan kejadian

LNH di Rumah Sakit Sanglah

c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan/bermakna antara jenis kelamin

dan kejadian LNH di Rumah Sakit Sanglah

6.2 Saran

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain kohort untuk

mengetahui hubungan kausal faktor risiko dengan kejadian LNH.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang dapat membuktikan adanya

hubungan gaya hidup, kebutuhan gizi, perilaku konsumsi bahan kimia

pada makanan, perilaku merokok dan alkohol, konsumsi kontrasepsi oral,

dan periaku-perilaku lainnya yang dapat menekan sistem imun terhadap

kejadian LNH.

c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara

peningkatan kadar Pb dalam darah dengan kejadian LNH di Denpasar.

31
32

DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I Made Prof. Dr.2006.Hematologi Klinis Ringkas.Jakarta: EGC ISBN;


979-448-800-3

Center, Melissa., Siegel, Rebecca., Jernal, Ahmedin.2008.Global Cancer Fact &


nd
Figure 2 Edition. American Cancer Socienty 32-33
Charlotte, Annemarie.2008.Etection, Surveillance and Treatment of Pre-
malignant Gastric Lesions related to Helicobacter pylori Infection.
Netherlands. Universitas Rotterdem. ISBN: 978-90-8559-439-0

Cummins, C., Winter, H., MAric, R., Cheng, KK., Silcocks, P.,Varghese C., &
Batlle, G. 2001. Childhood Cancer in the South Asian Population of
England (1990-1992). British Journal of Cancer, 84(9), 1215-1218

Fisher, G Susan., & Fisher, I Richard.2004.The Epidemiology of Non Hodgkin


Lympoma. New York. Oncogen, 23, 6524-6534

Hoffbrand, A.V., & Moss, P.A.H.2011. Essential Haematology Ed 6.Blackwell


Publishing Limited. ISBN 976-979-044-386-0

Jaffe, Elaine S. 2009. The 2008 WHO Classification of Lymphomas: Implication


For Clinical Practice and Translational Research.American Socienty Of
Hematology, 523-531

Kazir, Dian Rahma., Wahid, Irza., dan Bachtiar, Hafni.2014.Hubungan Kadat


Laktat Dehodrpgenase dengan stadium limfoma Maligna Non Hodgkin
di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang Periode Desember 2009 sampai
Maret 2013.Padang; Universitas Andalas 2(3) 128-130

Leak, Ashley., Smith, Sophia K., Crandell, Jamie., Jenerette, Coretta., Bailey Jr,
Donald E., Zimmerman, Sherly., & Mayer, Deborah. 2013. Oncol Nurs
Form, 40(2); 157-162

Marcucci, FAmbrizio., Mele, Alfonso., Spada, Enea., Candido, Angela., Biianco,


Elvira., Pulsoni, Chionne., et al.2006.High Prevalence of hepatitis B
virus infection in B cell Non Hodgkin’s Lymphoma. Italy. The
Hematology Journal, 91(4)

Mozaheb, Zahra.2012.Epidemiology of Lymphoid Malignancy in Asia,


Epidemiology Insight, Dr. Maria De Lourdes Ribeiro De Souza Da
Cunha (ed.), ISBN: 978-953-51-0565-7

Omeati, Ratih., Rahajeng, Ekowati., Kristanto, Antonius Yudi.2011.Prevalensi


Tumor dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya di Indonesia.Bul.
Penelit. Kesehat, Vol.39, No.4 : 190-204
33

Price, Sylvia A., &Wilson, Lorraine.2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan


Proses-proses Penyakit Ed 6 Terjemahan Bahasa Indonesia vol 1. Jakarta:
EGC ISBN 979-448-733-3

Pusterla, Simona., Previtali, Sara., Marziali, Stefana., Cortelazzo, Sergio., Rossi,


Andrea., Barbui, Tiziano., & Galli, Monica.2004. Italy. The
Hematology Journal, 5, 341-346

Reksooiputro, Haryanto., Irawan, Cosphadi., Harjolukito, Endang., Suzana,


Evliana., et al. 2011. Non Hodgkin Limfoma in Jakarta.Indonesian
Journal of Cancer vol. 5 no.3

Reykaningrum, Annisa.2011.Determinan Kejadian Kanker Kelenjar Getah Bening


di RSD dr. Soebandi Jember.Universitas Jember

Sastroasmoro, Sudigdo., & Ismael, Sofyan.2011.Dasar-dasar Metodelogi


Penelitian Klinis ed 4. Jakarta : Sagung Seto ISBN: 978-602-8674-54-6

Shen, Min., Cozen, Wendy., Huang, Lan., Colt, Joanne., Roos, Anneclaire J. De.,
Severson, Richard K., et al.2007.Census and Geographic Differences
Between Respondents and Nonrespondents in a Case-control Study of
Non-Hodgkin Lymphoma. American Journal of Epidemiology, 167,no.
3

Smedby, Karin EKstrom. 2006. Epidemiology and Etiologi of Non Hodgkin


Lymphoma review. Sweden.Departement of Medical Epidemiology and
Biostatistics. Acta Oncologica; 45; 258-271 ISSN 0284-186x

William, Lippincott., & Wilkins.2009.Wintrobe’s Clinical Hematology 12 th


Edition. Philadelphia 530 Walnut Street, ISBN: 978-0-7817-6507-7

Yasmin Bhurgri et al.2005.Increasing Incidence of Non-Hodgkin’s Lymphoma in


Karachi 1995-2002.Asian Pacific J Cancer Prev 6, 364-369.

Zheng, Tongzhang., Holford, TheodoreR., Leaderer, Brian., Zhang, Yawei.,


Zahm, Shelia Hoar., Flynn, Stuart., Tallini, Giovani., et al.2004.American
Journal of Epidemiology, 159, no 5
34

Lampiran 1. Jadwal penelitian

JADWAL PENELITIAN

Tahun/Bulan Ke- 2014 2015 2016

Kegiatan 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

Penyusunan
proposal

Pengujian proposal

Persiapan penelitian

Pengumpulan data
dan penelitian

Pengolahan dan
analisis data

Pembuatan laporan
penelitian

Revisi hasil
penelitian

Pengujian skripsi

Publikasi laporan
penelitian
35

Lampiran 2. Daftar Observasi


Pasein LNH yang berobat di bagian Hematologi Tahun 2014
Nama Umur jenis Kelamin
Ni Luh Siki 78 th perempuan
Gara I MD 68 th laki
Armindo Cardoso Viegas DE J 46 th laki
I Ketut Resep 65 th laki
Ana Maria Oliveira C 53 th perempuan
Artha Udiyana I Gst Ngr 30 th laki
I Nyoman Ardi Tenaya 37 th laki
I Made Jiwa 57 th laki
Dewa Ayu Kelepon 79 th perempuan
Maria Matilda Ndau 68 th perempuan
Daniel Katoda 55 th laki
I Ketut Dunia 52 th laki
Djapa I Made 74 th laki
I NYM Mastu 63 th laki
I Gusti Nyoman Surya 49 th laki
Ni Wayan Witeri 71 th perempuan
Shanip 55 th perempuan
Drh Pt Eka Dharna Susila 37 th laki
M Saleh Deris 74 th laki
Drs. I Nyoman Sukarma 55 th laki
Ni Kadek Mutri 63 th perempuan
I Putu Lodri 60 th laki
I Nyoman Lanus 67 th laki
Asroni 43 th perempuan
Ni Km Suriasih 44 th perempuan
I Ketut Budiarsa 50 th laki
36

Ni Nyoman Suati 59 th perempuan


Salman Hamid 46 th laki
Ni Gusti Putu Murniati 57 th perempuan
Widiana I Ngh 51 th laki
Wayan Suarjana 38 th laki
Carlos Monteiro 31 th laki
Ni Nyoman Mudarana 52 th perempuan
Willem Angelbert 75 th laki
I Komang Lembeng 26 th laki
Kt Sulaksana 44 th laki
Burhan 46 th laki
Jessica Adeline Natasha P 38 th perempuan
Sukrin 54 th laki
Ni Luh Sirat 48 th perempuan
Nyoman Sukadana 59 th laki
Patah Munir 40 th laki
Ni Wayan Sumanadi 46 th perempuan
I Made Aditya Danendra 10 bulan laki
Ni wayan Mara 64 th perempuan
Ni Made Sujani 63 th perempuan
Wayan Yasa 61 th laki
I wayan Mertayasa 52 th laki
Ni Wayan Latri 54 th perempuan
I Wayan Kuta 62 th laki
I Kadek Mogi Bahana lenge 33 th laki
I Ketut sengkung 83 th laki
Mangku Wirya 75 th laki
I Wayan Landra 56 th laki
Ni Nengah Sulastri 15 th perempuan
Masyuni S I Gst Ayu 29 th perempuan
37

Gd Aryana Yasa 55 th laki


Kardi 38 th laki
Putu Ardika Yasa 55 th laki
Nadin AL Lianum 61 Th laki
Liana Rasita Setiawan 66 th perempuan
Ni wayan Remon 76 th perempuan
A Rahman BIK 56 th laki
Ni Wayan Budi 38 th perempuan
Sudirayasa I Wayan 47 th laki
Hj Syahidatullah, SH 52 th perempuan
Badriyah 60 th perempuan
Damianus Kili 32 th laki
H Musleh 76 th laki
I Nyoman Sugiana 67 th laki
Ni Ketut Tagel 58 th perempuan
I Wayan Geso 67 th laki
I Gst Ayu Dewi I Kartika Widiana 26 th perempuan
Tjakeri Ni Putu 75 th perempuan
I Wayan Swetra 75 th laki
Ni Nyoman Riasih 68 th perempuan
I Wayan Sastra Prasetyawan 27 th laki
I Made Mendra 69 th laki
I Wayan Wiratna 50 th laki
Ni Nyoman Sulami 35 th perempuan
Surisni Ni Nyoman 67 th perempuan
Darma I Nyoman 70 th laki
I Ketut Ubuh 59 th laki
Sakirah 44 th perempuan
Lina Wati 65 th perempuan
Sang Ayu Made Putri 65 Th perempuan
38

Mayun Sudartha I 70 th laki


I Ketut Putra 49 th laki
Ni Wayan Tarsi 55 th perempuan
Ni Made Sunten 64 th perempuan
NI Nyoman Pendik Hariana 42 th laki
R Sugihantoro 64 th laki
Dewa Nyoman Suyadnya 62 th laki
Masrifah 60 th perempuan
Ida Ayu Kerti 66 th perempuan
I Ketut Dangin 65 th laki
Suidana I Gst Kade 46 th laki
Luh Nami 68 th perempuan
Nurul Fitri 20 th perempuan
Muhlisin 56 th laki
Putu Rolly Ardana 41 th laki
Archileus Paokuma 14 th laki
Gusti Ngurah Putu Nila 69 th laki
Suwoko 39 th laki
RA Soeharmiasri 71 th perempuan
I Dewa Gede Sunu Suharnawa 51 th laki
Syafrudin M Mali 59 th laki
Hisyamainur Ridho 10 th laki
I Gst Ayu Pt Yasa 58 th perempuan
Anak Agung Istri Anom Yuniari 36 th perempuan
Cici Meita Nilamsari 29 th perempuan
Ni Ketut Kartiani 67 th perempuan
Ni Nyoman Parwati 42 th perempuan
Ratna Juami 39 th perempuan
Dr I G N Suputra M.Erg 58 th laki
Sukiran 78 th laki
39

Liem Ay Hwa 52 th perempuan


Ni Made Nuryati 80 th perempuan
I Wayan Jenar 86 th laki
Muhamad Aminudin 55 th laki
Tamrin 42 th laki
Ketut Supartini 37 th perempuan
Imam Juremi 38 th laki
Surya Dewi 17 th perempuan
I Komang Suwastika 60 th laki
I Ketut Badung 70 th laki
Bulu Lede 50 th laki
Ni Gst Made Rasmini 62 th perempuan
I Nyoman Arya Jembawan 43 th laki
Haniyah 48 th perempuan
Gede Budiarsana 36 th laki
Slamet Wahyudi 15 th laki
Ngari Kertoleksono 90 th laki
Drs I Gst Made Lila 71 th laki
Maria Imaculata Tamo Ina 43 th perempuan
Maruta Ketut 69 th laki
Ni Wayan Kasih 61 th perempuan
I Wayan Sedaya 55 th laki
Dewa Putu Ana 72 th laki
I Dewa Ayu Rai 45 th perempuan
Nurhalima 48 th perempuan
Ni Ketut Cakrawati 51 th perempuan
Rita I Md 75 th laki
Ni Kd Ayu Ardani 27 th perempuan
Ni Wayan Sutiami 51 th perempuan
I Pande Kt Warna 62 th laki
40

Hadijah 49 th perempuan
Ni Luh Putu Suparni 49 th perempuan
NI Ketut Supartini 46 th perempuan
Christina Rangga Bela 34 th perempuan
I wayan sulendra 53 th laki
Anharullah 6 th laki

Anda mungkin juga menyukai