Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

LIMFOMA
A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Kanker tidak
hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat beresiko terkena
kanker. Kanker adalah penyakit proliferasi sel-sel tumor yang mempengaruhi
pertumbuhan sel normal, dimana terdapat gen pengativasi tumor yang
menyebabkan proliferasi sel tidak terkendali jika ditransmisikan ke sel normal dan
dapat mempengaruhi fungsi fisik dan sosial dalam waktu yang lama (Muscari, 2005).
Limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang
muncul dalam sistem limfatik yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah
bening. Jumlah kasus limfoma sebenarnya masih rendah jika dibandingkan dengan
penyakit kanker lainnya, namun demikian pada perkembangannya jumlah kasus
limfoma terus meningkat dengan cepat setiap tahunnya. Sekitar satu juta orang
didunia menderita limfoma, dan terdapat sekitar seribu orang didiagnosis menderita
limfoma setiap harinya (Kemenkes RI, 2015).
1. Definisi
Limfoma adalah penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang
bersifat padat atau solid meskipun kadang-kadang dapat menyebar
secara sistemik. Secara garis besar, limfoma maligna dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu: limfoma Hodgkin (LH) dan limfoma
nonHodgkin (LNH) (Adnyana, 2017). Limfoma Hodgkin adalah
neoplasma dengan karakteristik klinis, histologis, dan epidemiologis
yang heterogen. Keganasan ini dianggap sebagai keganasan yang paling
umum pada usia dewasa muda (Salsabila, 2021).
2. Etiologi
Penyebab pasti dari Limfoma Hodgkin (LH) hingga saat ini masih belum
jelas diketahui namun beberapa factor seperti paparan infeksi virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus), Virus Epstein Barr (EBV), HTLV-1 dan
HHV-8, karsinogen yang ada di lingkungan sekitar, kelainangenetik
tertentu seperti Wiskott-Aldrich Syndrome (Parkway Cancer Centre,
2015). Selain itu faktor keluarga dan keadaan imunosupresi diduga
memiliki keterkaitan dengan terjadinya LH.
Orang dengan riwayat keluarga pernah menderita LH, terutama saudara kembar dan
orang dengan gangguan sistem imun, seperti penderita HIV/AIDS juga memiliki resiko
yang tinggi untuk menderita LH (Inas et al, 2014).Menurut Risnah (2020) beberapa
faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya Limfoma antara lain :
a. Usia
Penyakit limfoma banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaitu antara 18-35
tahun dan pada orang diatas 50 tahun.
b. Jenis kelamin
Penyakit limfoma lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita.
c. Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko limfoma meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan inggi lemak
hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV.
d. Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi terkena limfoma
adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian.
3. Klasifikasi
Klasifikasi limfoma Hodgkin (LH) yang umum digunakan hingga saat ini
yaitu klasifikasi histologik menurut REAL (Revised American Euro- pean
Lymphoma) dan WHO (World Health Organization) yang
menglasifikasikan LH ke dalam 5 tipe, yaitu nodular sclerosing, mixed
cellularty, lymphocyte depleted, lymphocyte rich dan nodular
lymphocyte predominant.
LH tipe nodular sclerosing, mixed cellularity, lymphocyte depleted dan
lymphocyte rich seringkali dikelompokkan sebagai LH klasik
(Adnyana, 2017).
a. LH tipe nodular sclerosing.
b. LH tipe mixed cellularity.
c. LH tipe lymphocyte depleted.
d. LH tipe lymphocyte rich.
e. LH tipe nodular lymphocyte predominant.
4. Patofisiologi
Beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit tua antara lain:
1) Ukurannya semakin besar
2) Kromatin inti menjadi lebih halus
3) Nukleolinya terlihat
4) Protein permukaan sel mengalami perubahan.
Beberapa faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan
terjadinya limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin seperti infeksi virus-virus
seperti virus Epstein-Berg, Sitomegalovirus, HIV, HHV-6, defisiensi imun,
bahan kimia, mutasi spontan, radiasi awalnya menyerang sel.
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama limfoma adalah pembesaran kelenjar. Yang paling sering
dan mudah dideteksi adalah pembesaran kelenjar didaerah leher.
Pembesaran kelenjar didalam dada atau abdomen lebih susah
dideteksi.
Pada jenis-jenis tipe ganas (prognosis buruk) dan penyakit yang sudah
dalam stadium lanjut sering disertai gejala-gejala sistemik yaitu :
panas yang tak jelas sebabnya, berkeringat malam dan penurunan
berat badan sebesar 10% selama 6 bulan. Kadang-kadang kelenjar
terasa nyeri apabila penderita meminum alkohol.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada limfoma maligna sebagai berikut (Andyana, 2017):
a. Pemeriksaan Hematologi
Melalui pemeriksaan dapat ditemukan adanya anemia, neutrofilia, eosinofilia, limfopenia, serta laju endap
darah dan LDH (lactatedehydrogenase serum) yang meningkat pada pemeriksaan darah lengkap.
b. Pemeriksaan Pencitraan
Pada pencitraan ditemukan gambaran radiopaque dari nodul unilateral atau bilateral yang berbatas tidak tegas
atau dapat tegas serta konsolidasi pada pemeriksaan foto polos dada proyeksi Posterior Anterior (PA).
c. Pemeriksaan Histopatologik
Pada pemeriksaan histopatologi (biopsy kelenjer getah bening) dapat ditemukan adanya sel Reed Sternberg
dengan latar belakang sel radang pleomorf .
d. Pemeriksaan Imunohistokimia
Pada pemeriksaan imunohistokimia dapat ditemukan adanya penanda CD15, CD20 atau CD30 pada sel Reed
Sternberg.
e. Pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan lainnya dapat dilakukan untuk melihat penyebaran sel kanker, seperti tes fungsi hati, ginjal dan
paru, ekokardiografi dan eletrokardiografi digunakan untuk mengetahui adanya tanda dan gejala
7. Penatalaksanaan
Menurut Otto (2005) secara umum penatalaksanaan limfoma dapat
dilakukan dengan :
a. Kemoterapi
Ada 2 tipe radioterapi yang digunakan untuk mengobati pasien
dengan limfoma:
1) Radiasi Eksternal
2) Radiasi Sistemik
b. Terapi biologis
c. Pencangkokan sel punca
8. Komplikasi
Menurut Mansjeor A. (2001) komplikasi yang dialami pasien dengan limfoma
dihubungkan dengan penanganan dan berulangnya penyakit. Efek-efek umum
yang merugikan berkaitan dengan kemoterapi meliputi alopesia, mual,
muntah, supresi sumsum tulang, stomatitis dan gangguan gastrointestinal.
Infeksi adalah komplikasi potensial yang paling serius yang mungkin dapat
menyebabkan syok sepsis. Efek jangka panjang dari kemoterapi meliputi
kemandulan, kardiotoksik, dan fibrosis pulmonal. Sedangkan efek samping
terapi radiasi dihubungkan dengan area yang diobati. Bila pengobatan pada
nodus limfa servikal atau tenggorok maka akan terjadi hal-hal sebagai
berikut : mulut kering, disfagia, mual, muntah, rambut rontok, dan penurunan
produksi saliva. Bila dilakukan pengobatan pada nodus limfa abdomen, efek
yang mungkin terjadi adalah muntah, diare, keletihan, dan anoreksia.
Asuhan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai