FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt., Sang Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan taufiq
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Anak
I dengan pokok bahasan “Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit akut system
respirasi” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa pula, terima kasih kami
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kelompok kami dalam menyelesaikan
makalah ini sehingga makalah ini tersusun dengan baik.
Makalah yang kami buat tidak akan sempurna tanpa kirtik dan saran dari pembaca, maka
dari itu disini kami memohon dengan sangat kritik maupun saran yang membangun dari
pembaca sekalian untuk kesempurnaan makalah yang kami buat saat ini dan yang akan kami
susun dikemudian hari. Referensi pembelajaran dapat dipelajari dimana saja, disini kami hanya
menyediakan sumber sederhana terkait dengan pokok bahasan yang ditugaskan.
Kami semua berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk pribadi kami sendiri sebagai
penulis dan menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca yang budiman. Mudah-mudahan
makalah yang kami buat dapat diimplementasikan dengan baik dalam kehidupan kita sehari-
hari. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Fungsi dari sestem respirasi adalah proses masuknya O2 dari luar tubuh kedalam tubuh
untuk digunakan lebih lanjut sebagai bahan utama metabolisme sel. Karena fungsinya itu,
sistem ini selalu terpapar ke dunia luar terhadap dunia luar yang menyebabkan kerentanan
sistem ini untuk mengalami gangguan.
Bronchomalacia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin
berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak
terbentuk dengan baik. (Schwartz DS, 2015)
Peradangan adalah respons dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi
mekanisme dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada jaringan yang
mengalamo cidera. Salah satu penyakit pada sistem pernapasan manusia yang disebabkan
karena adanya peradangan adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak,
penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa / disertai radang
parenkim paru. (Mohamad, 35). Penyakit lain yang disebabkan karena adanya peradangan
adalah pneumonia dan difteri.
1
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan Pnemonia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Bronkhomalasia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Kelainan Kongenital)
2.2 Etiologi
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin
berhubungan dengan kondisi lain seperti infeksi, namun saat ini, tidak diketahui
mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik. Berikut ini merupakan klasifikasi
dari bronkomalasia berdasarkan penyebabnya:
1. Bronkomalasia primer
a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago yang menyebabkan
terjadinya obstruksi jalan napas dikarenakan saluran napas yang tidak
terbentuk dan terjadi gangguan.
b) Diklasifikasikan sebagai congenital atau penyakit yang dibawa sejak lahir.
Hal ini dikarenakan faktor genetik yang diturunkan oleh parental kepada
filial.
2. Bronkomalasia sekunder
a) Merupakan kelainan yang didapat (bukan kongenital) dari aktivitas atau
paparan patogen infeksius yang menyebabkan gejala yang sama yaitu
obstruksi jalan napas akibat pembentukan cincin kartilagi tenggorokan tidak
terbentuk sempurna.
b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), bisa disebabkan karena
pelebaran pembuluh darah di sekitar jalan napas, atau kista bronkogenik dan
infeksi patogen.
3
Mayoritas kasus yang ditemukan merupakan penyakit kongenital (yang dibawa
sejak lahir) karena faktor genetik yang tidak diketahui penyebabnya. Untuk
bronkomalasia sekunder masih jarang kasus ditemukan karena kebanyakan kasus trauma
maupun infeksi tidak merujuk pada diagnosa medis bronkomalasia.
3. Batuk dengan suara brassy atau barking. Suara ini ditandai dengan bunyi seperti
tiupan alat musik yang terjadi karena menyempitnya saluran napas khususmya
pada daerah batang tenggorok dan percabangannya (bronkus).
4. Sesak nafas dikarenakan saluran napas yang menyempit.
5. Ditemukan suara wheezing (mengi) karena terperangkapnya udara serta
berdesakan di dalam saluran napas.
6. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang apabila bronkomalasia yang dialami
merupakan bronkomalasia sekunder.
7. Kelelahan yang disebabkan proses bernapas yang tidak efektif sehingga suplai
oksigen yang dibutuhkan tubuh untuk merombak energi tidak tercukupi, oleh
karenanya tubuh lemas karena kekurangan energi.
8. Apnea (tidak bernapas). Secara periodik terkadang, klien dengan apnea tidak bisa
bernapas karena sempitnya saluran napas.
9. Klien dengan bronkomalasia sekunder terkadang terjadi penumpukan sekret pada
saluran napas akibat dari sistem imun yang rusak.
Komplikasi:
1. Pneumonia.
2. Bronkitis.
3. Polychondritis.
4. Asma.
2.4 Patofisiologi
4
dibawa dari parentalnya membuat organogenesis bronkus dan trakea dari bayi tidak
terbentuk sempurna. Anatomi dan fisiologi dari organ tersebut tidak sesuai dengan
seharusnya. Adanya kelainan genetik membuat gen yang mengkode pembentukan
cincin tulang rawan tidak terekspresi. Sehingga terjadi imaturitas jaringan yang
menyebabkan abnormalitas yang berdampak pada lenturnya tulang kartilago di trakea
dan bronkus. Hal ini akan membuat menutupnya jalan napas dan menyebabkan
gangguan pada sistem pernapasan.
5
2.5 Web of Caution Bronkomalasia
Bronkomalasia
Primer Sekunder
Mengi (whezing)
Pola napas
Ketidakseimbangan
tidak efektif
ventilasi-perfusi
(SDKI Hal Bersihan jalan napas
Bunyi napas
26) tidak efektif (SDKI
tambahan
Hal 18) Ketidak
seimbangan
Gangguan pertukaran
antara suplai
gas (SDKI Hal 22)
suplai dan
kebutuhan
oksigen
Intoleransi aktivitas Merasa tidak nyaman
6
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
(Bronkhomalasia)
a. Data demografi
o Nama : An. Y
o Umur : 4 tahun
7
3.2.2. ANALISIS DATA
- Klien mengatakan susah bernapas Pola napas klien tidak teratur Gangguan pola nafas
dan tidak bisa mengatur napas b.d. keletihan otot
pernapasan
8
3.2.3 INTERVENSI
dan status O2
9
normal ( nadi, Berikan
perlu
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Bersihkan mulut,
trakea
Atur peralatan
oksigen
dan RR
10
darah kebersihan paru paru Berikan
normal mengoptimalkan
keseimbangan
Bersihkan mulut,
trakea
Atur peralatan
oksigen
dan RR
tepat
mengurangi atau
11
menghilangkan
rangsangan penyebab
kecemasan klien
12
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
(Peradangan)
4.1 ISPA
4.1.1 Definisi
Proses patogenesis terkait dengan tiga faktor utama, yaitu keadaan imunitas
inang, jenis mikroorganisme yang menyerang pasien, dan bernagai faktor yang
berinteraksi satu sama lain. ISPA termasuk golongan Air Borne Disease yang
penularan penyakitnya melalui udara. Patogen yang masuk dan menginfeksi
saluran pernafasan dan menyebabkan inflamasi. Penyakit infeksi ini dapat
menyerang semua golongan umur, akan tetapi bayi, balita, dan manula merupakan
yang paling rentan untuk terinfeksi penyakit ini
4.1.2 Etiologi
ISPA disebabkan oleh adanya infeksi pada bagian saluran pernapasan.
ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan polusi udara :
a. Pada umumnya ISPA disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang dapat
menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumonia, Mycoplasma
pneumonia, Staphylococcus aureus, dan bakteri yag paling sering
menyebabkan ISPA adalah Streptococcus pneumonia.
13
b. ISPA yang diebabkan oleh virus dapat disebabkan oleh virus sinsial
pernapasan, hantavirus, virus influenza, adenovirus, rhinovirs, virus herpes
simpleks, sitomegalovirus, rubeola,varisella.
c. ISPA yang disebabkan oleh jamur dapat diebabkan oleh candidiasis,
histoplasmosis, aspergifosis, Coccidioid mycosis, Cryptococosis,
Pneumocytis carinii.
d. ISPA yang disebabkan oleh polusi, antara lain disebabkan oleh asap rook, asap
pembakaran di rumah tangga, asap kendaraan bermotor dan buangan industri
serta kebakaran hutan dan lain-lain (WHO, 2007)
4.1.3 Manifesasi Klinis
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhandan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin
gejala-gejala menjadilebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan
kegagalan pernapasan danmungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan
pernapasan maka dibutuhkanpenatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian
mortalitas masih tinggi, maka perludiusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih
berat dan yang sudah berat cepat-cepatditolong dengan tepat agar tidak jatuh
dalam kegagalan pernapasan.Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-
tanda klinis dan tanda-tandalaboratoris.
a. Tanda-tanda klinis
- Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah
atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
- Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
- Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papilbendung, kejang dan coma.
- Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
b. Tanda-tanda laboratoris
- hypoxemia
14
- hypercapnia
- acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisaminum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan
tanda bahaya padaanak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa
minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume
yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam
dan dingin.
4.1.4 Patofisiologi
15
4.1.5 WOC
Invasi Kuman
(Virus, Bakteri, Jamur)
Merangsang
pengeluaran zat Merangsang tubuh Sistem imun Resiko
seperti mediator untuk melepas zat menurun infeksi
kimia, serotonin, Pirogen oleh leukosit
histamin
Meningkatkan produksi
mucus oleh sel-sel basilia
sepanjang saluran
pernafasan
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia A.
Price). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing,
berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat
melalui gambaran radiologis.
4.2.2 Etiologi
3. Mycoplasma Influenza
17
6. Pneumonia Hipostatik
7. Sindrom Loeffler.
1. Demam
Sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada
usia 6 bulan - 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5 - 40,5 bahkan dengan infeksi
ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euforia dan lebih
aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus
3. Anoreksia
4. Muntah
5. Diare
18
Biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen
7. Sumbatan nasal
Pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan mukosa
dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal
Sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit (rinorea) atau
kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9. Batuk
Merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar. Ditandai
dengan anak akan menolak untuk makan dan minum per oral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu makan/minum, atau
memuntahkan semua, kejang, latergis atau tidak sadar, sianosis, distress,
pernapasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja
19
Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
15. Sianosis
4.2.4 Patofisiologi
20
darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil,
yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan
penurunan compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yang
melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis
(ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya
hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja
jantung.
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan
kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara
enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk.
Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura
menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung
secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan
pembentukan perlekatan (Bennete, 2013).
21
4.2.5 WOC
Defisiensi pengetahuan
Suhu tubuh meningkat
Resiko kekurangan
volume cairan
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular yang terjadi secara
local pada mukosa saluran pernapasan atau kulit, yang disebabkan oleh basil gram
positif Corynebacterium diphtheria, ditandai oleh terbentuknya eksudat yang
berbentuk membrane pada tempat infeksi dan diikuti oleh gejala-gejala umum yang
ditimbulkan oleh eksotoksin yang diproduksi oleh basil ini.
23
mortalitas mulai menurun drastis pada abad ke-21 setelah diperkenalkannya
program imunisasi dan peningkatan taraf hidup (Byard, 2013).
4.3.2 Etiologi
24
1. Demam dengan suhu sekitar 38oC
2. Kerongkongan sakit dan suara parau
3. Perasaan tidak enak, mual muntah dan lesu
4. Sakit kepala
5. Rinorea, berlendir dan kadang-kadang bercampur darah.
Mukosa traktus respiratori bagian atas merupakan tempat infeksi utama. Pada
orang dewasa lebih sering pada mukosa oral, mukosa bukal, bibir, palatum, dan
lidah. Corybacterium diphtheria berkolonisasi pada permukaan membran mukosa
dan menyebabkan pembentukan dari pseudomembran yang berwarna putih dan
setelah beberapa waktu akan menjadi warna abu-abu kotor. Pada tahap terakhir
dapat menyebabkan warna hijau atau hitam yang merupakan hasil dari nekrosis.
Pada limfonodi bisa terdapat pembesaran dan muncul warna merah kehitam-
hitaman yang merupakan tanda-tanda perdarahan. Sebagai respon dari infeksi,
menyebabkan terjadinya limfadenitis akut non-spesifik (Hadfield-Law L, 2000).
Setelah terjadi kontak dengan agen, masa inkubasi selama 2-5hari, gejala
biasanya diikuti demam dan sakit tenggorokan. Terbentuk pseudomembran pada
jaringan lunak uvula dan tonsil setelah 24 jam sebagai efek dari toksin. Bentuk yang
lebih parah pada anak-anak adalah bull neck yang disebabkan pembengkakan pada
jaringan lunak dan kelenjar getah bening leher (Byard, 2013).
Onset terjadi secara tiba – tiba dan pertumbuhan dari pseudomembrane lebih
cepat pada cavitas buccal, seluruh faring. Jaringan lunak palatum, uvula, dan tonsil
dapat mengalami nekrosis dan lesi nekrotik ini dapat menembus ke otot rangka dan
menyebabkan perdarahan serta edem (Byard, 2013). Insiden komplikasi neurologis
pertama kali diindikasikan dengan terjadinya neuropati dimana terjadi paralisis dari
palatum lunak dan dinding posterior faring (Byard, 2013). Seteleah itu, neuropati
saraf kranial menyebabkan paralisis dari okulomotor dan siliari yang disebabkan
karena disfungsi dari nervus fasial, faringeal, atau laringeal yang menyebabkan
gangguan pada aspirasi (Byard, 2013).
Komplikasi dan efek letal difteri disebabkan adanya obstruksi respiratori atau
efek sistemik dari DT yang diabsorbsi pada lokasi infeksi. Obstruksi secara
25
mekanik jalur nafas disebabkan oleh pseudomembran, edem, dan perdarahan yang
terjadi secara mendadak dan lengkap menyebabkan terjadinya sesak nafas. DT
yang diabsorbsi ke dalam sirkulasi, menyebabkan kerusakan pada banyak organ,
terutama pada jantung dan saraf. Pada jantung, DT menyebabkan terjadinya
miokarditis yang menyebabkan terjadinya gagal jantung kongestif. Pada saraf, DT
menyebabkan terjadinya paralisis pada otot – otot pernafasan dan juga otot
okulomotor. Kombinasi dari ketiga manifestasi difteri yang menyebabkan penyakit
infeksi ini memiliki tingkat mortalitas yang tinggi.
26
4.2.5 WOC
Faktor Pencetus 1. Imunisasi tidak lengkap Kuman C. Difteriae Masuk melalui mukosa
2. Faktor lingkungan
dan kulit
3. Daerah endemik bakteri
Psudomembran
(eksudat, fibrin, sel Jantung Saraf Ginjal
radang, eritrosit,
nekrosis, sel-sel epitel)
Nekrosis toksik Neurotististoksik Tampak
Udem sof tissue
dan degenarasi dengen perdarahan
hialin degenerasi lemah adrebnal dan
Obstruksi saluran pada selaput nekrosis tubular
Miokarditis payah
pernafasan toksin melien adekuat
jantung
Paralisis
Proteinuria
dipalatumole,
Edema kongesti
Menyumbat jalan otot mata,
infiltrasi sel mono
nafas ekstremitas Inkotinensia
nuclear pada
inferior urine aliran
serat dan sistem
Ketidakefektifan pola berlebih
konduksi
Kelebihan volume
nafas
cairan penurunan
Ansietas Hambatan
curah jantung
gangguan komunikasi
menelan verbal
27
BAB V
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
(Peradangan)
a. Identitas pasien
Nama: An. B
Umur: 5 bulan
Jenis kelamin: Laki-laki
Alamat: Jalan Anggrek nomor 6
Diagnosa medis: pneumonia
Tanggal MRS: 14 April 2015
b. Identitas penanggung jawab
c. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama: Ibu pasien mengatakan klien batuk dan sesak napas
Riwayat penyakit sekarang:
- Batuk dan sesak napas
28
- Suara npas ngrok-ngrok selama 2 minggu.
Riwayat tumbuh kembang:
- Pasien belum bisa tengkurap dan berguling.
- Belum bisa mengangkat kepala
- Duduk dengan bantuan
- Pasien terbiasa miring kanan sehingga sulit untuk dimiringkan ke kiri
- Ibu pasien mengatakan sejak lahir pasien tidak pernah diberikan ASI
melainkan susu formula.
d. Pemeriksaan Tumbuh Kembang DDST
Anak umur 5 bulan belum bisa tengkurap, berguling, duduk dengan
bantuan, mengangkat kepala. Didapatkan hasil interpretasi dari
pemeriksaan DDST: kurang normal.
e. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital:
- Nadi: 140x/menit.
- RR: 60x/menit.
- Suhu: 37,5 derajat celcius.
f. Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi
- Pasien tampak lemas, batuk, sesak napas.
- Terdapat retraksi dada.
- Pernapasan cuping hidung.
Auskultasi
- Suara napas ronkhi.
29
d. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan d.d bradipnea.
ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
30
- Kurangnya
pengetahuan.
DS: ketidakmampuan untuk Ketidakefektifan
mengeluarkan sekresi bersihan jalan napas
- Ibu pasien
jalan napas.
mengatakan anaknya
batuk dan suara napas
ngrok-ngrok selama 2
minggu
DO:
- Pasien batuk.
- Suara napas ronkhi.
- Pernapsan cuping
hidung.
DS: keletihan otot Ketidakefektifan pola
pernapasan napas
- Ibu pasien
mengatakan anaknya
sesak napas dan suara
napas ngrok-ngrok.
DO:
- Bradipnea.
- Terdapat retraksi
dada.
31
1. Kriteria Hasil : Activity Therapy
32
membuat jadwal latihan di
waktu luang
﹣ Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
﹣ Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
33
dengan cara yang tepat ﹣ Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa muncul
﹣ Gambarkan tanda dan
pada penyakit, dengan
gejala yang biasa
cara yang tepat
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat ﹣ Gambarkan proses
penyakit, dengan cara
﹣ Gambarkan proses
yang tepat
penyakit, dengan cara
yang tepat ﹣ Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara
﹣ Identifikasi
yang tepat
kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat ﹣ Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
﹣ Sediakan informasi
dengan cara yang tepat
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara ﹣ Hindari jaminan yang
yang tepat kosong
34
komplikasi di masa ﹣ Diskusikan pilihan terapi
yang akan datang dan atau penanganan
atau proses
﹣ Dukung pasien untuk
pengontrolan penyakit
mengeksplorasi atau
﹣ Diskusikan pilihan mendapatkan second
terapi atau penanganan opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
﹣ Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau ﹣ Rujuk pasien pada grup
mendapatkan second atau agensi di komunitas
opinion dengan cara lokal, dengan cara yang
yang tepat atau tepat
diindikasikan
﹣ Instruksikan pasien
﹣ Rujuk pasien pada grup mengenai tanda dan gejala
atau agensi di komunitas untuk melaporkan pada
lokal, dengan cara yang pemberi perawatan
tepat kesehatan, dengan cara
yang tepat
﹣ Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
35
Kriteria Hasil : ﹣ Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
﹣ Mendemonstrasikan
suctioning
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak ﹣ Minta klien nafas dalam
ada sianosis dan sebelum suction
dyspneu (mampu dilakukan
mengeluarkan sputum,
﹣ Berikan O2 dengan
mampu bernafas dengan
menggunakan nasal untuk
mudah, tidak ada pursed
memfasilitasi suction
lips).
nasotrakeal
﹣ Menunjukkan jalan
﹣ Monitor status oksigen
nafas yang paten (klien
pasien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi ﹣ Ajarkan keluarga
36
﹣ Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
37
﹣ Vital sign status ﹣ Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil :
﹣ Identifikasi pasien
﹣ Mendemonstrasikan
perlunya pemasangan alat
batuk efektif dan suara
jalan nafas buatan
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan ﹣ Pasang mayo bila perlu
dyspneu (mampu
﹣ Keluarkan sekret dengan
mengeluarkan sputum,
batuk atau suction
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed ﹣ Auskultasi suara nafas,
lips) catat adanya suara
tambahan
﹣ Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien ﹣ Lakukan suction pada
Oxygen Therapy
38
dan sekret trakea
﹣ Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
39
﹣ Monitor kualitas dari nadi
40
5.3 Kasus Difteri
Anak Y usia 7 tahun BB 16,7Kg TB 120cm dibawa ke rumah sakit karena sesak napas,
saat menelan terasa sakit. setelah dilakukan pemeriksaan anak Y memiliki RR
33x/menit dan bernafas menggunakan otot bantu serta ketika dipalpasi jantung
mengalami pembengkakan. Dari pemeriksaan fisik anak Y tersebut di diagnosa difteri
laring dan faring. Kemudian dari hasil EKG didapatkan takikardi. Anak Y rewel dan
tidak mau makan, sehingga di pasang NGT dan juga terpasang nasal kanul dengan 3
Ipm. Selain itu, ketika diajak bicara anak Y hanya diam tidak menjawab dan sering
menangis.
A. Identitas klien
- Nama : An. Y
- Usia : 7 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki
B. Riwayat Penyakit
- Keluhan Utama : keluhan utama yang dirasakan klien
adanya sesak napas
- Riwayat penyakit sekarang : Anak Y sesak nafas dan tidak mau
makan. Sehingga anak L dipasang NGT dan juga terpasang nasal kanul.
Dari hasil EKG didapat takikardi.
- Riwayat penyakit dahulu :-
- Riwayat penyakit keluarga : -
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
- Penampilan umum : keadaan umum lemah
- Kesadaran : composmentis
- BB :16,7 Kg
- TB : 120 cm
2. B1 / Breathing (Respiratory System)
RR tak efektif (Sesak nafas) . RR : 33X/menit
3. B2 / Blood (Cardiovascular system)
Tachicardi
4. B3 / Brain (Nervous system)
41
Normal
5. B4 / Bladder (Genitourinary system)
Normal/ berkemih atau tidak ada masalah
6. B5 / Bowel (Gastrointestinal System)
Nyeri menelan
7. B6 / Bone (Bone-Muscle-Integument)
Terkadang tampak sianosis
- Sesak
- RR : 33x/menit
Menyumbat jalan
napas
Ketidakefektifan
pola napas
42
- Palpasi dan inspeksi :
tenggorokan bengkak
Miokarditis jantung
Edema kongesti
infiltrasi sel
mononuclear pada
serat otot dan sistem
konduksi
Kelebihan volume
cairan
- Takikardi pada
pemeriksaan EKG
Miokarditis jantung
Edema kongesti
infiltrasi sel
mononuclear pada
43
serat otot dan sistem
konduksi
Perubahan
kontraktilitas jantung
Penurunan curah
jantung
-
DO:
- Peradangan/inflamasi
Masuk melalui
mukosa dan kulit
Berkembang biak
pada mukosa bagian
atas
44
Memproduksi toksin
Resiko Infeksi
- Pemasangan NGT
Gangguan menelan
45
Paralisis
dipalatumeole
Hambatan
komunikasi verbal
- Sering menangis
Ansietas
46
- Posisikan pasien
untuk mengurangi
Saluran pernafasan: dyspnea
- Kelola pemberian
kepatenan jalan nafas obat nyeri yang tepat
untuk mencegah
Kriteria hasil : hipoventilasi
- Ajarkan teknik
- Frekuensi pernapasan dengan
pernafasan normal mengurucutkan
- Irama pernapasan bibir, dengan tepat
normal
- Tidak ada ansietas
Manajemen jalan nafas
Aktivitas keperawatan:
47
- Posisikan untuk
meringankan sesak
nafas
2. Kelebihan volume Setelah dilakukan Manajemen cairan
cairan b.d edema tindakan keperawatan
Aktivitas keperawatan:
selama 1x24 jam klien
diharapkan: - Timbanag berat
badan setiap hari dan
monitor status pasien
- Jaga intake/asupan
yang akurat dan catat
Keseimbangan cairan
output
- Monitor status
Kriteria hasil: hidrasi (misalnya,
membrane mukosa
- Keseimbangan lembab, denyut nadi
intake dan output adekuat, dan tekanan
dalam 24 jam tidak darah ortostatik
terganggu - Monitor indikasi
- Tidak ada edema kelebihan
- Denyut perifer cairan/retensi
tidak terganggu (misalnya, crackles,
elevasi CVP, atau
tekanan paru-paru
yang terganjal,
edema, distensi vena
leher dan asites)
- Monitor
makanan/cairan yang
dikonsumsi dan
hitung asupan kaori
harian
- Berikan cairan,
dengan tepat
Manajemen
hypervolemia
Aktivitas keperawatan:
48
- Monitor pola
pernafasan untuk
mengetahui adanya
gejala edema
pulmonary (misalnya
cemas, sesak nafas,
ortopnea, dyspnea,
takipnea, dan nafas
pendek)
- Monitor suara paru
abnormal
- Monitor edema
perifer
- Monitor adanya efek
pengobatan yang
berlebihan
(misalnyadehidrasi,
hipotensi, takikardi,
hypokalemia)
- Instruksikan pasien
dan keluarga
mengenai intervensi
yang direncanakan
untuk menangani
hiperviolemia
3. Penurunan curah Setelah dilakukan Manajemen syok:
jantung b.d edema tindakan keperawatan jantung
kongesti, perubahan selama 1x24 jam klien
Aktivitas keperawata:
kontraktilitas jantung diharapkan:
- Monitor tanda dan
gejala penurunan
curah jantung
Keefektifan pompa - Catat tanda dan
gejala penurunaan
jantung
curah jantung
- Monitor adany
Kriteria hasil: ketidakadekuatan
perfusi arteri coroner
- Teknan darah (perubahan ST
sistol normal dalam EKG,
- Tekanan darah peningkatan enzim
diastole mormal jantung, angina)
sesuai kebutuhan
49
- Tidak ada edema - Monitor dan evaluasi
perifer indikator hipoksia
- Tidak ada edema jaringan (saturasi
paru darah campuran
vena, saturasi
oksigen vena sentral,
nilai serum laktat,
kapnometri
sublingual)
- Berikan inotropic
positif/medikasi
untuk kontraktilitas,
sesuai kebutuhan
- Tingkatkan reduksi
afterload (misalnya
vasodilator, ACE,
atau balon intra aorta
4. Risiko Infeksi b.d Selama dilakukan Peningkatan kesehatan
proses tindakan keperawatan mulut
penyakit/inflamasi selama 2x24 jam klien
Aktivitas keperawatan:
diharapkan :
- Monitor kondisi
mulut pasien
Deteksi risiko (misalnya bibir,
lidah, membrane
mukosa, gigi, gusi
Kriteria hasil:
dan alat bantu gigi
dan kesesuaiannya
- Mengenali tanda - Berikan skrining
dan gejala yang kesehatan mulut dan
mengindikasikan pengkajian risiko
risiko secara - Bersihkan mulut
konsisten bayi menggunakan
- Mengidentifikasi kasa kering atau
kemungkinan wahslap
risiko kesehatan - Berikan pelumas
secara konsisten untuk melembabkan
- Selalu bibir dan mukosa
memperbarui oral, sesuai dengan
kesehatan diri kebutuhan
secara konsisten
50
- Memonitor status Pemullihan kesehatan
kesehatan secara
mulut
konsisten
Aktivitas keperawatan:
- Monitor kondisi
mulut pasien
(misalnya bibir,
lidah, membrane
mukosa, gigi, gusi,
tambalan gigi dan
kesesuaiannya)
termasuk karakter
dan abnormalitas
(misalnya ukuran,
warna dan lokasi
adanya lesi atau
inflamasi internal
dan eksternal dan
tanda dan gejala
infeksi lainnya)
- Monitor perubahan
dalam (pengecapan)
rasa, pembengkakan,
kualitas suarara
kenyamanan
- Berikan obat obatan
(misalnya, analgesik,
anestesi,
antimikroba, dan
agen anti inflamasi),
jika dibutuhkan
- Instruksikan pasien
untuk menghindari
produk pembersih
mulut yang
mengandung
gliserin, alcohol dan
produk lain yang
menyebabkan mulut
kering)
- Dorong pasien
menghindari
makanan yang pedas,
51
asin, asam, kering,
kasar dan keras)
5. Gangguan menelan Setelah dilakukan Terapi menelan
b.d abnormalitas tindakan keperawatan
Aktivitas keperawatan:
pada fase faring pada selama 3x24 jam klien
pemeriksaan diharapkan - Kolaborasikan
dengan anggota tim
menelan
kesehatan yang lain
(misalnya terapis
okupasional, ahli
Status menelan: fase
patologi wicara, ahli
faringeal diet) untuk
menyediakan
Kriteria hasil: rencana terappi yang
berlanjut bagi pasien
- Hilangkan distraksi
- Reflek menelan
dari lingkungan
yang sesuai
sekitar sebelum
waktunya tidak
bekerja dengan
terganggu
pasien dalam proses
- Jumlah makanan
belajar menelan
yang ditelan sesuai
- Sediakan privasi
dengan
bagi pasien jika
ukuran/tekstur
diinginkan atau ada
bolus
indikasi
- Penerimaan
- Jelaskan
makanan tidak
rasionallisasi latihan
terganggu
menelan pada
- Elevasi laring
pasien/keluarga
tidak terganggu
- Sediakan atau
- Meningkatnya
gunakan alat bantu,
usaha menelan
sesuai kebutuhan
tidak ada
- Hindari penggunaan
sedotan untukm
minum
- Bantu pasien untuk
duduk tegak (sebisa
mungkin mendekati
90 derajat) untuk
makan/latihan makan
- Instruksikan pasien
untuk membuka dan
menutup mulut
52
terkait dengan
persiapan
memanipulasi
makanan
- Ajari pasien untuk
mmengucapkan kata
“ash” untuk
meningkatkan
elevasi langit-langit
halus jika
memungkinkan
- Bantu pasien untuk
menempatkan
makanan ke mulut
bagian belakang dan
di bagian yang tidak
sakit
Pemberian makan
dengan tabung enteral
Aktivitas keperawatan:
- Jelaskan prosedur
kepada pasien
- Sisipkan selang
nasogastric,
nasoduodenal, atau
nasojejunal, sesuai
peraturan lembaga
- Monitor penempatan
selang yang tepat
dengan memeriksa
rongga mulut,
memriksa residu
lambung, atau
mendengarkan suara
saat udara
dimasukkan dan
53
ditarik, sesuai
prosedur
- Konsultasikan
dengan tim
kesehatan dalam
memilih jenis dan
persentase makanan
- Peluk dan bicara
dengan bayi selama
pemberian makan
untuk
mensimulasikan
kegiatan makan
biasa
- Gunakan teknik yang
bersih dalam
memberikan makan
lewat selang
- Monitor pasien jika
merasa kenyang,
mual dan muntah
6. Hambatan Setelah dilakukan Pengurangan kecemasan
komunikasi verbal tindakan keperawatan
Aktivitas keperawatan:
selama 3x24 jam klien
diharapkan: - gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
- pahami situasi krisis
yang terjadi dari
Komunikasi
perspektif klien
- berada disisi klien
Kriteria hasil: untuk
meningkatkanrasa
- menggunakan aman dan
bahasa lisan tidak mengurangi
terganggu ketakutan
- mengenali pesan - dorong keluarga
yang diterima untuk mendampingi
- pertukaran pesan klien dengan cara
yang akurat yang tepat
dengan orang lain - lakukan usapan pada
tidak terganggu punggung/leher
54
dengan cara yang
tept
- dorong aktivitas
yang tidak
kompetitif dengan
tepat
- dorong verbalisasi
perasaan, persepsi
dan ketakutan
- dukung penggunaan
mekanisme koping
yang tepat
Peningkatan sistem
dukungan
Aktivitas keperawatan:
- identifikasikan
respon psiologis
terhadap sistuasi dan
ketersediaan sistem
dukungan
- identifikasi tingkat
dukungan keluarga,
dukungan keuangan
dan sumber daya lain
- tentukan hambatan
terhadap sistem
dukungan yang tidak
terpakai dan kurang
dmanfaatkan
- monitor situasi
keluarga saat ini dan
jaringan dukungan
yang ada
- sediakan layanan
dengan sikap peduli
dan mendukung
- libatkan keluarga,
orang terdekat dan
teman-teman dalam
55
perawatan dan
perencanaan
7. Ansietas b.d Setelah dilakukan Teknik menenangkan
gangguan pola tindakan keperawatan
Aktivitas keperawatan:
pernapasan selama 1x24 jam klien
diharapkan: - pertahankan sikap
tenang dan hati-hati
- pertahankan kontak
mata
- kurangi stimuli yang
Tingkat kecemasan
menciptakan
perasaan takt
Kriteria hasil: maupun cemas
- keselamatan dan
- tidak ada keamanan klien
gangguan - peluk dan beri
beristirahat kenyamanan pada
- tidak ada distress bayi atau anak
- tidak ada perasaan - goyangkan bayi
gelisah dengan cara yang
- tidak ada masalah tepat
perilaku - bicara dengan
- tidak ada rasa takut lembut atau
yang disampaikan bernyanyi pada
secara lisan bayi/anak
- instruksikan kllien
untuk menggunakan
teknik menenangkan
pada bayi (misalnya,
bicara ada bayi,
memegang pinggang
bayi, mengekang
lengan, memeluk dan
menggoyang tubuh
bayi)
Peningkatan koping
Aktivitas keperawatan:
56
- dukung hubungan
(pasien) dengan
orang yang memiliki
ketertarikan dan
tujuan yang sama
- berikan penlaian
(kemampuan)
penyesuaian pasien
terhadap perubahan-
perubahan dalam
citra tubuh, sesuai
dengan indikasi
- dukung pasien untuk
mengidentifikasikan
deskripsi yang
realistic terhadap
adanya perubahan
dalam peran
- berikan penilaian
mengenai
pemahaman pasien
terhadap proses
penyakit
- berikan suasana
penerimaan
- sediakan pasien
mengenai pilihan-
pilihan yang realistic
mengenai aspek
perawatan
- dukung keterlibatan
keluarga dengan cara
yang tepat
57
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem respirasi adalah sistem yang sangat penting untuk kehidupan
manusia karena memiliki fungsi yang sangat penting yaitu proses masuknya O2 dari
luar tubuh kedalam tubuh untuk digunakan lebih lanjut sebagai bahan utama
metabolisme sel. Karena fungsinya yang sangat vital bagi tubuh sehingga sistem
respirasi harus dijaga supaya tidak terjadi gangguan.
58
suctioning merupakan cara untuk mengeluarkan sekret dari saluran nafas dengan
menggunakan suction kateter yang dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut
ke dalam pharyng atau trachea.
4.2 Saran
Kami selaku penyusun makalah mengharapkan adanya saran dan koreksi dari
pembaca, serta semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat dan
menambah pengetahun bagi pembaca terkait gangguan dan suhan keperawatan
sistem respirasi.
59
DAFTAR PUSTAKA
Hadfield-Law L. (2000). Head lice for A & E nurses. Accid Emerg, Nurs 8 (2):84–87.
60