Anda di halaman 1dari 22

MENINGOKEL DAN ENSEFALOKEL

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS BAYI DAN ANAK


BALITA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Asuhan Kabidanan Neonatus Bayi Dan Anak Balita

Dosen Pengampu : dr. Nurul Hadi, M.Sc.,Sp.A

Disusun oleh : Kelompok 3

1. Marliana Yupita (102017019)


2. Mastiur Vita Insani Sillallahi (102017020)
3. Mega Wahyu Nurmayuliyanti (102017021)
4. Mukti Rahma Wangi (102017022)
5. Nimatul Ulya (102017023)
6. Putri Wijayanti Wulandari (102017024)
7. Rademta Syuniarita (102017025)
8. Riska Putri Lestari (102017026)
9. Risky Dwi Listia (102017027)

PROGAM D-III KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan denga baik. Makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan
Anak Balita “ yang diampu oleh dr. Nurul Hadi, M.Sc.,Sp.A

Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan


makalah ini, maka penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Nurul
Hadi, M.Sc.,Sp.A selaku dosen pembimbing serta teman-teman sekalian. Dalam
pembuatan yang berjudul “Meningokel Dan Ensefalokel’’kami berharap setelah
membaca makalah ini, pembaca dapat memahami dan menambah pengetahuan
yang baik, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan juga kesalahan


dalam penulisan makah ini. Maka dari itu , kami mengharap kritik dan saran yang
membangun demi pembuatan makalah yang akan datang.

Puroworejo, 12 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................2
C. Tujuan............................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Meningokel dan Ensefalokel.......................................4
B. Etiologi Meningokel dan Ensefalokel.....................................5
C. Gejala Meningokel dan Ensefalokel..............................................7
D. Pencegahan Meningokel dan Ensefalokel......................................9
E. Diagnosis Meningokel dan Ensefalokel.........................................10
F. Pengobatan dan penanganan Meningokel dan Ensefalokel............12
G. Penatalaksanaan Meningokel dan Ensefalokel................................15
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.........................................................................................17
B. Saran...............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan


struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur.
Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus,
lahir mati atau kematian segera setelah lahir.
Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering
diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-
akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi ya
dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar,
umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering
pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah
dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu
pertama kehidupannya.
Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk
menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula
adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa
cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi,
pemeriksaan air ketuban dan darah janin. Penyebab langsung kelainan
kongenital sering kali sukar diketahui.
Pertumbuhan embryonal dan fetaI dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara
bersamaan. Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui
penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin
diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia,
hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.
Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.

1
2

Salah satunya adalah Ensefalokel dan Meningokel. Ensephalokel


adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya
penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti
kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Meningokel terjadi
karena adanya defek pada penutupan spina yang berhubungan dengan
pertumbuhan yang tidak normal korda spinalis atau penutupnya.
Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di
daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi
selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam
durameter tidak terdapat saraf)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari meningokel dan ensefalokel ?
2.      Apa etiologi dari meningokel dan ensefalokel ?
3.      Apa tanda dan gejala dari meningokel dan ensefalokel ?
4.      Bagaimana patofisiologi dari meningokel dan ensefalokel ?
5.      Bagaimana cara penatalaksanaan dari meningokel dan ensefalokel ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai pengertian miningokel dan ensafaloke.
2. Untuk mengetahui etiologi meningokel dan ensefalokel
3. Untuk mengetahuhi tanda dan gejala meningokel dan ensefalokel
4. Untuk mengetahui patofisiolosi dari meningokel dan ensefalokel
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari meningokekl dan ensefalokel.

D. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Dapat memahami manfaat dari pembelajaran materi ini yaitu
menambah wawasan agar kita lebih bisa mengetahui secara umum
tentang penyakit miningokel dan ensefalokel.
2. Untuk Masyarakat

2
3

Menambah wawasan masyarakat mengenai penyakit mingokel dan


ensefalokel yang merupakan penyakit pada bayi.
3. Untuk Institusi
Membantu menambah referensi materi untuk pembelajaran pada
mahasiswa khususnya mata kuliah asuhan kebidanan neonatus bayi
dan balita tentang penyakit meningokel dan ensefalokel.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Meningokel dan Ensefalokel


1. Meningokel
Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina
bifida.Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra
yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan
dibawah kulit.Spina bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu
celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari
satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara
utuh (Wafi Nur, 2010).
Meningokel terbentuk saat meninges berherniasi melalui defek
pada lengkung vertebra posterior.Medulla spinalis biasanya normal
dan menerima posisi normal pada medulla spinalis, meskipun mungkin
terlambat, ada siringomielia, atau diastematomielia.Massa linea
mediana yang berfluktuasi yang dapat bertransiluminasi terjadi
sepanjang kolumna vertebralis, biasanya berada dipunggung
bawah.Sebagian meningokel tertutup dengan baik dengan kulit dan
tidak mengancam penderita (Behrman dkk, 2000).
Meningokel adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina
bifida.Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra
yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di
bawah kulit.Spina bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah
pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu
atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara
utuh. Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling
sering terjadi.Biasanya terletak di garis tengah.Meningokel biasanya
terdapat di daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas.Kantong
hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis

4
5

(dalam durameter tidak terdapat saraf).Tidak terdapat gangguan


sensorik dan motorik. Bayi akan menjadi normal sesudah operasi.
(IKA-FKUI.Hal-1136).
Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis
melalui spina bifida dan terlihat sebagai benjolan pada
permukaan.Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang sangat
tipis. (Prinsip Keperawatan Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283).
2. Ensefalokel
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan
adanya penonolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk
seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang
tengkorak.Ensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung
saraf selama perkembangan janin. Bisa di belakang kepala, puncak
kepala, atau di antara dahi dan hidung. Melalui celah inilah, sebagian
struktur otak dan selaput otak keluar. Akibat kelainan ini: kelumpuhan
anggota gerak, keterlambatan perkembangan, retardasi mental, dan
kejang berulang.

Ada dua pengertian Ensephalokel, yaitu :


1.    Ensephalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai
dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak
yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang
tengkorak.
2.    Ensephalokel adalah kelainan pada bagian oksiital. Terdapat
kantong berisi cairan jaringan saraf atau sebagian otak karena
adanya celah pada bagian oksital.
B. Etiologi Meningokel dan Ensefalokel
1. Meningokel

Penyebab terjadinya meningokel adalah karena adanya


defek pada penutupan spina bifida yang berhubungan dengan
pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau
6

penutupnya, biasanya terletak di garis tengah.Resiko melahirkan


anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan
asam folat, terutama terjadi pada awal kehamilan.
Meningokel terbentuk saat meninges berherniasi melalui
defek pada lengkung vertebra posterior.Medulla spinalis biasanya
normal dan menerima posisi normal pada medulla spinalis,
meskipun mungkin terhambat, ada siringomeielia.Meningokel
membentuk sebuah kista yang diisi oleh cairan serebrospinal dan
meninges.Massa linea mediana yang berfluktuasi yang dapat
bertaransiluminasi terjadi sepanjang kolumna vertebralis, biasanya
terjadi dibawah punggung.Sebagian bessar meningokel terutup
dengan baik dengan kulit dan tidak mengancam
penderita.Pemeriksaan neurologis yang cermat sangat dianjurkan.
spesifik dari meningokel atau belum diketahui. Banyak
factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam
terjadinya defek ini.Tuba neural umumnya lengkap empat minggu
setelah konsepsi. Hal- hal berikut ini telah ditetapkan sebagai
faktor penyebab; kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam 
folat dan hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50%
defek tuba neural dapat dicegah jika wanita bersangkutan
meminum vitamin-vitamin prakonsepsi, termasuk asam folat.
(buku saku keperawatan pediatric Cecila L. Betz & Linda A.
Sowden.2002)
Kelainan konginetal SSP yang paling sering dan penting
ialah defek tabung neural yang terjadi pada 3-4 per 100.000 lahir
hidup. Bermacam-macam penyebab yang berat menentukan 
morbiditas dan mortalitas, tetapi banyak dari abnormalitas ini
mempunyai makna klinis yang kecil dan hanya dapat dideteksi
pada kehidupan lanjut yang ditemukan secara kebetulan. (Patologi
Umum Dan Sistematik Vol 2, J.C.E. Underwood. 1999. )
7

Gangguan pembentukan komponen janin saat dalam


kandungan.Penonjolan dari korda spinalis dan meningens
menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf,
sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian
tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau bagian bawahnya.
2. Ensefalokel
Ada beberapa dugaan penyebab penyakit itu diantaranya,
infeksi, faktor usia ibu yang terlalu muda atau tua ketika hamil,
mutasi genetik, serta pola makan yang tidak tepat sehingga
mengakibatkan kekurangan asam folat. Langkah selanjutnya,
sebelun hamil, ibu sangat disarankan mengonsumsi asam
folat dalam jumlah cukup.
Encefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung
saraf selama perkembangan janin.Kegagalan penutupan tabung
saraf ini disebabkan oleh gangguan pembentukan tulang cranium
saat dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama
kehamilan, adanya infeksi pada saat kehamilan terutama infeksi
TORCH, mutasi gen (terpapar bahan radiologi), obat – obatan yang
mengandung bahan yang terotegenik.
Ensefalokel disebabkan oleh defek tulang kepala, biasanya
terjadi dibagian occipitalis, kadang – kadang juga dibagian nasal,
frontal, atau parietal.
C. Gejala Meningokel dan Ensefalokel
1. Meningokel
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya
kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang
terkena.Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala,
sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang
dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena
(Wafi Nur, 2010). Kebanyakan terjadi di punggung bagian bawah,
8

yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan vertebra di


bagian ini terjadi paling akhir.
Kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada
penderita spina bifida: hidrosefalus, siringomielia, serta dislokasi
pinggul. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala,
sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang
dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar sarf yang terkena.
Terdapat tiga jenis spina bifida, yaitu :
1.      Spina bifida okulta, merupakan spina bifida yang paling
ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara
normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak
menonjol.
2.      Meningokel, yaitu meningens menonjol melalui vertebra yang
tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di
bawah kulit.
3.      Mielokel, merupakan jenis spina bifida yang paling berat,
dimana korda spinalis menonjol dan kulit di atasnya tampak
kasar dan merah.
Contoh gejala dari spina bifida umumnya berupa:
a. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah
pada bayi baru lahir.
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya.  
c. Kelumpuahn/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.
d. Penurunan sensasi, inkontinensia uri (beser) maupun
inkontinensia tinja (diare).
e. Korda spinalis yang tertekan rentan terhadap infeksi (meningitis).

Gejala pada spina bifida okulta, adalah:


f. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
g. Ada Lekukan pada daerah sakrum.
9

h. Korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat


saraf).
Operasi akan mengoreksi kelainan, sehingga tidak terjadi gangguan
sensorik dan motorik dan bayi akan menjadi normal.
1. Ensefalokel
Gejala dari ensefalokel, antara lain berupa :
a.       Hidrosefalus
b.      kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadriplegia stastik).
c.       Mikrosefalus
d.      gangguan penglihatan, keterbelakangan mental, dan pertumbuhan.
e.       Ataksia
f.       kejang.
Beberapa anak memiliki kecerdasan yang normal.Ensefalokel
seringkali disertai dengan kelainan kraniofasial atau kelainan otak
lainnya.
D. Pencegahan Meningokel dan Ensefalokel
1. Meningokel
Risiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan
mengkonsumsi asam folat. Kekurangan asam folat pada seorang
wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena
kelainan ini terjadi sangat dini.
Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan
untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan
asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
Pada janin kecukupan asam folat berperan dalam
mengurangi risiko terjadinya kecacatan pada sistem saraf pusat
(gangguan pada bumbung saraf/Neural Tube Defects (NTD) dan
cacat lahir lainnya seperti meningokel. Kelainan-kelainan tersebut
disebabkan karena gagalnya tabung saraf tulang belakang untuk
tertutup sebagaimana mestinya pada hari ke-28 pasca-konsepsi.
10

2. Ensefalokel
Bagi ibu yang berencana hamil, ada baikya mempersiapkan
jauh jauh hari.Misalnya, mengkonsumsi makanan bergizi serta
menambah suplemen yang mengandung asam folat.Hal itu
dilakukan untuk mencegah terjadinya beberapa kelainan yang bisa
menyerang bayi.
Sumber asam folat banyak didapatkan dari:
a.           Sayuran seperti bayam, asparagus, brokoli, lobak hijau,
selada romaine, kecambah.
b.          Kacang segar atau kering, kacang polong, gandum, biji bunga
matahari. Produk biji-bijian yang diperkaya (pasta, sereal,
roti)
c.           Buah-buahan seperti: jeruk, tomat, nanas, melon , jeruk bali,
pisang, strawberry, alpukat, pisang
d.          Susu dan produk susu seperti keju yoghurt.
e.           Hati
f.           Putih Telur
Salah satunya, encephalocele atau ensefalokel.Biasanya
dilakukan pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang
menonjol ke dalam tulang tengkorak, membuang kantung dan
memperbaiki kelainan kraniofasial yang terjadi.Untuk hidrosefalus
mungkin perlu dibuat suatu shunt.Pengobatan lainnya bersifat,
simtomatis dan suportif.Prognosisnya tergantung kepada jaringan
otak yang terkena, lokasi kantung dan kelainan otak yang
menyertainya.
E. Diagnosis Meningokel dan Ensefalokel
1. Meningokel
Diagnosis spina bifida, termasuk meningokel ditegakkan
berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Pada trimester pertama,
wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple
11

screen.Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma


down dan kelainan bawaan lainnya.
Sebanyak 85 % wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida,
akan memiliki kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini
meliliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif,
perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat
diagnosis.Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya
spina bifida.Kadang-kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairanm
ketuban).
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan rontgen tulang belakang
untuk menentukan luas dan lokasi kelainan, pemeriksaan USG tulang
belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada korda spinalis
maupun vertebra, serta pemeriksaan CT-Scan atau MRI tulang
belakang kadang-kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan
luasnya kelainan (Wafi Nur, 2010).
Pemeriksaan neurologis yang cermat sangat dianjurkan.Anak yang
tidak bergejala dengan pemeriksaan neurologis normal dan
keseluruhan tebal kulit menutup meningokel dapat menunda
pembedahan. Sebelum koreksi defek dengan pembedahan penderita
harus secara menyeluruh diperiksa dengan menggunakan
rontgenogram sederhana, ultrasonografi, dan tomografi komputasi
(CT) dengan metrizamod atau resonansi magnetik (MRI) untuk
menentukkan luasnya keterlibatan jaringan syaraf jika ada dan anomali
yang terkait, termasuk diastematomelia, medulla spinalis terlambat dan
lipoma. Penderita dengan kebocoran cairan serebrospinalis (CSS) satu
kulit yang menutupi tipis harus dilakukan pembedahan segera untuk
mencegah meningitis. Scan CT  kepala dianjurkan pada anak dengan
meningokel karena kaitannya dengan hidrosefalus pada beberapa
kasus. Meningokel anterior menonjol ke dalam pelvis melalui defek
pada sakrum (Behrman dkk, 2000).
2. Ensefalokel
12

Luasnya defek dan besarnya herniasi jaringan otak akan


menentukan prognosis enchepalus. Enchephalus mudaj dideteksi
dengan USG bila defek tulang kepala cukup besar,apalagi sudah
disertai herniasi. Akan tetapi lesi pada tulang kepala menjadi sulit di
kenali bila terdapat oligohidramnion.

F. Pengobatan dan penanganan Meningokel dan Ensefalokel


1. Meningokel
Penanganan yang dilakukan adalah:
1.      Tujuan: mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifina dan
meningokel, meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi)
2.      Terapi non farmakologis:
a.       Cegah infeksi perlukaan ensefalokel waktu lahir, menutup luka
dengan kasa steril setelah lahir.
b.      Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa
dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih.
c.       Pembedahan shunting dilakukan untuk menutup lubang yang
terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus.
d.      bergerak akan melatih pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk
memperkuat fungsi otot.
e.       Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran
kemih dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik. Kasus yang
berat kadang harus dilakukan pemasangan kateter.
f.       Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa
membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
3.     Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka
tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun
terapi fisik.
Tujuan dari pengobatan awal spina bifida, termasuk meningokel
adalah mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida,
meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi), serta membantu
13

keluarga dalam menghadapi kelainan ini. Pembedahan dilakukan


untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk menutup lubang
yang terbentuk  dan untuk mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal
dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai
spina bifida.
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk
memperkuat fungsi otot.Untuk mengobati atau mencegah meningitis,
infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik.Untuk
membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan penekanan
lembut diatas kandung kemih.Pada kasus yang berat kadang harus
dilakukan pemasangan kateter.Diet kaya serat dan program pelatihan
buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran
pencernaan.
Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh)
perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi
fisik.Kelainan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan luasnya
gangguan fungsi yang terjadi. Kadang-kadang pembedahan shunting
untuk memperbaiki hidrisefalus akan menyebabkan berkurangnya
mielimeningokel secara spontan.
2. Ensefalokel
Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan
jaringan otak yang menonjol ke dalam tulang tengkorak,
membuang kantung dan memperbaiki kelainan kraniofasial yang
terjadi.Untuk hidrosefalus mungkin perlu dibuat suatu
shunt.Pengobatan lainnya bersifat simtomatis dan suportif.
Penanganan Pra Bedah:
a.       Segera setelah lahir daerah yang terpakai harus dikenakan kasa
steril yang direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang
terpapar harus ditutpi kasa steril yang tidak melekat untuk
mencegah jaringan saraf yang terpapar menjadi kering.
14

b.      Perawatan pra bedah neonatus rutin dengan penekanan khusus


pada saat mempertahan suhu tubuh yang dapat menurun
dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan
dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang
dapat terjadi akibat permukaan lesi yang basah.
c.       Lingkaran occipito frontalis kepala diukur dan dibuat grafikny
a.
d.      Akan diminta X-Ray medulla spinalis.
e.       Akan diambil photografi dari lesi.
f.       Persiapan operasi.
g.      Suatu catatan aktifitas otot pada anggota gerak bawah dan
sringter anal akan dilakukan oleh fisioterapi.
h.      Pembedahan medulla spinalis yang terpapar ditutupi dengan
penutup durameter dan kulit dijahit diatas dura yang
diperbaiki. Jika celah besar, maka perlu digunakan kulit yang
lebih besar untuk menutupi cacat. Pada bayi ini drain sedot
diinsersikan dibawah flap.

Perawatan pasca bedah :


e.              Pemberian makan pr oral dapat diberikan 4 jam setelah
pembedahan.
f.               Jika ada drain penyedotan luka makan harus diperiksa setiap
jam untuk menjamin tidak adanya belitan atau tekukan pada
saluran dan terjaganya tekanan negatif dan wadah.
Lingkar kepala diukur dan dibuat grafik sekali atau
dua kali seminggu.Sering kali terdapat peningkatan awal
dalam pengukuran setelah penutupan cacat spinal dan jika
peningkatan ini berlanjut dan terjadi perkembangan
hidrochephalus maka harus diberikan terapi yang sesuai.
15

G. Penatalaksanaan Meningokel dan Ensefalokel


1. Meningokel
a.       Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan
kondisi tanpa baju.
b.      Bayi dalam posisi telungkup atau tidurjika kantungnya besar untuk
mencegah infeksi.
Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi, dan
ahli urologi, terutama untuk tidakan pembedahan, dengan sebelumnya
melakukan informed consent.
Penanganan yang dapat dilakukan pada kelainan ini, antara lain :
a.              Untuk spina bifida atau meningokel tidak diperlukan
pengobatan
b.              Perbaikan mielomeningokel, kadang-kadang meningokel,
melalui pembedahan diperlukan
c.              Apabila dilakukan perbaikan melalui pembedahan, pemasangan
pirau (shunt) untuk memungkinkan drainase CSS perlu di
lakukan untuk mencegah hidrosefalus dan peningkatan tekanan
intrakranial selanjutnya
d.             Seksio sesarea terencana sebelum mulainya persalinan dapat
penting dalam mengurangi kersakan neurologis yang terjadi
pada bayi dengan defek medula spinalis (Corwin, 2009).

2. Ensefalokel
Tindakan yang harus dilakukan adalah :
1. Cegah infeksi perlukaan ensefalokel waktu lahir, menutup luka
dengan kasa steril setelah lahir.
2. Persiapan operasi dilakukan sedini mungkin untuk mencegah
infeksi otak yang sangat berbahaya. Biasanya dilakukan
pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang menonjol
kedalam tulang tengkorak, membuang kantung dan memperbaiki
kraniofasil yang terjadi :
16

a. Sebelum opersi, bayi dimasukkan ke dalam innkubator dengan


kondisi tanpa baju.
b. Jika kantong bayi besar tidurkan bayi dengan posisi terlungkuo
untuk mencegah infeksi.
c. Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah saraf, ahli otopedi,
dan ahli urologi terutama dalam tindakan pembedahan.
d. Melakukan informed consent
3. Pasca operasi diperhatikan luka agar tidak basah di tarik atau di
garuk bayi perhatikan mungkin terjadi hidrosefalus ukur lingkar
kepala pemberian antibiotic dan kolaborasi.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelainan
bawaan pada bayi berupa meningokel dan ensefalokel. Dimana bahwa
meningokel biasanya terdapat pada daerah servikal atau daerah torakal
sebelah atas. Sedangkan ensefalokel biasanya terjadi pada bagian oksipital.
Pada bagian ini terdapat kantong berisi cairan, jaringan saraf, atau
sebagian otak. Ensefalokel akan berkaitan dengan kelainan mental yang
berat meskipun sudah dilakukan operasi.Meningokel adalah meningens
yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu
benjolan berisi cairan dibawah kulit. Penyebab terjadinya meningokel
adalah karena adanya defek pada penutupan spina bifida yang
berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis
atau penutupnya, biasanya terletak di garis tengah.Resiko melahirkan anak
dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat,
terutama terjadi pada awal kehamilan.Gejalanya bervariasi, tergantung
kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang
terkena.Diagnosis spina bifida, termasuk meningokel ditegakkan
berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Tujuan dari pengobatan
awal spina bifida, termasuk meningokel adalah mengurangi kerusakan
saraf akibat spina bifida, meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi),
serta membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini. Pembedahan
dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk menutup
lubang yang terbentuk  dan untuk mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal
dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai
spina bifida. Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan
untuk memperkuat fungsi otot.Risiko terjadinya spina bifida bisa
dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat. Kepada wanita tang

17
18

berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat


sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil 1 mg/hari.
       Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai
dengan adanya penonolan meningens (selaput otak) dan otak yang
berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak.
Ada beberapa dugaan penyebab penyakit itu diantaranya, infeksi, faktor
usia ibu yang terlalu muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik, serta pola
makan yang tidak tepat sehingga mengakibatkan kekurangan asam folat.
Gejala dari ensefalokel, antara lain berupa : hidrosefalus, kelumpuhan
keempat anggota gerak (kuadriplegia stastik), mikrosefalus, gangguan
penglihatan, keterbelakangan mental, dan pertumbuhan, ataksia, kejang.
anya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang
menonjol ke dalam tulang tengkorak, membuang kantung dan
memperbaiki kelainan kraniofasial yang terjadi. Bagi ibu yang berencana
hamil, ada baikya mempersiapkan jauh jauh hari.Misalnya, mengkonsumsi
makanan bergizi serta menambah suplemen yang mengandung asam folat.

B. Saran
Meningokel dan ensefalokel merupakan kelainan yang berbahaya
dan berdampak buruk pada perkembangan anak selajutnya, maka sebagai
tenaga kesehatan (bidan) harus mengetahui dan memahami tentang
etiologi, penyebab, penanganan dan pencegahannya.
19

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta:
EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta :
Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai