Anda di halaman 1dari 72

MANAJEMEN KEBIDANAN KELUARGA

NY SRI RATJINEM USIA 27 TAHUN G2P1A0 USIA KEHAMILAN 28+6


MINGGU DENGAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI DUSUN KLEPU RT 003

RW 002 DESA PANDANREJO KECAMATAN KALIGESING

KABUPATEN PURWOREJO

Laporan Individu Praktik Kebidanan Komunitas

Disusun oleh:

Nama : DIAH AYU KURNIA WATI

NIM : 102017006

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO

TAHUN 2019
MANAJEMEN KEBIDANAN KELUARGA

NY SRI RATJINEM USIA 27 TAHUN G2P1A0 USIA KEHAMILAN 28+6


MINGGU DENGAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI DUSUN KLEPU RT 003

RW 002 DESA PANDANREJO KECAMATAN KALIGESING

KABUPATEN PURWOREJO

Laporan Individu Praktik Kebidanan Komunitas ini Telah Disetujui

Tanggal 19 Desember 2019

Mengesahkan

AKADEMI KEBIDANAN

BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO

Koord Praktik Kebidanan Komunitas Pembimbing

Tri Puspa Kusumaningsih, Fetty Chandra Wulandari,


S.S.T.,M.Kes S.S.T.,M.Kes
NIPY. 01062011041 NIPY. 20052008027
Mengetahui
AKADEMI KEBIDANAN
BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO
Direktur

Nurma Ika Zuliyanti, S.S.T.,M.Kes


NIPY. 20052008027

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah-Nya. Sehingga
penulisan presus ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar tepat pada
waktunya.
Laporan KK Intensif dengan judul “Ny S Usia 27 Tahun G2P1A0 Usia
kehamilan 28+6 Minggu dengan Resiko Tinggi Badan <145” sebagai tugas
Praktek Klinik Kebidanan Komunitas. Pada kesempatan ini kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnnya kepada :
1. Ibu Nurma Ika Zuliyanti, S.S.T., M.Kes selaku direktur Akbid
Bhakti Putra Bangsa Purworejo
2. Ibu Fetty Chandra Wulandari, S.SiT., M.Kes selaku pembimbing
lahan praktik kebidanan komunitas
3. Seluruh Dosen Akbid Bhakti Putra Bangsa Purworejo
4. Bapak Supandi selaku Kepala Desa Pandanrejo
5. Orang tua dan keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang
serta dukungan moril dan materi
6. Beserta teman-teman yang sudah membantu saya
menyelesaikan tugas ini baik saran maupun kritikan yang diberikan.
Penulis berharap laporan KK intensif ini dapat memberikan manfaat
bagi tenaga kesehatan khususnya di bidang kebidanan.Kami menyadari
bahwa dalam penulisan presus ini masih jauh dari sempurna, karena masih
banyak kekurangan dan kesalahan.
Dengan presus ini,kami mengharapkan semoga presus ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi kami serta pembaca pada umumnya.

Purworejo,15 Desember 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................iv
DAFTAR ISI ........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A................................................................................................Latar
Belakang...................................................................................1
B................................................................................................Rumusan
Masalah....................................................................................2
C................................................................................................Tujuan
Penulisan..................................................................................2
D................................................................................................Manfaat
Penulisan..................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A................................................................................................Anatomi
Air Ketuban...............................................................................4
BAB III TINJAUAN KASUS
A................................................................................................Tinjauan
Kasus........................................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN
A................................................................................................Pembaha
san............................................................................................24
BAB V PENUTUP
A................................................................................................Simpulan
..................................................................................................27
B................................................................................................Saran 27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................29
LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) sangat tinggi. Untuk penyebab tingginya AKI dan AKB di
Indonesia pada ibu hamil sendiri yaitu dari kehamilan beresiko tinggi
seperti adanya komplikasi, dan yang terjadi adalah anemia dalam
kehamilan, tekanan darah tinggi/hipertensi dalam kehamilan
(preeklamsia/eklamsia), aborsi dan janin mati dalam rahim, ketuban
pecah dini serta adanya penyakit yang tidak diketahui sehingga dapat
mengangu proses kehamilan (Manuaba, 2015 :227-281).
Kehamilan resiko tinggi itu sendiri adalah keadaan buruk pada
kehamilan yang dapat mempengaruhi keadaan ibu maupun janin
apabila dilakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan
pada kasus normal (Manuaba, 2014:43).
Dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data
Biro Pusat Statistik (BPS), angka kematian ibu dalam kehamilan dan
persalinan di seluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berarti
seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi
kehamilan dan persalinannya (dr. Nugraha, 2015).
Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau
dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan
kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai
bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh
masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri
pada umumnya disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko
kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai
untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun pengetahuan
tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal Kehamilan
Resiko Tinggi (KRT) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri,
maupun kondisi ekonomi (Syamsul, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa ibu hamil terkait
dengan terjadinya kehamilan resiko tinggi sebagian besar tidak memahami
nutrisi/asupan pada ibu hamil dan makanan yang harus dikonsumsi, tingkat
pendidikan tergolong rendah dan jarang terpapar dengan sumber informasi
atau penyuluhan kesehatan yang harusnya dilakukan oleh petugas
kesehatan atau kader puskesmas.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada keluarga Tn.K secara
langsung dan komprehensif menggunakan asuhan kebidanan.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengkaji masalah yang ada pada keluarga Ny. S
b. Untuk menganaliSa data yang ada pada keliuarga Ny.S
c. Untuk merumuskan masalah yang ada pada keluarga Ny.S
d. Untuk menentukan diagnosa pada keluarga Ny.S
e. Untuk merencanakan tindakan pada keluarga Ny.S
f. Untuk melaksanakan penyelesaian masalah pada keluarga Ny.S
g. Untuk mengevalusi penyelesaian masalah pada keluarga Ny.S
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mahasiswa sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
memberi asuhan kebidanan
2. Bagi Masyarakat
Hasil pengkajian ini diharapkan menjadi masukan dan tambahan
informasi tentang kehamilan berisiko tinggi
3. Bagi Pendidikan
Untuk menambah sumber referensi bagi mahasiswa tentang pembuatan
laporan Asuhan Kebidanan Komunitas tentang kehamilan resiko tinggi.
4. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi petugas kesehatan
khususnya bidan salam memberi asuhan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Management Keluarga

Definisi keluarga menurut friedman (2015) adalah kumpulan dua


orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan individu mempunya peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga. Sedangkan menurut Sayekti (2016)
keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam
sebuah rumah tangga. Menurut Departemen Kesehatan RI (2016),
keluarga adalah inti terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah wilayah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
[ CITATION Yul14 \l 1033 ]

Keluarga mempunyai siklus perkembangan sebagaimana layaknya


individu. Perkembangan itu terutama dalam hal besarnya keluarga dan
kemampuannya, mulai dari pasangan yang baru menikah, baru memiliki
anak, memiliki anak remaja, memiliki anak dewasa. Keluarga dewasa
adalah keluarga mandiri yang sanggup memikul tanggung jawab dan
menentukan perannya dengan baik. [ CITATION Yul14 \l 1033 ]

1. Pengertian Keluarga
Dibawah ini terdapat beberapa pendapat tentang keluarga :
a. Duval (1972). Duval menyatakan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu
yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan
ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk
mencapai tujuan umum. [ CITATION Yul14 \l 1033 ]
b. Menurut Departemen RI (1988). Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dalam keadaan saling bergantung. [ CITATION Yul14 \l 1033 ]
c. Bailon dan Maglaya (1989). Mengatakan keluarga adalah dua
atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan
serta mempertahankan suatu budaya. [ CITATION Yul14 \l 1033 ]
d. Burgess dan kawan-kawan (1963). Menyebutkan bahwa (1)
keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah, dan ikatan adopsi. (2) para anggota sebuah
keluarga biasanya hidup bersama dalam satu rumah tangga atau
jika hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga
tersebut sebagai rumah mereka. (3) anggota keluarga berinteraksi
dan berkomunikasi satu dengan lainnya dalam peran sosial. (4)
keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur
yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
[ CITATION Yul14 \l 1033 ]
e. Menurut Syafrudin (2015;h.41). Keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial
tiap anggota keluarga. [ CITATION Yul14 \l 1033 ]
2. Ciri-ciri keluarga

Manurut (Robert Maclver dan Charles Morton Page) menjelaskan


ciri-ciri keluarga sebagai berikut:

a. Keluarga berbentuk su Keluarga merupakan hubungan


perkawinan.
b. atu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan
yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomenclatur),
termasuk perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh
anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah, atau
rumah tangga.
Ciri-ciri keluarga disetiap negara berbeda-beda bergantung pada
kebudayaan, falsafah hidup, dan ideologi negaranya. Keluarga di
Indonesia mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:[ CITATION Yul14 \l
1033 ]

a. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi


semangat kegotong royongan.
b. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya
ketimuran yang kental yang mempunyai tanggung jawab besar.
c. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga
yang dominan dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya
melalui musyawarah dan mufakat.
d. Sedikit berbeda antara yang tinggal dipedesaan dan perkotaan
keluarga dipedesaan masih bersifat tradisional, sederhana, saling
menghormati satu sama lain, sedikit sulit menerima inovasi baru.
3. Tipe Keluarga
Friedmn (1986) membagi tipe keluarga seperti berikut ini :
a. Nuclear family (keluarga inti) terdiri dari orang tua dan anak
yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah,
terpisah dari sanak keluarga lainnya.
b. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri
dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan
saling menunjang satu sama lain.
c. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu
kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih
bergantung kepadanya.
d. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.
e. Blanded family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan
pasangan yang masing-masing pernah menikah dan membawa
anak hasil perkawinan terdahulu.
f. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi
yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
g. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri
dari satu orang kos-kosan yang hidup dalam rumahnya.
h. Midle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari
pasangan suami-istri paruh baya.
Marylin M.Friedman (1998) membagi tipe keluarga menjadi
keluarga inti (konjugal).Keluarga yang menikah.sebagai orang tua,
atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri, dan anak
(anak kandung, anak adopsi).Keluarga orientasi (keluarga asal).Unit
keluarga tempat sesorang dilahirkan.Dan yang terakhir keluarga besar.
Keluarga inti dan orang lain yang ada hubungan darah, misalnya
sanak keluarga, kakek, nenek, taante, paman, dan sepupu.

Menurut Jhonson (2015;h.25 ) Tipe keluarga terdiri dari :

a. Suami yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum
dewasa atau belum kawin.
b. keluarga conjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan
ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dari
kerabat salah satu atau dari pihak orang tua.
c. Keluarga luas yang di tarik atas dasar garis keturunan di atas
keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara
paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
4. Fungsi Keluarga
Menurut Mariam dan Jhonson (2015 h.42) macam- macam fungsi
keluarga:
a. Fungsi biologis
Meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
memenuhi kebutuhan gizi memelihara dan merawat kesehatan.

b. Fungsi psikologis
Suami memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan
perhatian kepada anggota keluarga terutama kepada istri.

c. Fungsi ekonomi
Mencari sumber penghasilan keluarga, mengatur penggunaan
keuangan, menabung untuk kebutuhan keluarga, kebutuhan makan
dan minuman, pakaian, tempat tinggal.

d. Fungsi perasaan
Di lihat dari bagaimana keluarga merasakan perasaan dan
suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesama anggota keluarga.

e. Fungsi Agama
Di lihat dari bagaimana keluaga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota kelurga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan
kehidupan lain setelah dunia.
Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sebagai
berikut:

1) Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga


yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untu
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial
anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi dan tempat sosialisasi (sosialitation and
sosial placement function) adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar
rumah.
3) Fungsi reproduksi (the reproduktif function) adalah funsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga
berfungsi memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care
function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Namun dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi
industrialisasi, fungsi keluarga dikembangkan menjadi :[ CITATION
Yul14 \l 1033 ]
a) Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga
yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi
dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.
b) Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat
dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang
berada disekitarnya.
c) Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan
tanggung jawab besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk
menghadapi kehidupan dewasanya.
d) Fungsi sosialisasi, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu mencuptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar
rumah.
e) Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharakan dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga yang primer dalam
rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang
mungkin di alami keluarga.
f) Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat keluarga
tentang agama dan mengamalkan ajaran keagamaan.
g) Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk
melakukan kegiatan yang dapat mengalami ketegangan akibat
berada diluar rumah.
h) Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan
keturunan, tetapi juga merupakan tempat mengembangkan fungsi
reproduksi, secara unifersal (menyeluruh), diantaranya : seks yang
sehat dan berkualitas, pendidikan seks untuk anak, dan yang lain.
i) Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama
untu pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga
berada di luar rumah.
5. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara
unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang
sama. Berikut akan diuraikan tahap-tahap perkembangannya:
[ CITATION Yul14 \l 1033 ]

a. Tahap I, Pasangan baru/keluarga baru (beginning family)


Dimulai saat masing-masing individu membentuk keluarga
melalui perkawinan yang sah. Tugas perkembangan pada tahap ini :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok social.
4) Merencanakan anak/KB.
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan
mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.
Pada tahap ini, bidan dapat memberikan konsultasi, misalnya
tentang KB, perawatan prakonsepsi, perawatan prenatal dan
komunikasi. Kurangnya informasi tentang hal-hal tersebut dapat
menimbulkan masalah seksual, emosional, rasa takut. Cemas
bersalah, atau kehamilan yang tidak direncanakan.

b. Tahap II, Keluarga child-bearing/mengasuh anak


Keluarga menantikan kelahiran (hamil) sampai lahirnya anak
pertama dan berlangsung sampai anak pertamanya berusia 30
bulan (2,5 tahun). Pada tahap ini sering terjadi perubahan besar
dalam keluarga karena pasangan harus beradaptasi dengan
perananya untuk memenuhi kebutuhan bayi.Kadang pasangan
merasa diabaikan karena perhatian terfokus pada bayi, Suami
merasa belum siap atau istri belum siap menjadi ibu. Tugas
perkembangan :

1) Persiapan menjadi orang tua.


2) Membagi peran dan tanggung jawab.
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan
suasana rumah yang menyenangkan.
4) Mempersiapkan biaya.
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi.
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
Bidan dapat memberikan perawatan dan konsultasi tentang
bagaimana merawat bayi, mengenalai gangguan kesehatan bayi
secara dini dan mengatasinya, imunisasi, tumbuh kembang,
interaksi keluarga, KB, pemenuhan kebutuhan anak-anak.

c. Tahap III, Keluarga dengan anak prasekolah


Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun hingga anak
berusia 5 tahun. Tugas perkembangan :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti tempat


tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang barn lahir, sementara
kebutuhan yang lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam
maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
(tahap paling repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan stimulasi
tumbuh kembang anak.
Peran bidan dapat beupa memberikan penyuluhan kepada
orang tua tentang penyakit dan kecelakaan yang terjadi pada anak-
anak.Sibling Rivalry, tumbuh kembang anak, KB, peningkatan
kesehatan dan sosialisasi anak. [ CITATION Yul14 \l 1033 ]

d. Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (Famillies with


scoll children).[ CITATION Yul14 \l 1033 ]
1) Saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun
hingga 12 tahun.
2) Umumnya keluarga sangat sibuk, selain aktivitas
sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas sendiri demikian
pula orang tua.
3) Keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas
perkembangan.
Tugas perkembangan :

a) Memberikan perhatian pada kegiatan sosial anak,


pendidikan dan semangat belajar.
b) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan.
c) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
d) Menyediakan aktivitas untuk anak.
e) Menyesuaikan dengan aktivitas komuniti dengan
mengikutsertakan anak.
Bidan dapat memberikan perawatan dan konsultasi baik dalam
keluarga maupun disekolah, bekerjasama dengan guru sekolah dan
orang tua anak.
e. Tahap V, Keluarga dengan anak remaja (Famillies with
teenagers).
1) Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berahr sampai usia 10/20 tahun.
2) Tujuan keluarga ; melepas anak renaja dan memberi tanggung
jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan
diri menjadi lebih dewasa.
3) Sering muncul konflik orang tua-remaja

Tugas perkembangan keluarga :

a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung


jawab mengingat remaja sudah mulai tambah dewasa dan
meningkat otonominya.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi terbukan antara anak dan
orang tua, menghindari perdebatan dan kecurigaan dan
permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang
keluarga.
Fungsi bidan dapat lebih difokuskan pada peningkatan dan
pencegahan penyakit.Pada remaja yaitu penyuluhan tentang obat-
obatan terlarang, minum minuman keras, seks/kesehatan
reproduksi, serta membantu hubungan yang lebih efektif antara
orang tua dengan remaja.[ CITATION Yul14 \l 1033 ]

f. Tahap VI, Keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan


(Launcing center families)
Dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah dan lamanya
tergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak
yang belum berkeluarga tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan
utama keluarga ini : mengorganisai kembali keluarga untuk tetap
berperan dalam melepas anak untuk hidup mandiri.

Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat


anak dan merasa kosong karena anak sudah tidak lagi tinggal
serumah.

Tugas perkembangan :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.


2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua suami/istri yang sakit dan
memasuki masa tua.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anak.
5) Menata kembali fasilitas clan sumber yang ada pada
keluarga.
6) Berperan suami-istri, kakek-nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi
contoh bagi anak-anaknya.
Disini bidan dapat memberikan konsultasi tentang penyakit-
penyakit yang wring timbul pada masa tua atau faktor-faktor
predisposisinya. Misalnya: hipertensi, jantung, problem menopause,
juga peningkatan kesehatan dengan pola hidup sehat. [ CITATION
Yul14 \l 1033 ]

g. Tahap VII, Keluarga usia pertengahan (Middle age famillies)


Dimulai saat anak terahir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau satu pasangan meninggal. Seringkali dirasakan
sulit berkaitan dengan masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak
atau perasaan gagal sebagai orang tua.

Tugas perkembangan :
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
hal mengolah minat sosial & waktu santai.
3) Memulihkan hubungan antara gemerasi muda-tua.
4) Keakraban dengan pasangan.
5) Memelihara hubungan dengan anak dan keluarga.
6) Persiapan masa tua atau pansiunan meningkatkan
keakraban pasangan.
Bidan dapat berfungsi melaksanakan perawatan dan
konsultasi yang terkait dengan upatya peningkatan kesehatan sejati;
kebutuhan yang cukup, aktifitas ringan sesuai kemampuan, nutrisi
dsb.[ CITATION Yul14 \l 1033 ]

h. Tahap VIII, Keluarga lanjut usia


Tahap terakhir, dimulai saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut hingga salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meninggal.

Stressor : berkurangnya pendapatan, berbagai relasi sosial,


pekerjaan, menurunnya produktifitas dan kesehatan. [ CITATION
Yul14 \l 1033 ]

Tugas perkembangan :

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.


2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,
teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
kemsyarakatan.
5) Mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan masa
lalu.
6) Menerima kematian pasangan, teman, dan
mempersiapkan kematian.
Dalam hal ini bidan melakukan perawatan pada lansia
terutama yang mengalami penyakit kronis, memperhatikan
peningkatan kesehatan seperti: nutrisi, aktifitas, istirahat, periksa
mata, gigi, pencegahan kecelakaan di rumah.

6. Bentuk keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana
keputusan diambil yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola
otoritas :

a. Berdasarkan lokasi
1) Adat utrolokal, yaitu adat yang memberikan kebebasan
kepada pasangan suami istri untuk memilih tempat tempat tinggal
baik itu disekitar kaum kerabat, suami ataupun disekitar
kediaman kerabat kaum istri.
2) Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa
sepasang suami istri diharuskan menetap disekitar pusat
kediaman kaum kerabat suami.
3) Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa
sepasang suami istri harus tinggal disekitar kediaman kaum
kerabat istri.
4) Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa
sepasang suami istri dapat tinggal disekitar pusat kediaman
kerabat suami pada masa tertentu dan sekitar pusat kediaman
kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian).
5) Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa
sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam
arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami
maupun istri.
6) Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan
sepasang suami istri untuk menetap disekitar tempat kediaman
saudara laki-laki ibu ( avunculus dari pihak suami).
7) Adat natalokal yaitu adat yang menentukan bahwa suami
istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari
mereka tinggal dipusat kaum kerabat sendiri.
b. Berdasarkan pola otoritas [ CITATION Yul14 \l 1033 ]
1) Patriarkal, yaitu otoritas didalam keluarga dimiliki laki-laki
( laki-laki tertua)
2) Matriarkal, yaitu otoritas didalam keluarga dimiliki oleh
perempuan ( perempuan tertua, umumnya ibu )
3) Equalitarian, suami dan istri berbagai otoritas secara
seimbang.
Pada umumnya kita menginginkan suasana damai, ceria
dalam kehidupan keluarga.Suasana demikian perlu diupayakan oleh
orang tua sebagai motivator terhadap perilaku anggota keluarga
pada anak-anak. Kebiasaan komunikasi yang tidak sehat dapat
mengakibatkan kedamaian tidak akan pernah dicapai seperti
mengeluarkan nada suara yang kasar, mata melotot dan jawaban
kasar yang tidak pantas untuk mencapai kehidupan keluarga yang
damai, ceria, maka perlu dilakukan kebiasaan- kebiasaan sebagai
berikut:
1) Setiap anggota keluarga berupaya menciptakan suasana
gembira ketika memasuki rumah / ruangan ( menyanyi dan
bersiul).
2) Setiap anggota keluarga baik tua maupun muda harus
mengucapkan salam bila memasuki rumah atau permisi bila
meninggalkan rumah.
3) Anak-anak biasakan mencium pipi ibunya bila mau
sekolah atau sepulang dari sekolah.
4) Biasakan bercerita kepada anggota keluarga tentang
pengalaman yang diperoleh disekolah, ditempat kerja.
5) Bila anak-anak menanyakan sesuatu, orang tua harus
mendengar, anak dapat melihat dari sorot amta, apakah orang
tua serius menanggapi atau tidak. Dibutuhkan kejujuran dan
kesabaran mendengar cerita anak-anak. Berikan respon
sehingga dia akan terus bercerita.
7. Manajemen / Asuhan Kebidanan pada Keluarga
Tahap manegement asuhan kebidanan pada keluarga
a. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu proses pendataan terhadap keluarga yang
meliputi identifikasi data demografi, sosiokultural, lingkungan rumah,
struktur keluarga, fungsi keluarga, perkembangan keluarga, strategi
yang digunakan keluarga bila stress, mekanisme koping, budaya
hidup sehat yang diaktualisasikan sehari – hari oleh keluarga.
Sumber informasi dapat dari wawancara keluarga, observasi,
pemeriksaan fisik anggota keluarga, data sekunder : hasil lab, pap
smear, dsb: [ CITATION Yul14 \l 1033 ]

1) Data Umum
a)Nama KK
b)Alamat dan telepon
c)Pekerjaan KK
d)Pendidikan KK
e)Komposisi keluarga
Table 1. Contoh Komposisi Keluarga
Hubung
L Status
Nam Umu an Pendidi Pekerj
No / Kesehat
a r dengan kan aan
P an
KK
Genogram: Gambarkan sesuai dengan hubungannya:

Keterangan hubungan:
Gambar 1. Contoh Genogram
Menikah Anak yang masih dalam
kandungan

Pisah Meninggal

Cerai Kembar

Anak kandung Tinggal dalam satu rumah

Anak angkat
Catatan:

a) Orang tua laki-laki selalu disis kiri, ornag tua perempuan


selalu di sisi kanan genogram.
b) Anak tertua selalu digambarkan di kiri, disusul anak
berikutnya.
c) Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-
laki/perempuan
Contoh :

15 th

d) Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah simbol


laki-laki/perempuan
Contoh:
15 th

e) Tipe keluarga: menjelaskan tipe keluarga dan kendala/


masalah yang terjadi berkaitan dengan jenis/ tipe keluarga tsb.
f)Tipe bangsa : suku bangsa dan budaya yang terkait dengan
kesehatan
g) Agama: agama yang dianut oleh keluarga dan
kepercayaan yang berhubungan dengan kesehatan. Jika ada
anggota keluarga yang berbeda agama sebutkan disini.
h) Status sosial ekonomi keluarga : pendapatan baik dari
KK maupun anggota keluarga. Kaji pula kebutuhan yang
dikeluarkan keluarga serta barang-barang yang dimiliki yang
menunjukan status sosial ekonomi keluarga.
i) Aktivitas reaksi keluarga.
2) Riwayat tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Ditentukan dari anak tertua keluarga inti. Tugas perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya mengapa belum
terpenuhi.
b) Riwayat kesehatan keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (imunisasi), sumber
pelayanan kesehatan yang bisa digunakan keluarga serta
pengalamannya terhadap sarana kesehatan.
c) Riwayat keluarga lainnya
Riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.
3) Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah
Meliputi luas rumah, tipe, jumlah, jumlah rumah, jumlah jendela,
pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan, jenis WC, jarak
septik tank dengan sumur, sumber air minum yang diguakan.
Gambar denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas
Kebiasaan setempat, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan,
budaya yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Meliputi kebiasaan berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Seperti waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
perkumpulan keluarga.
e) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki
untuk menunjangkesehatan(fisik, psikologis, atau dukungan dari
keluarga dan fasilitas sosial setempat).
4) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga bahasa, waktu komunikasi,
bentuk komunikasi.
b) Struktur kekuatan keluarga kemampuan anggota
keluarga baik formal maupun informal.
c) Struktur peran : peran masing-masing anggota keluarga
baik formal maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga : nilai dan norma keluraga
yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif :gambaran diri anggota, perasaan paling
memiliki, menghargai, dukungan keluarga terhadap anggota
lain.
b) Fungsi sosial : interaksi dalam keluarga, sejauh mana
anggota belajar disiplin, norma, budaya clan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan :
(1)Kemampuan mengenal masalah kesehatan.
(2)Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan
yang tepat.
(3)Kemampuan merawat anggota yang sakit, termasuk
hamil, nifas, merawat bayi dan balita.
(4)Kemampuan memelihara lingkungan rumah yang sehat.
(5)Pengunaan fasilitas kesehatan di masyarakat.
d) Fungsi reproduksi jumlah anak, perencanaan jumlah
anak, metode yang digunakan.
e) Fungsi ekonomi sejauh mana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan, papan. Sejauh mana keluarga
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat berdasarkan
kondisi ekonominya.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek (< 6 bulan) dan stresor jangka
panjang (> 6 bulan).
b) Kemampuan merespon terhadap situasi stressor.
c) Strategi koping yang digunakan.
d) Strategi adaptasi disfungsional: apakah keluarga
menggunakan Strategi adaptasi yang negatif.
7) Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan.
8) Pemeriksaan fisik : pada semua anggota keluarga dengan
metode yang sesuai dengan situasi/kondisi.
9) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan komunitas yang dikembangkan ada tiga
komponen yaitu masalah, etiologi, serta tanda dan
gejala.Diagnosa ini bersifat potensial merupakan diagnosis bahwa
keluarga tersebut memiliki potensi yang memadai untuk
berkembang lebih baik.

b. Analisa Data
Tabel.2 contoh Analisa Data

Data (S & O) Penyebab Masalah


Kelompokkan di sini data-sata Tuliskan Pernyataan
yang saling berhubungan penyebab dari problem/mas
yang merupakan manifestasi munculnya alahnya
adanya masalah. data S & O
Pengelompokan data
berdasarkan data subyektif
dan data obyektif

c. Perumusan Diagnosa
Komponen :
1) Masalah (problem) P, adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhi kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga
atau anggota (individu) keluarga.
2) Penyebab (etiologi) E, adalah suatu pernyataan yang
dapat menyebabkan masalah.
3) Pemeriksaan S, adalah sekumpulan data subyektif clan
obyektif yang diperoleh dari keluarga secara langsung atau
tidak yang menclukung masalah clan penyebab.
4) Minimal harus ada 2 komponen yaitu P & E dalam
diagnose.
Tipologi Diagnosa Keperawatan Keluarga
(1) Diagnosa actual
(2) Diagnosa resiko/resiko tinggi

Table 2. Contoh Diagnosa

Diagnosa Contoh
AKTUAL 1. Kurnang nutrisi pada
Adalah masalah kesehatan yang anak W berhubungan
sedang dialami keluarga dan dengan ketidaktahuan
memerlukan bantuan dengan cepat. keluarga tentang
pemberian nutrisi
pada balita.
2. Perubahan peran
menjadi ornag tua
tunggal (single parent)
pada Tn. M yang
berhubungan dengan
ketidaktahuan
keluarga mengenali
masalah peran orang
tua tunggal setelah
istrinya meninggal.
RESIKO/RESTI 1. Resiko terjadinya
Adalah masalah yang belum terjadi, kelahiran prematur,
tetapi masalah actual dapat terjadi bayi kecil, penyulit,
denganc epat apabila tidak segera persalinan/nifas pada
mendapat bantuan/ditangani. NY. A berhubungan
dengan kondisi
anemia sedang yang
dialami.
2. Resiko tinggi
gangguan
perkembangn balita
pada An. U yang b/d
ketidakmampuan
keluarga stimulasi
pada balita.

d. Penentuan prioritas dan skoring


Skoring dilakukan apabila ditemukan diagnosis lebih dari satu,
proses scoring menggunakan Skala yang dirumuskan oleh Ballon &
Maglaya (1978). Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosis,
yang terdiri dari :
1) Tentukan sekornya untuk setiap criteria.
2) Skor dibagi dengan Skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot :
Skor yang diperole h
x bobot
Skor tertinggi
3) Jumlahkan skor untuk senua kriteria.
(Balion & Manglaya, 1978)

Table 3. Penentuan Prioritas dan Skoring

Skor
No Kriteria Bobot
e
1 Sift masalah 1
Skala
Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman 2
 Keadaan sejahter 1
Kemungkinan masalah dapat 2
diatasi

2 Skala 2
 Mudah 1
 Sebagian
 Rendah 0
Potensial masalah untuk 1
dicegah

3 Skala 3
 Tinggi 2
 Cukup
 Rendah 1
Menonjolnya masalah 1
Skala
 Masalah berat, harus
2
4 segera ditangani
 Ada masalah, tetapi tidak 1

perlu segera
ditangani 0
 Masalah tidak dirasakan

4) Untuk Prioritas Sesuai dengan Kriteria Skala


Untuk kriteria skala ;
a) Untuk kriteria pertama (sifat masalah), prioritas utama
diberikan pada tidak/kurang sehatt karena perlu segera dan
biasanya masalah disadari oleh keluarga.
b) Untuk kriteria kedua (kemungkinan masalah dapat
diatasi) perlu diperhatikan dalam menentukan skor :
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan
tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah
2) Sumber daya keluarga ; fisik, keuangan, tenaga
3) Sumber daya petugas kesehatan ; pengetahuan,
ketrampilan dan waktu
4) Sumber daya masyarakat ; fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat, dan dukungan sosial masyarakat

c) Untuk kriteria ketiga (potensial masalah untuk dapat


dicegah perlu diperhatikan :
1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan
penyakit.
2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan
penyakit.
3) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah
agar tidak actual dan menjadi parch.
d) Untuk kriteria keempat (menonjolnya masalah), kita perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah
keperawatan tersebut.
e. Perencanaan Tindakan
Perencanaan adalah suatu proses merumuskan tujuan yang
diharapkan sesuai prioritas masalah kebidanan pada keluarga,
memilih strategi kebidanan yang tepat, dan mengembangkan
rencana asuhan kebidanan keluarga sesuai dengan kebutuhan
klien.
1) Rencana tindakan pada keluarga meliputi :
a) Menstimulasi kesadaran/ penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan, dengan cara : memberikan
informasi ; mengidentifikasi kebutuhan keluarga, mendorong
sikap keluarga untuk mendukung upaya kesehatan
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara
perawatan yang tepat, dengan cara : mengidentifikasi
konsekuensi bila tidak melakukan, mengidentifiksi sumber
yang dimiliki keluarga, diskusikan tentang tipe tindakan.
c) Memberikan kepercayaan din selama merawat anggota
keluarga yang sakit, dengan cara ; demonstrasi
menggunakan alat dan fasilitas dirumah, mengawasi
keluarga melakukan perawatan.
d) Membantu keluarga untuk memelihara (modifikasi)
lingkungan.
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada di sekitar.
Hal penting dalam menyusun rencana
a) Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan
mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien.
b) Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur
dan diobservasi dengan panca indera yang obyektif.
c) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan
dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah ke
kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat
diminimalisasi.
Table 4. Format Perencanaan
Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
Tidak terjadi cidera pada lansia
(Ny.S) selama tinggal di keluarga
Bp. A
Kriteria:
(Aspek Pengetahuan)
1. Keluarga dapat mengenal 1. Diskusikan tentang
bahaya lingkungan dalam rumah bahaya lingkungan
dan akibat yang diderita lansia dalam rumah dan
bila terjatuh. akibatnya bila lansia
2. Keluarga dapat menyebutkan jatuh
cara mencegah lansia terjatuh
akibat lantai yang licin. 2. Diskusikan cara
(Aspek Sikap) mencegah lansia
3. Keluarga mampu memutuskan jatuh
untuk menyedakan sarana yang
aman bagi lansia.

(Aspek Psikomotor) 3. Anjurkan kepada


4. Keluarga menyediakan sarana keluarga agar
yang aman bagi lansia mengambil suatu
keputusan mengenai
penyediaan sarana
yang aman bagi
lansia.
5. Keluarga dapat memodifikasi
lingkungan rumah menjadi aman 4. Anjurkan
bagi lansia melaksnaakan upaya
pencegahan
kecelakaan pad
alansia (misal:
pendampingan
sesering mungkin,
lansia diberikan
sandal karet, tongkat,
dll.)
5. Modifikasi lingkungan
yang aman bersama
keluarga
f. Implementasi
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan kebidanan pada
keluarga yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui
pemanfaatan sumber – sumber yang dimiliki oleh keluarga.
Implementasi diprioritaskan sesuai dengan kemampuan keluarga
dan sumber yang dimiliki oleh keluarga. Pada tahap ini bidan
diharapkan tidak melakukan tindakan sendiri, melainkan
berkejasama dengan keluarga, tim lain, melakukan kontak, agar
keluarga mempunyai kesiapan fisik dan psikis.
Table 5. Format Perencanaan
Tanggal & Evaluasi
Diagnosa Implementasi
waktu Respon
8 Juni 2008 Risiko Mendiskusika Keluarga
15.00-16.00 cidera pada n tentang dapat
lansia (Ny. bahaya menjelaskan
M) b/d dalam rumah kembali
ketidakmam (lantai licin, tentang ….,
puan perabotan kontak
keluarga yang selanjutnya
menyediaka menghalangi tanggal …
n lingkungan jalan, tangga, jam…
yang aman api dsb) untuk…..kegi
bagi lansia kepada atan ……
keluarga Bp.
A yang
dihadiri oleh
Bp. A, Ibu A
dan anak
mertua.
Materi dan media yang disediakan akan diberikan sesuai dengan

rencana implementasi jangan sampai lupa.

g. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses menilai diagnosis kebidanan pada
keluarga yang teratasi, teratasi sebagian, atau timbul masalah baru.
Melalui kegiatan evaluasi, kita dapat menilai pencapaian tujuan
yang diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga.Bila
tercapai sebagian atau timbul masalah kebidanan baru, kita perlu
melakukan pengkajian lebih lanjut, memodifikasikan rencana, atau
mengganti dengan rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan
keluarga.

1) Evaluasi respon ; keluarga terhadap tindakan bidan


perlu dilakukan segera setelah melakukan suatu tindakan.
Evaluasi respon ini dapat ditulis pada kolom sebelah kanan pada
form implementasi.
2) Evaluasi hasil/pencapaian tujuan menggunakan metode
SOAP.
S : Hasil pengkajian terhadap data subyektif berupa ungkapan

perasaan dan keluhan yang dirasakan oleh keluarga.

O : Hasil pengkajian data obyektif yang dapat diidentifikasi oleh

bidan melalui pengamatan dan pemeriksaan.

A : Merupakan analisa bidan setelah mengetahui respon

subyektif dan obyektif keluarga yang dibandingkan dengan

kriteria tujuan.
P : Adalah perencanaan selanjutnya setelah bidan melakukan

analisa.

Contoh format evaluasi:

Table 6. Format Evaluasi

Tanggal dan Waktu Diagnosa Evaluasi


5 Juni 2008 Risiko cidera S : Keluarga
Pukul 06.00 pada lansia mengatakan
(Ny. M) b/d sudah tahu apa
ketidakmampu yang dapat
an keluarga menyebabkan
menyediakan cidera pad
lingkungan alansia (Ny. M)
yang aman dana kan
bagi lansia berusaha
mencegahnya.
O : Keluarga terlihat
sering
mendampingi
lansia. Lansia
telah memakai
alat bantu
tongkat untuk
berjalan, sandal
dari karet,
namun kondisi
lantai tidak
selalu kering
karena bekas air
dari sandal para
anggota
keluarga sehabis
masuk
toilet/kamar
mandi.
A : Masalah teratasi
sebaian, resiko
cidera masih
ada.
P : Lanjutkan
tindakan ….
Anjurkan
keluarga agar
selalu
mengeringkan
alas kaki (keset)
saat masuk
rumah sehabis
dari kamar
mandi/toilet).

B. Kehamilan Resiko
Kehamilan risiko adalah keadaan buruk pada kehamilan yang
dapat mempengaruhi keadaan ibu maupun janin apabila dilakukan tata
laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal
(Manuaba, 2014:43).
Ibu hamil digolongkan dalam tiga golongan risiko berdasarkan
karakteristik ibu. Risiko golongan ibu hamil (Muslihatun, 2015:132),
meliputi:
a. Ibu hamil risiko rendah
Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak
memiliki faktor-faktor risiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang
dan risiko tinggi, baik dirinya maupun janin yang dikandungnya.
Misalnya, ibu hamil primipara tanpa komplikasi, kepala masuk PAP
minggu ke-36.

b. Ibu hamil risiko sedang


Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko
tingkat sedang, misalnya ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm dan lain lain.
Faktor ini dianggap nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan
janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu
persalinan.
c. Ibu hamil risiko tinggi
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor
risiko tinggi, antara lain adanya anemia pada ibu hamil. Faktor
risiko ini dianggap akan menimbulkan komplikasi dan mengancam
keselamatan ibu dan janin baik pada saat hamil maupun
persalinan nanti.
1) Termasuk kehamilan risiko
Menurut Puji Rochyati (2015:112) faktor risiko ibu hamil adalah:
a) Kehamilan risiko rendah
(1) Primipara tanpa komplikasi
Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan
bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup (viable).
Kehamilan dengan presentase kepala, umur kehamilan
36 minggu dan kepala sudah masuk PAP.
(2) Multipara tanpa komplikasi
Adalah wanita yang telah melahirkan 2 janin viabel atau
lebih.
(3) Persalinan spontan dengan kehamilan prematur
dan bayi hidup Persalinan spontan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu, tetapi berat badan
lahir melebihi 2500 gram. (1) Kehamilan yang masuk ke
dalam kategori “4 terlalu”

b) Kehamilan risiko sedang


(1) Kehamilan yang masuk ke dalam kategori “4
terlalu”
(a) Umur ibu terlalu muda (< 20 tahun)
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum
berkembang dengan baik dan relatif masih kecil,
biologis sudah siap tetapi psikologis belum
matang.
Sebaiknya tidak hamil pada usia di bawah 20
tahun. Apabila telah menikah pada usia di bawah
20 tahun, gunakanlah salah satu alat/obat
kontrasepsi untuk menunda kehamilan anak
pertama sampai usia yang ideal untuk hamil
(BKKBN, 2009:6).
Menurut Caldwell dan Moloy ada 4 bentuk pokok
jenis panggul:
1. Ginekoid: paling ideal, bentuk bulat: 45 ℅
2. Android: panggul pria, bentuk segitiga: 15

3. Antropoid: agak lonjong seperti telur: 35 %
4. Platipelloid: menyempit arah muka
belakang: 5% (Prawirohardjo, 2015:105-106).
(b) Umur ibu terlalu tua (> 35 tahun)
Pada usia ini kemungkinan terjadi problem
kesehatan seperti hipertensi, diabetes mellitus,
anemis, saat persalinan terjadi persalinan lama,
perdarahan dan risiko cacat bawaan.
(c) Jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun)
Bila jarak anak terlalu dekat, maka rahim dan
kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada
keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan
pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama,
atau perdarahan.
(d) Jumlah anak terlalu banyak (> 4 anak)
Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, apabila terjadi
hamil lagi, perlu diwaspadai kemungkinan
terjadinya persalinan lama, karena semakin
banyak anak, rahim ibu makin melemah.
(2) Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
Pada ibu hamil yang memiliki tinggi badan kurang dari
145 cm, dalam keadaan seperti itu perlu diwaspadai
adanya panggul sempit karena dapat mengalami
kesulitan dalam melahirkan.
(3) Kehamilan lebih bulan (serotinus)
(a) Kehamilan yang melewati waktu 42 minggu
belum terjadi persalinan, dihitung berdasarkan
rumus Naegele.
(b) Persalinan lama
Partus lama adalah partus yang berlangsung lebih
dari 24 jam untuk primigravida dan 18 jam bagi
multigravida. Penyebabnya adalah kelainan letak
janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan
mengejan.
c) Kehamilan risiko tinggi
(1) Penyakit pada ibu hamil
(a) Anemia
Adalah kekurangan darah yang dapat menganggu
kesehatan ibu pada saat proses persalinan
(BKKBN, 2009:24). Kondisi ibu hamil dengan
kadar Hemoglobin kurang dari 11 g% pada
trimester 1 dan 3 dan <10,5 g % pada trimester 2.
Anemia dapat menimbulkan dampak buruk
terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus
prematurus, abortus, kematian janin, cacat
bawaan (Prawirohardjo, 2015:281).
Gejala dan tanda:
Pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan,
sementara tensi masih dalam batas normal perlu
dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat
dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat (MIMS
Bidan, 2008/2009).
(b) Malaria
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh
kuman (plasmodium) dapat mengakibatkan
anemia dan dapat menyebabkan keguguran.
Gejala dan tanda:
Demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut
dan malaria berat lainnya.
(c) TBC paru
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh infeksi mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis
menyerang paru, sehingga dapat menyebabkan
perubahan pada sistem pernafasan.
Gejala dan tanda:
Batuk menahun, batuk darah dan kurus kering.
Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan
batuk darah, sebaiknya dirawat di rumah sakit
dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah
penularan, untuk menjamin istirahat dan makanan
yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan
teratur (Mansjoer, 2015:287).
(d) Penyakit jantung
Bila ibu hamil mempunyai penyakit jantung harus
ekstra hati-hati. Jangan sampai terlalu kecapaian
dan jaga kenaikan berat badan agar beban kerja
jantung bisa berkurang.

(e) Diabetes mellitus


Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh
tidak menghasilkan insulin dalam jumlah cukup,
atau sebaliknya, tubuh kurang mampu
menggunakan insulin secara maksimal. Insulin
adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas,
yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke
sel-sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan
bakar tubuh.
(f) Infeksi menular seksual pada kehamilan
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit
atau jamur, yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual dengan pasangan yang
menderita penyakit tersebut (Sjaiful, 2015:921).
(2) Riwayat obstetrik buruk
(a) Persalinan dengan tindakan
1. Induksi persalinan yaitu tindakan ibu hamil
untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim
agar terjadi persalinan. Dilakukan tindakan ini
karena adanya komplikasi pada ibu maupun
janin, misalnya ibu hamil dengan KPD, pre
eklamsia, serotinus.
2. Sectio Caesaria merupakan tindakan untuk
melahirkan bayi melalui abdomen dengan
membuka dinding uterus dengan cara mengiris
dinding perut dan dinding uterus. Tindakan ini
dilakukan karena ada komplikasi pada
kehamilan, misalnya plasenta previa totalis,
panggul sempit, letak lintang, sudah pernah
SC dua kali, dan lain-lain.
(b) Pernah gagal kehamilan (keguguran)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada
usia kurang dari 20 minggu (berat janin kurang dari
500 gram) atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan.
Gejala dan tanda:
Perdarahan bercak hingga derajat sedang dan
perdarahan hebat pada kehamilan muda.
(c) Pre eklamsi
Pre eklamsi adalah suatu keadaan dengan
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan
20 minggu atau segera setelah lahir.
Gejala dan tanda:
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan,
pembengkakan kaki, jari tangan dan muka, sakit
kepala hebat, tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg, proteinuria sebanyak 0,3 g/l dalam air
kencing 24 jam.
(d) Eklamsia
Eklamsia merupakan kelanjutan dari “pre eklamsia
berat” ditambah dengan kejang atau koma yang
dapat berlangsung mendadak.
Gejala dan tanda:
Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala pre eklamsia
berat dan kejang atau koma.
(e) Hamil kembar (gemelli)
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua
janin atau lebih. Kejadian kehamilan ganda
dipengaruhi oleh faktor keturunan, umur dan
paritas.
Gejala dan tanda:
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan
umur tuanya kehamilan, gerakan janin dirasakan
lebih banyak, uterus terasa lebih cepat membesar,
pada palpasi bagian kecil teraba lebih banyak,
teraba ada 3 bagian besar janin, teraba ada 2
bollatmen, terdengar 2 denyut jantung janin.
(f) Kehamilan dengan kelainan letak
1. Letak lintang
Letak lintang adalah keadaan sumbu
memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan
sumbu memanjang tubuh ibu. Kelemahan
dinding perut/uterus karena multiparitas,
kesempitan panggul, plasenta previa,
prematuritas, gemeli dan lain-lain.
2. Letak sungsang
Janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong di bagian bawah
kavum uteri. Penyebabnya: Prematuritas,
gemeli, multiparitas, plasenta previa dan lain
lain.
(g) Perdarahan dalam kehamilan
1. Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana
plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir.
Gejala dan tanda:
Perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu atau pada kehamilan lanjut, sifat
perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeridan
berulang, kadang-kadang perdarahan terjadi
pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
2. Solusio plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta yang
letaknya normal, terlepas dari perlekatannya
sebelum janin lahir.
Gejala dan tanda:
Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa
tegang, gerak janin berkurang, palpasi
bagian janin sulit diraba, auskultasi jantung
janin dapat terjadi asfiksia ringan dan
sedang, dapat terjadi gangguan pembekuan
darah. Bahaya yang dapat ditimbulkan akibat
ibu hamil dengan risiko adalah
a. Bayi lahir belum cukup bulan
b. Bayi lahir dengan BBLR
c. Keguguran (abortus)
d. Partus macet
e. Perdarahan ante partum dan post
partum
f. IUFD
g. Keracunan dalam kehamilan
h. Kejang (Prawirohardjo, 2015:178)
C. ANC terpadu
a. Definisi ANC
ANC (Antenatal Care) merupakan perawatan atau asuhan yang
diberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk
memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil atau
bayinya dengan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu,
mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan
(Mufdliah, 2015:168).
b. Tujuan ANC
Menurut Vivian (2010:109) tujuan asuhan kehamilan yaitu :
1) Tujuan umum
Menurunkan atau mencegah kesakitan, serta kematian maternal
dan perinatal.
2) Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :
a) Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan
kesehatan ibu dan perkembangan bayi yang normal
b) Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan
memberikan penatalaksanaan yang diperlukan
c) Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan
dalam rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik,
emosional, serta logis untuk menghadapi kelahiran dan
kemungkinan adanya komplikasi.

c. Manfaat ANC (Antenatal Care)

1) Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan


dan nifas tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan
2) Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental
3) Ibu sanggup merawat dan memberikan Air Susu Ibu
(ASI) kepada bayinya
4) Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk
mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya
(Vivian, 2010:98).
d. Frekuensi kunjungan ANC (Antenatal Care)

1) Minimal 1 kali pada trimester satu (sebelum usia


kehamilan umur 14 minggu)
2) Minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 14-
28 minggu)
3) Minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 28-
36 minggu/lebih dari 36 minggu) (Saryono, 2015:139).

e. Standart pelayanan antenatal 14 T (Francichandra, 2015:279) :

1) Timbang berat badan


2) Ukur tekanan darah
3) Ukur tinggi fundus uteri
4) Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap
5) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan
6) Pemeriksaan HB
7) Pemeriksaan VDRL
8) Pemeriksaan protein urin
9) Pemeriksaan reduksi urin
10) Perawatan payudara
11) Senam hamil
12) Pemberian obat malaria
13) Pemberian kapsul minyak yodium
14) Temuwicara dalam rangka persiapan rujukan

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA

NY S USIA 27 TAHUN G2P1A0 USIA KEHAMILAN 28+6 MINGGU


DENGAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI DUSUN KLEPU RT 003

RW 002 DESA PANDANREJO KECAMATAN KALIGESING

KABUPATEN PURWOREJO
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn. P
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 34 Tahun
d. Agama : Islam
e. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
f. Pekerjaan KK : Petani
g. Pendidikan KK : SLTA
h. Status pernikahan : Usia menikah suami : 27 th, istri :
20 th
Lama pernikahan : 7 tahun
Jumlah anak :1
i. Alamat : Dusun Klepu RT 003/ RW 002
Desa
Pandanrejo, Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo

j. Komposisi keluarga
Tabel 1.1 Komposisi keluarga

L/ Hubungan Pendidika Agam


No Nama Umur Pekerjaan
P dengan KK n a
Prasetiyo 34 L Kepala SLTA Petani Islam
1.
tahun Keluarga
Sri 27 P Istri SLTA IRT Islam
2.
Ratjinem tahun
Kayla 7 P Anak Belum Belum Islam
3.
Larasati tahun sekolah bekerja

Genogram
64

Keterangan Hubungan :

Laki-laki : Menikah

Perempuan :

Tinggal dalam satu rumah : Anak Kandung


:
64
k. Tipe Keluarga
Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri
dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
dan saling menunjang satu sama lain.
l. Tipe bangsa
Jawa/Indonesia, budaya yang terkait dengan kesehatan yaitu di
lingkungan sekitar tempat tinggal masih percaya bahwa ibu
hamil dilarang makan buah durian dan nanas karena akan
membahayakan kehamilan, serta bayi baru lahir harus
dipakaikan rempah-rempah di ubun-ubunnya agar cepat keras.
m. Agama
Seluruh anggota keluarga menganut agama islam dan tidak ada
yang menganut kepercayaan lainnya.
n. Status social ekonomi keluarga
Rata-rata penghasilan KK 1 ± Rp. 1.000.000/bulan.
Rata-rata penghasilan KK 2 ± Rp. 1.000.000/bulan.
UMR Kabupaten Purworejo sebesar ± Rp. 1.700.000, termasuk
keluarga dengan ekonomi menengah.
o. Aktivitas rekreasi keluarga
Umumnya semua anggota keluarga setiap hari menonton TV
sebagai sarana rekresi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (Famillies
with scoll children).[ CITATION Yul14 \l 1033 ]
a. Saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun hingga 12 tahun.
b. Umumnya keluarga sangat sibuk, selain aktivitas
sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas sendiri
demikian pula orang tua.
c. Keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai
tugas perkembangan.
Tugas perkembangan :
a. Memberikan perhatian pada kegiatan sosial anak,
pendidikan dan semangat belajar.
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis
dalam perkawinan.
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan
daya intelektual.
d. Menyediakan aktivitas untuk anak.
e. Menyesuaikan dengan aktivitas komuniti dengan
mengikutsertakan anak.

2) Riwayat kesehatan keluarga inti :


Dalam keluarga inti tidak ada yang menderita penyakit
menurun seperti jantung, diabetes militus, asma, menular
seperti hepatitis, HIV/AIDS, maupun penyakit menular seksual,
serta menahun seperti hipertensi, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga yaitu bidan.
3) Riwayat keluarga lainnya :
Dalam keluarga pihak suami maupun istri tidak ada yang
menderita penyakit menurun seperti jantung, diabetes militus,
asma, menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, maupun penyakit
menular seksual, serta menahun seperti hipertensi, sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga yaitu
bidan.
3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Tipe rumah semi permanen dengan luas rumah 6x4 m, jumlah
ruang ada 6 ruang, 3 ruang sebagai kamar, 1 ruang tamu,1
dapur, dan 1 kamar mandi. Perabotan diletakkan dan ditata rapi
dan tidak menghalangi keluar masuk anggota keluarga,
pencahayaan baik. Kamar mandi berada diluar di sebelah
dapur, jenis WC jongkok. Sumber air minum yang digunakan
adalah mata air. Tembok batu bata belum dicat dan lantai
sebagian tanah dan semen. Terdapat kandang ternak di
belakang rumah.

Gambar denah rumah B

U S

Ket :

1. Ruang tamu
2. Kamar Tidur
3. Kamar Tidur
4. Kamar Tidur
5. Dapur
6. Kamar Mandi/ WC
7. Kandang ternak

b. Karakteristik tetangga dan komunitas


Keluarga tinggal di lingkungan pedesaan dengan jarak antar
rumah cukup dekat. Lingkungan sekitar rumah Tn. P tergolong
cukup bersih.. Mayoritas warga bekerja sebagai petani. Di
lingkungan sekitar keluarga Tn. P sering diadakan pengajian,
kerja bakti, yasinan, PKK, Dasa Wisma, Posyandu.
c. Mobilitas geografi keluarga
Keluarga Tn. P tidak berpindah-pindah tempat tinggal sudah
menetap, karena memiliki rumah tetap.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Setiap
seminggu sekali Ny. S mengikuti dasawisma, yasinan dan pkk,
dan Tn. P setiap minggu mengikuti kegiatan kerja bakti,
yasinan.Tidak ada perkumpulan antar keluarga besar hanya
kadang-kadang saling mengunjungi saat lebaran dan hari-hari
libur.
e. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota termasuk KK ada 3 orang dan 1 masih berada
di dalam kandungan. Tempat berobat keluarga adalah di tempat
Bidan dan Puskesmas yang jaraknya mudah dijangkau, alat
transportasi yang dimiliki adalah sepeda motor.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga menggunakan bahasa jawa untuk
berkomunikasi,waktu berkomunikasi tidak terbatas, setiap saat
dapat berkomunikasi, bentuk komunikasi yaitu langsung dan
tidak langsung.

b. Struktur kekuatan keluarga


Tn. P merupakan pengambil keputusan utama dalam keluarga
meskipun melalui musyawarah ataupun kesepakatan keluarga.
Seluruh anggota keluarga selalu menghargai nasehat dari Tn.
P.
c. Struktur peran
Tn.P sebagai kepala keluarga menjadi sumber penghasilan
keluarga, dengan bekerja sebagai petani. Ny.S sebagai istri
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan anak pertama masih
bersekolah berstatus pelajar, dan sedang mengandung anak ke
2.
d. Nilai atau norma keluarga
Keluarga meyakini bahwa kesehatan itu penting sehingga jika
ada anggota keluarga yang sakit akan segera berobat ke bidan
atau pun Puskesmas. Selain itu keluarga juga berupaya
menjaga kesehatan mereka dengan memenuhi kebutuhan
pangan sehari-hari dan memelihara lingkungan.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga memandang diri mereka sebagai keluarga cukup
yang dapat mencukupi kebutuhan keluarga.
b. Fungsi sosial
Interaksi dalam keluarga berjalan dengan baik dan jarang
terjadi konflik antar anggota keluarga maupun tetangga,
keluarga juga selalu membina hubungan baik dengan tetangga
dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga sanggup melaksanakan pemeliharaan kesehatan,
yaitu dengan mengenal masalah kesehatan, dapat mengambil
tindakan yang tepat, jika ada anggota keluarga yang sakit
langsung diperiksakan ketenaga kesehatan di bidan maupun
puskesmas.
d. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. P dan Ny.S mempunyai anak 1 yang masih
berumur 7 tahun dan Ny S sedang dalam keadaan hamil.
e. Fungsi ekonomi
Keluarga merasa cukup mampu memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, dan papan yang dapat dilihat dari kondisi
rumah serta yang dimiliki keluarga.
6. Stres dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek (<6 bulan) : Kurangnya
pengetahuan Ny. S tentang Ketidaknyamanan ibu hamil TM 2,
Tanda Bahaya Ibu hamil TM 2,dan Pengetahuan seputar Resiko
tinggi dalam kehamilan.
b. Stressor jangka panjang (>6 bulan) : Resiko terjadinya
persalinan SC.
c. Kemampuan merespon terhadap situasi stressor :
Berupa ketenangan dalam menyikapi keadaan apapun.
d. Strategi koping yang digunakan
Bermusyawarah dengan anggota keluarga.
e. Strategi adaptasi disfungsional
Tidak ditemukan adanya strategi adaptasi yang negatife dalam
menghadapi stressor.
f. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan dapat melayani dengan baik.
g. Pemeriksaan fisik.

Tabel 1.2 . Pemeriksaan Ny. S

PEMERIKSAAN FISIK Ny.S


UMUM
Keadaan Umum Baik
Kesadaran Composmentis
Status Emosional Stabil
BB 60 Kg
TB 140 Cm
Tekanan Darah 120/80 mmHg
Suhu Badan 36,5 ºC
Denyut Nadi 80x/menit
Pernapasan 20x/menit
STATUS PRESENT
KEPALA : Bersih, tidak rontok
Rambut dan kulit kepala
Mata Bersih, tidak anemia
Hidung Bersih, tidak polip
Mulut dan tenggorokan Bersih, tidak ada radang
Telinga Bersih, tidak ada secret
Leher Tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid
Dada Simetris, tidak ada retraksi
dinding dada
Jantung Detak jantung normal
Abdomen Tidak ada luka bekas operasi
Punggung Tidak ada benjolan tulang
belakang, tidak ada kelainan
Anus Normal, tidak ada hemoroid
Ekstremitas Atas Simetris, tidak bengkak, kuku
tidak pucat
Ekstermitas Bawah Simetris, tidak bengkak, kuku
tidak pucat
Reflek Patella (+)/ (+)

PEMERIKSAAN OBSTETRI

1) Inspeksi

a) Abdomen : Tidak terdapat linea alba,


linea nigra dan striae
gravidarum
b) Mammae : Areola hiperpigmentasi,
putting menonjol

2) Palpasi

a) Leopold I : Teraba bulat tidak


melenting ( bokong )
b) Leopold II Kanan : Teraba keras seperti papan
(punggung )
: Teraba kecil-kecil
(ekstermitas bayi)
Leopold II kiri
c) Leopold III : Teraba bulat, melenting
(kepala nayi)
d) Leopold IV :-

e) TFU MC Donald : 20 cm

f) TBJ : (20-11)x 155 = 1,395 gr

3) Auskultasi

a) DJJ : 144x/menit

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. HB 15 gr/dl
2. Urine Protein Negatif
3. Urine Reduksi Negatif

B. Analisis Data
Tabel 1.3 Diagnosa Kebidanan Komunitas

DATA ( S & O ) PENYEBAB MASALAH


DS :
Ny.S usia 27 tahun mengatakan
dirinya tidak dalam keadaan
hamil dan tidak ada keluhan

Kurangnya Resiko terjadinya


DO :
pengetahuan Ny.S resiko tiinggi pada
KU : Baik
tentang resiko kehamilan Ny.S
Kesadaran : CM
tinggi pada ibu
TD : 120/80 mmHG
hamil
BB : 60 Kg
TB : 140 cm
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5 ºC
C. Perumusan Masalah
1.4 Tabel Perumusan Masalah

DIAGNOSA
RESIKO/RESTI Resiko terjadinya resiko tinggi
pada kehamilan Ny.S yang
berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan Tn. S tentang
resiko tinggi pada ibu hamil

D. Prioritas Masalah
Ny.S usia 27 Tahun G2P1A0 Usia Kehamilan 28+6 minggu dengan
kehamilan resiko tinggi yang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan Ny.S tentang resiko tinggi pada ibu hamil
1.5 Tabel Prioritas Masalah

NO KRITERIA SKOR PEMBENARAN


1. Sifat masalah 2/3 x 1 = Bila keadaan
Skala : Ancaman
tersebut tidak
segera di atasi
akan
mempengaruhi
persalinan Ny. S
Kemungkinan 1/2x2= Masalah dapat
masalah dapat diubah tetapi
diatasi secara rutin
2. Skala : Rendah
( tergantung
pemeriksaan ANC
terpadu) Ny. S
Potensi masalah 1/3 x 1 = Masalah dapat
untuk dicegah ditangani dengan
Skala : Rendah
konseling tentang
Nutrisi ibu hamil
3.
dan pengetahuan
ibu tentang resiko
tinggi pada ibu
hamil
Menonjolnya 2/2 x 1 = 1 Keluarga
masalah mengatakan
Skala : Masalah
4. sebagai masalah
berat, harus
dan harus segera
segera ditangani
ditangani
Total Skor

E. Perencanaan
Memberikan informasi dan konseling tentang resiko tinggi pada ibu
hamil berdasarkan keadaan ibu, memberikan konseling mengenai
nutrisi pada ibu hamil kepada Ny. S.
1.6 Tabel Perencanaan Tindakan
Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
1. Meningkatnya pengetahuan Ny. S 1. Berikan konseling tentang
tentang resiko tinggi pada ibu resiko tinggi pada
hamil dan nutrisi pada ibu hamil kehamilan
2. Berikan konselling tentang
Kriteria :
(aspek pengetahuan) nutrisi pada ibu hamil
1) Ny. S dapat memahami 3. Berikan konseling tentang
tentang resiko tinggi pada ibu ketidaknyamanan dan
hamil tanda bahaya ibu hamil
2) Ny. S Dapat memahami
TM 2
tentang Nutrisi pada ibu hamil 4. Berikan konselling tentang
3) Ny. S dapat memahami
ANC terpadu
tentang ketidaknyamanan dan
tanda bahaya ibu hamil TM 2
4) Ny. S dapat melakukan ANC
Terpadu

F. Pelaksanaan
1.7 Tabel Pelaksanaan

Tanggal & Waktu Diagnosa Implementasi


19 Desember 2019 Jam Ny.S usia 27 Tahun 1. Memeberikan
08. 00 G2P1A0 Usia konseling tentang
Kehamilan 28+6 nutrisi pada ibu
minggu dengan hamil
2. Memberikan
Kehamilan Resiko
konseling tentang
tinggi Tinggi bdan
resiko tinggi pada
<145 cm
ibu hamil
3. Memberikan
konseling tentang
tanda bahaya ibu
hamil tm 2
4. Memberikan
konseling tentang
ANC Terpadu

G. EVALUASI
1.8 Tabel Evaluasi

Tanggal & Waktu Diagnosa Evaluasi


19 Desember 2019 Jam Ny.S usia 27 Tahun 1. Ny.S telah
09.00 G2P1A0 Usia memahami
Kehamilan 28+6 tentang nutrisi
minggu dengan ibu hamil
2. Ny.S telah
Kehamilan Resiko
memahami
tinggi Tinggi bdan
tentang resiko
<145 cm
tinggi pada ibu
hamil
3. Ny.S telah
memahami
tentang tanda
bahaya ibu
hamil TM 2
4. Ny.S telah
memahami
tentang
pemeriksaan
ANC terpadu
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. Pengkajian
Pada tahap ini melakukan pendekatan kepada kepala keluarga dimana
petugas memperkenalkan diri dan menjalin hubungan yang baik dengan
keluarga, melakukan pengumpulan data secara langsung dan observasi.
Ada lima hal yang perlu dikaji dalam memberikan asuhan kebidanan yaitu
identifikasi keluarga, akses dan jaringan fasilitas kesehatan masyarakat,
keadaan biologis, psikologis, spiritual, lingkungan dan data penunjang
(Harnilawati, 2013).
Pengkajian yang dilakukan pada Tn.P meliputi struktur sifat keluarga,
factor sosial ekonomi, social budaya, factor rumah dan lingkungan, riwayat
kesehatan keluarga, persepsi dan tanggapan keluarga terhadap masalah. Data-
data tersebut didapatkan dengan cara :
1. Wawancara yaitu memperoleh data meliputi aspek fisik, mental, social
budaya, social ekonomi, kebiasaan sehari-hari.
2. Pengamatan dilakukan pada hal-hal yang tidak perlu ditanyakan
karena cukup diamati.
Setelah melakukan pengkajian didapatkan data seorang Ibu hamil yang
tinggi badannya <145 cm dan kurang mengetahui tentang resiko tinggi pada ibu
hamil yang mengakibatkan tidak bisa dengan optimal menghadapi
kehamilannya

Pengambilan data sekunder ini dilakukan untuk mengetahui data


pengetahuan Ny.S tentang Kehamilan Resiko tinggi. Setelah data terkumpul
maka dilakukan suatu analisa data untuk melihat perkembangan kesehatan
keluarga tentang pola hidup sehat.

Pengkajian dapat dilaksanakan dengan baik karena sifat keluarga Tn.P


kooperatif dan partisipatif dalam memberikan data-data yang diperlukan serta
mempunyai banyak waktu luang sehingga tidak ada hambatan dalam
melakukan pengkajian dan juga ditambah dengan kooperatifnya Ny.S sehingga
dapat menambah kemudahan dalam melakukan konseling tentang kehamilan
beresiko.

B. Analisis Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan suatu analisa oleh mahasiswa
karena ketidaktahuan Ny.S tentang kehamilan resiko tinggi, maka didapatkan
hasil bahwa Ny.S belum mengetahui tentang kehamilan berisiko tinggi
Analisa data dapat dilakukan dengan baik tanpa hambatan apa-pun. Karena
data yang diperoleh cukup lengkap dan sifat keluarga Tn.P kooperatif,
partisipatif dalam memberikan data-data yang diperlukan, juga ditambah dengan
kooperatifnya Ny.S sehingga dapat dapat menambah kemudahan dalam
melakukan konseling tentang hipertensi
Dari hasil pengkajian yang dilakukan ditemukan masalah yaitu ketidaktahuan
Ny. S mengenai Kehamilan Resiko Tinggi
C. Perumusan Masalah
Cara perumusan masalah dilaksanakan dengan melihat data dan kondisi
dirumah Ny.S kemudian masalah tersebut dikelompokkan untuk menentukan
prioritas masalah. Beberapa masalah yang ada kemudian dilakukan skoring
untuk menentukan prioritas masalah dengan melihat kemampuan keluarga
dalam mengenali masalah sebagai langkah awal melaksanakan semua
perencanaan pemecahan-perencanaan masalah disesuaikan dengan prioritas
masalah. Scoring dilakukan dengan cara skor atau nilai dibagi dengan angka
tertinggi dikalikan bobot.
D. Prioritas Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah, rumusan masalah yang telah dibuat
didasarkan pada beberapa kriteria yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah
dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah dan menonjolkanya masalah
(Yulifah,2014).
Penulis menyusun prioritas masalah berdasarkan hasil pengumpulan data,
kemudian didiskusikan bersama keluarga untuk mencapai kesepakatan.
Masalah Ny. S yaitu tidak mengetahui tentang kehamilan beresiko tinggi
Dengan harapan setelah diberikan informasi tentang kehamilan beresiko tinggi
menerima dengan baik.
E. Perencanaan
Perencanaan asuhan kebidanan keluarga merupakan sekumpulan tindakan
yang ditentukan oleh bidan untuk dilakukan dalam memecahkan masalah
kesehatan yang telah didefinisikan pada tahap penjajagan. Dalam
merencanakan asuhan langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan
masalah sesuai dengan prioritas masalah yang dibuat berdasarkan skor
tertinggi ke skor yang terendah.
Langkah selanjutnya penentuan rencana tujuan, akan menentukan kriteria
yang akan dicapai sesuai dengan masalah kesehatan yang ada pada diagnosa
kebidanan untuk meniai keberhasilan tindakan yang akan dilakukan. Pada
dasarnya perencanaan dan tujuan ditetapkan dengan melihat kemampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan dengan melihat masalah kesehatan
dengan memperhatikan sumber dana keluarga, tenaga dan ketersediaan waktu.
Dalam penyusunan tindakan sebagian besar sudah sesuai dengan kondisi
keluarga Ny.S

Perencanaan tindakannya yaitu dengan melakukan konseling terhadap Ny. S


tentang kehamilan resiko tinggi.

F. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan terhadap keluarga didasarkan kepada rencana
kebidanan yang telah disusun. Tindakan kebidanan dilakukan dengan cara
melakukan konseling tentang kehamilan resiko tinggi. Respon keluarga terhadap
proses pembinaan yang dilakukan oleh penulis menerima dengan baik konseling
yang diberikan dan mampu mengulang kembali informasi yang telah diberikan
oleh penulis.
Penyuluhan telah dilaksanakan yaitu dengan memberikan penyuluhan
tentang:

1. Konseling Ibu hamil dengan Resiko Ttinggi


Ibu hamil dengan resiko tinggi merupakan.
2. Konseling Nutrisi Ibu hamil
Nutrisi ibu hamil merupakan.
3. Konseling Tanda bahaya ibu hamil TM 2
Tanda bahaya ibu hamil diantara lain.
4. Konseling tentang ANC Terpadu
ANC Terpadu merupakan
G. Evaluasi
Setelah rencana dibuat dan dilaksanakan, keberhasilan suatu tindakan
ditentukan melalui tahap evaluasi. Tahap evaluasi adalah tahap yang
menentukan apakah tujuan telah tercapai atau sampai manakah tujuan tersebut
telah tercapai (Doenges, 2014).

Evaluasi yang diperoleh dari masalah kesehatan tersebut adalah Ny.S telah
mengerti tentang kehamilan beresiko tinggi. Selama proses evaluasi ini juga
diperlukan peran serta dukungan keluarga, dan Ny.S sudah berperan serta
dalam proses evaluasi.

Keberhasilan pembinaan ini tidak terlepas dari faktor pendukung maupun


faktor penghambat. Faktor pendukungnya yaitu kesadaran, kemampuan, dan
kemauan Ny.S untuk mengubah perilaku yang kurang sehat dan juga kerjasama
anggota keluarga Ny.S. Adapun faktor penghambat yaitu Ny.S tidak menyadari
adanya masalah, keluarga menganggap bahwa masalah tersebut sudah biasa
terjadi.

Dalam pelaksanaan Penyuluhan yang diberikan kepada keluarga Ny.S tidak


ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktik. Dikarenakan Ny.S dapat
mengerti dan paham konseling yang diberikan tentang pengetahuan kehamilan
beresiko tinggi.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
1. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan diperoleh data
yang meliputi struktur sifat keluarga, faktor ekonomi, faktor rumah dan
lingkungan, sosial budaya, riwayat kesehatan keluarga, dan tanggapan
keluarga terhadap masalah. Pengkajian dapat dilaksanakan dengan
baik karena sifat keluarga kooperatif dan partisipatif.
2. Berdasarkan analisis data dari hasil pengkajian yang telah
dilakukan ditemukan masalah yaitu Ny. S usia 27 tahun G2P1A0 Usia
Kehamilan 28+6 Minggu dengan kehamilan resiko tinggi
3. Berdasarkan perumusan masalah yang ada sudah dilakukan
skoring untuk menentukan prioritas masalah pada keluarga Tn.K dan
didapatkan masalah kehamilan beresiko tinggi pada Ny.S
4. Berdasarkan hasil scoring, prioritas utama dari keluarga Tn.K
adalah masalah Kehamilan beresiko tinggi pada Ny.S
5. Berdasarkan perencanaan tindakan telah dilakukan pemberian
konseling kehamilan beresiko tinggi.
6. Berdasarkan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada
hari jum’at, tanggal 19 Desember 2019 yaitu menjelaskan pada Ny.S
tentang kehamilan beresiko tinggi.
7. Berdasarkan evaluasi tindakan Ny.S sudah mengerti dan dapat
menjelaskan kembali kehamilan beresiko tinggi.

B. Saran
1. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga Ny.S mampu mengidentifikasi masalah
kehamilan beresiko tinggi.
2. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan pengetahuan dan informasi lebih tentang
kehamilan beresiko tinggi. Serta berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan yang berhubungan denngan kesehatan.
3. Tenaga Kesehatan
Pemberian penyuluhan kesehatan secara berkala kepada
masyarakat pada umumnya dan keluarga pada khususnya, baik
secara kelompok maupun pendekatan kekeluargaan sangat
dibutuhkan guna menambah informasi atau mengingat kembali
kesehatan yang lebih mengenai kepada masyarakat dengan dibantu
pihak lain yang bersangkutan.
4. Mahasiswa
Agar mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan
asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Mansyour. 2015 Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:


Salemba Medika

Manuaba, Ayu Ida C.H Bagus, Ida G.F.Manuaba, Ida Bagus Manuaba.
2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.Jakarta:EGC.

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Saryono, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Yogyakarta : Nuha


Medika.

Sriningsih. 2018. Modul Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal &


Neonatal. Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Mediaka

Syaiful, Amru. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Yulifah, R. d. (2015). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Vivian. 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai