Anda di halaman 1dari 18

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati


2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. MD
Umur : 42 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kotagedhe
Tanggal Datang RS : 11 Januari 2017

II. SUBYEKTIF
Tanggal 11 Januari 2017

1. Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan perdarahan berulang

2. Riwayat Penyaki Sekarang


Pasien mengeluh perdarahan berulang sejak lebih dari 6 bulan yang lalu. Perdarahan banyak
dalam sehari dan prongkol-prongkol. Pasien sudah pernah memiliki riwayat perdarahan
sebelumnya selama satu tahun lalu dilakukan kuret pada bulan maret 2016.

3. Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 14 tahun
Siklus : tidak teratur
Lama menstruasi : 3-5 hari
Sakit waktu menstruasi : kadang-kadang

4. Riwayat Obstetri
P2A0
No Tgl/Tahun Tempat Usia Cara Petugas Bayi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

Partus persalinan kehamilan pelahiran kesehatan

1 2002 PKU Aterm P. spontan Dokter ♂3250

2 2004 Di RC Aterm P. spontan Bidan ♂3400

5. Riwayat Hamil Sekarang


-

6. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat kuretase (kerokan endometrium) pada bulan maret 2016. Hasil dari
kuretase ini yaitu Hiperplasia glandularis kompleks non atipic.
Jantung (-) Hipertensi (-) DM (-)

Alergi (-) Riwayat OP (-)

7. Riwayat Ginekologi
--
8. Riwayat Psikososial
--

III. OBYEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Signs Antropometri
Tekanan Darah :110/70mmHg Tinggi Badan : 155 cm
Frekuensi Nadi : 80x/menit Berat Badan : 45 kg
Frekuensi Nafas : 20x/menit IMT : 18,7 kg/cm2
Suhu : 36oC Status Gizi : Cukup
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

Kepala : Conjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-


Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
Thorax : Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis kanan-kiri
Palpasi : fokal fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : redup pada basal paru kanan
Auskultasi : suara vesikuler paru kanan menurun, ronkhi basal halus
paru kanan (+)
Abdomen
- Inspeksi : tanda peradangan (-), stria (-), bekas luka operasi (-), dll
- Palpasi : abdomen supel, teraba massa tumor (+) padat, batas-batas sulit
ditentukan
- Auskultasi : BU (+)

Pemeriksaan Obstetrik
Pemeriksaan Dalam :
Inspeksi : erosi portio (+), perdarahan (+)
VT : v/u tenang, teraba massa tumor padat berbenjol ukuran 11x10x9 kesan
mobile

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Rutin 11 Januari 2017 pukul 10.02
Parameter Hasil NilaiRujukan Satuan
HEMATOLOGY AUTOMATIC
Leukosit 6,2 4.0 – 10.6 10^3/uL
Eritrosit 3,44 4.50 – 6.00 10^6/uL
Hemoglobin 7,4 13.0 – 18.0 g/dL
Hematokrit 25,4 42.0 – 52.0 %
MCV 74,0 81 – 99 fL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

MCH 21,5 27 – 31 Pg
MCHC 29,0 33 – 37 g/dL
RDW 13,1 11-16 %
Trombosit 158 150 – 450 10^3/uL
DIFFERENTIAL TELLING
Neutrofil% 58 50 – 70 %
Lymfosit% 16,4 20 – 40 %
Monosit% 7,2 3 – 12 %
Eosinofil% 1,6 0.5 – 5.0 %
Basofil% 0.4 0–1 %
Neutrofil# 6,90 2–7 Plp
Lymfosit# 1.53 0.8 – 4 Plp
Monosit# 0.69 0.12 – 1.2 Plp
Eosinofil# 0.16 0.02 – 0.50 Plp
Basofil# 0.03 0 -1 Plp
IMUNO-SEROLOGI
HbsAg (-) Negatif ( - )
HIV (-) Negatif ( - )
HEMATOLOGI
Masa
2’00” <6 Menit
Pendarahan
Masa
8’30” < 12 Menit
Penjendalan

V. DIAGNOSIS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

Diagnosis pra bedah


Mioma uteri dengan perdarahan berulang
Diagnosis pasca bedah
Mioma uteri dengan perlengketan, kista ovarium kiri dengan perdarahan haid berulang

VI. TATA LAKSANA


- Transfusi darah
- Tindakan bedah : Total histerektomi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

VII. FOLLOW UP 12 Januari 2017 pukul 06.00


S Pasien tidak merasa nyeri skala nyeri 0
O KU baik, Kesadaran CM
TD 120/80
N 88
T 36
RR 22
Konjunctiva Anemis (+), perdarahan pervaginam (-)
Sudah ditransfusi PRC kolf ke 1, masuk lg kolf ke II jam 08.00
A Mioma uteri dengan anemia
P Cek Hb tiap 6 jam setelah transfusi
Observasi TTV
Siapkan operasi jumat 13 januari 2017

FOLLOW UP 13 Januari 2017, 06.00


S Pasien tidak merasa nyeri, skala nyeri 0
O KU Baik, Kesadaran CM
TD : 110/80
N : 80
T : 366
RR : 20
Terpasang inf. RL 20tpm
Pengeluaran pervagina (-)
Puasa persiapan OP
A Mioma uteri
P Injeksi cefim 1gr + Nacl 100cc jam 12.00 pre OP
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

Persiapkan pasien dan ruang OP

Operasi Laparotomi 13 januari 2017 pukul 13.00

Diagnosis Pre-OP Mioma uteri dengan perdarahan berulang

Diagnosis Post-OP Total Abdominal Histerektomi dengan Adesiolisis


Salpingooforokistektomi sinistra
Salpingooforektomi dekstra

Jenis Operasi Khusus


Anestesi Spinal
Perdarahan 500 cc
DC (-)
NGT (-)
Ro Foto (-)

Pukul 13.00 WIB


Tindakan : Tranfusi PRC 2 Kolf
Plan : Cek Hb

FOLLOW UP 14 Januari 2017 06.00

S Nyeri luka post OP skala nyeri 3


O KU Baik, Kesadaran CM
TD : 110/80
N : 80
T : 366
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

RR : 20
Terpasang inf. RL 30tpm
DC urine produktif
Tidak ada rembes pada luka
A Mioma uteri post TAH BSO H1
P Instruksi post op
Transfusi PRC 1 kolf
Inj Cefim 2x1 gr
Inj Ketorolac 3x1 gr
Inj Kalnex 3x500
Inj Alinamin F 2x1 g
Observasi TTV

Follow up 16 Januari 2017 06.00

S Nyeri luka post OP berkurang skala nyeri 1


O KU Baik, Kesadaran CM
TD : 120/80
N : 80
T : 366
RR : 20
Pengeluaran pervaginam ( - )
Tidak ada rembes pada luka
BAB BAK lancar
Mobilisasi baik
A Mioma uteri post TAH BSO H3
P BLPL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

Obat jalan:
Cefadroxil 2x500mg
As. Mefenamat 3x500mg
Promavit
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

TINJAUAN PUSTAKA
MIOMA UTERI

A. PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot polos uterus, yang dalam
kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibromioma uteri, leiomyoma
uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya
adalah otot polos rahim. Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% pada perempuan di usia
reproduktif. Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi, dan hanya
bermanifestasi selama usia reproduktif. Umumnya mioma terjadi di beberapa tempat.

B. KLASIFIKASI
Mioma uteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat berdasarkan lokasinya.
Jenis mioma yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48,2%), dan
submukosa (6,1%).

1. Mioma Submukosa
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

Tumbuh dibawah lapisan endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus, paling
sering menimbulkan gejala berupa abnormal uterine bleeding. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Tumor ini dapat
keluar dari rongga uterus ke vagina, dikenal dengan nama “mioma geburt” atau
mioma yang dilahirkan, yang mudah ulserasi, torsi, infark, dan infeksi.

2. Mioma Intramural
Merupakan jenis yang paling sering terjadi pada mioma uteri. Terjadi pada lapisan
miometrium. Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Mioma yang terletak pada
dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung
kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma Subserosa
Tumbuh ke arah lapisan serosa. Mioma subserosa ini dapat tumbuh ke arah luar
yakni ke rongga peritoneum atau bertangkai (menempel ke permukaan oleh tangkai
yang sempit) yang disebut juga pedunculated leiomyoma. Leiomyoma bertangkai yang
menempel pada omentum, usus atau organ lain sekitarnya dan membuat vaskularisasi
baru yang disebut wandering leiomyoma / parasitic leiomyoma, sedangkan mioma
subserosa yang meluas hingga ke ligamentum disebut dengan intraligamentary
leiomyoma.

C. PATOGENESIS
Mioma uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan pengaruh
estrogen yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya pembuluh darah
dan intramural, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan
pervaginam yang lama dan banyak. Dengan adanya perdarahan pervaginam lama dan
banyak akan terjadi resiko tinggi kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran
darah ditandai dengan adanya nekrosa dan perlengketan sehingga timbul rasa nyeri.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

Ukuran mioma sangat bervariasi, dan dapat begitu besar sehingga memenuhi rongga
panggul dan abdomen. Tumor ini dapat bergenerasi karena perubahan aliran darah yang
menuju tumor akibat akibat pertumbuhan, kehamilan, atau atrofi uterus pada menopause.
Torsi atau terputarnya tumor leiomioma juga dapat terjadi. Kebanyakan leomioma tidak
menimbulkan gejala, sehingga tidak memerlukan penanganan. Akan tetapi masalah dapat
timbul jika terjadi perdarahan abnormal uterus yang berlebihan sehingga menyebabkan
anemia; penekanan pada kandung kemih yang menyebabkan sering berkemih dan
urgensi, serta potensial untuk terjadinya sistitis; penekanan pada rektum menyebabkan
konstipasi; dan nyeri jika tumor berdegenarasi atau jika terjadi torsi dari leiomioma
bertangkai.
Mioma uteri umumnya bersifat multiple, berlobus yang tidak teratur maupun
berbentuk sferis. Mioma uteri biasanya berbatas jelas dengan miometrium sekitarnya,
sehingga pada tindakan enukleasi mioma dapat dilepaskan dengan mudah dari jaringan
miometrium sekitarnya. Mioma dapat tumbuh disetiap bagian dari dinding uterus. Mioma
intramural adalah mioma yang terdapat didalam dinding uterus. Mioma submukosum
merupakan mioma yang terdapat pada sisi dalam dari kavum uteri dan terletak di bawah
endometrium. Mioma subserous adalah mioma yang terletak di permukaan serosa dari
uterus dan mungkin akan menonjol keluar dari miometrium. Mioma subserous tidak
jarang bertangkai dan menjadi mioma geburt. Bila mioma subserous tumbuh ke arah
lateral dan meluas diantara 2 lapisan peritoneal dari ligamentum latum akan menjadi
mioma intraligamenter.

D. FAKTOR RESIKO
Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya mioma uteri antara lain:
o Usia 40 tahun / lebih
o Nulipara
Keadaan nulipara berkaitan dengan eksposure estrogen dan progesterone yang selalu
stabil setiap siklusnya selama usia reproduksi. Berbeda dengan keadaan jumlah
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

paritas yang tinggi, dimana terjadi penurunan eksposure terhadap estrogen selama
kehamilan berlangsung.
o Obesitas
Pada orang dengan obesitas, akan terjadi peningkatan signifikan konversi adrenal
androgen menjadi estron pada jaringan adiposa.
o Riwayat Keluarga dengan Mioma Uteri
Perempuan dengan riwayat keluarga dengan leiomyoma menunjukkan 2,2 kali lebih
beresiko terjadi mioma uteri apabila ada atau lebih orang anggota keluarga derajat
pertamanya mengalami mioma uteri pada keluarga generasi pertamanya.
o Menarche yang lebih awal
Menarche pada usia yang lebih awal, yakni < 10 tahun diduga meningkatkan jumlah
pembelahan sel miometrium selama usia reproduksi yang nantinya akan berakibat
pada mutase gen yang mengontrol proliferasi miometrium
o Penggunaan kontrasepsi hormonal
Belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa kontrasepsi hormonal
meningkatkan insiden mioma uteri, namun ada hubungan yang bermakna antara
penggunaan kontrasepsi hormonal pada usia dini dengan peningkatan resiko mioma
uteri.

F. DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:

1. Anamnesis
2. Pemeriksaanfisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe. Kemudian dilakukan pemeriksaan
status lokalis
a. Pemeriksaan abdomen (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
- Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen

- Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

- Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal


b. Pemeriksaan dalam
- Adanya dilatasi serviks
- Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul
1. Pemeriksaan Penunjang
b. Laboratorium : sering ditemukan anemia, polisitemia.
c. USG (Ultrasonografi) : baik USG transabdominal maupun transvaginal, keduanya
sama-sama bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. USG transvaginal
biasanya digunakan pada uterus yang kecil, sedangkan USG transabdominal
paling baik untuk observasi uterus atau massa yang besar. Adanya kalsifikasi
ditandai oleh gambaran hiperekoik dengan bayangan akustik.
d. Histeroskopi : dengan menggunakan histeroskop yang dimasukkan ke dalam
kavum uterus dapat melihat adanya mioma pada uterus. Tumor tersebut dapat
sekaligus diangkat.

G. PENATALAKSANAAN
Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi hanya
diobervasi tiap 3 - 6 bulan untuk menilai pembesarannya. Mioma akan lisut setelah
menopause. Secara umum penatalaksanaan mioma uteri dibagi atas 2 metode:
1. Terapi Konservatif
Penanganan konservatif dilakukan dengan:
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic 3 – 6 bulan
- Monitor keadaan Hb
- Pemberian zat besi
- Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
a). Gonadotropin-Releasing Hormon (GnRH) agonis memberikan hasil untuk
memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri. Pemberian GnRH
agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma dengan cara mengurangi produksi
estrogen dari ovarium. Dari suatu penelitian multisenter didapati data pada pemberian
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

GnRH agonis selama 6 bulan pada pasien dengan mioma uteri didapati adanya
pengurangan volume mioma sebesar 44%. Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru
terlihat setelah 3 bulan. Keuntungan pengobatan dengan GnRH adalah mengurangi
volume uterus dan volume mioma uteri, mengurangi anemia akibat perdarahan,
mengurangi perdarahan saat operasi, mempermudah tindakan histerektomi, serta
mempermudah pengangkatan mioma.
b). Danazol, merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron. Dosis
substansi didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus sebesar 20-25%.
c). Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA), merupakan suntik hormon yang paling
sering digunakan yang terkandung progesteron. Jenis suntik ini hanya berisi progesteron
dan tidak mengandung estrogen. Mekanisme kerjanya yaitu membantu mengecilkan
massa tumor dengan meknisme menekan estrogen. Pemberiannya melalui intramuskular
dan diberi 1x dalam 1 bulan selama 3 - 6 bulan. Evaluasi selama minimal 3 bulan
sebaiknya dilakukan.

2. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dan
American Society for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada pasien
dengan mioma uteri adalah
- Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
- Dugaan adanya keganasan
- Pertumbuhan mioma pada masa menopause
- Infertilitas karena gangguan pada kavum uteri
- Ada nyeri lepas yang disebabkan karena perdarahan intraperitoneal
- Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu
- Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
- Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan yaitu Miomektomi maupun
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

Histerektomi
a. Miomektomi
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya dan tidak ingin histerektomi. Tindakan miomektomi dapat dilakukan
dnegan laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan
insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan
melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi lebih luas, sehinga penanganan
terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi dapat
ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko terjadi
perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pasien. Pada
mioma secara histereskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang terletak pada
kavum uteri. Keunggulan teknik ini masa penyembuhan lebih cepat, karena hanya
melakukan insisi kecil untuk memasukkan alat bedah, namun hal buruk seperti pelukaan
pada dinding uterus dapat terjadi. Miomektomi dengan cara laparoskopi biasanya
ditujukan pada mioma bertangkai diluar kavum uteri, karena mioma akan mudah
diangkat

b. Histerektomi
Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu
dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal, dan pada beberapa kasus secara
laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus,
Indikasinya meliputi; jika didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan
obstruksi pada traktus urinarius. Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu total abdominal histerektomi (TAH) merupakan operasi untuk mengangkat
rahim, sekaligus leher rahim dan subtotal abdominal histerektomi (STAH) yang
dilakukan dengan mempertahankan serviks.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

H. Komplikasi

1. Degenerasi ganas
Keganasan umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar.
2. Degenerasi merah / Carneous degeneration
Biasa terjadi pada kehamilan dan nifas yang diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut
sebagai gangguan sirkulasi.
3. Degenerasi membatu / Calcireous degeneration
Terjadi pada usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi dengan adanya
pengendapan garam kapur, sehingga mioma menjadi keras yang dengan pemeriksaan
rontgen dapat dilihat.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Frishia Dida Saraswati
2016 20164011197
PRESENTASI KASUS

4. Degenerasi kistik
Mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-
agar dengan konsistensi lunak.
5. Pertumbuhan leiomiosarkoma
Tumor ini tumbuh dari miometrium dan merupakan 50 - 70 % dari semua sarkoma uteri.
Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar, tiba-
tiba menjadi besar, apalagi jika terjadi sesudah menopause.
6. Torsi (putaran tungkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini
terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis
jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomen akut.
7. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, kadang-kadang ujung tumornya dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan melalui vagina. Dalam hal ini ada kemungkinan
gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

Anda mungkin juga menyukai