Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Keganasan Retinoblastoma”

KEPERAWATAN ANAK II

Dosen Pengampu: Ns. Almumtahanah, M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Dinda Nur Savila (SR19213031)
Melin (SR19213092)
Putri Rahayu Amandalya (SR19213089)
Syeva Amalia (SR19213025)
Siti Hazizah (SR19213008)
Ratna Sari (192130102)

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2021/2022
KATA PENGATAR

Assalammualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. atas rahmat-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang, “Asuhan Keperawatan Pada Anak
dengan Keganasan retinoblastoma” dan tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan kepada
Baginda Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena ini penulis
mengharapkan kritik serta saran untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis
sampaikan terima kasih kepada semua pihak. Semoga Allah Subhana Wa Ta’ala senantiasa
meridhoi segala usaha kita.

Senin, 22 November 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................2

Daftar Isi.................................................................................................................3

BAB I Pendahuluan...............................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................4

B. Tujuan...........................................................................................................4

C. Rumusan Masalah..........................................................................................

BAB II Pembahasan...............................................................................................5

A. Konsep Dasar Retinoblastoma Pada Anak…………………………………5

B. Konsep Asuhan Keperawatan Retinoblastoma Pada Anak............................

BAB III Penutup...................................................................................................12

A. Kesimpulan.....................................................................................................

B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang palingsering dijumpai pada
bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara
berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu
sebabnya adalahpengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.Dalam penelitian
menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan.
Namun seringkali anak-anak sulitmenceritakan masalah penglihatan yang mereka alami.
Karena itu, skrining mata padaanak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini
mungkin. Skriningdan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia3-4
tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter
mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telahditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor
risiko.Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentangpenyakit retina
blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masihkurang di perhatikan. Dan kami sebagai
perawat perlu memahami dan mengetahuimengenai asuhan keperawatan terhadap pasien dengan retino
blastoma

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Keganasan Retinoblastoma ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
a. Mengetahui secara umum mengenai penyakit retinoblastoma serta asuhan keperawatan yang
tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.
b. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
c. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retina blastoma.
d. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retino blastoma.
e. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang
BAB II
PEMBAHASAN

A .Anatomi Fisiologi Mata

Mata adalah suatu bola berisi cairan yang terbungkus oleh tiga lapisan jaringan khusus.
Berdasarkan gambar anatomi mata dari bagian paling luar hingga paling dalam, lapisan-
lapisan tersebut adalah sklera/kornea, koroid/badan siliaris/ iris, retina. Sebagian besar bola
mata ditutupi oleh suatu lapisan kuat jaringan ikat, sklera, yang membentuk bagian putih
mata. Di sebelah anterior, lapisan luar terdiri dari kornea transparan, yang dapat ditembus
oleh berkas cahaya untuk masuk ke interior mata. Lapisan tengah di bawah sklera adalah
koroid yang berpigmen banyak dan mengandung banyak pembuluh darah yang memberi
nutrisi
bagi retina. Lapisan koroid di sebelah anterior mengalami spesialisasi membentuk badan
siliaris dan iris. Lapisan paling dalam di bawah koroid adalah retina, yang terdiri dari lapisan
berpigmen di sebelah luar dan lapisan jaringan saraf di sebelah dalam. Lapisan jaringan saraf
mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi
impuls saraf. Seperti dinding hitam sebuah studio foto pigmen di koroid dan retina menyerap
sinar setelah sinar mengenai retina untuk mencegah pantulan atau pembuyaran sinar di dalam
mata. Rongga posterior yang lebih besar antara lensa dan retina mengandung bahan cair mirip
gel, cairan vitreous.. Cairan vitreous membantu mempertahankan bentuk bola mata tetap
bulat. Rongga anterior antara kornea dan lensa mengandung cairan jernih encer, cairan
aqueous. Cairan aqueous membawa nutrien bagi kornea dan lensa. Cairan ini mengalir ke
suatu kanalis di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah (Sharewood, 2015).
Kedalaman Fokus Lensa

Jumlah cahaya yang masuk ke mata ditingkatan pada saat gelap dan dikurangi pada waktu
terang oleh kontrol iris. Jumlah cahaya yang memasuki mata melalui pupil sebanding dengan
luas pupil atau kuadrat diameter pupil. Diameter pupil manusia dapat mengecil sampai 1,5
mm dan membesar hingga 8 mm. Jumlah cahaya yang memasuki mata dapat berubah sekitar
30 kali lipat sebagai akibat dari perubahan pupil. Pada gambar 2. 2 mata atas, pupilnya kecil,
sedangkan pada mata bawah, pupilnya besar (Guyton & Hall, 2014).
Kemampuan untuk menyesuaikan kekuatan lensa dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang dikendalikan oleh otot siliaris.. Berdasarkan gambar 2. 3,
ketika otot siliaris berelaksasi, ligamentum suspensorium menegang, dan ligamentum ini
menarik lensa menjadi bentuk gepeng dan kurang refraktif. Sewaktu otot ini berkontraksi,
kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada ligamentum suspensorium berkurang. Ketika
tarikan ligamentum suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi Iebih bulat karena
elastisitas inherennya. Meningkatnya kelengkungan karena lensa menjadi lebih bulat akan
meningkatkan kekuatan lensa dan lebih membelokkan berkas sinar. Pada mata normal, otot
siliaris berelaksasi dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini berkontraksi agar
lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat. Otot siliaris dikontrol oleh
sistem saraf autonom, dengan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi
parasimpatis menyebabkannya berkontraksi (Sharewood, 2015).

Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisasi, dengan kemampuan
untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi tersebut ditransmisikan
melalui nervus opticus ke korteks visual. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor
mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras
penglihatan ke korteks penglihatan oksipital. Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di
lapisan terluar retina sensorik yang avaskular dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi
kimia yang mengawali proses penglihatan, lihat gambar 2. 4. (Fletcher, et al., 2016).

Lapisan retina
Mata anak normal

mata anak retinoblastoma


mata anak retinoblastoma

B. Konsep Dasar Retinoblastoma

1. Pengertian Retinoblastoma

Retinoblastoma merupakan tumor endo-okular pada anak yang mengenai syaraf


embrionik retina. Secara histologis retinoblastoma muncul dari sel-sel retina imatur
yang dapat meluas ke struktur lain dalam bola matahingga ekstraokular. Retina tidak
memiliki sistem limfatik, sehingga penyebaran tumor retina baik secara langsung ke organ
sekitar (vitreus, uvea, sklera, nervus optikus, bilik mata depan, orbita, parenkim otak)
maupun metastasis jauh melalui rute hematogen. (Permono, Sutaryo, Ugrasena,
Windiastuti, & Abdulsalam, 2006).

Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada satu atau kedua
mata.(yuliani, 2010)

Retinoblastoma adalah tumor endookuler pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina.(Apriany, 2016)

2. Etiologi Retinoblastoma

Secara pasti belum diketahui Faktor herediter, dihubungkan dengan penyimpangan


kromosom (yuliani, 2010)

Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga


diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yang berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan
diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan
90% kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10% kasus yang
diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi
dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur pertumbuhan sel pada sel normal.
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf
penglihatan/nervus optikus).(Apriany, 2016)

3. Patofisiologi Retinoblastoma

Retinoblastoma adalah tumor neuroblastik yang ganas pada lapisan nukleus retina .
Tumor tersebut muncul dalam lapisan internal nukleus retina dan tumbuh ke dalam kapasitas
vitreous (type endophytic) .Tipe exophytic muncul dalam lapisan eksternal nukleus dan
tumbuh ke dalam rongga subretina, dengan detachment retina .Sering kali tumbuh secara
kombinasi endophtytic dan exophytic .Keberadaan tumor dapat terjadi dalam koroid, sklera
dan saraf optik .penyebaran tumor secara hematogen; bone marrow, skletal, nodus lymphe
dan hati.(yuliani, 2010)

Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus
yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus
optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat
menonjol ke badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris
tidak normal. Penyebaran secara hematogen ke sumsum tulang dan visera.(Apriany, 2016)

4. Manifestasi Klinis

Tumor intraokuler, tergantung ukuran dan posisi,Refleks mata boneka “ cat eye reflex
” atau leukokoria, pupil keputihan ,Strabismus ,Radang orbital, Hyphema , Pandangan hilang
unilateral tidak dikeluhkan oleh anak ,Sakit kepala ,Muntah, amorexia, dan berat badan
menurun.(yuliani, 2010)
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang
menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata,
akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.

Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui
nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis
jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preurikular dan submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalah faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi
virus.

Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian


tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian
kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling.
Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terilihat tanda-tanda
berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi
gelap terlihat seolah bersinar seperti kuncing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit
retinoblastoma.(Apriany, 2016)

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan fisik; opthalmoscopy bilateral

b. CT scan atau MRI

c. Aspirasi bone marrow.(yuliani, 2010) Evaluasi metastatik harus mencakup


pemeriksaan sitologi cairan serebrospinal serta aspirasi dan biopsi sumsum tulang.
Namun retinoblastoma sangat jarang menyebar ke cairan spinal atau sumsum tulang
tanpa penyebaran ekstraokular. Evaluasi metastatik harus meliputi CT scan orbita untuk
menentukan perluasan ekstraokular dan keterlibatan nervus optikus. CT scan atau MRI
kepala harus dikerjakan pada kasus-kasus bilateral untuk mencari retinoblastoma yang
mengenai kelenjar epifisi (retinoblastoma trilateral).(Apriany, 2016)

6.Penatalaksanaan Retinoblastoma

Terapi retinoblastoma berdasarkan prinsip umum bertujuan untuk


menghilangkan tumor dan menyelamatkan nyawa penderita, mempertahankan
penglihatan bila memungkinkan, menyelamatkan mata, menghindari tumor sekunder
yang dapat juga disebabkan karena terapi terutama pada anak yang mengalami
retinoblastoma yang diturunkan. Faktor terpenting yang menentukan pemilihan terapi
meliputi apakah tumor pada satu mata atau kedua mata, bagaimana penglihatannya,
dan apakah tumor telah meluas keluar bola mata. Hasil terapi akan lebih baik bila
tumor masih terbatas dalam mata dan akanmemburuk bila tumor telah menyebar.
Berdasarkan stadium tumor,terapi yang dapat digunakan yaitu

a. Kemoterapi

Kemoterapi atau kemoreduksi telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari


manajemen retinoblastoma. Apabila penyakitnya sudah menyebarke bagian ekstraokuler,
kemoterapi merupakan terapi yang sangat dianjurkan. Obat kemoterapi yang
digunakan yaitu carboplatin, cisplatin, etoposid, teniposid, siklofosfamid,
ifosfamid,vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini dikombinasikan dengan
idarubisin. Dosis Vincristine 1,5 mg/m22 (0,05 mg/kg pada anak <36 bulan dan
dosis maksimum <2mg), Etoposide 150 mg/m (5 mg/kg untuk anak <36 bulan),
carboplatin 560 mg/m2 (18,6 mg/kg untuk anak <36 bulan)(Pandey, 2013).

b. Pembedahan

Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk


retinoblastoma. Pemasangan bola mata biasanya dilakukan beberapa minggu Setelah
prosedur enukleasi untuk meminimalkan efek kosmetik. Enukleasi dianjurkan apabila
terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi
lokal tidak dapat di evaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap
atau teratur. Enukleasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah
menyebar ke ekstraokular. Pembedahan intraokular seperti vitrektomi, adalah
kontraindikasi pada pasien retinoblastoma karena akan menaikkan relaps orbita.(buku)

c. External Beam Radiation Therapy

(EBRT)External Beam Radiation Therapy (EBRT), yang dahulu menjadi terapi


pilihan padaretinoblastoma, kini diindikasikan apabila kemoterapi primer dan terapi
lokal gagal atau terjadi kontraindikasi (Pandey 2013). EBRT menggunakan eksalator linjar
dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina.
Pada bayi prosedur ini harus dibawah anastesi dan imobilisasi dan harus ada kerja
sama antara dokter ahli mata, dan dokter radioterapi untuk membuat perencanaan.
Keberhasilan EBRT tidak hanya berdasarkan ukuran tumor tetapi tergantung teknik
dan lokasi. Efek sampingjangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan seperti
hambatan pertumbuhan tulang orbita yang akhirnya akan menyebabkan gangguan kosmetik.

d. Plaque Radiotherapy (Brachytherapy)

Radioactive plaque terapi dapat digunakan pada terapi penyelamatan mata


dimana terapi penyelamatan bola mata gagal untuk menghancurkan semua tumor
aktif dan sebagai terapi utama terhadap beberapa anak dengan ukuran tumor relatif kecil
sampai sedang

e. Kryo dan fotokoagulasiTeknikdigunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm).

Cara ini sudah banyak digunakan dan dapat dilakukan beberapa kali sampai
kontrol lokal tercapai. Kryoterapy biasanya menggunakan probeyang sangat dingin untuk
membekukan danmematikan tumor.Sementara fotokoagulasi menggunakan laser argon
atau xenom untuk mematikan tumor (Permono et al., 2006).

7. pathways
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Retinoblastoma pada Anak

1. Pengkajian

a. Biodata

1) Identitas klien meliputi nama, agama jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.

2) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama, alamat.

3) Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan
klien, dan status kesehatan.

b. Keluhan utama

Keluhan utama berupa perubahan persepsi penglihatan, deman, kurang nafsu


makan, gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi infeksi pada luka post op,
serta perawatan dan pengobatan lanjutan dari tindakan operasi.
c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya
pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.

2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan kemungkinan memakan


makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi di tempat lain misal :
pernapasan.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Berkaitan erat dengan keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota


keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.

c. Pemeriksaan sistem

1) Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
biasanya.
Tanda : kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, samnolen.

2) Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
Tanda : takikardi, mur-mur jantung, kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf
kranial, dan/ atau tanda perdarahan cerebral.

3) Eliminasi
Gejala : diare ; nyeri tekan perianal, nyeri, darah merah terang pada tisu, feses hitam,
darah pada urine, penurunan haluaran urine.

4) Integritas ego
Gejala : perasaan tak berdaya/ tak ada harapan.
Tanda : depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangasang perubahan
alam perasaan, kacau.

5) Makanan/cairan
Gejala : kehilngan nafsu makan, anoreksia, muntah, perubahan rasa/penyimpangan
rasa, penurunan berat badan.

6) Neurosensori
Gejala : kurang/penurunan koordinasi, petubahan alam perasaan, kacau, disorientasi,
ukuran konsisten, pusing, kebas, kesemutan parastesi.
Tanda : otot mudah terangsang, aktivitas kejang.

7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram otot.
Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri.

8) Pernapasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk, gemercik, ronchi, penurunan bayi nafas.

9) Keamanan
Gejala : riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh, gangguan penglihatan/kerusakan,
perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda : demam, infeksi, kemerahan, purpur, perdarahan retinal, perdarahan gusi
epistaksis, pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dnegan infasi
jaringan), pupil edema dan eksoflamus.

10) Seksualitas
Gejala : perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menoragia.

11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat terpajan pada kimiawi, misalnya : benzene, fenilbutazone dan
kloramfenikol (kadar ionisasi radiasi berlebihan, pengobatan kemoterapi
sebelumnya, khusunya agen pengkilat), gangguan kromosom, contoh sindrom down
atau anemia fanconi aplastik.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia terhadap


gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan respons dari seorang individu,
keluarga dan kelompok, atau komunitas. Diagnosa keperawatan biasanya berisi dua bagian
yaitu deskription atau pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari diagnosis (Hermand
et al. 2015).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan kasus Retinoblastoma yaitu

1) Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakitnya.

2) Gangguan sensori persepsi : penglihatan berhubungan dengan kekeruhan


lensa mata.

3) Risiko cidera berhubungan dengan penuruanan ketajaman penglihatan.

3. Intervensi keperawatan

Menurut Oktiawati dan Julianti (2019), rencana tindakan keperawatan merupakan


serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan
meliputi perumusan tujuan tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan dapat diatasi.

intervensi keperawatan yang ditetapkan pada anak dengan kasus Retinoblastoma adalah :

No Diagnosa keperawatan Tujuan Keperawatan dan Intervensi


(SDKI) Kriteria Hasil(SLKI) Keperawatan(SIKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama:
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam, Manajemen nyeri
proses penyakitnya nyeri teratasi Kriteria Observasi:
hasil:.
1. lokasi, karakteristik,
1. keluhan nyeri menurun
durasi, frekuensi,
2. Menringis menurun
kualitas, intensitas nyeri
3. Gelisah menurun
2. Identifikasi skala
4. Kesulitan tidur menurun
nyeri
5. Pola tidur membaik
3. Identifikasi respon
nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek
samping penggunaan
analgetik

Terapeutik:

1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi:

1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

2. Gangguan sensori Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama:


persepsi : penglihatan keperawatan 1x24 jam, Minimalisasi ransangan
berhubungan dengan gangguan sensori persepsi Observasi
kekeruhan lensa mata. teratasi Kriteria hasil:
1. Periksa status mental,
1. Verbalisasi melihat status sensori, dan
bayangan meningkat tingkat kenyamanan
(mis. nyeri, kelelahan)
2. Respons sesuai stimulus
membaik Terapeutik

3. Konsentrasi membaik 1. Diskusikan tingkat


toleransi terhadap beban
sensori (mis. bising,
terlalu terang)

2. Batasi stimulus
lingkungan (mis.
cahaya, suara, aktivitas)

3. Jadwalkan aktivitas
harian dan waktu
istirahat

4. Kombinasikan
prosedur/tindakan
dalam satu waktu,
sesuai kebutuhan

Edukasi

1. Ajarkan cara
meminimalisasi
stimulus (mis. mengatur
pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)

Kolaborasi

1. Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan

2. Kolaborasi
pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi
stimulus
3. Risiko cidera Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama:
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam, pencegahan cedera
penuruanan ketajaman risiko cedera teratasi
Observasi
penglihatan. dengan Kriteria hasil:

1. Kejadian cedera 1. Identifikasi area


menurun lingkungan yang
berpotensi
2. Luka /lecet menurun
menyebabkan cedera
3. Ekspresi wajah kesakitan 2. Identifikasi obat yang
menurun berpotensi
menyebabkan cedera

Terapeutik
1. Sosialisasikan pasien
dan keluarga dengan
lingkungan ruang rawat
(mis.penggunaan
telepon,tempat tidur,
penerangan ruangan dan
lokasi kamar mandi)
2. Pastikan barang
-barang pribadi mudah
dijangkau.
3. Pertahankan posisi
tempat tidur di posisi
terendah saat digunakan
4. Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
5. Diskusi mengenai
latihan dan terapi fisik
yang dilakukan

Edukasi

1. Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga

4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik.Implementasi Keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Nursalam, 2013).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan (Nursalam, 2013).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang palingsering dijumpai pada
bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara
berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu
sebabnya adalahpengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.Dalam penelitian
menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan.
Namun seringkali anak-anak sulitmenceritakan masalah penglihatan yang mereka alami.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembuatan makalah ini penulis mengharapkan terutama kepada


pembaca agar menambah wawasan orangtua tentang bagaimana memberikan asuhan
keperawatan pada pasien anak yang mengalami retinoblastoma.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

https://www.scribd.com/doc/220934180/MAKALAH-RETINOBLASTOMA

Anda mungkin juga menyukai