KEPERAWATAN ANAK II
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Dinda Nur Savila (SR19213031)
Melin (SR19213092)
Putri Rahayu Amandalya (SR19213089)
Syeva Amalia (SR19213025)
Siti Hazizah (SR19213008)
Ratna Sari (192130102)
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2021/2022
KATA PENGATAR
Kata Pengantar.......................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan...............................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Tujuan...........................................................................................................4
C. Rumusan Masalah..........................................................................................
BAB II Pembahasan...............................................................................................5
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang palingsering dijumpai pada
bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara
berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu
sebabnya adalahpengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.Dalam penelitian
menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan.
Namun seringkali anak-anak sulitmenceritakan masalah penglihatan yang mereka alami.
Karena itu, skrining mata padaanak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini
mungkin. Skriningdan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia3-4
tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter
mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telahditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor
risiko.Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentangpenyakit retina
blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masihkurang di perhatikan. Dan kami sebagai
perawat perlu memahami dan mengetahuimengenai asuhan keperawatan terhadap pasien dengan retino
blastoma
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Keganasan Retinoblastoma ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
a. Mengetahui secara umum mengenai penyakit retinoblastoma serta asuhan keperawatan yang
tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.
b. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
c. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retina blastoma.
d. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retino blastoma.
e. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang
BAB II
PEMBAHASAN
Mata adalah suatu bola berisi cairan yang terbungkus oleh tiga lapisan jaringan khusus.
Berdasarkan gambar anatomi mata dari bagian paling luar hingga paling dalam, lapisan-
lapisan tersebut adalah sklera/kornea, koroid/badan siliaris/ iris, retina. Sebagian besar bola
mata ditutupi oleh suatu lapisan kuat jaringan ikat, sklera, yang membentuk bagian putih
mata. Di sebelah anterior, lapisan luar terdiri dari kornea transparan, yang dapat ditembus
oleh berkas cahaya untuk masuk ke interior mata. Lapisan tengah di bawah sklera adalah
koroid yang berpigmen banyak dan mengandung banyak pembuluh darah yang memberi
nutrisi
bagi retina. Lapisan koroid di sebelah anterior mengalami spesialisasi membentuk badan
siliaris dan iris. Lapisan paling dalam di bawah koroid adalah retina, yang terdiri dari lapisan
berpigmen di sebelah luar dan lapisan jaringan saraf di sebelah dalam. Lapisan jaringan saraf
mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi
impuls saraf. Seperti dinding hitam sebuah studio foto pigmen di koroid dan retina menyerap
sinar setelah sinar mengenai retina untuk mencegah pantulan atau pembuyaran sinar di dalam
mata. Rongga posterior yang lebih besar antara lensa dan retina mengandung bahan cair mirip
gel, cairan vitreous.. Cairan vitreous membantu mempertahankan bentuk bola mata tetap
bulat. Rongga anterior antara kornea dan lensa mengandung cairan jernih encer, cairan
aqueous. Cairan aqueous membawa nutrien bagi kornea dan lensa. Cairan ini mengalir ke
suatu kanalis di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah (Sharewood, 2015).
Kedalaman Fokus Lensa
Jumlah cahaya yang masuk ke mata ditingkatan pada saat gelap dan dikurangi pada waktu
terang oleh kontrol iris. Jumlah cahaya yang memasuki mata melalui pupil sebanding dengan
luas pupil atau kuadrat diameter pupil. Diameter pupil manusia dapat mengecil sampai 1,5
mm dan membesar hingga 8 mm. Jumlah cahaya yang memasuki mata dapat berubah sekitar
30 kali lipat sebagai akibat dari perubahan pupil. Pada gambar 2. 2 mata atas, pupilnya kecil,
sedangkan pada mata bawah, pupilnya besar (Guyton & Hall, 2014).
Kemampuan untuk menyesuaikan kekuatan lensa dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang dikendalikan oleh otot siliaris.. Berdasarkan gambar 2. 3,
ketika otot siliaris berelaksasi, ligamentum suspensorium menegang, dan ligamentum ini
menarik lensa menjadi bentuk gepeng dan kurang refraktif. Sewaktu otot ini berkontraksi,
kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada ligamentum suspensorium berkurang. Ketika
tarikan ligamentum suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi Iebih bulat karena
elastisitas inherennya. Meningkatnya kelengkungan karena lensa menjadi lebih bulat akan
meningkatkan kekuatan lensa dan lebih membelokkan berkas sinar. Pada mata normal, otot
siliaris berelaksasi dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini berkontraksi agar
lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat. Otot siliaris dikontrol oleh
sistem saraf autonom, dengan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi
parasimpatis menyebabkannya berkontraksi (Sharewood, 2015).
Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisasi, dengan kemampuan
untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi tersebut ditransmisikan
melalui nervus opticus ke korteks visual. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor
mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras
penglihatan ke korteks penglihatan oksipital. Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di
lapisan terluar retina sensorik yang avaskular dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi
kimia yang mengawali proses penglihatan, lihat gambar 2. 4. (Fletcher, et al., 2016).
Lapisan retina
Mata anak normal
1. Pengertian Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada satu atau kedua
mata.(yuliani, 2010)
Retinoblastoma adalah tumor endookuler pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina.(Apriany, 2016)
2. Etiologi Retinoblastoma
3. Patofisiologi Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah tumor neuroblastik yang ganas pada lapisan nukleus retina .
Tumor tersebut muncul dalam lapisan internal nukleus retina dan tumbuh ke dalam kapasitas
vitreous (type endophytic) .Tipe exophytic muncul dalam lapisan eksternal nukleus dan
tumbuh ke dalam rongga subretina, dengan detachment retina .Sering kali tumbuh secara
kombinasi endophtytic dan exophytic .Keberadaan tumor dapat terjadi dalam koroid, sklera
dan saraf optik .penyebaran tumor secara hematogen; bone marrow, skletal, nodus lymphe
dan hati.(yuliani, 2010)
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus
yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus
optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat
menonjol ke badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris
tidak normal. Penyebaran secara hematogen ke sumsum tulang dan visera.(Apriany, 2016)
4. Manifestasi Klinis
Tumor intraokuler, tergantung ukuran dan posisi,Refleks mata boneka “ cat eye reflex
” atau leukokoria, pupil keputihan ,Strabismus ,Radang orbital, Hyphema , Pandangan hilang
unilateral tidak dikeluhkan oleh anak ,Sakit kepala ,Muntah, amorexia, dan berat badan
menurun.(yuliani, 2010)
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang
menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata,
akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui
nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis
jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preurikular dan submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalah faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi
virus.
5. Pemeriksaan Penunjang
6.Penatalaksanaan Retinoblastoma
a. Kemoterapi
b. Pembedahan
e. Kryo dan fotokoagulasiTeknikdigunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm).
Cara ini sudah banyak digunakan dan dapat dilakukan beberapa kali sampai
kontrol lokal tercapai. Kryoterapy biasanya menggunakan probeyang sangat dingin untuk
membekukan danmematikan tumor.Sementara fotokoagulasi menggunakan laser argon
atau xenom untuk mematikan tumor (Permono et al., 2006).
7. pathways
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Retinoblastoma pada Anak
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas klien meliputi nama, agama jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.
2) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama, alamat.
3) Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan
klien, dan status kesehatan.
b. Keluhan utama
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya
pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
c. Pemeriksaan sistem
1) Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
biasanya.
Tanda : kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, samnolen.
2) Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
Tanda : takikardi, mur-mur jantung, kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf
kranial, dan/ atau tanda perdarahan cerebral.
3) Eliminasi
Gejala : diare ; nyeri tekan perianal, nyeri, darah merah terang pada tisu, feses hitam,
darah pada urine, penurunan haluaran urine.
4) Integritas ego
Gejala : perasaan tak berdaya/ tak ada harapan.
Tanda : depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangasang perubahan
alam perasaan, kacau.
5) Makanan/cairan
Gejala : kehilngan nafsu makan, anoreksia, muntah, perubahan rasa/penyimpangan
rasa, penurunan berat badan.
6) Neurosensori
Gejala : kurang/penurunan koordinasi, petubahan alam perasaan, kacau, disorientasi,
ukuran konsisten, pusing, kebas, kesemutan parastesi.
Tanda : otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram otot.
Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri.
8) Pernapasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk, gemercik, ronchi, penurunan bayi nafas.
9) Keamanan
Gejala : riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh, gangguan penglihatan/kerusakan,
perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda : demam, infeksi, kemerahan, purpur, perdarahan retinal, perdarahan gusi
epistaksis, pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dnegan infasi
jaringan), pupil edema dan eksoflamus.
10) Seksualitas
Gejala : perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menoragia.
11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat terpajan pada kimiawi, misalnya : benzene, fenilbutazone dan
kloramfenikol (kadar ionisasi radiasi berlebihan, pengobatan kemoterapi
sebelumnya, khusunya agen pengkilat), gangguan kromosom, contoh sindrom down
atau anemia fanconi aplastik.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan kasus Retinoblastoma yaitu
3. Intervensi keperawatan
intervensi keperawatan yang ditetapkan pada anak dengan kasus Retinoblastoma adalah :
Terapeutik:
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
2. Batasi stimulus
lingkungan (mis.
cahaya, suara, aktivitas)
3. Jadwalkan aktivitas
harian dan waktu
istirahat
4. Kombinasikan
prosedur/tindakan
dalam satu waktu,
sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Ajarkan cara
meminimalisasi
stimulus (mis. mengatur
pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan
2. Kolaborasi
pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi
stimulus
3. Risiko cidera Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama:
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam, pencegahan cedera
penuruanan ketajaman risiko cedera teratasi
Observasi
penglihatan. dengan Kriteria hasil:
Terapeutik
1. Sosialisasikan pasien
dan keluarga dengan
lingkungan ruang rawat
(mis.penggunaan
telepon,tempat tidur,
penerangan ruangan dan
lokasi kamar mandi)
2. Pastikan barang
-barang pribadi mudah
dijangkau.
3. Pertahankan posisi
tempat tidur di posisi
terendah saat digunakan
4. Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
5. Diskusi mengenai
latihan dan terapi fisik
yang dilakukan
Edukasi
1. Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik.Implementasi Keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Nursalam, 2013).
5. Evaluasi keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang palingsering dijumpai pada
bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara
berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu
sebabnya adalahpengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.Dalam penelitian
menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan.
Namun seringkali anak-anak sulitmenceritakan masalah penglihatan yang mereka alami.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
https://www.scribd.com/doc/220934180/MAKALAH-RETINOBLASTOMA