Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

RETINOBALSTOMA

Untuk memenuhi salah satu tugas KEPERAWATAN ANAK 2

Dosen pembimbing: Ibu Renince Siregar,.SST.M.KES

Disusun oleh:

KELOMPOK 1:

 ANISSA JUWITA OKTAVIA (17.156.01.1.047)


 CELINE APRILIA DAMAYANTI (17.156.01.11.050)
 DEAVY RAHMALIA PUTRI (17.156.01.11.053)
 DURAHMAN (17.156.01.11.056)
 KHOIRUNNISA (17.156.01.11.063)
 PUTRI AYU LESTARI (17.156.01.11.068)
 RARA TITANISYA (17.156.01.1.071)

2B KEPERAWATAN
STIKes MEDISTRA INDONESIA
2018/2019
Jl. Cut mutia raya, rawalumbu, bekasi, jawabarat,17113

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para
pembaca.Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusun makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
1. Latar Belakang.................................................................................................................................3
2. Rumusan Masalalah.........................................................................................................................3
3. Tujuan..............................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................5
A. Definisi............................................................................................................................................5
B. Etiologi............................................................................................................................................5
C. Manifestasi klinis...........................................................................................................................5
D. Patofisiologi....................................................................................................................................6
E. Klasifikasi Stadium........................................................................................................................6
F. Penatalaksanaan............................................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................11
TINJAUAN KASUS.............................................................................................................................11
BAB IV.................................................................................................................................................12
SEVEN JUMP......................................................................................................................................12
BAB V...................................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................................................14
BAB VI.................................................................................................................................................23
PENUTUP............................................................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan,
melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum
banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih
minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia
sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan
masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat
diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan
mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan
dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik
atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang
penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di
perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan retino blastoma.
2. Rumusan Masalalah
a. Bagaimanakah konsep teori retino blastoma?
b. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma?
3. Tujuan
a. Tujuan Umum:
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta asuhan keperawatan
yang tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.
b. Tujuan khusus :

4
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma.
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma.
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino blastoma
7. Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari penyakit Retinoblastoma

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia
klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus
bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian
mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral,
khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).
B. Etiologi
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga diklasifikasikan
menjadi dua subkelompok yag berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan diturunkan atau
tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90 % kasus yang
diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi
dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur pertumbuhan sel pada sel normal.
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua
mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa
menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
C. Manifestasi klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor dimakula,
dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding)
yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui
nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis
jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan

6
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikular dan submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalah faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi
virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian
tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian
kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling.
Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda
berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi
gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit
retinoblastoma.
D. Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus
yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus
optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat
menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris
tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula
serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutati.
E. Klasifikasi Stadium
Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi:
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator

7
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian
dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya. Menurut
Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama dimana
retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraocular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
b. Nervous optikus.
F. Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan
local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular,
regional, dan metastatic. Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya
masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat
keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan
retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang
sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan local.
Jenis terapi:
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma.
Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua

8
tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan
orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan
konservatif mungkin bisa diambil.
Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau
terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau
gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau
ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita
harus dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada
pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan
terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-
45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah
harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama
yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan.
Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi.
Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping
jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi
komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan
ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin
sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk
tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau
fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga
digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara
ini menimbulkan malignansi sekunder.
4. Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat
diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai
kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan

9
dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi
secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon
atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus
optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan
ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka
panjang.
5. Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi
sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran
tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak
berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan
lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-
kasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut.
Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26
setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus
retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata.
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang
luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil
pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra
luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar
penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi.
Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk
menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk
pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti
nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus
optikus prelaminar. Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah
penyebaran ke otak tidak dianjurkan. Apabila penyakitnya sudah menyebar ke
ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin,
cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-
akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan

10
bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran
yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan
pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa
dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini
biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada
retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi.

11
BAB III

TINJAUAN KASUS
Ny. W usia 30 tahun melahirkan di RS. Mekar pada usia 30 minggu, bayi lahir spontan dan
langsung menangis, setelah seminggu bayi dibawa ke RS untuk control dan imunisasi, ibu
mengatakan selama dirumah bayi sehat. Pada saat pemeriksaan fisik diperoleh hasil TTV: N:
120X/mnt,RR:60x/mnt,S:37,3ºC, mata bayi memerah dan bengkak dibelakang bola mata tidak

simetris, dan pupil mata selalu membesar walaupun diberikan sinar, terdapat bercak putih pada
pembesaran untuk lebih memastikan pemeriksaan dilakukan CT-scan, dan didapat hasil bahwa
pada mata ada pembesaran (tumor) yang sudah mengganggu struktur organ lain sekitar mata.

12
BAB IV
SEVEN JUMP
A. Mencari kata sulit
1. Pupil
2. CT-Scan
3. Tumor
4. Tidak simetris
B. Menjawab kata-kata sulit
1. Pupil atau anak mata adalah pembukaan di tengah mata. Cahaya masuk lewat pupil
dan di teruskan melalui lensa mata, yang memusatkan banyangan ke retina pupil
terletak di belakang retina bagian tengah ukuran pupil dikendalikan oleh otot.
2. CT-Scan adalah singkatan dari computerized tomography scan, suatu alat pencitraan
atau prosedur medis untuk menggambarkan bagian-bagian tubuh tertentu
menggunakan bantuan sinar x khusus. Dibandingkan dengan poto rongsen, CT-Scan
lebih detail karena mengambil gambar dari potongan-potongan organ yang diperiksa.
3. Pertumbuhan jaringan abnormal baru yang sering kali tidak terkontrol progresif
4. Menunjukan bahwa objek di bagian kanan sama atau mirip objek dibagian kiri (tidak
sama atau tidak sejalan)
C. Membuat pertanyaan
1. Apa tanda dan gejala pada retinoblastoma?
2. Pemeriksan yang tepat untuk penyakit retinoblastoma adalah?
3. Apa komplikasi yang terjadi pada pasien?
D. Menjawab pertanyaan
1. Tanda yang muncul dari retinoblastoma adalah berupa leukokoria, yaitu adanya
warna putih pada pupil mata saat disinari cahaya. Pembuluh darah yang berada di
belakang mata seharusnya memancarkan warna merah jika di sinari cahaya. Selain
itu, tanda-tanda yang dapat menyertai retinoblastoma adalah:
 Mata merah dan bengkak
 Gerakan mata kanan dan kiri berbeda atau tidak sejalan
 Pupil selalu terbuka lebar

13
2. Beberapa pemeriksan sebagai sarana penunjang
 Fundus okuli: ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina di sertai
pembuluh darah pada permukaan ataupun di dalam massa tumor tersebut dan
berbatas kabur
 X-ray: hampir 60-70% penderita retinoblastoma menunjukan klasifikasi. Bila
tumor mengadakan infiltrasi ke syaraf optic foramen: optikum. melebar.
 USG: adanya massa intraokuler
 LDH: dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila
ratsio lebih besar dari1,5 di curigai kemungkinan adanya retinoblastoma
intaokuler (normal ratsio kurang dari 1)
 Ultra sonografi dan tomografi computer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis keluar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
3. Beberapa diantaranya:
 Ablasi retina
 Perdarahan pada bola mata
 Glaucoma
 Peradangan jaringan bola mata dan sekitarnya (selulutis orbita)
 Bola mata berkerut dantidak berfungsi normal (phthisis bulbi)
E. LO:
Retinoblastoma

14
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. W usia 30 tahun melahirkan di RS. Mekar pada usia 30 minggu, bayi lahir spontan dan
langsung menangis, setelah seminggu bayi dibawa ke RS untuk control dan imunisasi, ibu
mengatakan selama dirumah bayi sehat. Pada saat pemeriksaan fisik diperoleh hasil TTV: N:
120X/mnt,RR:60x/mnt,S:37,3ºC, mata bayi memerah dan bengkak dibelakang bola mata tidak

simetris, dan pupil mata selalu membesar walaupun diberikan sinar, terdapat bercak putih pada
pembesaran untuk lebih memastikan pemeriksaan dilakukan CT-scan, dan didapat hasil bahwa
pada mata ada pembesaran (tumor) yang sudah mengganggu struktur organ lain sekitar mata.

I. Data Demografi :

1. Biodata

- Nama : An. D

- Usia : 7 hari

- Jenis Kelamin : L

- Alamat : Bekasi

- Suku : Medan

- Agama : Islam

- Diagnosa Medis :

- No. Rm : 012

- Tanggal Masuk : 21-04-2018

- Tanggal Pengkajian : 21-04-2018

- Therapy Medik : -

15
2. Penanggung jawab

- Nama : Ny. W

- Usia : 30 thn

- Jenis Kelamin : P

- Pekerjaan : Guru

- Hubungan dengan Klien : Ibu kandung

II. KELUHAN UTAMA

Ibu pasien mengatakan mata bayinya memerah dan bengkak dibelakang serta bola mata tidak
simetris

III. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Mata pasien memerah dan bengkak serta bola mata tidak simetris
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua mengatakan bahwa keluarganya dulu juga ada yang mengalami hal seperti
anakya saat ini

IV . RIWAYAT PISIKOSOSIAL

 Sebelum sakit ibunya mengatakan bahwa bayinya sehat


 Setelah sakit ibunya mengatakan bahwa mata bayinya memerah

V. RIWAYAT SPIRITUAL

 Orang tua pasien mengatakan bahwa keluarganya beragama Islam.

VI. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum pasien

16
 Kondisi keadaan umum pasien tampak normal
 Pasien tampak bengkak dan merah pada matanya
 Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Tanda-tanda vital
 N : 120 x/mnt
 S : 37,3ºC

 RR : 60x/mnt
VII. AKTIVITAS SEHARI-HARI
 Kebutuhan nutrisi :
- Sebelum: pasien masih mengkonsumsi ASI
- sesudah: pasien tetap mengkonsumsi ASI
 Kebutuhan cairan :
- Sebelum: pasien masih mengkonsumsi ASI
- Sesudah: pasien tetap mengkonsumsi ASI
 Istirahat dan tidur :
- Sebelum: klien tidur hingga15-16 jam/hari
- sesudah: klien tidur hanya 13-14 jam/hari
 Kebutuhan eliminasi :
- BAB : - sebelum: 3xsehari
- sesudah : 2x dalam 1 hari
- BAK :-sebelum: 6x/hari
- sesudah: 6x/hari

VIII TEST DIAGNOSTIK

 Tanggal : 21-04-2018
 LAB : CT-Scan

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


CT-Scan Terdapat ada pemebesaran Tidak ada pembesaran
(tumor) pada mata

17
I. Data Fokus
Nama klien: An. D Nama Mahasiswa :
No RM : 012 NIM :

Data Objectif Data Subjectif


1. Tanda-tanda vital 1. Ibu pasien mengatakan mata
 N : 120 x/mnt bayinya memerah
 S : 37,3ºC 2. Ibu pasien mengatakan pupil mata
selalu membesar
 RR : 60x/mnt
3. Ibu pasien mengatakan gerakan
2. Terdapat bercak putih pada
bola mata tidak simetris
pembesaran mata
3. Dilakukan pemeriksaan CT-scan
dan didapat hasil bahwa pada mata
ada pembesaran (tumor)

II .Analisa Data

1. Nama klien: An. “D”

No Data Problem Etiologi


1 DO : Gangguan persepsi Gangguan
1. Tanda-tanda vital sensorik penerimaan sensori
 N : 120 x/mnt (penglihatan) dari organ
 S : 37,3ºC penerima

 RR : 60x/mnt
2. Dilakukan pemeriksaan CT-scan dan didapat
hasil bahwa pada mata ada pembesaran (tumor)
DS :
1. Ibu pasien mengatakan mata bayinya memerah

2 DO : Resiko tinngi Keterbatasan

18
1. Terdapat bercak putih pada pembesaran mata cidera lapang pandang
DS :
1. Ibu pasien mengatakan pupil mata selalu
membesar
2. Ibu pasien mengatakan gerakan bola mata tidak
simetris

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


NAMA klien: An.”D”

NO Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi


1 Ganguan persepsi sensorial 21 april 2018
(penglihatan) b.d gangguan
penerimaan sensori dari organ
penerima

2 Resiko tinggi cidera b.d 21 april 2018


keterbatasan lapang pandang

19
IV. INTERVENSI

Nama : An.”D”

No DX.KEP Tujuan dan Intervensi Rasional TTD


Kriteria hasil
1 Ganguan persepsi Setelah dilakukan 1. Kolaborasi dengan 1. Menghilangkan
sensorial tindakan tim medis dalam nyeri, karena
(penglihatan) b.d perawatan selama pemberian memblokir
gangguan 1x24 jam analgesic syaraf
penerimaan sensori digharapkan penghantar
dari organ persepsi nyeri
penerima penglihatan dapat 2. Mengetahui
teratasi dengan 2. Kaji lebih lanjut seberapa besar
kriteria hasil : persepsi sensorik tingkat
Mata klien penglihat klien persepsi
kembali normal sensorik
3. Meningkat kan
3. Beri penjelasan pemahaman
tentang klien tentang
penyakitnya proses
penyakitnya

2 Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Abservasi tingkah 1. Hiperaktif


cidera b.d tindakan laku pasien mengdikasikan
keterbatasan lapang perawatan selama pasien beresiko
pandang 1x24 jam 2. Pertahankan sesuai 2. Melindungi

20
dengan kriteria perlindungan mata mata dari cidera
hasil : sesuai indikasi kecelakaan
3. Anjurkan keluarga 3. Pengawasan
1. Berkurang
pasien untuk ikut dari petugas
nya factor
mengawasi pasien kesehatan
yang dapat
(perawat) tidak
mengakibat
dapat merawat
kan cidera
selama 24 jam
2. Pasien
penuh maka dari
tidak
itu perlu
mengalami
bantuan
cidera
keluarga atau
orang terdekat
pasien

V. IMPLEMENTASI

Nama : An. D

21
Tgl/Jam No.DX.Kep Implementasi Respon Klien TTD
1. Ganguan 1. mengkolaborasi S : pasien merasakan nyeri
persepsi dengan tim O : rasa nyeri pasien
sensorial medis dalam berkurang
(penglihatan) pemberian
b.d gangguan analgesic
penerimaan 2. mengkaji lebih S:-
sensori dari lanjut persepsi O : penglihatan pasien mulai
organ sensorik membaik
penerima penglihat klien
3. memberi S : ibu pasien mengerti
penjelasan terhadap penyakit anaknya
tentang O : menjelaskan dengan
penyakitnya detail tentang penyakit pasien
kepada orang tuanya
2. Resiko tinggi 1. mengobservasi S: -
cidera b.d tingkah laku O: keadaan pasien mulai
keterbatasan pasien normal
lapang 2. mempertahankan S: -
pandang sesuai O: mata pasien mulai
perlindungan membaik
mata sesuai
indikasi
3. menganjurkan S:ibu pasien ikut menemani
keluarga pasien anaknya selama masa
untuk ikut pengobatan
mengawasi O: pasien selalu ditemani oleh
pasien orang tuanya
VI. EVALUASI
Nama Pasien : An. D

TGL/ No.DX.KEP EVALUASI (SOAP) TTD


22
Jam
1. Ganguan S:
persepsi  pasien merasakan nyeri
sensorial  ibu pasien mengerti terhadap penyakit
(penglihatan) anaknya
b.d gangguan O:
penerimaan  rasa nyeri pasien berkurang
sensori dari  penglihatan pasien mulai membaik
organ penerima  menjelaskan dengan detail tentang
penyakit pasien kepada orang tuanya
2. Resiko tinggi S:
cidera b.d  ibu pasien ikut menemani anaknya selama
keterbatasan masa pengobatan
lapang pandang O:
 keadaan pasien mulai normal
 mata pasien mulai membaik
 pasien selalu ditemani oleh orang tuanya

23
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan dan saran
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut
sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang
ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%).
Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan
perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami
komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi tentang gejala
dini retinoblastoma agar dapat
segera diobati. Retinoblastoma dapat menunjukkan berbagai macam pola pertumbuhan
seperti :
1. Pertumbuhan endofilik: Terjadi saat menembus internal limiting
membrane kearah korpus vitreous dan memiliki gambaran massa berwarna putih
sampai krim.
2. Pertumbuhan eksofitik: Terjadi pada celah subretina.Berhubung denganakumulasi
cairan subretinal dan terjadi sobekan pada retina.
3. Pertumbuhan infiltrasi difus: Jarang terjadi hanya 1.5% dari seluruh
retinoblastoma

24

Anda mungkin juga menyukai