Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DAN RUANG LINGKUP KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pengampu :

Ibu Arabta M Paraten Palawi, S.Kep.Ns.M.Kep

Disusun Oleh :

Kelas 2B Keperawatan

Kelompok 2

Nama : 1. Celine Aprilia Damayanti

2. Frilia Rezika Asih

3. Neneng Setiawati

4. Rensi Rahmawati

5. Siti Nurhalimah

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES MEDISTRA INDONESIA

2018/2019

1|Keperawatan Medikal Bedah I


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Bekasi, 03 September 2018

Penyusun

2|Keperawatan Medikal Bedah I


DAFTAR ISI

COVER MAKALAH 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Medikal Bedah 5

2.2 Ruang Lingkup Keperawatan Medikal Bedah 6

2.3 Peran Dan Fungsi Perawat 8

2.4 Trend Dan Issu Keperawatan Medikal Bedah 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 16

3.2 Saran 16

DAFTAR PUSTAKA

3|Keperawatan Medikal Bedah I


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan
preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan
dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya
berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan
teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan
berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan
Medikal Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian keperawatan medikal bedah ?
b. Apa peran dan fungsi perawat dalam keperawatan medikal bedah ?
c. Bagaimana trend dan issue dalam keperawatan medikal bedah ?
d. Apa saja yang mencakup ruang lingkup keperawatan ?
1.3 Tujuan

Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai keperawatan medikal bedah

4|Keperawatan Medikal Bedah I


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu


dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg
komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan
fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma. Keperawatan medical bedah
merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik,
mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis, (CHS,1992).
keperawatan medikal bedah dilakukan dengan :
a. Pelayanan Profesional
Seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien,
selalu memandang pasien secara holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-kultural-
Spiritual. Dalam setiap tindakan, perawat dituntut untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional sesuai dengan standarisasi profesi keperawatan.
Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang berkompetensi dan telah
menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi. Dalam
hal ini perawat harus bersikap acceptance,sensitif,empati,dan trust kepada klien.
Selain itu, perawat harus memahamidan mengaplikasikan prinsip-prinsip moral dalam
praktek keperawatan antara lain :

5|Keperawatan Medikal Bedah I


- Autonomy
- Beneficience
- Justice
- Fidelity (setia)
- Veracity (kejujuran)
- Avoiding killing
b. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan
Perawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan
Formal yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah dari
waktu ke waktu (dinamis), sehingga dalam memberikan Asuhan keperawatan pada
Klien berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru.
Dasar pengetahuan yang harus di miliki perawat profesional :
- Konsep sehat-sakit
- Konsep manusia dengan kebutuhan dasar manusia
- Patofisiologi penyakit
- Konsep stres-adaptasi
- Proses keperawatan dan penerapannya
- Komunikasi terapeutik
- Konsep kolaborasi dan manajemen keperawatan
c. Menggunakan scientific Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap dalam proses
keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan standarisasi
asuhan keperawatan yang ada (NANDA, NIC, NOC).
d. Berlandaskan Etika Keperawatan
Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas
etika keperawatan yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/
kebebasan pasien), Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity (kejujuran),
Justice (keadilan)
2.2 Ruang lingkup keperawatan medikal bedah
Lingkup praktek keperawatan  medikal-bedah merupakan bentuk asuhan keperawatan
pada klien dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau
terprediksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau kecacatan.
Asuhan keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu untuk memperoleh kenyamanan;
membantu individu dalam meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehatnya; melakukan

6|Keperawatan Medikal Bedah I


prevensi, deteksi dan mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit ; mengupayakan
pemulihan sampai kliendapat mencapai kapasitas produktif tertingginya; serta membantu
klien menghadapi kematian secara bermartabat.
Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan keterkaitan
komponen-komponen bio-psiko-sosial klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai
akibat penyakit, trauma atau kecacatan.
a. Lingkup klien

Klien yang ditangani dalam praktek keperawatan medikal bedah adalah orang dewasa,
dengan pendekatan “one-to-one basis”. Kategori “dewasa” berimplikasi pada penegmbangan
yang dijalani sesuai tahapannya. Tugas-tugas perkembangan ini dapat berdampak pada
perubahan peran dan respon psikososial selama klien mengalami masalah kesehatan, dan hal
ini perlu menjadi pertimbangan perawat dalam melakukan kajian dan intervensi keperawatan.
Pendekatan keperawatan harus memperhitungkan “level kedewasaan” klien yang ditangan,
dengan demikian pe;ibatan dan pemberdayaan klien dalam proses asuhan merupakan hal
penting, sesuai dengan kondisinya; ini berkenaan dengan “Self-caring capacities”

b. Lingkup garapan keperawatan

         Untuk membahas lingkup garapan keperawatan medikal-bedah, kita perlu mengacu


pada “focus telaahan – lingkup garapan dan basis intervensi keperawatan seperti telah
dibahas pada bagian awal tulisan ini.

c. Fokus telaahan 
keperawatan adalah respon manusia dalam mengahdapi masalah kesehatan baik actual
maupun potensial. Dalam lingkup keperawatan medikal bedah, masalah kesehatan ini
meliputi gangguan fisiologis nyata atau potensial sebagai akibat adanya penyakit, terjadinya
trauma maupun kecacatan berikut respon klien yang unik dari aspek-aspek bio-psiko-sosio-
spiritual. Mengingat basis telaahan respon klien bersumber dari gangguan fisiologis, maka
pemahaman akan patofisiologis atau mekanisme terjadinya gangguan dan (potensi)
manifestasi klinis dari gangguan tersebut sangat mendasari lingkup garapan dan intervensi
keperawatan.

          Penyakit, trauma atau kecacatan sebagai masalah kesehatan yang dihadapi klien dapat
bersumber atau terjadi pada seluruh system tubuh meliputi system-sistem persyrafan;

7|Keperawatan Medikal Bedah I


endokrin; pernafasan; kardiovaskuler; pencernaan; perkemihan; muskuloskeletal; integumen;
kekebalan tubuh; pendengaran ; penglihatan serta permasalahan-permasalahan yang dapat
secara umum menyertai seluruh gangguan system yaitu issue-isue yang berkaitan dengan
keganasan dan kondisi terminal.

d. Lingkup garapan

          Lingkup garapan keperawata  adalah kebutuhan dasar manusia, penyimpangan dan


intervensinya. Berangkat dari focus telaahan keperawatan medikal bedah diatas, lingkup
garapan keperawatan medikal bedah adalah segala hambatan pemenuhan kebutuhan dasar
yang terjadi karena perubahan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh; serta modalitas
dan berbagai upaya untuk mengatasinya.

            Guna menentukan berbagai hambatan pemenuhan kebutuhan dasar mansuai


dan  modalitas yang tepat waktu untuk mengatasinya dibutuhkan keterampilan berfikir logis
dan kritis dalam mengkaji secara tepat kebutuhan dasar apa yang tidak terpenuhi, pada level
serta kemungkinan penyebab apa (diagnosis keperawatan). Hal ini akan menentukan pada
perlakuan (treatment) keperawatan, dan modalitas yang sesuai. Disibi dibutuhkan
keterampilan teknis dan telaah legal etis.

e. Basis intervensi

            Dari focus telaahan dan lingkup garapan keperawatan medikal bedah yang sudah
diuraikan sebelumya, basis intervensi keperawatan medikal bedah adalah
ketidakmampuan  klien (dewasa) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. (Self care
deficit). Ketidakamampuan ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan  antara tuntutan
kebutuhan (Self – care demand) dan kapasitas klien untuk memenuhinya (Self-care ability)
sebagai akibat perubahan fisiologis pada satu atau berbagai system tubuh. Kondisi ini unik
pada setiap individu karena kebuthan akan self-care (Self care requirement) dapat berbeda-
beda, sehingga dibutuhkan integrasi keterampilan-keterampilan berfikir logis-kritis, teknis
dan telaah legal-etis untuk menentukan bentuk intervensi keperawatan mana yang sesuai,
apakah bantuan total, parsial atau suportif-edukatif yang dibutuhkan klien.

f. Konsekuensi professional
Menutup sementara tulisan ini ada berbagai konsekuensi logis yang masih harus
dipikirkan sebagai acuan bagi praktisi keperawatan pada area keperawatan medikal bedah.

8|Keperawatan Medikal Bedah I


Melihat kompleksitas focus telaahan, lingkup garapan dan basis intervensi area keperawatan
medikal bedah dan konsekuensi profesionalnya perlu dirumuskan :
1. Standar performance untuk acuan kualitas asuhan
2. Kategori kwalifikasi perawat untuk menentukan kelayakannya sebagai praktisi
3. Sertifikasi dan lisensi keahlian yang senantiasa diperbaharui untuk memberi  jaminan
kemanan  bagi pengguna jasa keperawatan.

2.3 Peran dan fungsi perawat


a. Peran perawat :
1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bias
direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan
dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian
asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
10 aktor Asuhan dalam Keperawatan :
a. Menunjukkan system nilai kemanusian dan altruisme.
b. Memberi harapan dengan :
- mengembangkan sikap dalam membina hubungan dengan klien
- memfalitasi untuk optimis
- percaya dan penuh harapan
c. Menunjukkan sensivitas antara satu dengan yang lain.
d. Mengembangkan hubungan saling percaya : komunikasi efektif, empati,
dan hangat.
e. Ekspresi perasaan positif dan negative melalui tukar pendapat tentang
perasaan.
f. Menggunakan proses pemecahan mesalah yang kreatif
g. Meningkatkan hubungan interpersonal dan proses belajar mengajar
h. Memeberi support, perlindungan, koreksi mental, sosiokultural dan
lingkungan spiritual
i. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
j. Melibatkan eksistensi fenomena aspek spiritual.

9|Keperawatan Medikal Bedah I


Kekuatan dalam Asuhan :
a. Aspek Transformasi
Perawat membantu klien untuk mengontrol perasaannya dan berpartisipasi
aktif dalam asuhan.
b. Integrasi asuhan
Engintegrasikan individu ke dalam sosialnya.
c. Aspek Pembelaan
d. Aspek penyembuhanà Membatu klien memilih support social, emosional,
spiritual.
e. Aspek Partisipasi.
f. Pemecahan masalah dengan metoda ilmiah.
2. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak
atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Sebagai Edukator
Peran ini dilakukan untuk :
- Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi
kesehatanya.
- Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
4. Peran Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :
- Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan
klien.
- Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
- Menggunakan keterampilan perawat untuk :
 Merencanakan

10 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I
 Mengorganisasikan
 Mengarahkan
 Mengontrol
5. Peran Sebagai Kolaborator
Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran Sebagai Konsultan
Peran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peran Sebagai Pembeharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
- Kemajuan teknologi
- Perubahan Lisensi-regulasi
- Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
- Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran
perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran
diantaranya peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai
pengelola pelayanan dan institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam
keperawatan serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.

b. Fungsi Perawat :

1. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan

11 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain),
pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,
pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

2. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi
dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini
biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke
perawat pelaksana.

3. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di
antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter
dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi
obat yang telah di berikan.

2.4 Tren dan Issu keperawatan medikal bedah Menurut, (Nursalam,2008: hal 28-32)

1. Tren KMB

a. Peluang riset keperawatan di masa depan Tentang riset keperawatan yang


di laksnakan oleh perawat, khususnya dosen keperawatan menunjukkan
hasil yang kurang memuaskan. Hampir 90 % perawat di daerah jawa tidak
melaksanakan riset dalam perannya. Merekamenyadari dan menerima
bahwa riset adalah bagian dari perannya tetapi juga ada pertanyaan
“whether researche is a nurse primary responsibility pr not, all nurses
should also involve in nursing research?”

12 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I
b. Lokasi tempat bekerja Menariknya dari 4 hambatan yang penulis tanyakan
(biaya, waktu, keahlian, dan kebijaksanaan), jawaban responden sangat
bervariasi dan adanya suatu korelasi yang kuat antarvariabel. Misalnya
mereka yang bekerja di Jakarta mengatakan bahwa anggaran untuk riset
dapat di peroleh dengan mudah, sebaliknya yang bekerja di luar Jakarta
mengalami kesulitan. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan (keahlian)
perawat yang bekerja di Jakarta lebih baik karena mereka rata-rata
memiliki pendidikan D3 dan S1 kesehatan masyarakat, sehingga proposal
yang ditulis lebih bias diterima oleh pemberi dana. Di samping itu juga
karena faktor kesempatan dan informasi yang cepat bagi perawat Jakarta.
(Nursalam, 2008: hal 28)

c. Keahlian perawat dalam riset Perawat yang bekerja di luar Jakarta


sebagian besar mereka berbasis pendidikan D3 keperawatan hampir 95%
mengalami masalah tentang keterampilan atau keahlian penulisan
proposal/pelaksanaan penelitian. Keadaan ini diperparah dengan tidak
adanya suatu lembaga yang yang menangani riet keperawatan dalam
organisasi pelayanan kesehatan. (Nursalam, 2008: hal 28)

d. Waktu pelaksaan yang terbatas Perawat pendidik mempunyai tugas yang


sangat besar dalam pembelajaran di kelas dan di klinik serta kegiatan-
kegiatan non pembelajaran, misalnya administrasi, oleh karena itu waktu
perawat habis untuk kegiatan tersebut. (Nursalam, 2008: hal 28)

e. Topik riset keperawatan yang tidak sesuai Berdasarkan hasil kajian


penulis, banyak perawat yang belum memahami tentang lingkup riset
keperawatan. Topik-topik yang dipilih lebih bersifat kesehatan secara
umum, sehingga hasil yang di dapatkan kurang memberikan kontribusi
yang bermakna untuk diapliksikan dalam praktik keperawatan. (Nursalam,
2008: hal 29)

2. Issu Keperawatan Medikal Bedah Issu Keperawatan Medikal Bedah, menurut


(Nursalam, 2011: hal 25)

13 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I
a. Antithetical terhadap perkembangan ilmu keperawatan Karena rendahnya
dasar pendidikan profesi dan belum dilaksanakannya pendidikan
keperawatan secara professional, maka perawat lebih cendrung untuk
melaksanakan perannya secara rutin dan menunggu perintah dari dokter.
Mereka cendrung untuk menolak terhadap perubahan ataupun sesuatu
yang baru dalam melaksanakan perannya secara professional.

b. Rendahnya rasa percaya diri /harga diri (Low self-confidenceself) Banyak


perawat yang tidak melihat dirinya sebagai sumber informasi dari klien.
Perasaan rendah diri/kurang percaya diri tersebut timbul karena rendahnya
penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang kurang memadai serta
sistem pelayanan Indonesia yang menempatkan perawat sebagai warga
negara kelas dua. Stigma inilah yang membuat perawat dipandang tidak
cukup memiliki kemampuan yang memadai dan kewenangan dalam
pengambilan kepeutusan di bidang pelayanan kesehatan.

c. Kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan riset keperawatan


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, lebih dari 90%
perawat tidak melaksanakan perannya dalam melaksanakan riset. Hal ini
lebih disebabkan oleh: pengetahuan/keterampilan riset yang sangat kurang,
keterbatasan waktu, tidak adanya anggaran karena kebijakan yang kurang
mendukung pelaksanaan riset. Baru pada tahun 2000-an, pusdiknakes
memberikan kesempatan kepada para perawat untuk melaksanakan riset,
itupun hasilnya memberi masih dipertanyakan karena banyak hasil yang
ada lebih lebih mengarah pada riset kesehatan secara umum. Riset tentang
keperawatan hampir belum tersentuh. Faktor lain yang sebenarnya sangat
memperihatinkan adalah tugas ahir yang diberikan kepada mahasiswa
keperawatan bukan langkah-langkah riset secara ilmiah, tetapi lebih
menekankan pada laporan kasus per kasus.

d. Pendidikan keperawatan hanya difokuskan pada pelayanan kesehatan yang


sempit Pembinaan keperawatan dirasakan kurang memenuhi sasaran
dalam memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan keperawatan
dianggap sebagai suatu objek untuk kepentingan tertentu dan tidak
dikelola secara professional. Kurikulum yang diterapkan lebih

14 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I
mengarahkan perawat tentang how to work and apply, bukan how to think
and do criticall.

e. Rendahnya standar gaji bagi perawat Gaji perawat, khususnya yang


bekerja di instansi pemerintah dirasakan sangat rendah bila dibandingkan
dengan negara lain, baik Asia ataupun Amerika. Keadaan ini berdampak
terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
professional.

f. Sangat minimnya perawat yang menduduki pimpinan di institusi kesehatan


Masalah ini sangat krusial bagi pengembangan profesi keperawatan,
karena sistem sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang baik.
Hal ini tentunya akan mempengaruhi perkembangan keperawatan di
Indonesia, karena dampaknya semua kebijakan yang ada biasanya kurang
berpihak terhadap kebutuhan keperawatan.

15 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang


didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg
cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat
trauma. keperawatan medikal bedah dilakukan dengan, Pelayanan Profesional,
Berdasarkan Ilmu Pengetahuan, Menggunakan scientific Metode,berlandaskan etika
keperawatan. Peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan, sebagai
advokat klien,sebagai kolaborator,sebagai pembaharu,sebagai peneliti, sebagai
konsultan,dan sebagai koordinator.

3.2 Saran

Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya


bagi mahasiswa keperawatan. Kami selaku penulis memohon adanya kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

16 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I
DAFTAR PUSTAKA

http://dinnyanggraini.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/11/18/keperawatan-medikal-bedah/

https://samoke2012.files.wordpress.com/2015/10/konsep-dan-perspektif-kmb.pdf

17 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I

Anda mungkin juga menyukai