Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

RETINOBLASTOMA
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Anak Sakit Kronis dan Terminal

Dosen Pengampu
Ns. Vike Dwi Hapsari, S. Kep., M. Kep

Disusun Oleh
Gilang Aji Sagala 211030121736
Muhammad Suhari 211030121735

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat di selesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i Keperawatan maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini
sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak Sakit Kronik
dan Terminal dengan judul “Retinoblastoma” Dalam makalah ini penyusun berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penyusun menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penyusun juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita semua. Amin

Pamulang, 20 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................ 3
1.3. Tujuan............................................................................................................................... 4
BAB II .............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 5
2.1. Definisi .............................................................................................................................. 5
2.2. Etiologi.............................................................................................................................. 6
2.3. Patofisiologi ...................................................................................................................... 6
2.4. Klasifikasi ......................................................................................................................... 7
2.5. Manifestasi Klinis............................................................................................................. 7
2.6. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................... 8
2.7. Penatalaksanaan............................................................................................................... 8
2.8. Pathway .......................................................................................................................... 10
2.9. Tinjauan Kasus .............................................................................................................. 11
BAB III .......................................................................................................................................... 19
PENUTUP...................................................................................................................................... 19
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 19
3.2. Saran............................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata
yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya
dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara
berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakuka n
oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih
minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Retinoblastoma adalah tumor yang berkembang di retina, yang
didiagnosis dalam beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak, yang
mempengaruhi sekitar 1 dari 16.000 kelahiran hidup. Tumor ini dimulai
melalui hilangnya biallelic gen penekan tumor RB1 di lebih dari 95% kasus,
dan berkembang setelah perubahan genetik/epigenetik tambahan (Dimaras,
et al, 2018).
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah
dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun
seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka
alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk
mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan
mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4
tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas.
Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih
sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi
pengetahuan tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang
mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai
perawat perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan
terhadap pasien dengan retino blastoma.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Retinoblastoma?
2. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Retinoblastoma?
3. Bagaimana tanda dan gejala Retinoblastoma?
4. Bagaimana Tatalaksana Retinoblastoma?

3
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Retinoblastoma?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Retinoblastoma
2. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit Retinoblastoma
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Retinoblastoma
4. Untuk mengetahui Tatalaksana Retinoblastoma
5. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Retinoblastoma

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai
saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk
dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan
pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus
bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang
lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya
untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo
Hagung Sutaryo, 2006 ).
Retinoblastoma (RB) adalah tumor ganas pada mata yang berasal dari
jaringan retina. RB juga merupakan salah satu tumor ganas pada mata yang
diakibatkan karena adanya kelainan genetik pada tumor suppressor gene (RB-1)
yang berfungsi sebagai regulator apoptosis. Kondisi ini akan menyebabkan
terjadinya proliferasi yang tidak terkontrol pada sel retina (Pratama, Nasrul, 2023).
Retinoblastoma adalah kanker pada retina (daerah di belakang mata
yang peka terhadap cahaya) yang menyerang anak berumur kurang dari 5
tahun. 2% dari kanker pada masa kanak- kanak adalah retinoblastoma.
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari
neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas.
Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak- anak,
terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian
besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh
menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan
secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan
kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50% menu runkan
anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.
Retinoblastoma adalah kanker yang dimulai dari retina – lapisan
sensitif di dalam mata. Retinoblastoma umumnya terdapat pada anak -anak.
Retina terdiri dari jaringan syaraf yang merespon cahaya masuk ke mata.

5
Kemudian retina mengirimkan sinyal melalui syaraf optik ke otak, dimana
sinyal diinterpretasikan sebagai gambar.
2.2. Etiologi
a. Kelainan Kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant
protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau
diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang
sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang
bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang
diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata
dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
b. Faktor Genetik
Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa anak,
bagaimanapun, mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak
diketahui apa yang menyebabkan kelainan gen, melainkan yang paling
mungkin menjadi kesalahan acak selama proses copy yang terjadi ketika sel
membelah.

2.3. Patofisiologi
Retino Blastoma berasal dari jaringan embrional retinal bersifat
malignancy, kongenital dan herediter serta dapat menyerang atau tumbuh 1
atau kedua mata. Tumor tumbuh melalui mutasi genetik secara spontan atau
sporadis atau diturunkan melalui autosomal dominant.
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus.
Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala
leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis.
Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan
menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan
invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan
sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh
darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke
badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warn a
iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang

6
dan visera , terutama hati.
2.4. Klasifikasi
RB dapat diklasifikasikan dengan sistem klasifikasi yang meliputi dua
komponen yaitu pengelompokan dan staging. Pengelompokan memiliki tujuan
untuk mengetahui prognosis terhadap keselamatan organ. Sedangkan staging
sendiri bertujuan untuk menentukan tingkat prognosis keberlangsungan hidup
pasien (Pratama, Nasrul, 2023).
a. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil. Terdapat pada atau
dibelakang ekuator, Prognosis sangat baik
b. Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil, Prognosis baik.
c. Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil,
Prognosis meragukan
d. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata, Prognisis tidak baik.
e. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis buruk. Terdapat
tiga stadium dalam retinoblastoma :
1) Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.
2) Stadium glaucoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular
meningkat
3) Stadium ekstraokuler
kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai
nekrose diatasnya
2.5. Manifestasi Klinis

a. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.


b. Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling atau terdapat warna
iris yang tidak normal.
c. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik

7
mata depan, uveitis, endoltafmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
d. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
e. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
f. Tajam penglihatan sangat menurun.
g. Nyeri
h. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan
kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh
darah di atasnya.
2.6. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan
kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan bebrapa
pemeriksaan sebagai sarana penunjang :
a. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina
disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor
tersebut dan berbatas kabur
b. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan
kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen :
Optikum melebar.
c. USG : Adanya massa intraokuler
d. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila
ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma
intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
e. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
2.7. Penatalaksanaan
Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan
radiasi. Apabila retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita
maka dilakukan eksenterasi orbita disusul dengan radiasi dan bila diberikan
kemoterapi (Ilyas dkk, 2002).
Harus dilakukan pemantauan teratur pada anak yang menderita
retinoblastoma dan keturunan berikutnya. Konseling genetik harus
ditawarkan dan anak dengan orang tua yang pernah mengalami
retinoblastoma harus diawasi sejak bayi (James dkk, 2005).

8
Bila tumor masih terbatas intraokular, pengobatan dini mempunyai
prognosis yang baik. Tergantung dari letak, besar, dan tebal,pada tumor
yang masih intraokular dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau
kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol,
dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih
terbatas dirongga orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan
kemoterapi. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20 -90%
pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer,
terutama osteosarkoma (mansjoer, 2005).
a. Terapi
1) Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese
(buatan).
2) Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga
terapi ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak
akibat penyinaran.
3) Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran
Kanker yang kecil.
4) Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker
ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5) Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan
ukuran kanker.
Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :
1) Ukuran kanker
2) Lokasi kanker
3) Apakah sudah menjalar atauy belum
4) Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
5) Adanya komplikasi
6) Riwayat keluarga
7) Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas.
b. Pembedahan
1) Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler
ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik
sepanjang mungkin.

9
2) Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke
jaringan orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan
jaringan periostnya
3) Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa – sisa sel
tumor
2.8. Pathway

10
2.9. Tinjauan Kasus
A. Kasus
Seorang anak berusia 5 tahun mengalami keluhan yang disadari sejak 2 minggu lalu,
keluhaan tersebut terjadi secara perlahan lahan, ibu pasien mengatakan anaknya gelisah
dan meringis kesakitan serta anaknya sulit melakukan aktivitas. Anaknya juga
mengalami demam serta nyeri dibagian mata dan terasa saat malam hari, serta ibu
pasien mengatakan pengelihatan anaknya tidak jelas.
Saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil : TTV suhu 38c, nadi 120x/menit, TD
130/80 mmHg, RR 25x/menit, klien tampak gelisah dan meringis, mata klien tampak
merah dan terlihat pembesaran pada mata sebalah kanan.

B. Pengkajian

No Register :090025
Ruangan : Melati
Tgl Ma6suk : 20 Novenber 2010
Tgl Pengkajian : 20 November 2010
Diagnosa Medis : Retino Blastoma

1. Identitas
Identitas klien dan Keluarga
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 32 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Penanggung Jawab : Tn. Z
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Hubungan dengan Klien : Suami
2. Keluhan Utama : Nyeri Pada Mata Sebelah Kanan
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien Ny. S masuk ke ruangan Melati RSUD M. Yunus Bengkulu pada
tanggal 20 september 2012 pukul 08.00 WIB dengan keluhan klien nyeri,
demam, kurang nafsu makan, gelisah, mata merah terjadi pembesaran pada
mata sebelah kanan. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21
september 2012 pukul 09.00 WIB didapatkan nyeri, demam, kurang nafsu

11
makan, gelisah, mata merah, skala nyeri 8. Nyeri dirasakan pada saat malam
hari, pada mata sebelah kanan dengan TTV, TD: 130/80 mmHg, RR: 25 x/mnt,
N: 120 x/mnt, S: 38*c
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasienpernah masuk ke RS M. Yunus Bengkulu dengan
mengalami Penyakit malaria dan dirawat selama 2 hari dan klien tidak pernah
mengalami penyakit sekarang.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan ataupun
penyakit menular lainnya.
d. Riwayat Psikososial
Klien merasa malu dengan penyakit yang dialaminya, klien tampak murung
dan tidak mau berkomunikasi dengan perawat dan lingkungan sekitar.
4. Riwayat kebiasaan sehari hari
a. Nutrisi
Dirumah
Makan : 3x sehari, porsi makan 1 porsi, jenis makanan : nasi, sayur dan buah
Minum : 6-8 gelas per hari 1000-1200 cc/hari jenis minuman : Air putih, dan
teh
Di rumah sakit
Makan : 3x sehari, 1 porsi, Nasi, sayur dan buah
Minum : 5-6gelas per hari 800-1000 cc/hari jenis minuman : Teh dan Air putih
b. Eliminasi
Dirumah
BAK : 4-6 x/hari Kuning Jernih
BAB : 2 x/hari Kuning Lembek
Dirumah sakit
BAK : 4-5 x/hari, Kuning jernih
BAB : 2 x/hari, Kuning, Lembek
c. Pola istirahat dan tidur
Dirumah : 5-6 jam/hari
Dirumah sakit : 4-5 jam/hari, Tidak bisa tidur dengan nyenyak karena gangguan
mata

12
5. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap seluruh system tubuh yang dilakukan


dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang terdiri dari :

a. Keadaan Umum : Lemah


b. Kesadaran : Compos Metis
c. TTV
Suhu : 380 C
Nadi : 120 x/m
RR : 25 x/m
BB : 20 KG
TB : 100 cm
d. Kepala
Inspeksi :Rambut kotor,Tidak ada ketombe dan luka di kulit kepala, Ujung
rambut tidak bercabang dan tidak kusam, Tidak ada lesi.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
e. Mata
Pemeriksaan subyektif :Proyeksi sinar kurang baik, Persepsi warna baik.
Pemeriksaan obyektif: kelopak mata normal (pasangan simetris, gerakan bebas,
kulit normal, tepi kelopak tidak ada sekret), bola mata normal (pasangan sejajar,
gerakan normal, ukuran normal), tekanan bola mata normal, konjungtiva
normal, sklera (warna merah), iris (warna coklat, pasangan simetris,)
f. Hidung
Inspeksi :Bentuk tulang hidung lurus, Tidak ada secret, Tidak ada pembesaran
chonchanasalis, Tidak ada polip.
Palpasi: Tidak ada sinus
g. Mulut
h. Inspeksi :Mukosa bibir lembab, Warna bibir merah muda, Warna lidah merah
muda
i. Telinga
j. Inspeksi :Daun telinga bagian belakang bersih, Tidak ada secret yang mengeras,
Tidak ada keluhan nyeri pada telinga bagian dalam..
k. Leher

13
l. Palpasi :Tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, Tidak ada bendungan vena
jugolaris, Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
m. System respirasi
Inspeksi :Pola nafas normal/Eupnoe, Bentuk rongga dada normal, Tidak ada
retraksi otot-otot bantu pernafasan, Frekuensi pernafasan normal (22x /menit)
Palpasi :Pergerakan dada kanan dan kiri simetris
n. System kardiovaskuler: Frekuensi denyut jantung normal 84x /menit, TD
Menurun 110/70 mmhg
o. System perkemihan: BAK lancer
Inspeksi :Warna urine kuning jernih, Bau urine khas
p. System pencernaan
Inspeksi :Frekuensi BAB 3x sehari
q. System persyarafan: Normal
r. Kulit: Turgor kulit elastic dan permukaan tidak gersang
s. Genetalia
Inspeksi :Tidak ada kotoran, Labia Mayora dan Labia Minora bersih, Tidak
terdapat jamur, Warna merah muda, Terdapat keputihan.
Palpasi :Tidak terdapat nyeri

6. Pemeriksaan Penunjang
Fundus Okuli
X ray
7. ANALISIS DATA
Nama Pasien : An. A No Reg. : 090025
Umur : 5 tahun Ruangan : Melati
no Data fokus Etiologi problem
1 DO: Agen pencedera Nyeri akut
Klien tampak gelisah fisiologis (D.0077)
Klien tampak meringis kesakitan
Klien tampak lemah
TTV
Suhu : 380 C
Nadi : 120 x/m

14
RR : 25 x/m

DS :
Klien mengatakan nyeri pada
matanya
Klien mengatakan peningkatan
suhu tubuh

2 DO: Gangguan Gangguan


-Klien tampak meringis kesakitan pengelihatan persepsi sensori
pada mata sebelah kanan (D.0085)
- mata klien tampak merah
- Terlihat pembesaran mata klien
disebelah kanan
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada
malam hari
- Klien mengatakan gangguan
pada penglihatan

Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan karateristik hasil intervensi


1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan • Kaji lebih
agen pencedera keperawatan tingkat nyeri pasien lanjut
fisiologis berkurang, dengan kriteria hadil : karakteristik
Kerluhan neri cukup menurun 4 nyeri, area
Meringis cukup menurun 4 dan sklanya
• Berikan
kompres
dingin pada

15
mata yang
nyeri
• observasi
TTV
• Kolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian
analgesic

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan • Kaji lebih


persepsi sensori keperawatan diharapkan, persepsi lanjut
b.d gangguan sensori membaik dengan kriteria hasil persepsi
pengelihatan mata klien sebelah kanan kembali sensorik
normal penglihatan
verbalisasi melihat bayangan cukup klien
menurun 4 • Kaji tingkat
ansietas /
kecemasan
• Beri
penjelasan
tentang proses
penyakitnya.

16
Implementasi dan evaluasi
No Tanggal implementasi Evaluasi
Jumat • Mengkaji lebih lanjut S:
20-10-23 karakteristik nyeri, area dan • Klien mengatakan nyeri
sklanya pada matanya
• Memberikan kompres • Klien mengatakan
dingin pada mata yang peningkatan suhu tubuh
nyeri
• Mengobservasi TTV O:
• Melakukan Kolaborasi • klien sudah tidak tanpak
dengan tim medis dalam gelisah
pemberian analgesic • klien masih tanpak meringis
kesakitan.
• Klien masih tampak lemah

A:
• Masalah teratasi sebagian.
P:
• Intervenai di lanjutkan
• Mengkaji lebih lanjut S:
persepsi sensorik • Klien mengatakan nyeri
penglihatan klien pada malam hari
• Mengkaji tingkat ansietas / • Klien mengatakan
kecemasan gangguan pada penglihatan
• Memberi penjelasan O:
tentang proses penyakitnya. • Klien tampak meringis
kesakitan pada mata sebelah
kanan
• mata klien tampak merah
• Terlihat pembesaran mata
klien disebelah kanan

A:

17
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi di lanjutkan

18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas
intraokuler yang ditemukan pada anak- anak, terutama pada usia dibawah lima
tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral
(70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang
diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif
dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak
mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan
edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera diobati.

3.2. Saran
Bagi institusi kesehatan baik bidang pendidikan ataupun praktisi agar dapat lebih
banyak bersosialisasi mengenai penyakit ini, agar masyarakat dapat mengetahui faktor
risiko yang dapat terjadi sehingga masyarakat dapat waspada.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dimaras, H.; Corson, T.W.; Cobrinik, D.; White, A.; Zhao, J.; Munier, F.L.; Abramson, D.H.;
Shields, C.L.; Chantada, G.L.; Njuguna, F.; et al. Retinoblastoma. Nat. Rev. Dis.
Primers 2015, 1, 15021. [CrossRef] [PubMed]

Dimaras, H.; Khetan, V.; Halliday, W.; Orlic, M.; Prigoda, N.L.; Piovesan, B.; Marrano, P.;
Corson, T.W.; Eagle, R.C., Jr.; Squire, J.A.; et al. Loss of RB1 induces non-proliferative
retinoma: Increasing genomic instability correlates with progression to retinoblastoma.
Hum. Mol. Genet. 2008, 17, 1363–1372. [CrossRef] [PubMed]

Pratama, S. M. S., & Nasrul, M. (2023). Retinoblastoma: Deteksi Dini Hingga Tatalaksana
Terkini. Jurnal Medika Hutama, 4(02 Januari), 3334-3339.

Rojanaporn, D.; Boontawon, T.; Chareonsirisuthigul, T.; Thanapanpanich, O.; Attaseth, T.;
Saengwimol, D.; Anurathapan, U.; Sujirakul, T.; Kaewkhaw, R.; Hongeng, S. Spectrum
of germline RB1 mutations and clinical manifestations in retinoblastoma patients from
Thailand. Mol. Vis. 2018, 24, 778–788. [PubMed]

Sampieri, K.; Amenduni, M.; Papa, F.T.; Katzaki, E.; Mencarelli, M.A.; Marozza, A.;
Epistolato, M.C.; Toti, P.; Lazzi, S.; Bruttini, M.; et al. Array comparative genomic
hybridization in retinoma and retinoblastoma tissues. Cancer Sci. 2009, 100, 465–471.
[CrossRef] [PubMed]

Zhang, J.; Benavente, C.A.; McEvoy, J.; Flores-Otero, J.; Ding, L.; Chen, X.; Ulyanov, A.; Wu,
G.; Wilson, M.; Wang, J.; et al. A novel retinoblastoma therapy from genomic and
epigenetic analyses. Nature 2012, 481, 329–334. [CrossRef]

20

Anda mungkin juga menyukai