Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN ANAK II

Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Retinoblastoma

KELOMPOK 4:

MESTIKA (2012117320
MIZANUL AMALIA (201211735)
INAS MALINDA PUTRI (201211737)
GRIVELLIA DEKESYA PUTRI Y (201211746)
HANIA AULIA (201211731)
ANJELY

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa pula saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besar nya kepada Bapak dan Ibu Dosen yang telang
membimbing kami sehingga bisa menyelaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini dibuat dengan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses pengerjaan makalah ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwasanya
masih terdapat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya
mengundang para pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
dan memotivasi bagi saya kedepannya. Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah saya selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata saya mengucapkan sekian dan
terimakasih.

Padang, 05 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang…………………………………………………….......

1.2. Rumusan Masalah……………………………………….......................

1.3. Tujuan………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP RETINOBLASTOMA……………………………………….

2.1. Definisi………………………………………………………………...

2.2. Etiologi………………………………………………………………..

2.3. Manifestasi Klinis……………………………………………………..

2.4. Patofisiologi…………………………………………………………..

2.5. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………….

2.6. Penatalaksanaan Medis……………………………………………….

B. ASKEP TEORITIS

1. Pengkajian………………………………………………………………

2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………....

3. Intervensi Keperawatan…………………………………………………
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………….

3.2 Saran………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Retinoblastoma merupakan tumor ganas primer intraokular yang paling umum pada
anak dan merupakan keganasan primer intraokular tersering kedua (setelah melanoma
mata) di semua kelompok umur.Massa tumor di retina dapat tumbuh ke dalam vitreus
(endofitik) dan tumbuh menembus keluar (eksofitik).

Angka kejadian retinoblastoma di seluruh dunia diperkirakan sebesar 1 dari 20.000


kelahiran hidup dan retinoblastoma merupakan 4% dari semua keganasan Pediatrik.
Usia rata-rata saat presentasi retinoblastoma adalah di bawah 12 bulan untuk kasus
herediter dan mendekati 24 bulan pada kasus sporadis. Presentasi setelah usia 6 tahun
kasusnya sangat jarang. Tidak ada kecenderungan ras atau jenis kelamin untuk
kejadian retinoblastoma.

Sekitar 250-350 kasus baru retinoblastoma didiagnosis setiap tahun Amerika Serikat.4
Penelitian oleh Jama Oncology pada tahun 2018 menemukan bahwa terdapat 4.351
anak yang berasal dari dari 153 negara menderita Retinoblastoma lebih dari setengah
(2276 [52,3%]) pasien berasal dari Asia, 1.024 (23.5%) berasal dari Afrika, 522
(12,0%) berasal Eropa, 512 (11,8%) berasal dari Amerika, dan 17 (0,4%) berasal dari
Oseania. Dari semua pasien, 533 (12,3%) berasal dari negara berpenghasilan rendah,
1.940 (44,6%) dari menengah ke bawah, 1.212 (27,9%) dari menengah ke atas, dan
666 (15,3%) dari negara berpenghasilan tinggi.

Lebih dari 90% penderita retinoblastoma tinggal di negara terbelakang dengan


penghasilan menengah dan rendah, hal ini dinilai meresahkan karena anak-anak
meninggal akibat tumor yang seharusnya dapat disembuhkan dengan tingkat
kelangsungan hidup yang tinggi. Di negara maju, tujuan pengobatan telah berubah
dari penyelamatan bola mata menjadi pemeliharaan penglihatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar penyakit Retinoblastoma pada Anak?
2. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis Retinoblastoma pada Anak?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep penyakit Retinoblastoma pada Anak


2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Retinoblastoma pada Anak

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Retinoblastoma

Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam mata yang berasal dari jaringan
embrional retina. Insidennya 1:14.000-1:20.000 kelahiran hidup.1-3 Meskipun
retino-blastoma dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering terjadi
pada anak-anak sebelum usia 2 tahun. Sekitar 95% kasus retinablastoma
didiagnosis sebelum usia 5 tahun. Retinoblastoma secara tipikal didiagnosis
selama tahun pertama kehidupan pada kasus familil dan kasus bilateral
sedangkan pada kasus unilateral secara sporadik didiagnosis antara usia 1 dan
3 tahun. Onset setelah usia 5 tahun jarang namun dapat juga terjadi.

Retinoblastoma merupakan tumor yang dapat terjadi secara herediter


(40%), dan non herediter (60%). Retinoblastoma herediter meliputi pasien
dengan riwayat keluarga positif (10%) dan yang mengalami mutasi gen yang
baru pada waktu pembuahan (30%). Bentuk herediter dapat bermanifestasi
sebagai penyakit unilateral atau bilateral. Pada bentuk herediter, tumor
cenderung terjadi pada usia muda. Tumor unilateral pada bayi lebih sering
dalam bentuk herediter, sedangkan anak yang lebih tua lebih sering mengalami
bentuk nonherediter. Tumor unilateral pada anak yang muda mengalami
abnormalitas genetik yang ringan dibandingkan pada anak yang lebih tua.
Dahulu retinoblastoma dianggap berasal dari mutasi gen autosomal dominan,
tetapi pendapat terakhir menyebutkan bahwa kromosom alela nomor 13q14
berperan dalam mengontrol bentuk hereditable dan non-hereditable (sifat
menurun atau tidak menurun) suatu tumor. Jadi pada setiap individu
sebenarnya sudah ada gen retinoblastoma normal. Pada kasus yang herediter,
tumor muncul bila satu alela 13q14 mengalami mutasi spontan sedangkan
pada kasus yang nonherediter baru muncul bila kedua alela 13q14 mengalami
mutasi spontan.

B. Etiologi
1. Faktor Genetik
Perubahan genetik pada gen Rb1 (retinoblastoma protein; protein
penekan/supresor kanker. Contoh ; mutase somatic, anomaly/aberasi
kromosom (khususnya kromosom 13 ~~ sindrom 13q = delesi sebagian
besar lengan kromosom 13).

Klasifikasi Internasional Stadium Retinoblastoma (tergantung ukuran) :


A. Ukuran kecil (≤ 3mm); tumor intraretina jauh dari cakram optis (optic
disc) dan foveolar.
B. Ukuran > 3mm. mendekati cakram optis dan foveolar, tetapi tetap pada
batas retina. (remain confined to retina).
C. Tumor mulai dari retina dan menyebal local memproduksi cairan
dibawah retina (subretinal seeding) atau ke bagian gel mata (vitrous
seeding).
D. Tumor sudah menyebar luas dengan seeding/produksi cairan yang
signifikan. Retina mungkin terpisah/copot (detached) dari belakang
mata. Tumor belum sampai ke bagian lensa mata.
E. Tumor sangat besar sampai ke bagian depan mata, terjadi perdarahan
atau menyebabkan glaucoma.

C. Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda-tanda retinoblastoma ditentukan oleh luas dan lokasi


tumor pada waktu didiagnosis. Gejala yang paling sering ialah :

1. Cat eye’s reflex (refleksi mata kucing) atau leukocoria; ada refleksi pupil
berwarna putih.
2. Strabismus (crossed eye / jereng). Dapat diakibatkan oleh kerusakan mata
yang membuat mata memiliki fiksasi yang buruk.
3. Penurunan penglihatan
4. Glaucoma

5. Proptosis (mata menonjol)


6. Mata merah atau inflamasi
7. Nyeri pada daerah mata dan kepala .

leukokoria (refleks putih pada pupil) sekitar 50-62%, strabismus (20%).1-5


Ciri-ciri lain meliputi heterokromia, hifema spontan, amauritic cat’ eye (bila
mata kena sinar akan memantulkan cahaya seperti mata kucing) dan
selulitis.3,4 Dalam perkembangan selanjutnya tumor dapat tumbuh ke arah
badan kaca (endofilik) dan kearah koroid (eksofilik). Pada pertumbuhan
endofilik, tampak massa putih yang menembus melalui membran limitan
interna.

Retinoblastoma endofilik kadang-kadang berhubungan dengan adanya sel


individual atau fragmen jaringan tumor pada vitreus yang terpisah dari massa
utama. Kadang-kadang sel ganas memasuki anterior chamber dan membentuk
pseudo-hipopion.

Tumor eksofilik berwarna putih-kekuningan dan terjadi pada ruang


subretinal sehingga pembuluh darah retina yang terdapat di atasnya sering
bertambah ukurannya dan berkelok-kelok. Pertumbuhan eksofilik
retinoblastoma sering kali berhubungan dengan akumulasi cairan subretinal
yang dapat mengaburkan tumor dan hampir mirip dengan exsudative retinal
detachment yang memberi kesan coats’ disease.

Tumor yang besar sering menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan endofilik


dan eksofilik. Bila tumor tumbuh cepat tanpa diikuti sistem pembuluh darah,
maka sebagian sel tumor akan mengalami nekrosis dan melepaskan
bahanbahan toksik yang menyebabkan iritasi pada jaringan uvea, sehingga
timbul uveitis disertai dengan pembentukan hipopion dan hifema. Komplikasi
lain berupa terhambat-nya pengaliran akuos humor, sehingga timbul glaukoma
sekunder.

Pada metastase yang pertama terjadi penyebaran ke kelenjar preaurikuler


dan kelenjar getah bening yang berdekatan. Metastase kedua terjadi melalui
lamina kribosa ke saraf optik, kemudian mengadakan infiltrasi ke vaginal
sheath subarachnoid masuk kedalam intrakranial. Metastase ketiga dapat
meluas ke koroid dan secara hematogen sel tumor akan menyebar ke seluruh
tubuh.

D. Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa
tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria,
tandatanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel
tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan
glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan
tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus
optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis
jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat
neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara
limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara
hematogen ke sumsum tulang dan visera

E. Pemeriksaan Penunjang

Anak dengan retinoblastoma seharus-nya mendapatkan pemeriksaan fisik


oleh spesialis anak atau onkologis anak. Anestesi digunakan pada bayi di atas
usia 2 bulan untuk mendapatkan pemeriksaan lengkap. Pemeriksaan tekanan
intraokuler dan diameter kornea juga dilakukan selama pemeriksaan dibawah
pengaruh anestesi.
Secara umum diagnosis pasti retinoblastoma hanya dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakan biopsi merupakan
kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan beberapa
pemeriksaan sebagai sarana penunjang:

1. Pemeriksaan X foto: dengan pemeriksaan ini hampir 60-70% terdeteksi


adanya kalsifikasi di dalam tumor. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke
saraf optik, foramen optikum akan tampak melebar.
2. Pemeriksaan USG atau CT scan atau MRI: dapat mengetahui adanya
massa tumor intraokuler meskipun media keruh. Bila lesi masih dini maka
akan nampak gambaran solid, sedangkan bila tumor telah mengalami
nekrosis akan nampak gambaran yang kistik.
3. Pemeriksaan lactic acid dehydrogenase (LDH): dengan membanding-kan
kadar LDH dalam akuos humor dan serum darah dapat diperkirakan
adanya retinoblastoma intraokuler. Rasio normal ialah <1; bila rasio >1,5
dicurigai kemungkinan adanya retino-blastoma.

F. Penatalaksanaan Medis

Pada terapi retinoblastoma berdasarkan prinsip umum bertujuan untuk


menghilang-kan tumor dan menyelamatkan nyawa penderita, mempertahankan
penglihatan bila memungkinkan, menyelamatkan mata, menghindari tumor
sekunder yang dapat juga disebabkan karena terapi terutama pada anak yang
mengalami retinoblastoma yang diturunkan. Faktor terpenting yang
menentukan pemilihan terapi meliputi apakah tumor pada satu mata atau
kedua mata, bagaimana penglihatannya, dan apakah tumor telah meluas keluar
bola mata. Secara keseluruhan lebih dari 90% anak-anak yang dapat
mengalami penyembuhan. Hasil terapi akan lebih baik bila tumor masih
terbatas dalam mata dan akan memburuk bila tumor telah menyebar.
Berdasarkan stadium tumor, terapi yang dapat digunakan ialah :

1. Kemoterapi
2. Pembedahan : Ketika tumor terjadi hanya pada satu mata, maka cenderung
untuk bertambah besar sebelum terdiagnosis. Penglihatan telah rusak,
tanpa adanya harapan untuk pulih kembali. Terapi umum pada kasus ini
ialah enukleasi dan biasanya disertai pemasangan implan orbita.
Pengangkatan bola mata biasanya dapat memengaruhi pertumbuhan tulang
dan jaringan sekitar mata. Pemasangan orbital implan dapat meminimalkan
efek tersebut. Bila retinoblastoma terjadi pada kedua mata, maka enukleasi
pada kedua mata mengakibatkan pasien tidak bisa melihat namun prosedur
ini yang paling aman karena kerusakan mata disebabkan oleh karena
tumornya. Ada juga yang mengatakan bahwa bila pada satu mata atau dua
mata penglihatannya masih berfungsi dapat dipertimbangkan terapi
konservatif terlebih dahulu.
3. Terapi radiasi (brachytherapy atau terapi radiasi eksternal beam)
4. Fotokoagulasi (menggunakan laser untuk mematikan tumor, digunakan
untuk tumor yang kecil)
5. Krioterapi (menggunakan probe yang sangat dingin untuk membekukan
dan mematikan tumor, juga digunakan untuk tumor yang kecil)
6. Termoterapi (merupakan terapi panas yang menggunakan infra merah
untuk mematikan tumor, digunakan untuk tumor yang kecil)
7. Subtenon (subconjunctival) kemoterapi

Pada standar terapi berdasarkan lokasi tumor intraokuler (unilateral atau


bilateral) atau ekstraokuler, terapi yang digunakan meliputi :

a. Intraokular
1. Unilateral

Karena penyakit unilateral biasanya masif dan sering kali


menunjukkan tidak ada harapan penglihatannya dapat dipertahankan maka
biasanya dilakukan enukleasi dan terapi radiasi tidak diberikan pada badan
tumor. Sekarang ini masih dilakukan percobaan kemoterapi pada pasien
dengan penyakit unilateral dalam rangka untuk mempertahankan
penglihatan pada mata yang terkena. Suatu studi menunjukkan bahwa
anak-anak dengan retinoblastoma dengan gejala yang nyata seperti
leukokoria, strabismus, atau mata merah biasanya memerlukan enukleasi.
Namun pada anak-anak dengan gejala yang tidak nyata dapat menghindari
tindakan enukleasi.

Suatu studi mengatakan bahwa bila terdapat potensial untuk


mempertahankan penglihatan karena tumor masih kecil, maka terapi
seperti radiasi, fotokoagulasi, krioterapi, termoterapi, kemoreduksi dan
brachyterapi lebih diutamakan daripada terapi pembedahan. Namun perlu
juga diperhatikan bahwa anak-anak dengan unilateral retinoblastoma dapat
berkembang ke mata sebelahnya. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan
secara berkala pada mata sebelahnya. Pemeriksaan spesimen enukleasi
diperlu-kan untuk menentukan adanya resiko metastase. Terapi sistemik
tambahan dengan vincristin, doxorubicin, dan cyclophosphamid atau
vincristine, carboplatin, dan etoposide telah digunakan pada pasien dengan
berisiko tinggi berdasarkan pemeriksaan histopatologik setelah enukleasi
untuk mencegah perkembangan metastase.

2. Bilateral

Penatalaksanaan retinoblastoma bilateral tergantung pada luasnya


penyakit pada setiap mata. Biasanya penyakit lebih menonjol pada salah
satu mata. Standar terapi pada masa lalu ialah enukleasi pada mata yang
lebih parah. Bila masih ada harapan pada penglihatan kedua matanya,
maka iradiasi bilateral atau kemoreduksi disertai follow up respon dan
terapi fokal merupakan tindakan yang perlu dilakukan.

Sejumlah pusat-pusat besar di Eropa dan Amerika Utara


memublikasikan hasil percobaannya menggunakan kemoterapi sistemik
pada pasien dengan tumor intraokular yang tidak berhasil diterapi dengan
terapi lokal. Contohnya ialah tumor yang terlalu besar untuk diterapi
dengan krioterapi atau fotokoagulasi laser atau bayi baru lahir dengan
tumor yang melebihi optic disc.9 Pada seluruh kasus, tujuan kemoterapi
ialah pengurangan volume tumor sehingga terapi lokal (krioterapi,
fotokoagulasi, thermoterapi) dapat dilakukan.

b. Ekstraokular

Beberapa pasien dengan retino-blastoma menunjukkan penyakit


ekstraokular, dapat terlokalisasi pada jaringan lunak sekitar mata atau ke
nervus optikus. Perluasan lebih lanjut dapat mengenai otak dan meningen.
Pada saat ini tidak ada standar terapi efektif yang digunakan untuk terapi
retinoblastoma ekstraokular; iradiasi orbital dan kemoterapi dapat
digunakan. Percobaan klinik melaporkan pasien dengan metastase non-
CNS (Central nervous system) telah diterapi dengan sukses menggunakan
kemoterapi mieloablasi dengan sel stem.
ASUHAN KEPERAWATAN RETINOBLASTOMA

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama,umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa, alamat,
diagnosa penyakit, tanggal masuk, tanggal pengkjian, nomor medikal record.

2. Identitas penanggung jawab

Meliputi, nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan klien, status perkawinan,
agama, suku bangsa, alamat. 3. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang nafsu


makan, gelisah,dan nyeri pada mata.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Perlu dikaji apakah ditemukan suatu gejala yang menimbulkan suatu penyaki
dengan menggunakan metode PQRST.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan dengan
timbulnya retinoblastoma yaitu adanya miopi tinggi, retinopati, trauma pada mata.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Perlu dikaji apakah ada keluarganya yang menderita penyakit seperti ini.
Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom, protein
yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan
retinoblastoma, atau penyakit yang lain yang bersifat kronis, dan apakah ada
riwayat penyakit keturunan.

4. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran umum

Mengkaji tingkat kesadran dan mengkaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,
respirasi, suhu)

b. Pemeriksaan Khusus Mata

1) Gejala dini mata nampak juling, jika tumor sudah membesar, maka akan
menonjol sampai keluar bola mata. Dalam keadaan demikian biasanya mata
sudah rusak sama sekali. Mata merah, rasa sakit yang diiringi oleh glaukoma
dan pelepasan retina.

2) Pemeriksaan tajam penglihatan

Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata


sehingga dapat merusak semua organ di mata yang menyebabkan
tajam penglihatan sangat menurun.

3) Pemeriksaan gerakan bola mata

Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat
merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan
menyebabkan mata juling.

4) Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal

Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea,


bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada retinoblastoma
didapatkan:

• Leukokoria, yaitu reflek pupil yang berwarna putih.


• Hipopion, yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
• Hifema, yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
• Uveitis
5) Pemeriksaan Pupil

Jika penyakit sudah lanjut dan meluas ke hampir seluruh retina, maka pada mata
klien tampak leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih / mata kucing
amaurotik), yaitu adanya refleks kuning, putih atau abu-abu merah di pupil.
merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita
dengan retinoblastomadan biasanya pupil setengah melebar serta tidak bereaksi
terhadap cahaya.

6) Pemeriksaan funduskopi

Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil saraf optik, dan


retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam
badan kaca.

7) Pemeriksaan tekanan bola mata

Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata


meningkat.

5. Pemberian Sistem

a. Aktivitas
Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas biasanya.
Tanda: kelelahan otot.
Peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi.
Tanda: takikardi, mur-mur jantung.
Kulit, membran mukosa pucat.
Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan cerebral. c.
Eliminasi
Gejala: diare; nyeri tekan perianal, nyeri.
Darah merah terang pada tisu, feses hitam.
Darah pada urine, penurunan haluaran urine. d.
Integritas ego
Gejala: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Tanda: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang.
Perubahan alam perasaan, kacau. e.
Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah.
Perubahan rasa/penyimpangan rasa.
Penurunan berat badan. f.
Neurosensori
Gejala: kurang/penurunan koordinasi.
Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran konsisten.
Pusing, kebas, kesemutan parastesi.
Tanda: otot mudah terangsang, aktivitas kejang. g.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram
otot. Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri. h.
Pernapasan
Gejala: napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda: dispnea, takipnea, batuk.
Gemericik, ronki.
Penurunan bayi napas. i.
Keamanan
Gejala: riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh..
Gangguan penglihatan/kerusakan.
Perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda: demam, infeksi.
Kemerahan, purpura, perdarahan retinal, perdarahan gusi, atau epistaksis.
Pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dengan invasi jaringan)
Papil edema dan eksoftalmus.
j. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat terpajan pada kimiawi, mis; benzene, fenilbutazon, dan
kloramfenikol(kadar ionisasi radiasi berlebihan, pengobatan
kemoterapi sebelumnya, khususnya agen pengkilat.
Gangguan kromosom, contoh sindrom down atau anemia franconi aplastik

B. Diganosa Keperawatan

1. Gangguan presepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan


penerimaan sensori dari organ penerima.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakitnya.

3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang.

4. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan.

5. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

6. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan pembatasan


aktivitas.
C. Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI

1. Gangguan persepsi Persepsi sensori MINIMALISASI RANGSANGAN


sensori
- Verbalisasi melihat Observasi:
bayangan meningkat
- Distori sensori - Periksa status mental, status
meningkat sensori, dan tingkat
- Menarik diri kenyamanan (mis. Nyeri,
meningkat kelelahan
- Melamun meningkat
Terapeutik:

- Diskusikan tingkat toleransi


terhadap beban sensori (mis.
Bising, terlalu terang)
- Batasi stimulasi lingkungan
(mis. Cahaya, suara)
- Jadwalkan aktivitas harian
dan waktu istirahat
- Kombinasikan
prosedur/tindakan dalam
satu waktu, sesuai
kebutuhan
Edukasi:

- Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus
(mis. Mengatur pencahayaan
ruangan, mengurangi
kebisingan, membatasi
kunjungan)

Kolaborasi:

- Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan
kolaborasi pemberian obat
yang mempengaruhi
persepsi stimulus

2. Gangguan rasa Status kenyamanan: MANAJEMEN NYERI


nyaman
- Kesejahteraan fisik Observasi:
meningkat
- Perawatan sesuai - Identifikasi lokasi,
kebutuhan meningkat karakteristik, durasi,
- Keluhan tidak frekuensi, kualitas dan
nyaman menurun intensitas nyeri
- Menyalahkan diri - Identifikasi skala nyeri
sendiri menurun - Identifikasi respon yang
- Percobaan bunuh diri memperberat dan
menurun memperingan nyeri
- Postur tubuh - Identifikas pengetahuan dan
membaik keyakinan tentang nyeri
- Pola hidup membaik - Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik:

- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi:

- Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik

Kolaborasi:

- Kolaborasi pemberian
analgetik

3. Resiko cedera Tingkat cedera PENCEGAHAN OBSERVASI

- Toleransi aktivitas - Identifikasi area lingkungan


meningkat yang berpotensi
- Kejadian cidera menyebabkan cedera
menurun - Identifikasi obat yang
- Tekanan darah berpotensi menyebabkan
membaik cedera

Terapeutik:

- Sediakan pencahayaan yang


memadai
- Gunakan lampu tidur selama
jam tidur
- Diskusikan mengenai latihan
dan terapi fisik yang
diperlukan
- Diskusikan mengenai alat
bantu mobilitas yang sesuai
- Diskusikan bersama anggota
keluarga yang dapat
mendampingi pasien
- Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan

Edukasi:

- Jelaskan alasan intervensi


pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi
secara perlahan

4. Gangguan citra Citra tubuh PROMOSI CITRA TUBUH


tubuh
- Melihat bagian tubuh Observasi:
meningkat
- Menyentuh bagian - Mengidentifikasi harapan
tubuh meningkat citra tubuh berdasarkan
- Verbalisasi perasaan tahap perkembangan
negative tentang - Identifikasi budaya, agama,
perubahan tubuh jenis kelamin, dan umur
menurun terkait citra tubuh
- Verbalisasi - Identifikasi perubahan citra
kekhawatiran pada tubuh yang mengakibatkan
penolakan atau reaksi isolasi sosial
orang lain menurun - Monitor frekuensi
- Verbalisasi perubahan pernyataan kritik terhadap
gaya hidup menurun diri sendiri
- Fokus pada - Monitor apakah pasien bisa
penampilan masa lalu melihat bagian tubuh yang
berubah

Terapeutik:

- Diskusikan perubahan tubuh


dan fungsinya
- Diskusikan perubahan
penampilan fisik terhadap
harga diri
- Diskusikan perubahan akibat
pubertas, kehamilan dan
penuaan
- Diskusikan kondisi stress
yang mempengaruhi citra
tubuh misalnya luka,
penyakit, pembedahan
- Diskusikan cara
mengembangkan harapan
citra tubuh secara realitas
- Diskusikan persiapan pasien
dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh

Edukasi:

- Jelaskan kepada keluarga


tantang perawatan
perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengungkapkan
gambaran terhadap citra
tubuh
- Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
- Melatih peningkatan
penampilan diri
- Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok

5. Ansietas Ansietas REDUKSI ANSIETAS

- Verbalisasi khawatir Observasi:


akibat kondisi yang
dihadapi menurun - Identifikasi saat tingkat
- Perilaku gelisah ansietas berubah (mis.
menurun Kondisi, waktu, stressor)
- Perilaku tegang - Identifikasi kemampuan
menurun mengambil keputusan
- Pucat menurun - Monitor tanda ansietas
- Pola berkemih
membaik (verbal dan non verbal)
- Konsentrasi membaik
Terapeutik:

- Ciptakan suasana terapeutik


untuk menumbuhkan
kepercayaan
- Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
- Pahami situasi yang
membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
- Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang

Edukasi:

- Jelaskan prosedur, termasuk


sensasi yang mungkin
dialami, informasikan secara
faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
- Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi, latih
kegiatan penglihatan, untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat, latih teknik
relaksasi

Kolaborasi;

- Kolaborasi pemberian obat


anti anxietas, jika perlu

BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Retinoblastoma ialah tumor ganas dalam mata yang berasal dari jaringan
embrional retina. Meskipun retinoblastoma dapat terjadi pada semua umur
namun paling sering terjadi pada anak-anak sebelum usia 2 tahun.
Retinoblastoma merupakan tumor yang dapat terjadi secara herediter dan non
herediter.

Gejala yang paling sering ialah leukokoria dan strabismus. Ciri-ciri lain
meliputi heterokromia, hifema spontan, dan amaurotic cat’ eye. Untuk
menegakkan diagnosis digunakan pemeriksaan X foto, USG, CT scan atau
MRI, pemeriksaan LDH. Konseling genetik juga diperlukan dalam
pemeriksaan pasien retinoblastoma. Salah satu sistem klasifikasi yang sering
digunakan pada retinoblastoma intraokular ialah klasifikasi Reese-Ellsworth.

Terapi retinoblastoma telah mengalami banyak perubahan selama 10 tahun


terakhir ini yang menyebabkan banyak sekali kontroversial dalam terapi
terutama pemilihan terapi awal yang harus dilakukan saat anak terdiagnosis
retinoblastoma. Pilihan pembedahan atau terapi terlebih dahulu masih
kontroversial karena masing-masing mempunyai efek menguntungkan dan
merugikan. Terapi yang dapat digunakan antara lain: kemoterapi,
pembedahan, terapi radiasi, fotokoagulasi, krioterapi, termoterapi, subtenon
(subkonyungtival) kemoterapi.

Dewasa ini prognosis anak-anak dengan retinoblastoma intraokular


terlokalisasi yang mendapatkan terapi modern mempunyai prognosis baik
untuk bertahan hidup dengan persentase melebihi 95%.

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2016. Retinoblastoma. Diakses pada 20/08/2018 20:15


WIB. https://www.cancer.org/cancer/retinoblastoma.html

Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009). Wong’s essentials of pediatric nursing,


8 th Ed. St. Louis: Mosby Elsevier.

Rosdiana, Nelly. Februari 2011. Gambaran Klinis dan Laboratorium


Retinoblastoma. Sari Pediatri. Vol. 12, No 5.

Rares, Laya. Juli-Desember 2016. Retinoblastoma. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume


4, Nomor 2, Juli-Desember 2016. Diakses pada 20/08/2018 20:15 WIB.
Via : Google Scholar.

Anda mungkin juga menyukai