Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

RETINOBLASTOMA

Disusun Oleh:
Shella Gustiawati Hidayat
112018138

Pembimbing :
dr Vanessa M Tina, Sp.M

KEPANITERAAN STASE ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT FMC BOGOR


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Periode 8 Febuari – 13 Maret 2021

1
Pendahuluan
Retinoblastoma merupakan suatu neoplasma yang berasal dari neurotina (sel batang dan sel
kerucut) atau sel glia yang ganas yang berproliferasi dari neuroglia seperti yang terjadi pada saraf
otak dan optik , dan terjadi pada anak – anak yang muncul pada salah satu mata atau kedua mata
dibawah umur 5 tahun. sebagian kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalu
kromosom.1,7 Gejala klinis retinoblastoma beraneka ragam dan biasanya tidak disadari sampai
tumbuh cukup besar, seperti adanya leukokoria, strabismus, dan peradangan.2
Anak dibawa ke dokter jika terdapat refleks pupil berwarna kuning yang disebut disebut mata
kucing. Jika tidak diobati maka akan terjadi tahapan – tahapan menjadi keganasan, yaitu : (1)
tahap tanpa gejala berlangsung 6 bulan sampai 1 tahun; (2) tahap glukoma; (3) tahapan ekstensi
ekstraokuler dan (4) tahapan metastasis.1
Dua pertiga kasus muncul sebelum akhir tahun ketiga, kasus – kasus yang jarang dilaporkan
hampir disegala usia. Tumor bersifat bilateral pada sekitar 30% kasus. Umumnya, hal ini
merupakan tanda dari penyakit herediter, tetapi lebih dari sepertiga kasus – kasus keturunan
terjadi unilateral.2 Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan. Sering terjadi
perubahan degenaratif, diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki
kemungkinan 50% menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4 – 7
%.4 Di USA, sekitar 300 anak – anak dan remaja dibawah 20 tahun didiagnosis retinoblastoma
tiap tahun. kasus terbesar terjadi pada anak – anak, sekitar 2/3 (63%) kasus retinoblastoma terjadi
pada usia dibawah 2 tahun dan 95 % terjadi sebelum usia 5 tahun.5

Tinjauan pustaka
Definisi
Retinoblastoma adalah blastoma (suatu neoplasma yang terdiri dari sel-sel
embrionik yang berasal dari blastema suatu organ atau jaringan) kongenital ganas yang
terdapat baik dalam bentuk herediter maupun sporadik, terdiri dari sel-sel tumor yang
berasal dari retinoblas, muncul pada salah satu atau kedua mata anak di bawah usia 5
tahun dan biasanya didiagnosis pertama kali berdasarkan adanya refleks pupil putih atau
kuning terang (leukokoria).1,7
Retinoblastom dibagi menjadi dua yatu Heritable retinoblastoma dan Nonheritable
retinoblastoma. Heritable (juga disebut sebagai herediter, familial atau germline)
retinonlastoma yaitu retinoblastoma yang hubungan dengan mutasi germline (contoh:
mutasi yang terjadi pada sel reproduktif (ovum dan sperma). Istilah “Heritable
retinoblastoma” termasuk pasein dengan penyakit bilateral, multifocal, pasien dengan
2
riwayat keluarga yang positif dan pasien dengan mutasi germline yang diketahui. Dengan
catatan, sekitar 15 persen dari kasus retinoblastoma unilateral disebabkan ole mutasi
germline. Sebagai tambahan, kebanyakan kasus dari Heritable retinoblastoma disebabkan
oleh mutasi de novo dan riwayat keluarga positi hanya 25 persen. Oleh karena itu riwayat
keluarga negatif tidak menyingkirkan Heritable retinoblastoma.9
Nonheritable retinoblastoma (juga disebut nonherediter, nonfamilial, sporadik atau
somatik) merupakan hasil dari mutasi somatik (contoh: mutasi yang terjadi di sel
nonreprodukti) pada gen RB1. Pasien dengan Nonheritable retinoblastoma mempunyai
penyakit unilateral, unifocal dan cenderung didiagnosis pada usia lanjut jika dibandingkan
dengan kasus yang heritabel. Meskipun istilah “sporadik” umumnya digunakan untuk
mendeskripsikan nonheritable retinoblastoma, hal ini sedikit kurang sesuai karena banyak
kasus sporadik (contoh, kasus tanpa riwayat keluarga sebelumnya) disebabkan oleh mutasi
de novo germline dan oleh karena itu heritable.9

Epidemiologi
Frekuensi dari penyakit ini diperkirakan antara 1: 14.000 sampai 1:20.000 dari
kelahiran hidup, tergantung pada negara masing-masing. Diperkirakan 250-300 kasus baru
muncul di Amerika serikat setiap tahunnya atau sekitar 4 kasus per 1 juta penduduk di
Amerika serikat. Diseluruh dunia idiperkirakan nsiden retiblastoma sekitar 11 kasus per 1
juta anak yang berusia kecil dari 5 tahun. Di Filipina diperkirakan insiden lebih dari 1
kasus per 18.000 kelahiran hidup. Retinoblastoma adalah tumor okuler maligna yang
paling sering diantara anak-anak. kejadiannya sekitar satu dalam 20.000 kelahiran, dan
30% dari semua kasus adalah retinoblastoma bilateral.10

Etiopatogenesis
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya
cenderung diturunkan.7 Suatu alel dalam pita kromosom 13q14 mengontrol tumor baik
bentuk herediter maupun nonherediter. Gen retinablastoma normal, yang terdapat pada
semua orang, adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen. Individu dengan bentuk
penyakit yang herediter memiliki satu alel terganggu disetiap sel tubuhnya, apabila alel
pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami mutasi spontan, terbentuklah
tumor.2
Pada bentuk yang nonherediter, kedua alel gen retinoblastoma normal di sel retina
yang sedang tumbuh dinonaktifkan oleh mutasi spontan. Pengidap bentuk herediter yang

3
bertahan hidup (5% dari kasus baru yang orang tuanya sakit atau mereka yang mengalami
mutasi sel germinativum) memiliki kemungkinan hampir 50% menghasilkan anak yang
sakit.2

Patofisiologi
Retinoblastoma menunjukkan berbagai macam pola pertumbuhan, yaitu:
1. Pertumbuhan endofitik
Pertumbuhan endofitik terjadi saat tumor menembus internal limiting membrane
dan memiliki gambaran massa berwarna putih sampai krim yang menunjukkan tidak
adanya pembuluh darah superfisial atau pembuluh darah tumor irregular yang kecil. Pola
pertumbuhan ini biasanya berhubungan dengan vitreous seeding, dimana fragmen kecil
dari jaringan menjadi terpisah dari tumor utama. Pada beberapa keadaan, viteous seeding
dapat meluas menyebabkan sel tumor terlihat sebagai massa-massa spheroid yang
mengapung pada viteous dan bilik depan mata, menyerupai endoftalmitis atau iridosiklitis
dan mengaburkan massa tumor primer.12
2. Pertumbuhan eksofitik
Pertumbuhan eksofitik terjadi pada celah subretinal. Pola pertumbuhan ini biasanya
berhubungan dengan akumulasi cairan subretinal dan terjadinya sobekan pada retina. Sel
tumor menginfiltrasi melalui membran Bruch ke koroid dan kemudian menginvasi nervus
siliaris.10
3. Pertumbuhan infiltrasi difus
Jenis pertumbuhan ini merupakan jenis pertumbuhan yang jarang dimana hanya
1,5% dari seluruh pola pertumbuhan retinoblastoma. Pertumbuhan ini dikarakteristikkan
dengan infiltrasi datar pada retina oleh sel tumor tanpa massa tumor yang tampak jelas.
Massa putih yang biasanya yang terlihat pada jenis pola pertumbuhan retinoblastoma
jarang terjadi.10

Klasifikasi
Klasifikasi Reese-Ellsworth adalah metode penggolongan retinoblastoma
intraokular yang paling sering digunakan, tetapi klasifikasi ini tidak menggolongkan
Retinoblastoma ekstraokular. Klasifikasi diambil dari perhitungan jumlah, ukuran, lokasi
tumor dan dijumpai atau tidak dijumpai adanya vitreous seeding.
Klasifikasi Reese-Ellswort.12
Group I

4
 Tumor Soliter, ukuran kurang dari 4 diameter disc, pada atau di belakang equator.
 Tumor Multipel, ukuran tidak melebihi 4 diameter disc, semua pada atau di belakang
equator.
Group II
 Tumor Soliter, ukuran 4-10 diameter disc, pada atau di belakang equator.

 Tumor Multipel, ukuran 4-10 diameter disc, di belakang equator.


Group III
Ada lesi di anterior equator dan tumor Soliter lebih besar 10 diameter disc di belakang
equator.

Group IV
 Tumor Multipel, beberapa besarnya lebih besar dari 10 diameter disc.

 Ada lesi yang meluas ke anterior ora serrata.


Group V
 Massive Seeding melibatkan lebih dari setengah retina

 Vitreous seeding

International classification of Retinoblastoma:


Tabel 1. International classification of Retinoblastoma:
Grup A Tumor yang kecil (≤ 3mm) terbatas pada retina; > 3 mm dari fovea; > 1,5 mm dari
diskus optikus
Grup B Tumor (<3mm) terbatas pada retina pada beberapa lokasi, dengancairan subretinal yang
bersih ≤ 6mm dari tepi tumor
Grup C Berlokasi di vitreous dan atau benih tumor di subretinal (<6 mm dari tepi tumor) jika
lebih dari satu bagian subretinal/vitreus, total luas tumor harus < 6mm
Grup D Difus pada vitreus dan atau penyebaran di subretinal ( < 6 mm dari tepi tumor) jika
lebih dari 1 bagian pada subretinal/viteus, total luas tumor harus ≥6mm. cairan
subretinal > 6 mm dari tepi tumor
Grup E No visual potential atau adanya 1 atau lebih dari gejala berikut ini
 Tumor di bagian segmen anterior

 Tumor didalam atau diatas badan siliar

 Glaukoma Neovascular

 Perdarahan vitreus yang berasal dari tumor yang menyebabkan hipema

 Phthisical atau pre-pthisical eye

 Selulitis pada mata

5
Stadium Klinis
Pada retinoblastoma didapatkan diklasifikasikan berdasarkan klinisnya di mana
terdapat empat stadium, yaitu:13
1. Stadium tenang
Pada stadium ini berlangsung selama 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Selama stadium ini,
mungkin akan menunjukkan gejala antara lain:
 Leukokoria atau yellowish-white papillary reflex.
Pada pupil tampak refleks kuning yang disebut “amauroticcat’s eye”. Hal inilah yang
menarik perhatian orang tuanya untuk kemudian berobat. Ini merupakan gejala yang
paling umum terlihat pada stadium ini.
 Strabismus
Biasanya konvergen. Dapat terjadi pada beberapa kasus.

 Nystagmus
Merupakan gejala yang jarang terjadi. Biasanya terlihat pada kasus retinoblastoma yang

bilateral.

 Gangguan penglihatan.
Ini sangat jarang terjadi. Gangguan penglihatan terjadi apabila tumor baru muncul pada

usia 3-5 tahun, anak mungkin akan mengeluhkan adanya gangguan penglihatan.

 Opthalmoscopi
Pada pemeriksaan ophalmoscopi terdapat 2 tipe retinoblastoma, yaitu endofilik

retinoblastoma dan eksofilik retinoblastoma.

2. Stadium glaukoma
Tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokuler meningkat(glaukoma
sekunder) yang disertai rasa sakit yang sangat. Media refrakta keruh, pada funduskopi
sukar menentukan besarnya tumor.
3. Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar menyebabkan eksoftalmus
kemudian dapat pecah ke depan sampai ke luar dari rongga orbita disertai nekrosis di
atasnya. Pertumbuhan dapat pula terjadi ke belakang sepanjang N. II dan masuk ke ruang

6
tengkorak. Penyebaran ke kelenjar getah bening, dapat masuk ke pembuluh darah untuk
kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
4. Stadium metastasis
Hal ini ditandai dengan keterlibatan struktur yang jauh, antara lain:
a. Limfogen, pertama terjadi di preaurikuler dan kelenjar gentah bening yang terdekat.
b. Direct extension, pada umum mengenai saraf optik dan otak.
c. Hematogen, melibatkan tengkorak dan tulang lainnya. Metastasis ke organ lain biasanya
ke hati, ini relatif jarang.

Gambar 1. Leukokoria pada


stadium I (stadium tenang) 14

Gambar 2. Stadium II (stadium


glaukoma) 15

7
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Diagnosis pasti dari retinoblastoma intraokuler hanya dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi, akan tetapi karena tindakan biopsi merupakan
kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan beberapa sarana
pemeriksaan sebagai sarana penunjang.16
Gejala Klinik
Gejala klinik subjektif pada pasien retinoblastoma sukar karena anak
tidak memberikan keluhan. Tapi kita harus waspada terhadap kemungkinan
retinoblastoma. Lebih dari 75% anak-anak dengan retinoblastoma yang pertama kali
dicatat mempunyai “pupil putih” yang mana dokter menyebutnya “Leukokoria” yang
seolah bersinar bila kena cahaya seperti mata kucing “Amaurotic cat’s eye”, atau
strabismus, atau kemerahan dan nyeri pada mata (biasanya disebabkan glaukoma). Jika
dalam perkembangan anak terjadi iritasi kemerahan yang menetap, hal ini dapat
menggambarkan inflamasi atau pseudo-inflamasi pada mata, 9% pasien retinoblastoma
dapat berkembang dengan simptom ini. Tanda lain yang jarang diperlihatkan pada
retinoblastoma termasuk anisokoria, perbedaan warna pada iris (heterochromia), berair,
penonjolan ke depan pada mata (proptosis), katarak, dan pergerakan mata abnormal
(nistagmus).12,13
Penyakit ini jarang sekali didapatkan dalam stadium dini. Hal ini disebabkan massa
tumor tidak terletak di daerah makula maka tidak akan menimbulkan gejala gangguan
penglihatan. Terlebih lagi bila massa tumor hanya pada satu mata, sehingga mata yang
normal dapat mengatasi fungsi penglihatan. Di samping itu, penyakit ini biasanya
mengenai bayi dan anak kecil yang belum mampu mengemukakan keluhan-keluhan
apabila terdapat gangguan fungsi mata, misalnya penglihatan menjadi kabur. Orang tua
tidak menyadari kelainan yang terjadi pada anaknya. Stadium dini biasanya didapatkan
pada pemeriksaan funduskopi rutin secara kebetulan atau apabilatumor terdapat di makula
retina dan menyebabkan mata juling karena binokuler vision penderita terganggu. Gejala
juling inilah membawa penderita atau orang tua penderita pergi ke dokter.12
Dalam beberapa tahun terakhir ditemukan pada beberapa anak dengan
retinoblastoma juga dapat terjadi pineablastoma. Tumor pineal mempunyai banyak
persamaan dengan retinoblastoma dari aspek embrogenic, patologik dan immunologik.
Tumor pineal dapat dideteksi dengan CT atau MRI. Pada kebanyakan kasus anak-anak
meninggal karena retinoblastoma mempunyai hubungan dengan kertelibatan intrakranial
8
metastasis melalui nervus optik dan subarachnoid space. Pinealoblastoma atau neoplasm
parasellar lain (“trilateral retinoblastoma’) biasanya tersalah diagnosis sebagai metastasis
retinoblastoma ke otak.15

Examination under anaesthesia.


Pemeriksaan ini dilakukan pada setiap kasus yang dicurigai retinoblastoma. Pada
pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan fundus pada kedua bola mata setelah pupil
dimidriasiskan dengan menggunakan atropin, untuk mengukur tekanan intraokuler dan
diameter dari kornea.13

Pemeriksaan Laboratorium
Spesimen darah harus diambil tidak hanya dari pasien tetapi juga dari orang tua
untuk analisa DNA. Ada metode direk dan indirek untuk analisis gen retinoblastoma.
Metode direk bertujuan untuk menemukan mutasi inisial yang mempercepat pertumbuhan
tumor, jadi pemeriksaan ini menentukan apakah mutasi terjadi pada sel benih pasien.
Metode indirek digunakan pada kasus dimana mutasi awal tidak dapat terlokalisasi atau
tidak jelas apakah mutasi tersebut ada. Assays level Enzyme Humor Aqeous digunakan
untuk memperoleh informasi pada pasien dengan kecurigaan retinoblastoma. Laktat
Dehidrogenase (LDH) adalah enzim glikolitik yang menggunakan glukosa sebagai sumber
energi. Enzim ini terdapat dalam konsentrasi yang tinggi dalam sel yang aktif secara
metabolis. Secara normal, konsentrasinya di dalam serum dan aqeous humor rendah. Pada
pasien dengan retinoblastoma menunjukkan peningkatan aktivitas LDH.12

Radiologi
1. CT- scan Kranial dan Orbital metode sensitif untuk diagnosis dan deteksi kalsifikasi
intraokuler dan menunjukkan perluasan tumor intraokuler bahkan pada keadaan
tidak adanya kalsifikasi.12,13
2. USG berguna dalam membedakan retinoblastoma dari keadaan non neoplastik.
USG berguna juga untuk mendeteksi kalsifikasi.
3. MRI dapat berguna untuk memperkirakan derajat diferensiasi retinoblastoma namun tidak
sespesifik CT-Scan karena kurangnya sensitivitas mendeteksi kalsium. MRI juga berguna
dalam mengidentifikasi retinoblastoma yang berhubungan dengan perdarahan atau ablasio
retina eksudatif.12

9
4. X-ray, pada daerah di mana USG dan CT-Scan tidak tersedia, pemeriksaan X-ray dapat
merupakan modalitas untuk mengidentifikasi kalsium intraokular pada pasien dengan
media opaq. (12,13)

Gambar 4: Gambaran CT-Scan Kepala pada Gambar 5: Gambaran CT-Scan Kepala


penderita retinoblastoma std. galukoma, pada penderita retinoblastoma
tampak perluasan tumor pada intracranial (intraocular)

Gambaran Histologi

Khas gambaran histopatologis Retinoblastoma yang biasanya dijumpai adanya


Flexner-Wintersteiner rosettes dan gambaran fleurettes yang jarang. Keduanya dijumpai
pada derajat terbatas pada diferensiasi sel retina. Homer-Wright rosettes juga sering
dijumpai tapi kurang spesifik untuk retinoblastoma karena sering juga dijumpai pada
tumor Neuroblastik lain. Kalsifikasi luas biasa dijumpai. 12,13
Tumor terdiri dari sel basofilik kecil ( retinoblast), dengan nukleus hiperkhromotik
besar dan sedikit sitoplasma. Kebanyakan retinoblastoma tidak dapat dibedakan, tapi
macam-macam derajat diferensiasi Retinoblastoma ditandai oleh pembentukan Rosettes,
yang terdiri dari 3 tipe :
1. Flexner-wintersteiner Rosettes, yang terdiri dari lumen central yang dikelilingi oleh sel
kolumnar tinggi. Nukleus sel ini lebih jauh dari lumen.
2. Homer-Wright Rosettes, rosettes yang tidak mempunyai lumen dan sel terbentuk
mengelilingi masa proses eosinophilik
3. Flerettes adalah fokus sel tumor, yang mana menunjukkan differensiasi fotoreseptor,
kelompok sel dengan proses pembentukan sitoplasma dan tampak menyerupai karangan
bunga.

10
Gambar 6. Gambaran Struktur Retina

Gambar 7. Gambaran Histologi Retinoblastoma:


Kalsifikasi LuasFlexner-Wintersteiner Rosettes

Gambar 8. Gambaran Histologi Retinoblastoma:


Kalsifikasi Homer-Wright Rosettes

11
Gambar 9, Gambaran Histologi Retinoblastoma:
Kalsifikasi Flerettes

Diagnosis Banding
Stadium Leukokoria
 Katarak congenital
Merupakan kekeruhan pada lensa yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah

lahir.7,17

Gambar 10. Gambaran katarak kongenital7

 Retinopaty of Prematurity
Hal ini merupakan gangguan mata pada bayi yang lahir prematur yang disebabkan

pertumbuhan pembuluh darah retina yang tidak sempurna sehingga dapat menyebabkan

jaringan parut dan ablasio retina. Semua bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram

12
atau usia kehamilan kurang dari 32 minggu berisiko mengalami retinophaty of

prematurity. Terdapat lima stadium pada penyakit ini, yaitu : stadium 1 garis batas kabur

(demarcation line), stadium 2 demarcation ridge atau elevated ridge, stadium 3 external

fibrovascular tissue, stadium 4 subtotal retinal detachment, stadium 5 total retinal

detachment.7,17

Gambar 11. Gambaran stadium retinophaty of prematurity16


 Persistent Hyperplastic Primary Vitreous
Merupakan kelainan kongenital yang sangat jarang terjadi. Disebabkan karena terjadi

persisten jaringan hyaloid vascular dan mesenkim dari vitreous primer embrio. Biasanya

terjadi hanya pada satu mata dan ditemukan adanya mikroftalmus.7,17

Gambar 12. Gambaran PHVP17


Stadium glaukoma
 Glaukoma Kongenital

13
Pada umumnya, gejala pertama yang timbul pada glaucoma kongenital adalah epifora,

fotofobia, dan blefarospasme.Gejala ini muncul pada edema epitel kornea yang disebabkan

oleh tekanan intraokuler yang meninggi. Juga terdapat buftalmus dan kekeruhan kornea

(Haab’s Skiae).

Stadium Ekstra Okuler

 Rhabdomyosarcoma
Rhabdomyosarcoma adalah keganasan yang berkembang dari muskulus skeletal.
Terdiri dari 2 tipe, yaitu embryonal Rhabdomyosarcoma dan Alveolar Sarcoma. Gejalanya
sesuai dengan tempat predileksinya. Tumor pada mata dapat mengakibatkan penonjolan
bola mata atau pada anak dapat mengakibatkan juling.15

Gambar 13. Gambaran Rhabdomyosarcoma

Penatalaksanaan
Saat Retinoblastoma pertama di terapi yang paling penting dipahami bahwa
Retinoblastoma adalah suatu keganasan. Saat penyakit ditemukan pada mata, angka
harapan hidup melebihi 95% di negara barat. Walaupun dengan penyebaran ekstraokular,
angka harapan hidup menurun sampai kurang dari 50%. Selanjutnya dalam memutuskan
strategi terapi, sasaran pertama yang harus adalah menyelamatkan kehidupan, kemudian
menyelamatkan mata, dan akhirnya menyelamatkan visus. Managemen modern
Retinoblastoma Intraokular sekarang ini dengan menggabungkan kemampuan terapi yang
berbeda mencakup Enukleasi, Eksenterasi,Kemoterapi, Photocoagulasi, Krioterapi,
External-Beam Radiation dan Plaque Radiotherapy.13
Penatalaksanaan Retinoblastoma berubah secara dramatis pada dekade yang lalu dan
terus berkembang. External Beam Radiotherapy jarang digunakan sebagai terapi utama

14
Retinoblastoma Intraokular karena berhubungan dengan deformitas kraniofacial dan tumor
sekunder pada daerah radiasi. Enukleasi primer pada Retinoblastoma unilateral lanjut
masih direkomendasikan untuk menghindari efek samping kemoterapi sistemik Dihindari
manipulasi yang tidak diperlukan pada bola mata dan sepanjang saraf optikus untuk
menghindari penyebaran tumor ke ekstraokular.13
Enukleasi

Enukleasi masih menjadi terapi definitif untuk Retinoblastoma.Walaupun beberapa


dekade terakhir terjadi penurunan frekuensi enukleasi baik pada kasus unilateral maupun
bilateral. Enukleasi dipertimbangkan sebagai intervensi yang tepat jika :
 Tumor melibatkan lebih dari 50% bola mata
 Dugaan terlibatnya orbita dan nervus optikus
 Melibatkan segmen anterior dengan atau tanpa Glaukoma Neovaskular.13
Kemoterapi

Kemajuan yang berarti dalam penatalaksaan Retinoblastoma Intraokular Bilateral


pada dekade terakhir masih menggunakan kemoterapi sistemik primer. Pemberian
kemoterapi sistemik mengurangi ukuran tumor, berikutnya dapat menggunakan gabungan
fokal terapi dengan Laser, Krioterapi atau Radioterapi, perubahan ini dapat terjadi sebagai
akibat kamajuan dalam terapi kedua tumor otak dan metastasis Retinoblastoma. Sekarang
ini regimen kombinasi bermacam-macam seperti Carboplatin, Vincristine, Etoposide dan
Cyclosporine. Anak-anak yang mendapat obat kemoterapi secara intravena setiap 3-4
minggu untuk 4-9 siklus kemoterapi.13
Kemoterapi sistemik primer (chemoreduction) diikuti oleh terapi lokal (gabungan)
sekarang secara lebih sering digunakan vision-sparing tecnique. Kebanyakan studi
Chemoreduction untuk Retinoblastoma menggunakan Vincristine, Carboplatin, dan
Epipodophyllotoxin, lainya Etoposide atau Teniposide, tambahan lainya Cyclosporine.
Agen pilihan sebaiknya bervariasi dalam jumlah dan siklus menurut lembaga masing-
masing. Kemoterapi jarang berhasil bila digunakan sendiri, tapi pada beberapa kasus terapi
lokal (Kriotherapy, Laser Photocoagulation, Thermotherapy atau Plaque Radiotherapy)
dapat digunakan tanpa Kemoterapi. Efek samping terapi Chemoreduction antara lain
hitung darah yang rendah, rambut rontok, tuli, toksisitas renal, gangguan neurologik dan
jantung. Leukemia myologenous akut pernah dilaporkan setelah pemberian regimen
chemoreduction termasuk etoposide. Pemberian kemoterapi lokal sedang diteliti,
berpotensi meminimalkan komplikasi sistemik.13

15
Periocular Chemotherapy

Periocular Chemotherapy yang akan datang dimasukkan dalam COG trial


berdasarkan pada data terbaru penggunaan carboplatin subconjunctiva sebagai terapi
Retinoblastoma pada percobaan klinis phase 1 dan 2, keduanya baik vitreous seeding dan
tumor retina didapati adanya respon terhadap terapi ini. Toksisitas lokal minor berupa orbit
myositis pernah dilaporkan setelah pemberian Carboplatin subconjuctiva dan respon
terhadap kortikosteroid oral, dan reaksi yang lebih berat termasuk optik atropi pernah
dilaporkan.13
Photocoagulation dan Hyperthermia

Xenon dan Argon Laser (532 nm) secara tradisional digunakan untuk terapi
Retinoblastoma yang tinggi apek kurang dari 3mm dengan dimensi basal kurang dari 10
mm, 2-3 siklus putaran Photocoagulation merusak suplai darah tumor, selanjutnya
mengalami regresi. Laser yang lebih berat digunakan untuk terapi langsung pada
permukaan tumor. Laser diode (8-10mm) digunakan sebagai hyperthermia. Penggunaan
langsung pada permukaan tumor menjadikan temperatur tumor sampai 45-60oC dan
mempunyai pengaruh sitotoksik langsung yang dapat bertambah dengan Kemoterapi dan
Radioterapi.13
Krioterapi

Juga efektif untuk tumor dengan ukuran dimensi basal kurang dari 10mm dan
ketebalan apical 3mm. Krioterapi digunakan dengan visualisasi langsung dengan Triple
Freeze-Thaw Technique. Khususnya Laser Photoablation dipilih untuk tumor pada lokasi
posterior dan cryoablation untuk tumor yang terletak lebih anterior.Terapi tumor yang
berulang sering memerlukan kedua tekhnik tersebut. Selanjut di follow up pertumbuhan
tumor atau komplikasi terapi.13
External-Beam Radiation Therapy

Tumor Retinoblastoma respon terhadap radiasi, digunakan teknik terbaru yang


dipusatkan pada terapi radiasi megavoltage, sering memakai Lens-SparingTechnique,
untuk melepaskan 4000-4500 cGy dengan interval terapi lebih dari 4-6 minggu.Khusus
untuk terapi pada anak Retinoblastoma bilateral yang tidak respon terhadap Laser atau
Krioterapi.Keselamatan bola mata baik, dapat dipertahankan sampai 85%.Fungsi visual
sering baik dan hanya dibatasi oleh lokasi tumor atau komplikasi sekunder.13

16
Dua hal penting yang membatasi pada penggunaan External Beam Radiotherapy
dengan teknik sekunder adalah: 13
1. Gabungan mutasi germline gen RB1 dengan peningkatan umur hidup pada resiko kedua,
tidak tergantung pada keganasan primer (seperti osteosarcoma) yang dieksaserbasisi oleh
paparan External Beam Radiotherapy.
2. Sequele yang dihubungkan dengan kekuatan Radiotheraphy meliputi midface hypoplasia,
Radiation Induced-Cataract, dan Radiation Optic Neuropathy dan Vasculopathy.
3. Bukti menunjukkan kemampuan terapi yang dikombinasi menggunakan External Beam
Radiotherapy dosis rendah dan Kemoterapi diperbolehkan untuk meningkatkan
keselamatan bola mata dengan menurunkan morbiditas radiasi. Sebagai tambahan
penggunaan kemoterapi sistemik dapat memperlambat kebutuhan External Beam
Radiotherapy, memberikan perkembangan orbita yang baik dan secara bermakna
menurunkan resiko malignansi sekunder sewaktu anak berumur satu tahun.

Plaque Radiotherapy (Brachytherapy)

Radioactive Plaque terapi dapat digunakan pada terapi penyelamatan mata dimana
terapi penyelamatan bola mata gagal untuk menghancurkan semua tumor aktif dan sebagai
terapi utama terhadap beberapa anak dengan ukuran tumor relatif kecil sampai
sedang.Teknik ini secara umum dapat digunakan pada tumor yang dengan diameter basal
kurang dari 16mm dan ketebalan apical 8 mm. Isotop yang lebih sering digunakan adalah
lodine 125 dan Ruthenium 106.13

Prognosis
Prognosis retinoblastoma stadium dini terutama ditujukan untuk preservasi visus,
itu berkaitan erat dengan stadium intraocular dini atau lanjut. Bila tumor sudah keluar dari
bola mata, prognosis ditujukan pada angka survival. Factor prognostic yang berhubungan
terbalik dengan angka survival adalah penyebaran orbita, system saraf pusat dan metastasi
jauh. Angka kesembuhan stadium I intraocular 95%, kesembuhan stadium II 87%, angka
survival stadium III-V 75%. Pasien dengan invasi orbita dan metastasi jauh, angka survival
menurun tajam.18

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Miller, J.H. Stephen. Parsons Disease of the Eye. Churchil Livingstons

2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum edisi ke 17 . EGC.


Jakarta : 2007

3. Ilyas Sidarta, Prof. Dr. H. SpM. Ilmu Penyakit Mata . Edisi ketiga . FKUI .
Jakarta : 2006

4. Manjsoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi keempat Jilid Pertama.
FKUI . Jakarta : 2014

5. Jhon L. Young, Malcom L smith . Retinoblastoma . diambil dari


http:/seer.cancer.gov/publications/chilhood/retinoblastoma

6. Szila´rd Kiss, MD, Yannek I. Leiderman, MD, PhD, Shizuo Mukai, MD.
Diagnosis, Classification, and Treatment of Retinoblastoma.

7. Jr. Eagle, C Ralph. Retinoblastoma and Simulating Lesions. Chapter 21. [online]
Febuari 2021.

http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v9/ch021/012f.html

8. Kansky, Jack, Brad Bowling. Clinical Opthalmology a systematic approach


seventh edition. Elsevier Sunders. New York : 2011

9. Paul L Kaufman, MDJonathan Kim, MDJesse L Berry, MD. Retinoblastoma:


Clinical presentation, evaluation, and diagnosis, Up To Date: Wolters Kluwer,
2018

10. K. Lang, Gerald, Ophtalmology A Short Text Book, Thieme Stuttgart, New York,
2009.

11. Agus Supartoto, Purjanto Tepo Utomo, Ilmu Penyakit Mata UGM:Onkologi Mata
dan Penyakit Orbita:Hal. 291.

12. Manchelle AventuraIsidro. Retinoblastoma. [online] Febuari 2021. Avaible from:


http://emedicine.medscape.com/article/1222849overview

18
13. Khurana, AK. Retinoblastoma. In: Comprehensive Ophthalmology. 4th edition.
2007:P.279-85

14. Kiss S, Leiderman YI, Mukai S. Diagnosis, Classification, and Treatment of


Retinoblastoma. In: International Ophtalmologhy Clinic. P 135-47

15. Alberth Daniel M, Poland A. Clinical Overview Retinoblastoma. In: Ocular


Oncology. New York.2003:P.19-34

16. Anonim. [online] Febuari 2021. Avaible from:


http://www.psychologymania.com/2012/04/retina-mata.html

17. Razek A K K A, Elkhamary S, MD. MRI of Retinoblastoma. The British Journal


of Radiology. Saudi Arabia. 2011:775-84. [online] Januari 2014
http://bjr.birjournals.org/content/84/1005/775.full.pdf+html

18. Desen Wan. Retinoblastoma. In : Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi


2.Jakarta.2008:P.647-54

19

Anda mungkin juga menyukai