Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN POST PARTUM SPONTAN P2OO2 HARI KE-II


DI RUANG CEMPAKA OBSTETRI RSUP SANGLAH

RUANG PUDAK RSUP SANGLAH


Oleh:
PUTU EPRILIANI P07120214010
DIV KEPERAWATAN TINGKAT 2
SEMESTER III

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2015

A. PENGERTIAN
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara
awal. Rata-rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13
bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus
unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan
evaluasi. Ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan anestesi
pada anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1
tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006) .
Retinoblastoma mengenai 1 dari 150.00 kelahiran hidup. Tumor dapat terjadi pada
satu mata (unilateral) pada 60-70 % kasus dan sisanya pada 30 % kasus terjadi
pada kedua mata (bilateral) bahkan dapat mengenai kelenjar pineal di otak
( trilateral ). Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina
(sel kerucut atau batang) atau sel glia yang bersifat ganas (Ilyas S. dkk, 1981) .
Retinoblastoma adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai
5 tahun ( Sidarta Ilyas, 2002 ).
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas
intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima
tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral
(70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang
diwariskan melalui kromosom. Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam
vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus
terjadi penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti
nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50%
menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.

Jadi menurut penulis retinoblastoma adalah penyakit kanker mata pada anak
dibawah usia 5 tahun yang mengenai syaraf embrionik retina .
Etiologi

Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel


dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena
mutasi atau diturunkan. Retinoblastoma dapat terjadi secara familiar atau
sporadik. Hanya 6-10 % adalah familial.namun demikian dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua kelompok bilateral atau unilateral dan diturunkan
atau tidak diturunkan. Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi dari kromosom
13q14.gen ini sangat panjang. Gen ini berperan sebagai pengatur pertumbuhan
sel pada sel normal.
Retinoblastoma adalah tumor yang berasal dari neuroepithelial yang dapat
sebagai salah satu dari primitive neuroectodermal tumor anak-anak. Secara
histologi terdiri dari sel-sel kecil.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini
dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi
dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut.
Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion,
akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan
kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya
cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara
yang juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua.
Kanker bisa menyerang salah satu maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar
ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
(IDI:2012).
B. TANDA DAN GEJALA
1. Leukokoria

Merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada retinoblastoma


intra okular yang dapat mengenai satu atau kedua mata. Gejala ini sering
disebut seperti mata kucing. Hal ini disebabkan refleksi cahaya dari tumor
yang berwarna putih di belakang lensa disekitar retina. Warna putih mungkin
terlihat pada saat anak melirik atau dengan pencahayaan pada waktu pupil
dalam keadaan semi midriasis.
2. Strabismus
Merupakan gejala yang sering ditemukan setelah leukokoria. Strabismus ini
muncul bila lokasi tumor pada daerah macula sehingga mata tidak dapat
terfiksasi. Strabismus dapat juga terjadi apabila tumornya berada diluar
macula tetapi massa tumor sudah cukup besar.
3. Mata merah
Mata merah ini sering berhubungan dengan glaukoma sekunder yang terjadi
akibat retinoblastoma. Apabila sudah terjadi glaukoma maka dapat diprediksi
sudah terjadi invasi ke nervus optikus. Selain glaukoma, penyebab mata
merah ini dapat pula akibat gejala inflamasi okuler atau periokuler yang
tampak sebagai selulitis preseptal atau endoftalmitis. Inflamasi ini disebabkan
oleh adanya tumor yang nekrosis.
4. Buftalmus
Merupakan gejala klinis yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
okular akibat tumor yang bertambah besar.
5. Pupil midriasis
Terjadi karena tumor telah mengganggu saraf parasimpatik.
6. Proptosis
Bola mata menonjol ke arah luar akibat pembesaran tumor intra dan ekstra
okular.
C. PATOFISIOLOGI / PATHWAY

Retinoblastoma terjadi karena adanya mutasi pada gen RB1 yyang


terletak pada kromosom 13q14 (kromosom nomor 13 sequence ke 14) baik
terjadi karena faktor hereditas maupun karena faktor lingkungan seperti
virus, zat kimia, dan radiasi. Gen RB1 ini merupakan gen suppressor
tumor, bersifat alel dominan protektif, dan merupakan pengkode protein
RB1 (P-RB) yang merupakan protein yang berperan dalam regulasi suatu
pertumbuhan sel (Anwar, 2010:1). Apabila terjadi mutasi seperti kesalahan
transkripsi, tranlokasi, maupun delesi informasi genetic, maka gen RB1
(P-RB) menjadi inactive sehingga protein RB1 (P-RB) juga inactive atau
tidak diproduksi sehingga memicu pertumbuahan sel kanker (Tomlinson,
2006:62).
Retinoblastoma biasa terjadi di bagian posterior retina. Dalam
perkembangannya massa tumor dapat tumbuh baik secara internal dengan
memenuhi vitrous body (endofitik). Maupun bisa tumbuh kearah luar
menembus koroid, saraf optikus, dan sclera (eksofitik)

Faktor Genetik

Faktor lingkungan (virus, zat kimia,


radias)dan Histologi

Mutasi gen RB1 di kromosom


13q14
Gen RB1 inactive

Protein RB1 (P-RB) tidak


diproduksi
Pertumbuhan sel daerah retina tidak
terkontrol
Penurunan
pertahanan
tubuh
sekunder

Inflamasi

Hiperter
mia

RETINOBLASTOMA

Metastasis dan
perkembangan
penyakit, status
klinis

-Otak

Dekstruksi saraf

Gangguan
hantaran
impuls

Massa tumor
memenuhi vitrous
body

Gangguan
rasa
nyaman
nyeri

-Sumsum
tulang

Peningkatan
tekanan
intraokular
Terjadi
glaucoma

Tumor
menempati
macula
Gangguan
pergerakan bola
mata

strabismu
s
Penurunan
fungsi
penglihatan

Risiko
Keterlambat
an
perkembang
Gangguan
konsep diri
Risiko
Infeksi

Resiko tinggi
cedera

Komplikasi
Bila tumor masih terbatas intraukolar, pengobatan dini mempunyai
prognosis yang baik. Tergantung dari letak, besar, dan tabel pada tumor yang
masih intraukolar dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi
sitostatikdan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus. Pada tumor
intraokular yang sudah mencapai seluruh vetreus dan visus nol, dilakukan
enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga
orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan kemoterapi. Pasien
harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% pasien retinoblastoma
bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma. (Mansjoer
A. 2000).
Komplikasi dari penyakit retinoblastoma
1. Ablasio Retina
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina
(RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada
usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau
lebih tua.
2. Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi
buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata
terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan
saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak
mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
3. Kebutaan
Kebutaan merupakan sebuah penyakit pada mata yang disebabkan orang tidak
bisa melihat. Penanganan kebutaan nasional lebih lebih diarahkan pada katarak
yang umumnya dapa diatasi.
Klasifikasi Retinoblastoma
a. Golongan I : Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil. Terdapat
pada atau dibelakang ekuator, Prognosis sangat baik

b. Golongan II : Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil,


Prognosis baik.
c. Golongan III : Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran
>10 diameter papil, Prognosis meragukan
d. Golongan IV : Tumor multiple sampai ora serata, Prognisis tidak baik.
e. Golongan V : Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis
buruk.
Stadium Retinoblastoma
Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:
a. Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium
tenang)
b. Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
c. Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang
melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
d. Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering
terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang
selamat memiliki kemungkinan

50 % menurunkan anak

dengan

retinoblastoma.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS/PENUNJANG
Diagnosis pasti retinoblastoma intraokuler dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan
kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan bebrapa
pemeriksaan sebagai sarana penunjang :
a. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina
disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor
tersebut dan berbatas kabur
b. X Ray : Hampir 60 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan
klasifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen :
Optikum melebar.
c. USG : Adanya massa intraokuler

d. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah,


bila rasio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya
retinoblastoma intraokuler (Normal rasio Kurang dari 1)
e. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk
pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola
mata.
f. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
g. Baik untuk melihat adanya klasifikasi,ukuran serta perluasan pada
tumor.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan
radiasi. Apabila retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita maka
dilakukan eksenterasi orbita disusul dengan radiasi dan bila diberikan
kemoterapi (Ilyas dkk, 2002).

Terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese
(buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi
ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat
penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran
Kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker
ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan
ukuran kanker.

Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :


1. Ukuran kanker
2. Lokasi kanker
3. Apakah sudah menjalar atau belum
4. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
5. Adanya komplikasi
6. Riwayat keluarga
7. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas.
Pembedahan:
1. Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler ialah
dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang
mungkin.
2. Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan
orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya
3. Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa sisa sel
tumor. (Donna L. Wong, dkk : 735)
Apabila diagnosis RB meragukan, kadang-kadang dilakukan biopsi jarum
halus

terhadap

tumor.

Apabila

dipertimbangkan

metastasis,

perlu

diberlakukan pemindaian CT atau MRI, radiografi toraks, pemindaian tulang,


pemeriksaan cairan spinal untuk sel tumor. (Rudolp, Abraham M., dkk : 2311)
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Sejak kapan sakit mata dirasakan
Penting

untuk

mengetahui

perkembangan

penyakitnya,

dan

sejauhmana perhatian klien dan keluarganya terhadap masalah yang


dialami. Retinoblastoma mempunyai prognosis baik bila ditemukan
dini.
2. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan

. Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak


ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan
kelainan pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan
3. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya
Retinoblastoma

bersifat

herediter

yang

diwariskan

melalui

kromosom, protein yang selamat memiliki kemungkinan 50 %


menurunkan anak dengan retinoblastoma.
4. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya.
Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar.
5. Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan
oleh penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan
oleh tumor yang bermetastase.
6. Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang

dengan

sebelumnya akan

dapat

mengetahui

riwayat

menerangkan

penyakit

tambahan

mata

gejala-gejala

penyakit yang dikeluhkan penderita.


7. Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat
pula memperburuk keadaan klien
8. Usia penderita
Dikenal

beberapa

jenis

tertentu. Retinoblastoma

penyakit
umumnya

terutama pada usia di bawah 5 tahun.

yang

terjadi

ditemukan

pada

pada

usia

anak-anak,

9. Riwayat Psikologi
a.

Reaksi pasien dan keluarganya terhadap gangguan penglihatan

yang dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering


bertanya.
b. Mekanisme koping
10. Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum
yang dapat merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
11. Pemeriksaan Khusus Mata
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola
mata sehingga dapat merusak semua organ di mata yang
menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
b. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan
bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf
III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata juling.
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal,
konjungtiva, kornea,

bilik

mata

depan,

pupil. Pada retinoblastoma didapatkan:

Leukokoria

Yaitu refleks pupil yang berwarna putih.

iris,

lensa

dan

Hipopion

Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.

Hifema

Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan

Uveitis

d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan
keluhan dan gejala yang
pada

penderita

paling

sering

ditemukan

dengan retinoblastoma.

e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil
saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat
perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
f.

Pemeriksaan tekanan bola mata


Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan
bola mata meningkat.

Pengelompokan Data

Data Subjektif

Mengeluh nyeri pada mata

Sulit melihat dengan jelas

Mengeluh sakit kepala

Merasa takut

Data Objektif

Mata juling (strabismus)

Mata merah

Bola mata besar

Aktivitas kurang

Tekanan bola mata meningkat

Gelisah

Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)

Tajam penglihatan menurun

Sering menangis

Keluarga sering bertanya

Ekspresi meringis

Tak akurat mengikuti instruksi

Keluarga nampak murung

Keluarga nampak gelisah

Pertanyaan/pernyataan keluarga salah konsepsi

G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.

Nyeri akut berhubungan

dengan proses

penyakitnya

(kompresi/dekstruksi jaringan saraf, inflamasi), ditandai dengan:


o Keluhan nyeri
o Aktivitas kurang (distraksi/perilaku berhati-hati)
o Gelisah (respons autonomik)
o Sering menangis
o Keluhan sakit kepala
o Ekspresi meringis
2. .Hipertermi adalah suhu tubuh naik diatas rentang normal. Faktor faktor

yang berhubungan :
o
o
o
o
o
o
o
o

Penyakit/ trauma
Peningkatan metabolisme
Aktivitas yang berlebih
Pengaruh medikasi/anastesi
Ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat
Terpapar dilingkungan panas
Dehidrasi
Pakaian yang tidak tepat

3. Resiko cedera, berhubungan dengan gangguan pengelihatan yang


ditandai dengan:
o Menurunnya ketajaman penglihatan
o Mata juling (strabismus)
o Tekanan bola mata meningkat
o Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)

4.Resiko infeksi
Keadaan ketika individu berisiko terserang agens patogenik atau
opotunistik (virus, jamur,bakteri, protozoa, atau parasit lain ) yang
berasal dari sumber-sumber endogen atau eksogen
Faktor yang berhubungan dengan :
Berbagai situasi dan masalaah kesehataan dapat memunculkan kondisi
yang mendukung erkembangan infeksi. Beberapa faktor yang umum
dijumpai adalaah sebagai berikut :
Resiko infeksi berhubungan dengan melemahnya daya tahan
hospes,sekunder akibat : Ca, perubahan atau insufisiensi leukosit,

imunodefisiensi
Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan sirkulasi sekunder

akibat :limfe,dema,obesitas, penyakit vaskuler perifer.


Resiko infeksi behubungan dengan tempat masuknya organisme
,sekunder akibat : pembedahan, dialisis, nutrisi parenteral total,

adanya jalur invasif,intubasi dan pemberian makan enteral.


Resiko berhubungan dengan melemahnya daya tahan hospes
,sekunder akibat terapi radiasi, transplantasi organ dan terapi

mediasi (mis, kemoterapi, imunosupresan)


5.Risiko Keterlambatan Perkembangan
Berisiko mengalami keterlambatan 25% atau lebih pada satu atau lebih
area sosial atau perilaku regulasi diri, atau pada keterampilan kognitif,
bahasa, motorik kasar atau halus. Faktor risiko :
o
o
o
o

Kemiskinan
Gangguan endokrin
Gangguan genetic
Buta huruf

H. INTERVENSI KEPERAWATAN

I. REFERENSI
Anwar, Faten. 2010. Retinoblastoma Expression in Thyroid Neoplasms. The
United States and Canadian Academy of Pathology journal. Vol 13,562. Diakses
26 oktober 2015, dari medline database.
IDI. 2012. Hematologi-Onkologi. Jakarta: Depkes

NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA Jilid 2. Yogyakarta: Medi Action
NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014.Jakarta: EGC
Tomlinson, Deborah. 2006. Pediatric Oncology Nursing. Berlin: Springer

Mengetahui

Denpasar,.2015

Pembimbing Praktik

Mahasiswa

Putu Epriliani
NIP.

NIM.P07120214010

Mengetahui
Pembimbing Institusi

NIP.

Anda mungkin juga menyukai