Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


RETINOBLASTOMA

Oleh :
Kelompok III (B12-A)

1. Dwi Febriana (193223055)


2. Gusti Ayu Istri Vikanamurti (193223057)
3. I.G.A. Anggreni (193223059)
4. I Made Widhi Arthayasa (193223069)
5. Komang Ariyani (193223075)
6. Ni Kadek Lisna Andarini (193223079)
7. Ni Komang Ayu Widyasari (193223082)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2019
BAB I

1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Retinoblastoma (RB) adalah suatu penyakit keganasan pada lapisan
retina mata, yaitu bagian mata yang paling peka terhadap cahaya. Penyakit
RB dapat menyerang segala usia, tetapi umumnya menyerang anak dengan
usia di bawah 3 tahun (Radhakrishnan, V., dkk., AAO 2012). Penyakit RB
umumnya merupakan penyakit kanker anak dan menempati urutan ketiga
terbanyak di dunia setelah kanker darah (leukemia) dan kanker otak (Kaiser,
dkk., 2014).
Insidensi RB di dunia sebanyak 1 dalam 15.000-20.000 per angka
kelahiran. Kanker ini menyerang secara unilateral dengan rata-rata umur saat
didiagnosis adalah dua tahun, dalam 60% kasus. Dari jumlah tersebut,
sebanyak 15% terkait masalah keturunan. Sedangkan pada 40% kasus, RB
menyerang secara bilateral dengan rata-rata umur saat didiagnosis adalah satu
tahun (Aerts, dkk., 2006). Sekitar 250-350 kasus baru RB di Amerika
terdiagonosis setiap tahunnya, dimana sekitar 90% kasus muncul pada usia
dibawah 5 tahun. Anak laki-laki dan perempuan dapat terkena tanpa
dipengaruhi jenis kelamin (Kaiser, dkk., 2014).
Gejala-gejala dini pada RB sering tidak disadari hingga muncul
manifestasi klinis awal berupa pupil memutih (leukokoria), strabismus, atau
inflamasi (Vaughan & Asbury’s general ophthalmology, 2007). Manifestasi
klinis lainnya dapat berupa rubeosis iris, hipopion, hifema, buftalmia, selulitis
orbital, dan eksoftalmia Manifestasi klinis tersebut masih terlalu umum
sehingga diperlukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui lebih jauh .
Manifestasi klinis lebih lanjut dapat berupa tumor solid intraokuler atau
ekstraokuler (Aerts, dkk., 2006).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membuat asuhan
keperawatan retinoblastoma pada anak.

2
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami Retinoblastoma
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep teori Retinoblastoma
b. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
penyakit Retinoblastoma
c. Mahasiswa Mampu merumuskan diagnose keperawatan.
d. Mahasiswa Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan
pada pasien Retinoblastoma
e. Mahasiswa Mampu menerapkan rencana yang akan di susun.
f. Mahasiswa Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan
keperawatan

1.3 Manfaat
Kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan paham
akan asuhankeperawatan yang tepat untuk pasien retina blastoma,sehinggga
didunia rumah sakit nantidapat menerapkan asuhan keperawatan ke pasien
retino blastoma dengan tepat.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1.1 Definisi

Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan


pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retino embrional (Mansjoer, 2005).
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai
saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi
secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral
tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo
Hagung Sutaryo, 2006 ).
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina
(sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Tumor berasal dari
jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%).
Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui
kromosom. Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik)
dan tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi
penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti
nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50%
menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-
7%.
Retinoblastoma adalah kanker yang dimulai dari retina – lapisan sensitif
di dalam mata. Retinoblastoma umumnya terdapat pada anak-anak. Retina
terdiri dari jaringan syaraf yang merespon cahaya masuk ke mata. Kemudian
retina mengirimkan sinyal melalui syaraf optik ke otak, dimana sinyal
diinterpretasikan sebagai gambar.

4
2.1.2 Etiologi
a. Kelainan kromosom
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel
dominant protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa
karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya
gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa
menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata
yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant.
Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).
b. Faktor genetik
Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa anak,
mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak diketahui
apa yang menyebabkan kelainan gen, melainkan yang paling mungkin
menjadi kesalahan acak selama proses copy yang terjadi ketika sel
membelah.

2.1.3 Patofisiologi

Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak


dipakai umumnya berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada
lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat berkembang
pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular, tumor tersebut
dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan.Retino Blastoma
berasal dari jaringan embrional retinal bersifat malignancy, kongenital dan
herediter serta dapat menyerang atau tumbuh 1 atau kedua mata. Tumor
tumbuh melalui mutasi genetik secara spontan atau sporadis atau
diturunkan melalui autosomal dominant.
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus.
Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala
leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai
endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa

5
hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan
metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke
jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang
melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat,
dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke
kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke
sumsum tulang dan visera , terutama hati.
Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak
dipakai umumnya berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada
lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat berkembang
pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular, tumor tersebut
dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan.

6
2.1.4 Pathway

Faktor keturunan Faktor Lingkungan (virus, zat kimia, radiasi)

Mutasi gen RB1 di


kromosom 13q14

Gen RB1 tidak aktif

Protein RB1 (P-RB) tidak


diproduksi

Pertumbuhan sel daerah Retina tidak terkontrol

Retinoblastoma

Tumor membesar Tumor menempati Destruksi saraf Massa tumor memenuhi Kurangnya
macula vitrous body informasi tentang
penyakit yang
Eksoftalmus (penonjolan)
pada mata Ggn pergerakan Ggn hantaran diderita
impuls Peningkatan TIO
bola mata
Perubahan Glaucoma Defisiensi
penampilan Keterbatasan
Strabismus pengetahuan
lapang Keterbatasan
pandang lapang pandang
Malu Penurunan fungsi
penglihatan
Nyeri
Ggn citra tubuh Resiko cedera

Gangguan Resiko keterlambatan


persepsi perkembangan
sensori
penglihatan

7
2.1.5 Manifestasi klinis

a. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering


ditemukan.
b. Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling atau terdapat
warna iris yang tidak normal.
c. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di
dalam bilik mata depan, uveitis, endoltafmitis, ataupun suatu
panoftalmitis.
d. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola
mata.
e. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
f. Tajam penglihatan sangat menurun.
g. Nyeri
h. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca
sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-
kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.

2.1.6 Klasifikasi
Golongan Retino blastoma
a. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil. Terdapat pada atau
dibelakang ekuator, Prognosis sangat baik
b. Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil, Prognosis
baik.
c. Golongan III
d. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter
papil, Prognosis meragukan
e. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata, Prognisis tidak baik.
f. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis buruk.

8
Retinoblastoma terbagi atas IV stadium, masing-masing:
a. Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium
tenang).
b. Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
c. Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang
melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
d. Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi Retinoblastoma yaitu:
a. Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita
retinoblastoma. Contohnya Osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma
jaringan lunak yang lain, melanoma malignan, berbagai jenis
karsinoma, leukemia dan limfoma dan berbagai jenis tumor otak
b. Komplikasi vaskular : kerusakan pembuluh darah retina dan perdarahan
dapat terlihat.
c. Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi
hipoplasia pada tulang dan struktur jaringan lunak setelah terapi dengan
dosis radiasi.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan
kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan bebrapa
pemeriksaan sebagai sarana penunjang :
a. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina
disertai pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor
tersebut dan berbatas kabur
b. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan
kalsifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen :
Optikum melebar.
c. USG : Adanya massa intraokuler

9
d. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah,
bila rasio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya
retinoblastoma intaokuler (Normal ratsio Kurang dari 1)
e. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk
pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis
bola mata.

2.1.9 Penatalaksanaan
Pengobatan retinoblastoma adalah enukleasi bulbi yang disusul
dengan radiasi. Apabila retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan
orbita maka dilakukan eksenterasi orbita disusul dengan radiasi dan bila
diberikan kemoterapi (Ilyas dkk, 2002).
Harus dilakukan pemantauan teratur pada anak yang menderita
retinoblastoma dan keturunan berikutnya. Konseling genetik harus
ditawarkan dan anak dengan orang tua yang pernah mengalami
retinoblastoma harus diawasi sejak bayi.
Bila tumor masih terbatas intraokular, pengobatan dini mempunyai
prognosis yang baik. Tergantung dari letak, besar, dan tebal,pada tumor
yang masih intraokular dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser,
atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan
visus. Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh vitreus dan
visus nol, dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi
masih terbatas dirongga orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi,
radioterapi, dan kemoterapi. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup
karena 20-90% pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor
ganas primer, terutama osteosarkoma (mansjoer, 2005).
Terapi
a. Enukleasi mengangkat bola mata dan diganti dengan bola mata prothese
(buatan).
b. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga
terapi ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak
akibat penyinaran.

10
c. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada
ukuran Kanker yang kecil.
d. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker
ukuran kecil terapi ini berhasil baik.

e. Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke


jaringan orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan
jaringan periostnya
f. Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa – sisa
sel tumor
g. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat
mengecilkan ukuran kanker.Cara terapi mana yang dipakai tergantung
dari :Ukuran kanker,Lokasi kanker, Apakah sudah menjalar atauy
belum, Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain, Adanya
komplikasi, Riwayat keluarga, Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi
diatas.

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian
Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik
(Biologis, Psikologis,Social dan Spiritual ) untuk mendapatkan data yang
lengkap dan sistematis. Adapun Pengkajian yang penting untuk pasien
dengan Retinoblastoma yaitu :
a. Status Kesehatan
1) Usia penderita
Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-anak, terutama
pada usia di bawah 5 tahun.
2) Sejak kapan sakit mata dirasakan
Penting untuk mengetahui perkembangan penyakitnya, dan sejauhmana
perhatian klien dan keluarganya terhadap masalah yang dialami.
Retinoblastoma mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini.

11
3) Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak
ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan
kelainan pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan.
4) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya
Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui
kromosom, protein yang selamat memiliki kemungkinan 50 %
menurunkan anak dengan retinoblastoma.
5) Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya.
Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar.
6) Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan
oleh penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan
oleh tumor yang bermetastase.
7) Penyakit mata sebelumnya
8) Riwayat kehamilan, kelahiran, dan imunisasi
9) Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat
pula memperburuk keadaan klien
b. Pola Kebutuhan Dasar
1) Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.
Persepsi terhadap arti kesehatan, dan penata laksanaan kesehatan,
kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek
kesehatan.Komponen:
a) Gambaran kesehatan secara umum dan saat ini
b) Alasan kunjungan dan harapan,
c) Gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan yang
dilakukan:
- Kepatuhan terhadap pengobatan
- Pencegahan/tindakan dalam menjaga kesehatan

12
- Penggunaan obat resep dan warung,
- Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-hari
dan frekuensi (misal : rokok, alkohol)
- Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari, dan faktor
resiko timbulnya penyakit
- Gambaran kesehatan keluarga
2) Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan
elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6
bulan terakhir, kesulitan menelan, mual / muntah, kebutuhan julah
zat gizi, masalah / penyembuhan kulit, akanan kesukaan.
Komponen:
a) Gambaran yang biasa dimakan (Pagi,siang,sore,snack)
b) Tipe dan intake cairan
c) Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang
mempengaruhi makan dan nafsu makan
d) Penggunaan obat diet
e) Makanan Kesukaan, Pantangan,alergi
f) Penggunaan suplemen makanan
g) Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bln,
h) Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak,gatal)
i) Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)
j) Adakah faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan sirkulasi,
defisit sensori,penurunan mobilitas)
3) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit.
Komponen :
a) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
b) Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat
bantu untuk miksi
c) Gambaran pola BAB, karakteritik
d) Penggunaan alat bantu

13
e) Bau bdn, Keringat berlebih,lesi & pruritus
4) Aktivitas-Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi.Komponen:
a) Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
b) Aktivitas saat senggang/waktu luang
c) Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada,palpitasi,nyeri pada tungkai, gambaran dalam pemenuhan
ADL : Level Fungsional (0-IV), Kekuatan Otot (1-5)
5) Tidur-Istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level
energi.Komponen:
a) Berapa lama tidur dimalam hari
b) Jam berapa tidur-Bangun
c) Apakah terasa efektif
d) Adakah kebiasaan sebelum tidur
e) Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
6) Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil,
penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan
keputusan.Komponen:
a) Kemampuan menulis dan membaca
b) Kemampuan berbahasa
c) Kemampuan belajar
d) kesulitan dalam mendengar
e) Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
f) Bagaimana visus
g) Adakah keluhan pusing bagaimana gambarannya
h) Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin, panas,nyeri
i) Apakah merasa nyeri(Skala dan karaketeristik)

14
7) Persepsi Diri – Konsep Diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan,harga diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri
sendiri.Komponen:
a) Bagaimana menggambarkan diri sendiri
b) Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran
terhadap diri
c) Apa hal yang paling menjadi pikiran
d) Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut, bagaimana
gambarannya
8) Peran – Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-
lainnya.Komponen:
a) Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup
sendiri/bersama)
b) Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitas hubungan?
Puas?
c) Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling
keterikatan
d) Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik
e) Bagaimana keadaan keuangan
f) Apakah mempunyai kegiatan sosial?
9) Seksualitas – Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-
reproduksi.Komponen:
a) Apakah kehidupan seksual aktif
b) Apakah menggunakan alat bantu/pelindung
c) Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks
d) Khusus wanita : TMA, gambaran pola haid, usia menarkhe/
menopause riwayat kehamilan, masalah terkait dengan haid

15
10) Koping – Toleransi Stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan
menggunakan sistem pendukung.Komponen:
a) Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam bbrp thn
terakhir
b) Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif?
c) Apakah ada orang lain tempat berbagi?apakah orang tersebut ada
sampai sekarang?
d) Apakah anda selalu santai/tegang setiap saat
e) Adakah penggunaan obat/zat tertentu
11) Nilai – Kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan
dalam hidup.Komponen:
a) Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan
b) Adakah tujuan,cita-cita,rencana di masa yang akan datang
c) Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
d) Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup? gambarkan

c. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum
yang dapat merupakan penyebab penyakit mata yang sedang
diderita.
2) Pemeriksaan Khusus Mata
a) Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola
mata sehingga dapat merusak semua organ di mata yang
menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
b) Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan
bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf
III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata juling.

16
c) Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal,
konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan
pupil.
d) Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan
keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan pada
penderita dengan retinoblastoma.
e) Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil
saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat
perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
f) Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan
bola mata meningkat.
d. Analisa Data
Data yang biasanya muncul pada pasien dengan Retinoblastoma adalah
sebagai berikut
Data Subjektif Data Objektif
- Mengeluh nyeri pada - Mata juling (strabismus)
mata - Mata merah
- Sulit melihat dengan - Bola mata besar
jelas - Aktivitas kurang
- Mengeluh sakit kepal - Tekanan bola mata meningkat
- Merasa takut - Gelisah
- Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)
- Tajam penglihatan menurun
- Sering menangis
- Keluarga sering bertanya
- Ekspresi meringis
- Tak akurat mengikuti instruksi
- Keluarga nampak murung
- Keluarga nampak gelisah
- Pertanyaan/pernyataan keluarga salah
konsepsi

17
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman
atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada
risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan (PPNI, 2016) . Diagnosis
atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan leukimia antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (neoplasma)
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (Mis:
proses penyakit)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi,
ketidaktahuan menemukan sumber informasi
5. Risiko Gangguan pertumbuhan dibuktikan dengan kelainan
genetic/kongenital
6. Risiko cedera dibuktikan dengan disfungsi autoimun

18
2.2.3 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi NIC

1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … NIC


x… jam diharapkan : Pain Management
NOC - Lakukan pengkajian secara komperhensif
 Pain level -
Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
 Pain control -
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
 Comfort level -
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Kriteria Hasil : -
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, ketidakefektifan kontrol nyeri dimasa lampau
- Bantu pasien dan keluarga dengan menemukan
mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan) dukungan
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
menggunakan manajement nyeri seperti suhu ruangan, kecahayaan, kebisingan
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
- Mampu mengendalikan nyeri (skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda nyeri) farmakologi, dan interpersonal)
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
2 Gangguan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … NIC
persepsi sensori x… jam diharapkan : - Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat
Ketajaman penglihatan dalam batas situasi apakah satu atau dua mata terlibat. Observasi tanda-
individu, mengenal gangguan sensori dan tanda disorientasi.
berkompensasi terhadap perubahan - Orientasikan klien tehadap lingkungan.
NOC - Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan
iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan
19
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi tetes mata.
terhadap perubahan. . - Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
dalam lingkungan.
3 Gangguan citra Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … NIC
tubuh x… jam diharapkan : Peningkatan Citra Tubuh
Dukungan Emosional
NOC - Bantu paien mendiskusikan perubahan-perubahan yang
 Citra tubuh disebabkan oleh penyakit atau pembedahan dengan cara
Kriteria Hasil : yang tepat
- Pasien mampu menyesuaikan diri terhadap - Identifikasi strategi penggunaan koping oleh orang tua
perubahan tampilan fisik dalam berespon terhadap perubahan penampilan anak
- Pasien mampu menyesuaikan diri terhadap - Instruksikan anak-anak mengenai fungsi dari berbagai
perubahan fungsi tubuh bagian tubuh dengan cara yang tepat
- Pasien mampu menyesuaikan diri terhadap - Diskusikan dengan pasien mengenai pengalaman
perubahan status kesehatan emosinya
- Buat pernyataan mendukung dan berempati
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya
(cemas, marah, sedih)
- Rujuk untuk konseling, sesuai kebutuhan

4 Defisit Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… NIC


pengetahuan jam diharapkan : Pengajaran Proses Penyakit
NOC Pengajaran Prosedur/Perawatan
 Pengetahuan proses penyakit - Kaji pengalaman dan tingkat pengetahuan
 Pengetahuan prosedur penanganan pasien/keluarga tentang penyakit dan tindakan yang
Kriteria Hasil : akan dilakukan
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang - Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungannya
proses, penyebab, serta tanda & gejala penyakit dengan anatomi dan fisiologi, sesuai kebutuhan
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahan tentang - Jelaskan proses penyakit, tanda gejala yang umum,
prosedur, langkah-langkah, dan efek samping dari penyebab, dan komplikasi sesuai kebutuhan

20
penangananyang akan dilakukan - Informasikan kepada pasien/keluarga mengenai
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali tindakan yang akan dilakukan (jenis tindakan, kapan
apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya dilakukan, bagaimana cara melakukan, berapa lama
tindakan dilakukan)
- Jelaskan tujuan dan prosedur/penanganan yang akan
dilakukan
- Diskusikan pilihan terapi/penanganan
- Edukasi pasien/keluarga mengenai tanda gejala yang
harus dilaporkan
5 Risiko Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC
gangguan …. X 24 jam diharapkan pasien dapat tumbuh Peningkatan Latihan
pertumbuhan dan berkembang atau mengejar Peningkatan Perkembangan Anak
ketertinggalannya sesuai dengan usianya. - Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan
NOC : pelatihan
 Perilaku kompesasi penglihatan - Gali pengalaman individu dan hambatan sebelumnya
 Partisipasi bermain mengenai pelatihan
Kriteria Hasil : - Libatkan keluarga dalam merencanakan dan
meningkatkan program latihan
- Tidak ada gejala gangguan penglihatan - Bina hubungan saling percaya dengan anak dan lakukan
- Mampu menggunakan alat bantu penglihatan interaksi personal dengan anak
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas bermain - Dukung anak untuk berinteraksi dengan temannya
- Pasien menikmati aktivitas bermain melalui keterampilan bermain peran
- Dukung anak untuk mengekspresikan diri melalui
penghargaan yang positif/ umpan yang baik
6 Risiko Cedera Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… NIC
jam diharapkan : Environment Management (Manajemen lingkungan)
NOC - Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
 Risk control - Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
penyakit terdahulu pasien.
Kriteria Hasil :
- Menghindari lingkungan yang berbahaya (misalnya
21
- Klien terbebas dari cedera memindahkan perabotan).
- Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk - Memasang side rail tempat tidur.
mencegah injuri/cedera - Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.
- Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
- Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari
dijangkau pasien.
lingkungan/perilaku personal - Membatasi pengunjung.
- Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah - Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
injuri - Mengontrol lingkungan dari kebisingan.
- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada - Memindahkan barang- barang yang dapat
- Mampu mengenali perubahan status kesehatan membahayakan.
- Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

22
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :Intervensi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.Pada tahap implementasi
ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah
dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul
pada pasien

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan
terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi berfokus
pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien atau
kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan
proses yang interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan
dilakukan, respon klien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan
hasil yang yang diharapkan. Kemudian berdasarkan respon klien, direvisi
intervensi keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada 2 komponen untuk
mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :
1. Proses (sumatif)
Fokus tipe ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk
membantu keefektifan terhadap tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan keperawatan klien

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Retinoblastoma (RB) adalah suatu penyakit keganasan pada lapisan retina
mata, yaitu bagian mata yang paling peka terhadap cahaya. Penyakit RB dapat
menyerang segala usia, yang disebabkan oleh kelainan kromosom atau faktor
genetic.
Hal-hal yang perlu dikaji pada penderita retinoblastoma ini adalah usia
penderita, sejak kapan sakit mata dirasakan, riwayat trauma sebelum atau sesudah
ada keluhan, apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
sebelumnya, apakah anak merasakan adanya perubahan dalam matanya, apakah
ada keluhan lain yang menyertai, penyakit mata sebelumnya, riwayat kehamilan,
kelahiran, dan imunisasi, serta penyakit lain yang sedang diderita
Masalah keperawatan yang mungkin muncul yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera biologis (neoplasma), gangguan persepsi sensori penglihatan
berhubungan dengan gangguan status organ, gangguan citra tubuh berhubungan
dengan penyakit, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,
risiko keterlambatan perkembangan, dan risiko cedera.
Pada contoh kasus di atas ditemukan tiga masalah keperawatan yaitu nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera biologis (neoplasma), gangguan persepsi
sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan status organ, dan gangguan
citra tubuh berhubungan dengan penyakit. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam masalah teratasi dari ketiga masalah keperawatan
tersebut.
3.2 Saran
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan, karena
penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna.dan kami
sangat mengharapkan kritik dan saran itu dari pembaca.untuk penulisan makalah
selanjutnya yang lebih baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. EGC,
Jakarta.

Bulechek, G. M. et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). 6th edn.


Jakarta: Elsevier.

Ilyas Sidarta, Prof. dr. H. SpM. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. FKUI :
Jakarta

Mansjoer, A. Et. Al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi III. Catatan
IV. Abkulapius FK-VI. Jakarta.
Maria, Kristina. 2015. Laporan Pendahuluan Retinoblastoma (dalam
https://www.scribd.com/document/273411410/LAPORAN-
PENDAHULUAN-RETINOBLASTOMA). Diakses tanggal 29 September
2018
Moorhead, S. et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th edn.
Jakarta: Elsevier.
NANDA.2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi2015-2017. Edisi
10. Jakarta : EGC.
Rullyarto, Ricko. 2014. Makalah Retinoblastoma (dalam
https://www.scribd.com/doc/220934180/MAKALAH-
RETINOBLASTOMA). Diakses tanggal 29 September 2018.

25

Anda mungkin juga menyukai