Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 2

RETINOBLASTOMA

Oleh Kelompok 16
Azwan Abdhi Hafizuddin 20181660129
Galih Agung Prihambodo 20181660131

S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Retinoblastoma” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan
Anak 2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi kami sebagai mahasiswa.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Kami menyadari, makalah yang ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................1
BAB II Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Retinoblastoma..........................2
A. Definisi..........................................................................................................2
B. Etiologi..........................................................................................................2
C. Manifestasi Klinis..........................................................................................2
D. Patofisiologi...................................................................................................3
E. Klasifikasi Stadium.......................................................................................4
F. Penatalaksanaan.............................................................................................5
H. Discharge Planning........................................................................................6
I. Pengkajian.....................................................................................................6
I. Diagnosa keperawatan...................................................................................9
J. Intervensi Keperawatan.................................................................................9
BAB III WOC........................................................................................................12
BAB IV PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang
paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
mengakibatkan kebutaan melainkan juga kematian. Di negara berkembang,
upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang
tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai
penyakit kanker tersebut. Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak
usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan.
Namun seringkali anak anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang
mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk
mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan
mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4
tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya
anak diperiksakan kedokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila
telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko. Untuk itu kami
menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit
retinablastoma ke masyarakat luas agar bisa melakukan deteksi dini pada anak
mengenai penyakit retinoblastoma.
B. Tujuan
Tujuan umum:
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta asuhan
keperawatan yang tepat pada pasien retinoblastoma.
Tujuan khusus:
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retinoblastoma.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retinablastoma.
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma.
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retinoblastoma.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retinoblastoma..

1
BAB II
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Retinoblastoma
A. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endookular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi
secara awal. Rata rata usia klien saatdiagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral
tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjio
Hagung Sutoyo, 2006)
B. Etiologi
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yang berbeda, yaitu bilateral atau
unilateral dan diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan
selalu unilateral, sedangkan 90% kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan
unilateral sebanyak 10%. Gen retinoblastoma (RB1), diisolasi dari kromosom
13q14, yang berperan sebagai pengatur pertumbuhan sel pada sel normal.
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya
cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat
somatic maupun keduamata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara
autosom dominan. Kanker bisamenyebar ke kantung mata dan ke otak
(melalui saraf penglihatan/nervus optikus).

C. Manifestasi Klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak
tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda
peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila
sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata akan menyebabkan
glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.

2
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus
paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah.
Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca.
Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Karna iris tidak
normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan
submandibuladan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalah faktor genetik atau pengaruh lingkungan
dan infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya
bercak putih di bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah
bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil
melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila
stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda
berupamata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan
pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut
bisa terindikasi penyakit retinoblastoma.

D. Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor
yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda
peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas
dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda
peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat
menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervusoptikus ke otak,
sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat,
dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Karna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar
limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum
tulang dan visera, terutati.

3
E. Klasifikasi Stadium
Menurut Reese-Allsworth, retinobalastoma digolongkan menjadi:
1. Golongan 1
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4 dd, dan terdapat pada atau dibelakang
ekuator
2. Golongan 2
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
3. Golongan 3
a. Beberapa lesi di depan ekuator
b. Tumor ada duator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
4. Golongan 4
a. Tumor multiple sebagian besar >10dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
5. Golongan 5
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabkan
eksoftalmus kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita
disertai nekrose diatasnya. Menurut Grabowski dan Cbrahamson, membagi
penderajatan berdasarkan tempat utama dimana retinoblastoma menyebar
sebagai berikut:
1. Derajat 1 intraokular
a. Tumor retina.
b. Penyebaran ke lamina fibrosa.
c. Penyebaran ke ueva.
2. Derajat 2 orbitaa.
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti
dengan biopsi.
b. Nervous optikus.

4
F. Penatalaksanaan
Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan
radiasi. Apabila retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita maka
dilakukan eksenterasi orbita disusul dengan radiasi dan diberikan kemoterapi
(Ilyas dkk, 2002).Harus dilakukan pemantauan teratur pada anak yang
menderita retinoblastoma dan keturunan berikutnya. Konseling genetik harus
ditawarkan dan anak dengan orang tua yang pernah mengalami retinoblastoma
harus diawasi sejak bayi (James dkk, 2005).
Bila tumor masih terbatas intraokular, pengobatan dini
mempunyai prognosis yang baik. Tergantung dari letak, besar, dan tebal,pada 
tumor yang masih intraokular dapat dilakukan krioterapi, foto koagulasi laser,
atau kombinasi sitostatik dan foto koagulasi laser untuk mempertahankan
visus. Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus
nol, dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih
terbatas dirongga orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan
kemoterapi. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% pasien
retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama
osteosarkoma (mansjoer,2005).
a. Terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat bola mata dan diganti dengan bola mata
prothese (buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga
terapi ini sangat efektip. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak
akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar laser ini sangat efektif pada
ukuran kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada
kanker ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat
mengecilkan ukuran kanker.

5
Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :
1. Ukuran kanker & lokasi kanker
2. Apakah sudah menjalar atau belum
3. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
4. Adanya komplikasi
5. Riwayat keluarga
6. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas. 
b. Pembedahan:
1. Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler
ialahdengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik
sepanjang mungkin.
2. Eksentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke
jaringan orbitaialah dgn mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan
periostnya.
3. Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa sisa
sel tumor
H. Discharge Planning
Pasca pengobatan, sangat penting dilakukan pemeriksaan ulang secara
berkala dengan tujuan untuk mencari :
1. Tumor yang residif pada socket mata pasca enukleasi/eksenterasi
2. Tumor yang aktif kembali pasca fotokoagulasi/krioterapi
3. Tumor baru pada mata yang lainnya.
4. Keganasan lain yang timbul bukan pada bola mata (terutama pada kasus
bilateral)
5. Metastasis
Setelah tumor dinyatakan regresi, pemeriksaan berkala dilakukan
sebagai berikut: - 1 tahun pertama : setiap 3 bulan - tahun berikutnya
setiap 6 bulan sampai usia anak 6 tahun - setelahnya : setiap tahun
I. Pengkajian
1. Identitas pasien meliputi, nama, usia, jenis kelamin
2. Sejak kapan sakit mata dirasakan

6
Penting untuk mengetahui perkembangan penyakit pasien, dan
sejauh mana pasien dan keluarga pasien terhadap masalah yang sedang
dialami oleh pasien.
3. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan :
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak
ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan
pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan.
4. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya
Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui
kromosom,protein yang selamat memiliki kemungkinan 50% menurunkan
anak dengan retinoblastoma.
5. Apakah pasien merasakan adanya perubahan pada matanya
Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar.
6. Apakah ada keluhan yang lain menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan yang paling sering
diberikan oleh penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa
diakibatkan oleh tumor yang bermetastase.
7. Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata
sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala penyakit
yang dikeluhkan penderita.

8. Penyakit lain yang sedang diderita


Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk,
dapat juga memperburuk keadaan pasien.
9. Usia penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia tertentu.
Retinoblastoma umumnya ditemukan,terutama pada anak-anak usia
dibawah 5 tahun.
10. Riwayat psikologi

7
Reaksi pasien dan keluarganya terhadap gangguan penglihatan
yang dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering
bertanya.
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum
yg dapat menyebabkan penyakit mata yg sedang diderita.
2. Pemeriksaan khusus mata
- Pemeriksaan tajam penglihatan.
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas didalam bola
mata sehingga dapat merusak semua organ dimata yg mengakibatkan
tajam penglihatan sangat menurun.
- Pemeriksaan pergerakan bola mata.
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan
bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf 3,4
dan 6 maka akan menyebabkan mata juling.
- Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal.
Pemeriksan dimulai dari kelopak mata,sistem lakrimal, konjungtiva,
kornea, bilik mata depan, iris,lensa dan pupil.
- Pemeriksaan pupil.
Leukokoria (refleks pupil yg berwarna putih) merupakan keluhan
dan gejala yg paling sering ditemukan pada penderita dengan
retinoblastoma.
- Pemeriksaan funduskopi.
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, pupil saraf
optik dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yg
banyak dalam badan kaca.
- Pemeriksaan tekanan bola mata.
Pertumbuhan tumor kedalam bola mata menyebabkan tekanan bola
mata meningkat.
3. Biopsikososial spiritual
Gejala : perasaan tidak percaya diri, berbeda dengan teman sebayanya.

8
Tanda : murung, ansietas, takut, marah,mudah tersinggung.

I. Diagnosa keperawatan
Pre Operasi
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan penglihatan.
Pasca Operasi
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Prosedur Operasi)
3. Risiko gangguan perkembangan berhubungan dengan gangguan
penglihatan
4. Resiko Infeksi behubungan dengan prosedur invasif

J. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka persepsi
sensori membaik
Dengan kriteria hasil :
- Respon sesuai stimulus membaik
- Konsentrasi membaik
- Orientasi membaik
Intervensi Rasional
Observasi
- Identifikasi status sensori - Mengetahui status sensori
Terapeutik
- Diskusikan tingkat toleransi terhadap - Mengetahui tingkat toleransi
beban sensori terhadap beban sensori
- Batasi stimulus lingkungan - Memberikan lingkungan yang
nyaman dan mengurangi bahaya
serta resiko
- Jadwalkan aktivitas harian dan waktu - Memanagemen waktu yang sesuai

9
istirahat dengan kebutuhan aktivitas dan
istirahat
Edukasi
- Ajarkan cara meminimalisasi stimulus - Mengajarkan individu, kelompok,
keluarga tentang meminimalisasi
Kolaborasi stimulus
- Kolaborasi dalam meminimalkan - Menjaga agar tidak terjadi hal yang
prosedur/ tindakan tidak diinginkan
- Kolaborasi pemberian obat - Mempercepat penyebuhan
farmakologi

2. Nyeri kronis Berhubungan dengan Agen Pencedera fisik dibuktikan


dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam,
maka tingkat nyeri menurun
Dengan kriterial hasil:
 Keluhan nyeri menurun
 Meringis menurun
 Gelisah menurun
Intervensi Rasional
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, - Mengetahui lokasi dan karakteristik
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri pada pasien
- Identifikasi skala nyeri - Mengetahui tingkat nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologi untuk - Memberikan prosedur untuk
mengurangi rasa nyeri mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang yang - Memberikan lingkungan yang
memperberat rasa nyeri nyaman dan aman
- Fasilitasi istirahat dan tidur - Memfasilitasi tempat istirahat agar
Edukasi stress hilang
- Jelaskan penyebab, periode, dan - Agar mengetahui penyebab dari

10
pemicu nyeri nyeri yang dirasakan
- Jelaskan strategi meredakan nyeri. - Mengajarkan cara meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara - Agar bisa mengontrol nyeri secara
mandiri mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetis, jika - Pemberian obat pereda nyeri apabila
perlu nyeri pasien tidak dapat ditoleransi.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh.


Tujuan : Setelah dilakukan interveni selama 2x24 jam, maka citra
tubuh meningkat
Dengan kriteria hasil :
- Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
- Menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun
- Melihat bagian tubuh membaik
Intervensi Rasional
Observasi
- Identifikasi harapan citra tubuh - Mengetahui harapan citra tubuh
berdasarkan tahap perkembangan sesuai pada tahap perkembangan
- Monitor frekuensi pernyataan kritik - Mengetahui seberapa sering
terhadap diri sendiri mengungkapkan pernyataan krtitik
terhadap diri sendiri
Terapeutik
- Diskusikan perubahan tubuh dan - Mengetahui perubahan tubuh dan
fungsinya fungsinya
- Diskusikan cara mengembangkan - Membantu mengembangkan harapan
harapan citra tubuh secara realistis secara realistis
Edukasi
- Ajarkan kepada keluarga tentang - Memberikan pengetahuan kepada
perawatan perubahan citra tubuh keluarga tentang perawatan
perubahan citra tubuh
- Anjurkan menggunakan alat bantu - Untuk membantu pasien agar terlihat
(Kaca mata) percaya diri

11
BAB III
WOC

1 Eksogen Eksogen

Kesalahan replikasi Lingkungan (bahan


kimia, polusi, radiasi,
(gerakan/ perbaikan) sinar UV)

Retinoblastoma

Perubahan Endofilitik Metastase aliran Eksofilitik


penampilan pasca darah ke otak
operasi
Tumor tumbuh Tumbuh keluar
kedalam vitreous Melepaskan lapisan retina/ sub
Timbul rasa malu mediator kimia: retina
histamine,
Keterbatasan prostaglandin dan
Gangguan Lapang pandang bradikinin di otak Gangguan
citra tubuh penerimaan sensori
pada lapisan
Nyeri
fotoreseptor
Resiko
cedera

Ketajaman
penglihatan menurun

Gangguan
persepsi sensori

12
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina
(sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor
ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia
dibawah 5th. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi
unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat
herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif
dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak
mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan
edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera diobati.

B. Saran
Pada orang tua yang mengalami retinoblastoma hendaknya melakukan
deteksi dini kepada anaknya, karena retinoblastoma dapat diturunkan ke anak
mereka. Sebaiknya orang tua mengetahui tanda dan gejala adanya
retinoblastoma untuk menghindari prognosis yang sangat buruk.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas Sidarta, Prof. dr. H. SpM. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. FKUI:
Jakarta
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta: Yayasan
Essentia Media
Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI
Jakarta
Sidarata I. (1982). Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta
Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI Jakarta
Doenges, marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Voughan, Dale. 2000. Oftamologi umum. Jakarta : widya medika.
Permono, Bambang,dkk. 2006. Buku ajar hematologi-onkologi anak. Jakarta :
Badan penerbit IDAI.

14

Anda mungkin juga menyukai