Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISA PELAKSANAAN KELUARGA SADAR GIZI


DALAM PANDEMIK SEKARANG

Oleh :
RAMADHAN HARAHAP
20181660118

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020/2021
BAB 1.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tingginya angka gizi buruk merupakan gambaran buruk performa pemerintah dalam
menyejahterakan rakyatnya. Angka penderita gizi buruk di Indonesia masih cukup tinggi. Tahun 2010,
jumlahnya mencapai 17,9%. Pemerintah berupaya untuk menurunkannya hingga menjadi 15,1% tahun
2015 sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Berdasarkan data Direktorat
Bina Gizi Kementerian Kesehatan pada tahun 2010 tercatat 43.616 anak balita menderita gizi buruk.
Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 56.941 anak, namun angka penderita
gizi buruk pada tahun 2010 masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 41.290 anak.
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah kemudian mencanangkan suatu program yang disebut dengan
Keluarga

Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan,
pemeliharaan dan aktifitas. Kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidak seimbangan
asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi (Waryana, 2010:8).

Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumber daya masyarakat
yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin),
bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis,
karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang
terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa
selanjutnya terpenuhi (Depkes RI, 2007:4).

merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk tidak hanya
meningkatkan angka kesakitan dan kematian, tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat sel-
sel pertumbuhan otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Terdapat kaitan yang
sangat erat antara tingkat keadaan gizi dengan konsumsi makanan. Tingkat keadaan gizi optimal akan
tercapai apabila kebutuhan gizi terpenuhi. Namun demikian, perlu diketahui bahwa keadaan gizi
seseorang dalam satu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi gizi pada masa yang telah lampau
bahkan jauh sebelum masa itu. Ini berarti gizi masa anak-anak memberi andil terhadap status gizi masa
dewasa.

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat
dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi selain merupakan
sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga,
juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan
perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi tiap anggota keluarganya,
dan mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh tiap anggota
keluarganya. Keluarga dikatakan kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal
dengan menimbang badan secara teratur, memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir
sampai umur enam bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, dan
minum suplemen gizi sesuai anjuran (Depkes RI, 2007:5).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadarzi adalah tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan
keluarga, pengetahuan gizi ibu, sarana dan prasarana, pelayanan kesehatan, serta keaktifan kader
misalnya sosialisasi. Sosialisasi dalam penelitian ini adalah pendampingan keluarga menuju kadarzi.
Pendampingan keluarga kadarzi adalah proses mendorong, menyemangati, membimbing dan
memberikan kemudahan oleh kader pendamping kepada keluarga guna mengatasi masalah gizi yang
dialami (Depkes RI, 2009:1).

Dampak kekurangan gizi yang paling ditakutkan adalah gagal tumbuh (growth faltering), terutama
gagal tumbuh kembang otak (Sunita Almatsier, 2002). Anak yang menderita kekurangan gizi tidak saja
menurun kecerdasan otaknya, tetapi menyimpan potensi terkena penyakit degeneratif ketika memasuki
usia dewasa. Pasalnva, sejumlah organ tubuh penting, seperti jantung, paru-paru, ginjal dan pembuluh
darah, bisa mengalami “penuaan dini”. Gizi buruk dalam jangka pendek menyebabkan kesakitan dan
kematian karena kekurangan gizi membuat daya tahan tubuh berkurang. Menurut WHO, faktor gizi
merupakan 54% kontributor penyebab kematian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu menganalisa
pelaksanaan keluarga sadar gizi dalam pendemik sekarang

C. Tujuan penelitian adalah :

1. Tujuan Umum :
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pelksanaan keluarga sadar gizi dalam
pandemic sekarang
2. Tujuan Khusus :
Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui :
a. Karakteristik keluarga sadar gizi berdasarkan umur ibu, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan
perilaku kadarzi.
b. Karakteristik Tumbuh kembang.
c. Hubungan Keluarga sadar gizi (Kadarzi) dengan tumbuh kembang

D. Manfaat Penelititan

1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Memberi dasar informasi ilmiah tentang hubungan perilaku keluarga sadar gizi dengan kejadian
dalam pandemic sekrang sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian lebih
lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian Stunting.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya sebagai salah
satu sumber informasi yang dapat dijadikan sebagai masukan pada institusi terkait yang
berhubungan dengan penanganan masalah gizi dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat terutama masyarakat disekitar lokasi penelitian.
3. Bagi Peneliti
Hasil peneilitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan di bidang Gizi kesehatan
masyarakat serta menjadi wadah dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh selama
kuliah.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Keluarga Sadar Gizi (kadarzi) adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Bidang Kesehatan 2005-2009 yang menetapkan 4 (empat) sasaran pembangunan kesehatan satu
diantaranya adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20%. Guna
mempercepat pencapaian sasaran tersebut, di dalam Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-
2009 telah ditetapkan 4 strategi utama dan 17 sasaran prioritas, satu diantaranya adalah seluruh
keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (kadarzi). (Kemenkes RI, 2007). Suatu keluarga disebut KADARZI
apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan menimbang berat badan secara
teratur, memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif),
makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium. minum suplemen gizi ( kapsul Vitamin A dosis
tinggi) sesuai anjuran. (Kemenkes RI, 2007). Oleh karena itu diperlukan kesadaran masyarakat khususnya
pada tingkatan keluarga untuk dapat melaksanakan program tersebut dalam peningkatan kesehatan
agar target pemerintah dapat tercapai demi kebaikan bersama.

Kadarzi merupakan bentuk dari penyederhanaan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (Kirana,2014).

1. Indikator Kadarzi

a. Menimbang Berat Badan Secara Teratur

Penimbangan balita sangat penting untuk deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin
menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif sehingga bila berat badan
anak tidak naik atau jika di temukan penyakit akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan
pencegahan supayatidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, penanganan
kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata
laksana kasus anak gizi buruk akan mengura (Kemenkes RI, 2007). Indikator yang digunakan bagi bayi
dan balita untuk memantau perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur dilakukan
dengan menggunakankartu menuju sehat (KMS) (Kemenkes RI, 2014)

b. Makan Beraneka Ragam

Asupan zat gizi merupakan hal yang penting bagi tubuh untuk melakukan fungsinya seperti
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan. Pemberian makanan yang tepat untuk
anak dapat menurunkan masalah gizi, dimana anak yang mengkonsumsi makanan beragam memilki
tingkat kesehatan yang baik.Makan beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan zat gizi, karena tidak
ada satupun jenis makanan yang memiliki kandungan zat gizi lengkap. Makan beraneka ragam akan
meningkatkan tingkat asupan zat gizi dan dapat menurunkan stunting pada balita (Santik
Wijayanti,2017).
Makanan beragam merupakan berbagai makanan yang dikonsumsi beragam baik antar kelompok
pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah) maupun dalam setiap kelompok pangan
(Kemenkes RI, 2014).

Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh
untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk
bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin
vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat,
tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori (Kemenkes
RI, 2014).

Mengonsumsi makanan beragam tanpa memperhatikan jumlah dan proporsinya juga tentu tidak
benar. Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga
termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan
secara teratur (Kemenkes RI, 2014).

C. TEORI

Teori yang digunakan adalah :

1. Paradigma Administrasi Publik Perspektif NPS merupakan kritik dari kapitalisme birokrasi yang
dikemukakan oleh Reinventing Government dan NPM. Pemahaman NPS ini lebih diarahkan pada prinsip
democracy, pride, dan citizen, oleh sebab itu nilai-nilai demokrasi, kewarganegaraan, dan pelayanan
untuk kepentingan publik sebagai norma mendasar dalam fokus ilmu administrasi publik (dalam Suaedi
(ed.), 2010:36).

2. Kebijakan Publik Harold Laswell dan Abraham Kapplan (dalam Nugroho, 2009:69) mendefinisikannya
sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan
praktek-praktek tertentu. Carl I. Friederick (dalam Nugroho, 2009:69) mendefinisikannya sebagai
serangkaian tindakan yang diusulkan seorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada.

3. Implementasi Kebijakan Penelitian ini menggunakan faktorfaktor yang terdapat pada model
implementasi kebijakan George Edward III. Model implementasi kebijakan yang berperspektif top-down
dikembangan oleh George C. Edward III. Menurut George Edward III (dalam Nugroho, 2011:636)
terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu
komunikasi (communication), sumber daya (resource), diposisi (dispositions or attitudes), dan struktur
birokrasi (bureaucratics structure). Ke empat faktor di atas harus dilaksanakan secara simultan karena
antara satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat.
BAB III

1. Kerangka konsep

 Pengetahuan Gizi
Responden
 Budaya Keluarga
 Keluarga mampu
 Peran Tokoh Masyarakat
 Keluarga kurang mampu
 Pekerjaan

Pendapatan
Perilaku Kadarzi:
 Penimbangan Ke Posyandu
 Pemberian Asi Eksklusif
 Konsumsi Makanan Beragam
 Penggunaan Garam Beryodium
 Konsumsi Suplemen Gizi Sesuai Anjuran

Stutus gizi

Kerangka konsep di atas menunjukkan bahwa dari pendapatan, responden dapat digolongkan dalam
dua kelompok yaitu keluarga mampu dan tidak mampu yang didasarkan pada Upah Minimum Regional.
Tinggi rendahnya tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap penerapan indikator
Kadarzi yang disesuaikan dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang yaitu: keluarga biasa mengkonsumsi
aneka ragam makanan, keluarga hanya mengunakan garam beryodium saat memasak makanannya,
keluarga memberikan dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI Esklusif, dan keluarga biasa
sarapan pagi.
BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei, yang bersifat deskriptif-analitik dengan desain penelitian cross
sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau
subjek diobservasi hanya sekali saja pada saat penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan kajian
penerapan pedoman umum gizi seimbang pada keluarga mampu dan tidak mampu.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan

B. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Oktober sampai Desember 2020.

3. Populasi dan Sampel

A. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluaga mampu

B. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi secara simple random sampling. Besar sampel
ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 1993):

n= N
1+N(d2 )
Keterangan: N= populasi

n= sampel

d= penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi, yang ditetapkan 0.1

Perhitungan:

a. Untuk sampel keluarga mampu di kelurahan:


b. Untuk perhitungan sampel keluarga tidak mampu di kelurahan :

Responden

Responden pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga karena ibulah yang menyediakan pangan dan
yang mengatur kebutuhan makanan di dalam keluarga.
4. Metode Pengumpulan Data

A. Data Primer

Data primer yang diambil adalah karakteristik responden berupa umur, pekerjaan, tingkat pendapatan
diperoleh melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner yamg telah disusun
sebelumnya. Data konsumsi aneka ragam makanan, didapat dengan menggunakan kuesioner, dan
formulir food frekuensi. Data kebiasaan makan pagi, konsumsi garam beryodium, pemberian ASI
Esklusif, diperoleh dari wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.

B. Data Sekunder

Data sekunder yang meliputi laporan dan data umum wilayah Kelurahan

C. Defenisi Operasional

1. Penerapan Kadarzi adalah tindakan/ segala praktek atau perbuatan nyata yang
dilakukan responden dalam menerapkan indikator keluarga sadar gizi, pada penelitian
ini pesan yang dipilih adalah 4 indikator yang disesuaikan dengan PUGS yaitu: keluarga
mengkonsumsi aneka ragam makanan, keluarga selalu menggunakan garam beryodium
memasak makanannya, keluarga memberikan dukungan pada ibu melahirkan untuk
memberikan ASI Esklusif, keluarga biasa sarapan pagi.
2. Keluarga Mampu adalah keluarga yang pendapatannya di atas Upah Minimal Regional
(UMR) yaitu
3. Keluarga Tidak Mampu adalah keluarga yang tingkat pendapatannya di bawah Upah
Minimal Regional (UMR) yang sebagian besar pendapatannya untuk kebutuhan
makanan.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen (alat) yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah: kuesioner, dan formulir food
frekuensi.

6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan
yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada.

1. Keanekaragaman makanan

Keanekaragaman makanan diukur dengan konsumsi makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk-
pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dll dengan menggunakan formulir food frekuensi. Pengukuran
frekuensi makan (Supariasa, 2001) yaitu: 1x/hari; 2x/hari; 3 x/hari; 1x/minggu; 1x/bulan; jarang dan
tidak pernah. Juga diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor 3, skor 2
untuk yang menjawab kadang-kadang, skor 1 untuk yang menjawab tidak.

2. Penggunaan garam beryodium

Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor 3, kadang-kadang
diberi skor 2 dan yang menjawab tidak diberi skor 1.
3. Pemberian ASI Esklusif

Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor 3, kadang-kadang skor 2
dan skor 1 untuk yang menjawab tidak.

4. Kebiasaan sarapan pagi

Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk jawaban ya diberi skor 3, skor 2 untuk jawaban
kadang-kadang, dan skor 1 untuk jawaban tidak.

5. Tingkat penerapan Kadarzi

Teknik pengukuran tingkat penerapan Kadarzi adalah dengan menggunakan skoring dari setiap hal-hal
yang ditanyakan pada ke-empat indikator tingkat penerapan Kadarzi, dengan total skor tertinggi adalah
14. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori:

- Baik, apabila total skor yang diperoleh responden >11 (> 75 %)

- Sedang, apabila total skor yang diperoleh responden 6-11 (40-75 %)

- Kurang, apabila total skor yang diperoleh responden < 6(< 40 %)

Teknik dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan tahapan sebagai
berikut:

1. Editing, yaitu dengan melihat dan memeriksa apakah pertanyaan sudah terisi dan dapat dibaca dan
tidak ada kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses pengolahan data.

2. Koding, yaitu memberikan kode atau angka-angka tertentu pada kuesioner.

3. Entri data

Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi terhadap variabel-
variabel yang diteliti kemudian dianalisis secara deskriptif, untuk mempermudah pengambilan
kesimpulan.

Etika Penelitian
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Peneliti
mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan
jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan
prinsip menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir
persetujuan subyek (informed consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality)
Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanyainformasi individu termasuk
informasi yang bersifat pribadi, sehingga peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness) Penelitian dilakukan secara jujur,
hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian.
Menekankan kebijakan penelitian, membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut
kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti mempertimbangkan
aspek keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum,
selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)Peneliti
melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang
bennanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat
populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek
(nonmaleficence).

Anda mungkin juga menyukai