Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

RETINOBLASTOMA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1:

1. PUTRI APRILLA A : 19142010138

2. CHRISTIACHIKA MASENGI ; 191420100144

3. DAVID SONDAKH : 19142010039

4. EKA ESLI TABO :

KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

TA/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiarat Tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada kami sehinggga kami bisa menyelesaikan Asuhan
Keperawatan Retinoblastoma, dan kami menyadari bahwaAsuhan Keperawatan
Retinoblastoma ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
oleh semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan Asuhan Keperawatan Retinoblastoma ini.

Manado, September 2021

Kelompok 7

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................ii
BAB I..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................2
KONSEP MEDIS..............................................................................................................2
A. Defenisi..............................................................................................................2
B. Etiologi...............................................................................................................2
C. Manifestasi Klinis...............................................................................................2
D. Patofisiologi.......................................................................................................3
E. Klasifikasi...........................................................................................................4
F. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................5
G. Penatalaksanaan Terapeutik..........................................................................6
BAB III..........................................................................................................................10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................10
A. Pengkajian........................................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................12
C. Rencana Keperawatan......................................................................................13
D. Implementasi...................................................................................................19
E. Evaluasi............................................................................................................19

BAB IV..........................................................................................................................20
PENUTUP.....................................................................................................................20
A. Kesimpulan.........................................................................................................20
B. Saran..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retinoblastoma merupakan tumor neuroblastik intraokuler ganas, terjadi
pada masa anak-anak, bersifat herediter (40%). Gejala yang paling sering
adalah leukokoria (50-62%), strabismus (20%), hifema spontan, dan amaurotic
cat eye. Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sinar X, USG,
ST scan, atau MRI, dan LDH. Konseling genetik juga diperlukan dalam
pemeriksaan pasien retinoblastoma. Sistem klasifikasi yang sering digunakan
pada retinoblastoma intraokular ialah klasifikasi Reese-Elworsth. Terapi
retinablastoma harus dilakuka saat anak terdiagnosis. Yang menjadi kontrafersi
apakah akan dilakukan pembedahan atau kemoterapi terlebih dahulu karena
masing-masing tindakan ini mempunyai efek menguntungkan dan merugikan.
Anak-anak dengan retinablastoma intraokular terlokalisasi yang mendapatkan
terapi moderen mempunyai prognosis yang baik ntuk bertahan hidup dengan
presentase melebihi 95%. Sekitar 90% anak-anak dapat bertahan lebih dari 5
tahun seelah terdiagnosis retinoblastoma. (Rares, 2016)

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit Retinoblastoma
2. Untuk mengetahui etiologi dari Retinoblastoma
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Retinoblastoma
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Retinoblastoma
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Retinoblastoma
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Retinoblastoma
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan terapeutik dari Retinoblastom

1
BAB II

KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada satu
atau kedua mata.(yuliani, 2010)
Retinoblastoma adalah tumor endookuler pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina.(Apriany, 2016)

B. Etiologi
a. Secara pasti belum diketahui
b. Faktor herediter, dihubungkan dengan penyimpangan kromosom(yuliani,
2010)
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yang berbeda, yaitu bilateral
atau unilateral dan diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak
diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90% kasus yang diturunkan adalah
bilateral, dan unilateral sebanyak 10% kasus yang diturunkan adalah
bilateral, dan unilateral sebanyak 10%.
Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi dari kromosom 13q14, yang berperan
sebagai pengatur pertumbuhan sel pada sel normal. Penyebabnya adalah
tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan.
Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf
penglihatan/nervus optikus).(Apriany, 2016)

C. Manifestasi Klinis
a. Tumor intraokuler, tergantung ukuran dan posisi
b. Refleks mata boneka “ cat eye reflex ” atau leukokoria, pupil keputihan
c. Strabismus
d. Radang orbital
e. Hyphema
f. Pandangan hilang unilateral tidak dikeluhkan oleh anak
g. Sakit kepala
h. Muntah, amorexia, dan berat badan menurun.(yuliani, 2010)
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak
tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda
peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila
sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan
glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi
tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan
sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh
darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan
kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak
normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preurikular dan
submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalah faktor genetik atau pengaruh lingkungan
dan infeksi virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di
bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila
terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar,
penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila stadium
berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terilihat tanda-tanda berupa mata
merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi
gelap terlihat seolah bersinar seperti kuncing jadi anak tersebut bisa terindikasi
penyakit retinoblastoma.(Apriany, 2016)

D. Patofisiologi
a. Retinoblastoma adalah tumor neuroblastik yang ganas pada lapisan
nukleus retina
b. Tumor tersebut muncul dalam lapisan internal nukleus retina dan tumbuh
ke dalam kapasitas vitreous (type endophytic)
c. Tipe exophytic muncul dalam lapisan eksternal nukleus dan tumbuh ke
dalam rongga subretina, dengan detachment retina
d. Sering kali tumbuh secara kombinasi endophtytic dan exophytic
e. Keberadaan tumor dapat terjadi dalam koroid, sklera dan saraf optik
penyebaran tumor secara hematogen; bone marrow, skletal, nodus lymphe
dan hati.(yuliani, 2010)
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa
tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-
tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor
terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma
atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini
dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke
otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke
sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Di permukaan terdapat
neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara
hematogen ke sumsum tulang dan visera.(Apriany, 2016)

E. Klasifikasi
Menurut Reese-Ellsworth, retinoblastoma digolongkan menjadi :
1. Golongan I
a. Tumor soliter / multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4 dd, dan terdapat pada atau dibelakang
ekuator
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator
b. Tumor ada di depan ekuator atau tumor soliter berukaran >10 diameter
pupil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian >10 diameter
b. Beberapa lesi menyebar keanterior ke ora serrata
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari stengah retina
b. Penyebaran ke vitreous
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan
tempat utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraokular
a. Tumor retina
b. Penyebaran kelaina fibrosa
c. Penyebaran ke Eva
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel-sel episklera yang terbesar, tumor terbukti dengan
biopsi
b. Nerfus optikus

F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik; opthalmoscopy bilateral
b. CT scan atau MRI
c. Aspirasi bone marrow.(yuliani, 2010)
Evaluasi metastatik harus mencakup pemeriksaan sitologi cairan
serebrospinal serta aspirasi dan biopsi sumsum tulang. Namun retinoblastoma
sangat jarang menyebar ke cairan spinal atau sumsum tulang tanpa penyebaran
ekstraokular. Evaluasi metastatik harus meliputi CT scan orbita untuk
menentukan perluasan ekstraokular dan keterlibatan nervus optikus. CT scan
atau MRI kepala harus dikerjakan pada kasus-kasus bilateral untuk mencari
retinoblastoma yang mengenai kelenjar epifisi (retinoblastoma trilateral).
(Apriany, 2016)
G. Penatalaksanaan Terapeutik
a. Tergantung stadium dan diagnosis
b. Stadium I, II, III biasanya dengan external irradiasi
c. Tujuan pengobatan adalah untuk membasmi tumor dan mempertahankan
pandangan
d. Radiasi biasanya diberikan di atas 3-4 minggu
e. Pembedahan (enukleasi) adalah pilihan karena pertumbuhan tumor,
khususnya pada saraf yang terlibat
f. Chemoterapy pada kasus extraokuler, regional atau sudah metastase.
Obatnya diantaranya; cytoxon, vincristine (oncovin), dactinomycin,
doxorubicin, cisplaxin, infosfamide, methotrexate.(yuliani, 2010)
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah
pengobatan lokal untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan
sistemik untuk jenis ekstraokular, regional, dan metastatis. Hanya 17% pasien
dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindung. Gambaran
seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena
diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma
bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang
sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan lokal.
(Apriany, 2016)
Eradikasi tumor dengan enuklasi tergantung pada potensi penglihatannya.
Karena sebagai besar tumor unilateral mengenai lebih dari setengah retina pada
saat diagnosa, enukleasi merupakan ajuran yang paling umum. Untuk lesi yang
lebih kecil dengan penglihatan yang mungkin dapat dipertahankan, krioterapi,
fotokoagulasi, atau radioterapi telah dikerjakan dengan sukses.
Kemoterapi kombinasi harus diberikan untuk pasien-pasien dengan
penyebaran regional atau penyebaran ekstraokular jauh. Evaluasi oftalmologik
pada mata yang masih baik harus dilakukan dengan interval yang teratur
selama beberapa tahun untuk mendektesi adanya penyakit bilateral dini.
e terhadap kemoterapi.(Apriany, 2016)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a) Identitas klien meliputi nama, agama jenis kelamin, pendidikan,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register,
dan diagnosa medis.
b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia,
pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, alamat.
c) Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin,
hubungan dengan klien, dan status kesehatan.
2. Keluhan utama
Keluhan utama berupa perubahan persepsi penglihatan, deman,
kurang nafsu makan, gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi,
terjadi infeksi pada luka post op, serta perawatan dan pengobatan
lanjutan dari tindakan operasi.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata
tepatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan kemungkinan memakan
makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi di tempat lain misal :
pernapasan.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berkaitan erat dengan keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota
keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
4. Pemeriksaan sistem
a) Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas biasanya.
Tanda : kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, samnolen.
b) Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
Tanda : takikardi, mur-mur jantung, kulit, membran mukosa pucat, defisit
saraf kranial, dan/ atau tanda perdarahan cerebral.
c) Eliminasi
Gejala : diare ; nyeri tekan perianal, nyeri, darah merah terang pada tisu,
feses hitam, darah pada urine, penurunan haluaran urine.
d) Integritas ego
Gejala : perasaan tak berdaya/ tak ada harapan.
Tanda : depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangasang
perubahan alam perasaan, kacau.
e) Makanan/cairan
Gejala : kehilngan nafsu makan, anoreksia, muntah, perubahan
rasa/penyimpangan rasa, penurunan berat badan.
f) Neurosensori
Gejala : kurang/penurunan koordinasi, petubahan alam perasaan, kacau,
disorientasi, ukuran konsisten, pusing, kebas, kesemutan parastesi.
Tanda : otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
g) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal,
kram otot.
Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri.
h) Pernapasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk, gemercik, ronchi, penurunan bayi nafas.
i) Keamanan
Gejala : riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh, gangguan
penglihatan/kerusakan, perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma
minimal.
Tanda : demam, infeksi, kemerahan, purpur, perdarahan retinal,
perdarahan gusi epistaksis, pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati
(sehubungan dnegan infasi jaringan), pupil edema dan eksoflamus.
j) Seksualitas
Gejala : perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menoragia.
k) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat terpajan pada kimiawi, misalnya : benzene, fenilbutazone
dan kloramfenikol (kadar ionisasi radiasi berlebihan, pengobatan
kemoterapi sebelumnya, khusunya agen pengkilat), gangguan kromosom,
contoh sindrom down atau anemia fanconi aplastik.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi : penglihatan berhubungan dengan kekeruhan
lensa mata.
2. Risiko cidera berhubungan dengan penuruanan ketajaman penglihatan.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit.
5. Nyeri berhubungan dengan proses penyakitnya.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan gangguan
penglihatan.
C. Rencana Keperawatan

Diagnosa (NANDA) Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Gangguan sensori 1. Meningkatkan 1. Gunakan alat


persepsi: ketajaman bantu sensori
penglihatan penglihatan dalam seperti
berhubungan batas situasi kacamata.
dengan kekeruhan individu. 2. Tingkatkan
lensa mata. 2. Mengenal stimulus untuk
gangguan mencapai input
sensori dan sensori yang
berkompensasi sesuai
terhadap perubaha (misalnya,
n peningkatan
3. Mengidentifikasi interksi sosial,
memperbaiki sediakan radio,
potensi televisi, dan jam
bahaya dalam dinding dengan
lingkungan. angka-angka).
3. Kurangi jumlah
stumulus untuk
mencapai input
sensori yan
sesuai
(misalnya,
lampu redup)
4. Orientasi pada
orang , tempat,
waktu dan
situasi dalam
setiap interaksi.
5. Yakinkan
pasien/keluarga
bahwa defisit
persepsi/sensori
adalah
sementara.
6. Identifikaasi
diri orang yang
masuk ke area
pasien.
7. Jangan
memindahkan
barang-barang
di dalam kamar
pasien tanpa
memberitahuka
n pasien.
2. Risiko cedera 1. Cedera akibat 1. Orientasikan
berhubungan penuruanan kembali pasien
dengan ketajaman terhadap realitas
penuruanan penglihatan tidak lingkungan bila
ketajaman terjadi. dibutuhkan,
penglihatan. 2. Bantu pasien
dengan
ambulansi,
sesuai dengan
kebutuhan.
3. Gunakan alarm
untuk
mengingatkan
pemberi
perawatan bila
pasien bangun
dari tempat
tidur atau
meninggalkn
ruangan.
4. Tempatkan bel
atau lampu
panggil pada
tempat yang
mudah
dijangkau oleh
pasien.
5. Ajarkan pasien
untuk meminta
bnatuan dengan
gerakan.
6. Jauhi bahaya
lingkungan,
berikan
pencahayaan
yang adekuat.
7. Jangan lakukan
perubahan yang
tidak diperlukan
oleh lingkungan
fisik.
8. Gunakan alas
kaki yang
sesuai, yang
tidak tinggi dan
tali terikat
dengan aman.
9. Naikkan
penghalang
tempat tidur.
3. Kecemasan 1. Pasien 1. Kaji tingkat
berhubungan mengungkapkan kecemasan
dengan dan pasien dan catat
perubahan status mendiskusikan adanya tanda-
kesehatan. rasa tanda verbal
cemas/takutnya. dan nonverbal.
2. Pasien tampak 2. Berikan
rileks tidak tegang kesempatan
dan melaporkan pasien untuk
kecemasan mengungkapka
berkurang. n isi pikiran dan
perasaan
takutnya.
3. Observasi
tanda-tanda
vital dan
peningkatan
respons fisik
pasien.
4. Beri penjelasan
pasien tentang
prosedur
tindakan
operasi, harapan
dan akibatnya.
5. Berikan
penjelasan dan
support pada
setiap
melakukan
prosedur
tindakan.
6. Lakukan
orientasi dan
perkenalan
terhadap
ruangan,
petugas, dan
peralatan yang
akan digunakan.
7. Kolaborasi
tentang
penggantian
lensa.
4. Gangguan citra 1. Mengidentifikasi 1. Dorong pasien
tubuh perasaan dan untuk
berhubungan metode untuk mengungkapka
dengan proses kooping n perasaannya.
penyakit. terhadap 2. Hindari
spersepsi diri membuat
negatif. penilaian moral
2. Persepsi yang tentang pola
positif terhadap hidup.
penampilan dan 3. Diskusikan efek
fungsi tubuh penyakit pada
sendiri. faktor ekonomi
pasien/orang
terdekat.
4. Anjurkan pasien
memakai
pakaian yang
berwarna merah
terang,
biru/hitam.
5. Nyeri 1. Pasien 1. Kolaborasi
berhubungan mengungkapkan dengan individu
dengan proses nyeri untuk
penyakit berkurang/hilang. menjlaskan
2. Tidak merintih metode apa
atau menangis. yang digunakan
3. Ekspresi wajah untuk
rileks. menurunkan
4. Klien mampu intensitas nyeri
beristirahat dengan (relaksasi/distra
baik. ksi)
5. Skala nyeri : 1-3. 2. Kolaborasi
dengan tim
dokter untuk
memberikan
analgesik pada
penurunan rasa
nyeri yang
optimal.
3. Pantau tekanan
darah setiap 4
jam.
6. Intoleransi 1. Berpartisipasi 1. monitor nutrisi dan
aktifitas dalam aktivitas sumber energi yangg
berhubungan fisik tanpa disertai ade kuat
dengan nyeri dan peningkatan 2. monitorrespon
gangguan tekanan darah, kardiavaskuler terhadap
penglihatan nadi, dan RR aktivitas
2. Mampu (takikardi,distritmia,
melakukan pucat, perubahan
aktivitas sehari- hemodinamik)
hari secara mandiri 3. Bantu untuk
3. Keseimbangan mendapatkan alat bantu
aktivitas dan aktivitas (kursi roda)
istirahat Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan diri.

D. Implementasi
Didalam implementasi, perawat menjalankan rencana-rencana
keperawatan yang sebelumnya telah dimuat dalam Intervensi dalam bentuk
Asuhan Keperawatan kepada klien.
E. Evaluasi
Setelah mengimplementasikan perencanaan yang telah dibuat, selanjutnya
perawat harus mengevaluasi apakah Asuhan keperawatan yang telah
diberikan telah berhasil ataukah Intervensi harus dilanjutkan.
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Defenisi
Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada satu
atau kedua mata.(yuliani, 2010)
Retinoblastoma adalah tumor endookuler pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina.(Apriany, 2016)
b. Etiologi
a. Secara pasti belum diketahui
b. Faktor herediter, dihubungkan dengan penyimpangan
kromosom(yuliani, 2010)
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat
juga diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yang berbeda, yaitu
bilateral atau unilateral dan diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus
yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90% kasus yang
diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10% kasus yang
diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%.

B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dengan judul Asuhan Keperawatan
Retinoblastoma dapat di mengerti oleh pembaca dan kami butuh ktitikan
mengenai makalah kami atau materi yang akan kami bahas di presentase
DAFTAR PUSTAKA

Apriany, D. (2016). Asuhan keperawatan anak dengan keganasan. Bandung: PT


Refika Aditama.

Bulechek, J. D. (2008). Nursing Intervention Clasification (NIC). Jakarta: ECG.

INTERNATIONAL, N. (2015). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan

Klasifikasi
2015-2016. Jakarta: EGC.

Jhonson, S. M. (2008). Nursing Outcomes Clasification (NIC). Jakarta: ECG.

Rares, L. (2016). Retinablastoma. Jurnal e-Clinic, 1-8.

yuliani, s. &. (2010). Asuhan keperawatan pada anak. jakarta: Perpustakaan


Nasio

Anda mungkin juga menyukai