Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

CHUSING SINDROM
Tugas mata kuliah keperawatan anak

Oleh:
Kelompok 4

DINI ALFIT(201211704)
ENDANG (201211730)
FATMATUL ZAHARA(201211706)
MUJURNIATI ( 201211709 )
ZAMZAMI YATI RAHMA(201211720)

Dosen pengampu:

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MERCUBAKTIJAYA PADANG
PRODI S1 KEPERAWAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWTyang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadiratNya. Yang telah melimpahkan rahmat hidayah serta
inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Sindrom Cushing pada anak”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat mempelancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca. Karna kebenaran hanya milik Allah SWT dan yang salah, dosa, khilaf hanya
milik kami.

Padang, 5 Oktober 2022

Kelompok 1
Daftar isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 .Latar belakang
1.2 .Rumusan masalah
1.3 .Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Cushing sindrom
2.2 Epidemiologi
2.3 Klasifikasi
2.4 Etiologi Sindroma Chusing.
2.5 Mengetahui faktor resiko Sindroma Chusing.
2.6 Mengetahui manifestasi klinis Sindroma Chusing.
2.7 Mengetahui pemeriksaan diagnostik Sindroma Chusing.
2.8 Mengetahui penatalaksanaan medis Sindroma Chusing.
2.9 Mengetahui komplikasi Sindroma Chusing.
BAB III ASKEP TEORITIS
BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
MAPPING
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sindroma Chusing merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya
peningkatan sekresi kortisol oleh berbagai sebab diantaranya seperti: tumor hipofisis, sekresi
ACTH ektopik oleh organ nonendokrin, tumor adrenal (adenoma dan karsinoma), dan
penggunaan obat steroid dosis tinggi dan jangka lama pada terapi penyakit kronis seperti arthritis
rheumatoid, asam bronchial, dan lain sebagainya Berdasarkan penelitian dan survey terhadap
rumah sakit di Indonesia tentang penyakit Cushing’s Sindrom pada tahun 2000-2001, hasil
menyebutkan bahwa kejadian Cushing’s Sindrom terjadi pada 200 orang dewasa berusia antara
20-30 tahun.
Peran perawat terhadap pasien dengan Cushing’s Sindrom meliputi beberapa upaya yang
terdiri dari: Upaya Promotif yaitu upaya peningkatan pengetahuan tentang pencegahan dan cara
pengobatan penyakit Cushing’s Sindrom melalui pendidikan. Upaya Preventif adalah upaya
untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang memperberat penyakit Cushing’s
Sindrom yang meliputi Pencegahan Primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk
mencegah timbulnya penyakit pada individu-individu yang sehat. Sedangkan pencegahan
sekunder merupakan upaya perawat untuk menemukan tanda dan gejala penyakit Cushing’s
Sindrom sedini mungkin, mencegah meluasnya penyakit, dan mengurangi bertambah beratnya
penyakit
1.2Tujuan
a.Tujuan Khusus
Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Sindroma Chusing.
b.Tujuan Umum
1. Mengetahui definisi Sindroma Chusing.
2. Mengetahui epidemiologi Sindroma Chusing.
3. Mengetahui klasifikasi Sindroma Chusing.
4. Mengetahui etiologi Sindroma Chusing.
5. Mengetahui faktor resiko Sindroma Chusing.
6. Mengetahui manifestasi klinis Sindroma Chusing.
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Sindroma Chusing.
8. Mengetahui penatalaksanaan medis Sindroma Chusing.
9. Mengetahui komplikasi Sindroma Chusing.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI SINDROM CHUSING


Cushing sindrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh hiperadrenokortiksisme
akibat neoplasma korteks adrenal atau adenohipofisis, atau asupan glukokortikoid yang
berlebihan. Bila terdapat sekresi sekunder hormon adrenokortikoid yang berlebihan akibat
adenoma hipofisi dikenal sebagai cushing disease (Dorland, 2002).
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi
secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa – senyawa glukokortikoid.

2.2 EPIDEMIOLOGI
Dalam penelitian secara global didapat hasil sedikitnya 1 dari tiap 5 orang populasi dunia
berkemungkinan terkena kelainan ini tanpa membedakan jenis kelamin. Namun sumber lain
mengatakan rasio kejadian antara wanita dan pria untuk sindrom cushing adalah sekitar 5:1
berhubungan dengan tumor adrenal atau pituitary.
Pada sindroma Cushing berupa sindroma ektopik ACTH lebih sering pada laki-laki
dengan rasio 3:1, pada insiden hiperplasia hipofisis adrenal adalah lebih besar pada wanita
daripada laki-laki, kebanyakan muncul pada usia dekade ketiga atau keempat.

2.3 KLASIFIKASI
Sindrom Cuhing dapat dibagi menjadi 2 :
 Dependen ACTH (Pada pemeriksaan CT-scan abdomen atas, menunjukkan adanya
pembesaran bilateral kelenjar adrenal pada penderita sindrom Cushing) :
Hiperfungsi kortek adrenal nontumor : karena sekresi ACTH kelenjar hipofisis
yang abnormal dan berlebihan.
Sindrom ACTH ektopik : kemungkinan karena adenoma hipofisis sehingga
pelepasan ACTH sangat aktif. Neoplasma ini berkembang dari jaringan-
jaringan yang berasal dari neuroektodermal selama perkembangan embrional.
 Independen ACTH
Hiperplasia korteks adrenal autonom : terdapat tumor atau hiperplasia pada
korteks adrenal nodular bilateral dengan kemampuannya untuk menyekresikan
kortisol secara autonom dalam korteks adrenal.
Hiperfungsi korteks adrenal tumor : Tumor lalu membuat kortek adrenal
menjadi sangat aktif (sindrom Cushing) dan dapat berkembang menjadi,
 Adenoma : jinak
 Karsinoma : ganas
2.4 ETIOOGI
Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologi (efek samping),
contohnya prednisone, dexamethasone, dan prednisolone
Sekresi kortisol berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal
(spontan)
Rangsangan berlebihan ACTH, memicu pelepasan kortisol dari korteks adrenal
Neoplasma, melepaskan ACTH sehingga kadarnya tinggi

2.5 FAKTOR RESIKO


Cushing sindrom disebabkan oleh kenaikan sekresi kortisol antara lain misalnya kelainan
hipotalamus, hipofisis, adrenal. Tumor non endokrin dan obat. Paling banyak adalah hiperplasia
adrenal bilateral.
Penyebab Sindrom Cushing :
1)Hiperplasi Adrenal
a) Sekunder ( akibat kelainan hipotalamus )
b) Sekunder ( akibat tumor yang memproduksi ACTH )
c) Tumor Hipofisis
d) Tumor non – endokrin ( Karsinoma bronkus, thymoma, karsinoma pankreas,
adenoma broncus )
2)Hiperplasi adrenal nodule
3)Neoplasi adrenal
a) Adenoma
b) Karsinoma
4)Faktor Dari Luar
Pengobatan Glukokortikoid dan ACTH ( jangka panjang )

2.6 MANIFESTASI KLINIS CHUSING SINDROM


Terjadinya produksi hormon korteks adrenal yang berlebihan, maka akan terjadi
penghentian pertumbuhan, obesitas dan perubahan muskulo skeletal akan timbul bersama dengan
intoleransi glukosa.
Adapun gambaran klasik dari cushing sindrome pada orang dewasa yaitu obesitas tipe
sentral dengan Bufallo Hump pada bagian posterior leher daerah supraklavikuler, badan yang
besar dan ekstrimitas yang kurus. Selain itu kulit akan menjadi rapuh, tipis dan mudah untuk
luka. Pasien juga akan mengeluh lelah dan mudah lelah serta gangguan tidur terjadi akibat
perubahan diurnal kortisol
Pada sindrom cushing terjadi gangguan katabolisme protein yang berlebihan
menyebabkan atropi otot dan osteoporosis. Keluhan seperti nyeri punggung dan fraktur kompresi
vertebrae juga sering munsul serta terjadi adanya kifosis. Sementara itu, akibat aktivitas
mineralkortikoid akan menyebabkan hipertensi dan gagal jantung kongestif.
Orang dengan sindrom cushing akan memiliki wajah Moon Face dan kulit tampak lebih
berminyak serta tumbuh jerawat. Kerentanan terhadap infeksi juga meningkat. Hiperglikemia
dan diabetes terjadi secara nyata. Kenaikan berat badan, kesembuhan luka-luka ringan yang
lama, dan gejala memar juga dapat dilaporkan oleh orang dengan sindrom cuhsing.
Akibat adanya produksi androgen yang berlebihan verilasi dapat terjadi pada wanita
dengan cuhsing sindrome. Verilasi ini ditandai dengan timbulnya ciri-ciri maskulin dan
hilangnya feminin. Pada keadaan ini terjadi pertumbuhan rambut di wajah (hirsutisme), atrofi
payudara, haid yang berhenti, klitoris yang membesar, dan suara yang lebih dalam. Lbido akan
hilang pada pasien laki-laki dan wanita.
Perubahan akibat sindrom cushing juga terjadi pada kativitas mental dan emosional,
kadang-kadang dijumpai psikosis. Biasanya terjadi distress serta depresi dan akan meningkat
bersamaan dengan semakin parahnya perubahn fisikyang terjadi pada sindrom ini. Jika sindrom
cushing akibat dari tumor hipofisis, gangguan penglihatan dapat terjadi akibat penekanan kaisma
optikum oleh tumor yang tumbuh.
Manifestasi klinis sindrom cushing, secara ringkas adalah sebagai berikut:
1).Oftalmik
Katarak
Glaukoma
2).Kardiovaskular
Hipertensi
Gagal jantung kongestif

3).Endokrin/Metabolik
Obesitas trunkus
Moon face
Bufallo hump
Retensi natrium
Hipokalemia
Alakalosis metabolic
Hiperglikemia
Ketidak aturan siklus haid
Impotensi
Keseimbangan nitrogen negative
Perubahan mmetabolisme kalsium
Supresi adrenal
4). Fungsi imun
Penuruna respon infalmasi
Gangguan penyembuhan luka
Peningkatan kerentanan terhadap infeksi
5). Skeletal
Osteoporosis
Fraktur spontan
Nekrosis eseptik femur
Fraktur kompresi vertebrae
6) .Gastrointestinal
Ulkus peptikum
Pankreatitis
7).Muskuler
Miopati
Kelemahan otot

8) .Dermatologik
Penipisan kulit
Pteciae
Ekimosis
Strie
Jerawat
9).Psikiatirk
Perubahan emosi
Psikosis

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Pada pemeriksaan laboratorium sederhana.
Didapati limfositofeni, jumlah netrofil antara 10.000 – 25.000/mm3. eosinofil 50/
mm3 hiperglekemi (Dm pada 10 % kasus) dan hipokalemia.
2. Pemeriksaan laboratorik diagnostik.
Pemeriksaan kadar kortisol dan “overnight dexamethasone suppression test” yaitu
memberikan 1 mg dexametason pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol
plasma. Pada keadaan normal kadar ini menurun. Pemerikaan 17 hidroksi kortikosteroid dalam
urin 24 jam (hasil metabolisme kortisol), 17 ketosteroid dalam urin 24 jam.
3. Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau karsinoma
a) Urinary deksametasone suppression test.
Ukur kadar 17 hidroxikostikosteroid dalam urin 24 jam, kemudian diberikan
dexametasone 4 X 0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi kadar 17 hidroxi
kortikosteroid bila tidak ada atau hanya sedikit menurun, mungkin ada kelainan.
Berikan dexametasone 4 x 2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi kortikosteroid
menurun berarti ada supresi-kelainan adrenal itu berupa hiperplasi, bila tidak ada
supresi kemungkinan adenoma atau karsinoma.
b) Short oral metyrapone test.
Metirapone menghambat pembentukan kortisol sampai pada 17
hidroxikortikosteroid. Pada hiperplasi, kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan naik
sampai 2 kali, pada adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17
hidroxikortikosteroid dalam urine.
c) Pengukuran kadar ACTH plasma.
d) Test stimulasi ACTH

Selain itu juga terdapat beberapa pemeriksaan lain yan dapat dilakukan pada chusing
sindrom, yaitu :
1.Pemeriksaan diagnostic
a) Peningkatan kemih 17-hydroxycorticoids dan 17-ketogenic steroid.
b) Kadar kortisol yang berlebihan plasma.
c) Plasma ACTH meningkat.
d) Penekanan deksametason tes, mungkin dengan pengukuran ekskresi kortisol urin,
untuk memeriksa:
Unsuppressed tingkat kortisol dalam menyebabkan sindrom Cushing
oleh tumor adrenal.
Ditekan tingkat kortisol pada penyakit Cushing disebabkan oleh tumor
hipofisis.
e). CT scan dan ultrasonografi menemukan tumor.
f). Pemeriksaan elektro kardiografi : untuk menentukan adanya hipertensi
g) .Pemeriksaan darah lengkap eosinofil menurun
2. pemeriksaan laboratorium

PemeriksaanLaboratorium Yang Diperiksa Hasil

a. Hormon/Metabolit  17-hidroksikortikoid Naik


(17-OHCS) (plasma, urin)
 17-ketosteroid (17- Naik
KS)
(plasma, urin)
b. Seldarah Turun
 Eosinofil Naik
c. Glukosa  Neutrofil Naik
 Darah Positif
 Urin

3.pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Penunjang Hasil


a. Fotorontgentulang  Osteoporosis terutama pelvis, cranium,
costa, vertebra
 Pembesaran adrenal (karsinoma)
b. Pielografi
Laminografi
c. Arteriografi  Lokalisasi tumor adrenal

d. Scanning  Tumor
 Hiperplasi

e. Ultrasonografi  Tumor
 Hiperplasi
f. Fotorontgenkranium  Tumor Hipofisis
2.8 PENATALAKSANAAAN CHUSING SINDROM
1.Mengurangi Penggunaan Kortikosteroid
Jika Sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid eksternal
(eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara
bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati proses penyakit yang ada
dibaliknya (misalnya, penyakit otoimun serta alergi dan penolakan terhadap organ yang
ditransplantasikan). Hal ini biasanya tidak aman apabila tiba-tiba berhenti minum kortikosteroid.
Jika telah minum kortikosteroid untuk waktu yang lama, tubuh mungkin berhenti memproduksi
steroid alami. Jika tiba-tiba berhenti minum obat, mungkin mengalami gejala seperti kelelahan,
muntah dan diare. Juga, mungkin perlu untuk terus minum obat sampai kondisi yang sedang
dirawat berada di bawah kendali. Jika telah minum kortikosteroid selama beberapa hari,
memungkinkan dapat menghentikan obat dengan aman.
Sebenarnya tidak ada aturan untuk menghentikan pengobatan dengan kortikosteroid bagi
yang memerlukannya. Namun, bagi kebanyakan orang, pengurangan bertahap dianjurkan.
Setelah beberapa saat tes darah menunjukkan jika tubuh telah memproduksi steroid alami.
Menghentikan penggunaan steroid akan aman jika tubuh telah memproduksi steroid alami.
Hal ini dapat dilakukan selama beberapa bulan sampai lebih dari setahun. Selama ini mungkin
perlu pengobatan untuk beberapa gejala dari sindrom Cushing, seperti obat-obatan untuk
menurunkan tekanan darah.

2.Obat Penghambat Cortisol


Obat penghambat kortisol dirancang untuk memblokir efek buruk dari kortisol. Obat
penghambat kortisol cenderung digunakan jangka pendek sebagai persiapan untuk operasi atau
untuk waktu yang singkat setelah operasi atau radioterapi untuk membantu membuat perawatan
ini lebih efektif.
Kadang, obat penghambat kortisol yang digunakan secara jangka panjang pada orang
yang mau menjalani operasi. Contoh obat penghambat kortisol adalah ketokonazol dan
metyrapone. Ketoconazole tidak hanya untuk mengobati kondisi lain (infeksi jamur), tapi juga
berguna untuk mengobati sindrom Cushing. Namun, tidak ada uji coba keamanan skala besar
ketokonazol pada orang dengan sindrom Cushing. Digunakan obat dengan jenis metyropone,
amino gluthemide yang bisa mensekresikan kortisol (Silvia A. Price ; Patofisiologi Edisi 4 hal
1093).
3.Bedah
Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghilangkan tumor di kelenjar hipofisis atau
kelenjar adrenal.
Pengangkatan kelenjar hipofisis
Adenomectomy transsphenoidal adalah jenis operasi yang dapat digunakan untuk
mengangkat tumor (adenoma) dari kelenjar hipofisis, yang terletak di bagian bawah otak.
Menggunakan mikroskop khusus, ahli bedah mencapai hipofisis kelenjar dengan memasukkan
instrumen kecil melalui lubang hidung seseorang atau ke lubang kecil yang dibuat dalam
jembatan hidung. Setelah tumor diangkat, sisanya dari kelenjar hipofisis bekerja normal dalam
banyak kasus. Adenomectomy transsphenoidal adalah prosedur yang sangat halus. Jenis operasi
memiliki rekam jejak bagus untuk sukses. Lebih dari 80% kasus sembuh. Jika perlu, prosedur
dapat diulang, biasanya dengan hasil yang sangat baik.
Pengangkatan kelenjar adrenal
Dalam kebanyakan kasus, hanya satu kelenjar adrenal yang akan diangkat. Untuk
melakukan hal ini, operasi laparoskopi biasanya digunakan. Selama prosedur, ahli bedah
membuat sayatan kecil di perut dan lewat instrumen kecil melalui itu untuk menghilangkan
kelenjar adrenal. Keuntungan dari operasi ini adalah bahwa akan merasa sedikit rasa sakit
setelah operasi dan memiliki jaringan parut minimal.

4.Radioterapi
Radioterapi mungkin dianjurkan jika operasi kelenjar hipofisis tidak berhasil atau jika
tidak dapat menjalani operasi. Ini melibatkan sinar-X berenergi tinggi untuk mengecilkan tumor.
Jenis radioterapi yang dikenal sebagai radiosurgery stereotactic (SRS) semakin banyak
digunakan untuk mengobati tumor hipofisis. Menggunakan serangkaian frame bergerak untuk
menahan kepala dalam posisi yang tepat. Kemudian komputer digunakan untuk mengirim sinar
energi ke lokasi yang tepat pada tumor hipofisis. Hasil SRS baik, sekitar 75% dari gejala orang
yang benar-benar sembuh.

2.9 KOMPLIKASI OPERASI


Hilangnya fungsi hormonal
Dokter bedah akan mencoba mempertahankan hipofisis atau kelenjar adrenal untuk
mempertahankan fungsi normal mereka dalam memproduksi hormon. Namun, dalam beberapa
kasus, hal ini tidak mungkin, terutama jika memiliki tumor besar.
Jika kedua kelenjar adrenal dihilangkan, maka akan kehilangan fungsi hormonal normal.
Radioterapi juga meningkatkan risiko kehilangan fungsi hormonal normal.Jika kehilangan fungsi
hormonal normal, maka diperlukan memakai hormone dari luar/buatan manusia. Hal ini kadang-
kadang dikenal sebagai terapi pengganti hidrokortison. Hidrokortison ada dalam bentuk tablet.
Kebanyakan orang perlu meminum 2-3 tablet sehari. Jika fungsi kelenjar pulih setelah beberapa
bulan, pengobatan dapat dihentikan. Namun, sangat mungkin bahwa perlu meminum
hidrokortison untuk sisa hidup.
Sindrom nelson
Sindrom Nelson merupakan komplikasi yang cukup umum yang terjadi pada orang yang
kedua kelenjar adrenal mereka diangkat karena tidak responsif terhadap pembedahan atau
radioterapi. Sindrom Nelson adalah tumor yang berkembang pesat dalam kelenjar pituitari.
Gejala meliputi: penggelapan kulit,
sakit kepala, masalah penglihatan, seperti kehilangan penglihatan sebagian atau
penglihatan ganda. Penyebab sindrom Nelson kurang dipahami. Satu studi yang dilakukan
beberapa tahun yang lalu menemukan bahwa satu dari empat orang yang memiliki kedua
kelenjar adrenal yang diangkat mengalami perkembangan sindrom Nelson. Namun, angka ini
mungkin lebih rendah hari ini karena perbaikan dalam pengobatan sindrom Cushing.
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1 Asuhan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi Nama klien,umur klien,agama klien,,alamat klien ,
pekerjaan klien , dignosa medis, status klien
b. Keluhan Utama
Biasanya ada memar pada kulit, klien mengeluh lemah terjadi kenaikan berat
badan
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada memar di kulit
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat obatan kartekosteroid dalam
jangka waktu yang lama. Dan kaji juga klien sebelumnya pernah menderita
Osteoprosis, hipertensi
e. Riwayat Penyakit Keluarga
 Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang
sama.
 Kaji pada klien apakah menerima perlakuan medis tertentu dalam jangka
waktu tertentu sebelum keluhan muncul.
f. Pemeriksaan Fisik
a. system pernafasan
 Inspeksi : pernafasan cuping hidung kadang terlihat, pergerakan dada simetris
 Palpasi : vocal premitus teraba, tidak terdapat nyeri tekan
 Aukskultasi : terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan
 Perkusi : suara sonor

b. System kardiovaskuler
 Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
 Palpasi: ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula
 Perkusi: pekak
 Auskultasi: s1 s2 terdengar tunggal

c. Sistem pencernaan
 Mulut : mukosa bibir kering
 Tenggorokan: tidak dapat pembsaran kelenjar tiroid
 Limfe: Tidak ada pembesaran vena jugularis
 Abdomen:
I : simetris tidak ada benjolan
P : tidak terdapat nyeri tekan
P : suara redup
A : tidak terdapat bising usus

d. Sistem eliminasi : tidak ada gangguan eliminasi


e. System integument/ekstermitas
 Kulit : adanya perubahan-perubahan warna kulit, berminyak
f. System muskulus kletal
 Tulang : terjadi osteoporosis
 Otot : terjadi kelemahan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolism protein
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
3. Hypervolemia berhubungan dengan kelebihan natrium
4. Resiko cedera berhubungan dengan atropi otot

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan SLKI SIKI


1. Intoleransi aktifitas SLKI: Toleransi Aktifitas SIKI: Manajemen Energi
b.d kelemahan dan Kriteria hasil: Tindakan
perubahan matabolisme - Frekuensi nadi Observasi :
protein - Kemudahan dalam - Identifikasi gangguan
melakukan fungsi tubuh yang
aktifitas sehari- mengakibatkankelelahan
hari - Monitor kelelahan fisik
- Keluhan Lelah dan emosional
- Perasaan lemah - Monitor pola dan jam
- sianosis tidur
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang nyaman dan
rendah stimulus (mis:
cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan Latihan rentang
gerak pasif dan/atau
aktif
- Berikan aktifitas distraksi
yang menenangkan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
Kalaborasi
- Kalaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

2.Gangguan citra tubuh SLKI: Citra Tubuh SIKI : Promosi Citra Tubuh
berhubungan dengan Kriteria hasil: Tindakan
perubahan penampilan - Melihat bagian Observasi
fisik tubuh - Identifikasi harapan citra
- Verbalisasi tubuh berdasarkan
perubahan gaya tehap perkembangan
hidup - Identifikasi budaya,
- Focus pada bagian agama, jenis kelamin,
tubuh dan umur berkaitan citra
- Hubungan sosial tubuh
- Identifikasi perubahan
citra tubuh yang
mengakibatkan isolasi
sosial
- Monitor frekuensi
pernyataan kritik
terhadap diri sendiri
Terapeutik
- Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
- Diskusikan perubahan
penampilan fisik
terhadap harga diri
- Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis.
Edukasi
- Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
- Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
- Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
- Lakukan pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok
3. Hypervolemia SLKI: Keseimbangan cairan SIKI: Manajemen HIpervolemia
berhubungan dengan Kriteria hasil: Tindakan
kelebihan natrium - Asupan cairan Observasi
- Keluaran urin - Periksa tanda dan gejala
- Kelembapan hypervolemia
membrane - Identifikasi penyebab
mukosa hypervolemia
- Dehidrasi - Monitor status
- Denyut nadi radial hemodinamika (mis:
- Turgor kulit frekuensi jantung,
- Berat badan tekanan darah, jika
- Tekanan darah tersedia
- Monitor intake dan
output cairan
- Monitor tanda
hemokonsentrasi
(mis:kadar natrium,
hematokrit)
- Monitor tanda
peningkatan takanan
onkotik plasma (mis:
kadar protein dan
albumin meningkat)
- Monitor kecepatan infus
secara ketat
Terapeutik
- Timbang berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
- Batasi asupan cairan dan
garam
- Tinggikan kepala tempat
tidur 30-40®
Edukasi
- Anjurkan melapor jika
keluaran urin <0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam
- Ajarkan cara membatasi
cairan
Kalaborasi
- Kalaborasi pemebrian
diuretic
- Kalaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
4.Resiko cedera SLKI: Tingkat cidera SIKI: Identifikasi Resiko
berhubungan dengan Kriteria hasil: Tindakan
atropi otot - Kejadian cidera Observasi
- Ketegangan otot - Observasi resiko
- Perdarahan biologis, lingkungan dan
- Iritabilitas prilaku
- Gangguan kognitif - Identifikasi risiko secara
- Pola isitirahat & berkali di masing-masing
tidur unit di masing-masing
unit
- Identifikasi risiko baru
sesuai perencanaan
yang telah ditetapkan
Terapeutik
- Tentukan metode
pengelola resiko yang
baik dan ekonomis
- Lakukan pengelola risiko
yang baik ekonomis
- Lalukan update
perencanaan secara
regular
- Buat perencanaan
Tindakan yang memiliki
timeline atau
penangguang jawab
yang jelas
- Dokumentasikan
temuan risiko secara
akurat
-

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan
dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini
dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-
senyawa glukokortikoid.(Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal. 1088).

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini disusun, penulis berharap pembaca dapat mempelajari
dan memahami tentang gangguan kelenjer adrenal sindrom cushing. Penulis juga
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun, sehingga penulis dapat
menjadi lebih baik untuk masa yang akan datang dalam penyusunan makalah.

Anda mungkin juga menyukai