MAKALAH
SINDROM CUSHING
OLEH:
JULANDARI, S.Kep., Ns.
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cortisol merupakan glukokortikoid utama didalam tubuh manusia.
Sindroma Chusing merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya peningkatan sekresi kortisol oleh berbagai sebab. Sindroma Chusing
ini ditandai dengan adanya peningkatan berat badan (obesitas), distribusi
lemak pada bagian leher (buffalo hump) dan di wajah (moon face), striae
berwarna ungu pada kulit, osteoporosis, hiperglikemia, hipertensi, dan lain
sebagainya.
Prevalensi sindroma Chusing ini pada laki-laki sebesar 1 : 30.000 dan
pada perempuan 1 : 10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindroma
Cushing disebabkan oleh hipertensi berat (67%), diabetes gestasional (30%),
superimposed preeklamsia (10%) dan gagal jantung sekunder karena
hipertensi berat (10%). Kematian ibu telah dilaporkan sebanyak 3 kasus dari
65 kehamilan dengan sindroma Cushing, dua kasus disebabkan gagal jantung
dan 1 kasus infeksi (Hernaningsih dan Soehita, 2005).
Sindroma Chusing ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti:
tumor hipofisis, sekresi ACTH ektopik oleh organ nonendokrin, tumor
adrenal (adenoma dan karsinoma), dan penggunaan obat steroid dosis tinggi
dan jangka lama pada terapi penyakit kronis seperti arthritis rheumatoid, asma
bronchial, dan lain sebagainya. Penetapan diagnosis sindroma Chusing
berdasarkan penyebabnya perlu ditegakkan untuk mempermudah melakukan
terapi pada pasien. Seperti yang terdapat dalam skenario dimana terdapat
pasien yang kemungkinan menderita sindroma Chusing namun untuk
menentukan penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sindrom cushing
2. Untuk mengetahui etiologi sindrom cushing
3. Untuk mengetahui patofisiologi sindrom cushing
3
A. Pengertian
Definisi sindrom chusing dari beberapa sumber, antara lain :
- Syndrome Chusing: Gambaran klinis yang timbul akibat peningkatan
glukotirid plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (Latrogen).
(William. F. Ganang, Fisiologis Kedokteran, Hal 364)
- Syndrome Chusing: Di sebabkan oleh sekresi berlebihan steroid
adrenokortial, terutama kortisol. (IPD.Edisi III jilid I, hal 826)
- Syndrome Chusing: Akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi
secara abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan
anak, Edisi 15 hal 1979).
B. Etiologi
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron
yang berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia
korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung
ACTH juga mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas
hipofisis, atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang
disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit cusing. (buku ajar ilmu bedah, R.
Syamsuhidayat, hal 945)
Klasifikasi penyebab sindrom chusing, antara lain:
1. Pada sindrom chusing primer, terlalu banyak produksi kortisol yang
diakibatkan oleh adenoma atau karsinoma adrenal.
2. Pada sindrom chusing sekunder, terlalu banyak produksi kortisol yang
diakibatkan oleh hyperplasia adrenal karena banyak sekali ACTH. Terlalu
banyak produksi ACTH dapat diakibatkan oleh:
a. Hipofisis mengeluarkan terlalu banyak ACTH karena gangguan
hipofisis atau hipotalamus.
5
C. Patofiologi
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cushing adalah
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih
memahami manifestasi klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-
akibat metabolik dari kelebihan glikokorikoid.
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:
Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal
manusia adalah kortisol.. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan
keadan-keadaan seperti dibawah ini:
1. Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein.
Menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk
mensistesis protein, sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada
jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang. Secara klinis dapat
ditemukan: Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh
dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan
tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi
dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya
jaringan penyokong vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar.
Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis,
sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis. Metabolisme
karbohidrat dipengaruhi dengan merangsang glukoneogenesis dan
menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita
dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang mempunyai
kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid
6
6. Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini
ditandai dengan oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan
episode depresi singkat.
7. Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan
eritropoiesis. Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari
glukokortikoid adalah kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan.
Dalam hal ini glukokortikoid: Dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi
sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler. Menghambat pelapasan kiniin
yang bersifat pasoaktif dan menekan fagositosis. Efeknya pada sel mast;
menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut yang
berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi. Penekanan
peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi
yang merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu
melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima dosis farmakologik.
(Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091)
D. Manifestasi Klinis
1. Rambut kepala menjadi tipis
2. Wajah bulan (moon face)
3. Perubahan-Perubahan pada kulit
4. Buffalo hump
5. Hipertensi
6. Disfungsi Gonad
7. Gangguan Psikologis
8. Kelemahan Otot, Mudah lelah
9. Osteoporosis akibat Katabolisme Protein yang berlebih
10. Haus dan poliuri
11. Gangguan tidur akibat dhiural kortisol
12. Nyeri punggung
8
E. Test Diagnostik
1. CT scan
Untuk Menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus syndrome cusing
2. Photo scaning
3. Pemeriksaan sidik nuklir
Kelenjar adrenal mengharuskan Pemberian kolesterol radio aktif secara
inra vena
4. Pemeriksaan elektro kardiografi
Untuk menentukan adanya hipertensi. (Endokrinologi edisi 4 hal 437)
F. Penatalaksanaan
Karena lebih banyak Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor
hipofisis dibanding tumor korteks adrenal, maka penanganannya sering
ditujukan kepada kelenjar hipofisis. Operasi pengangkatan tumor melalui
hipofisektomi transfenoidalis merupakan terapi pilihan yang utama dan angka
keberhasilannya sangat tinggi (90%). Jika operasi ini dilakukan oleh tim
bedah yang ahli. Radiasi kelenjar hipofisis juga memberikan hasil yang
memuaskan meskipun di perlukan waktu beberapa bulan untuk
mengendalikan gejala. Adrenalektomi merupakan terapi pilihan bagi pasien
dengan hipertropi adrenal primer.
Setelah pembedahan, gejala infusiensi adrenal dapat mulai terjadi 12
hingga 48 jam kemudian sebagai akibat dari penurunan kadar hormon adrenal
dalam darah yang sebelumnya tinggi. Terapi penggantian temporer dengan
hidrokortison mungkin diperlukan selama beberapa bulan sampai kelenjar
adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal terhadap kebutuhan tubuh.
Jika kedua kelenjar diangkat (adrenalektomi bilateral), terapi penggantian
dengan hormon – hormon korteks adrenal harus dilakukan seumur hidup.
Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethhimide,
mitotane, ketokonazol) dapat digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme
jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang
tidak dapat dihilangkan secara tuntas. Pemantauan yang ketat diperlukan
9
karena dapat terjadi gejala insufisuensi adrenal dan efek samping akibat obat
– obat tersebut.
Jika Sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid
eksternal (eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk
dikurangi atau dihentikan secara bertahap hingga tercapai dosis minimal yang
adekuat untuk mengobati proses penyakit yang ada dibaliknya (misalnya,
penyakit otoimun serta alergi dan penolakan terhadap organ yang
ditransplantasikan). Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua hari sekali
akan menurunkan gejala Sindrom Cushing dan memungkinkan pemulihan
daya responsif kelenjar adrenal terhadap ACTH.
10
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
- Data Dasar
Pengumpulan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek
tubuh dari hormone korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada
kemampuan korteks adrenal untuk berespons terhadap perubahan kadar
kortisol dan aldosteron. Riwayat kesehatan mencakup informasi tentang
tingkat aktivitas klien dan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin
dan perawatan diri. Detailnya pengkajian keperawatan untuk klien dengan
sindrom cushing mencakup:
- Data Subjectif, berikut hal yang harus dikaji:
• Perubahan proporsi tubuh, berat badan,distribusi bulu tubuh, rambut
kepala rontok atau menipis, pigmentasi kulit, memar, ekimosis, dan
luka sulit sembuh
• Nyeri tulang, terutama nyeri punggung
• Riwayat infeksi pada kulit dan saluran pernapasan
• Data neurologis, misalnya tingkah laku, konsentrasi ingatan
• Asupan makanan dan cairan selama 24 jam
• Peningkatan rasa haus dan nafsu makan
• Perubahan haluaran urine
• Data seksualitas. Wanita mengalami perubahan menstruasi, ciri-ciri
seksualitas sekunder, dan libido. Pria mengalami perubahan libido dan
ciri-ciri seksualitas sekunder
• Pengetahuan mengenai proses penyakitnya dan diagnosis pengobatan
- Data objektif, berikut hal yang harus dikaji:
• Adanya moon face, buffalo hump, obesitas trunkus, lengan dan kaki
kurus, hiperpigmentasi, striae, memar, ekimosis, dan luka yang belum
sembuh.
• Neurologis : ketepatan emosi dengan situasi, konsentrasi, dan ingatan.
11
- Pemeriksaan Diagnostik
Uji diagnostic untuk gangguan ini adalah memeriksa adanya
peningkatan kortisol serum, hilangnya irama diurnal dari produksi
kortisol, CT Scan, dan ultrasuara untuk mengetahui adanya tumor adrenal.
(Standar Perawatan Pasien; Susan Martin Tucker, hal, 342)
Pada sindrom chusing iatrogenic, uji diagnostic yang dilakukan
adalah:
a. Uji terhadap darah dilakukan untuk mengetahui:
➢ Penurunan kadar kalium serum (hipokalemia)
➢ Peningkatan natrium serum (hipernatremia)
➢ Peningkatan bikarbonat serum dan pH (alkalosis)
➢ Penurunan magnesium serum (hipomagnesemia)
➢ Peningkatan aldosteron plasma
b. Uji terhadap urine dilakukan untuk mengetahui :
➢ Penurunan berat jenis urine (urine encer)
➢ Peningkatan protein urine
➢ Peningkatan aldosteron urine.
12
- Penyimpangan KDM
- Analisa Data
Data Pendukung Etiologi Masalah
DS : - Tumor adrenokortikal, Intoleransi Aktivitas
- Kelemahan secara hyperplasia adrenal, dan
menyeluruh tumor ekstra pituitary
DO : - sekresi kortisol
- kemampuan berdiri - kadar kortisol dalam
dari posisi duduk darah
- aktivitas dibantu - produksi protein
keluarga dan perawat - pembentukan energy
- tirah baring - Intoleransi aktivitas
/imobilisasi
DS : - Tumor adrenokortikal, Kerusakan integritas
- Klien mengatakan hyperplasia adrenal, dan kulit
ada memar dan tumor ekstra pituitary
lukanya sulit sembuh - sekresi kortisol
13
B. Diagnosa
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
- Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
- Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
- Nyeri berhubungan dengan meningkatnya sekresi lambung
- Resti cedera berhubungan dengan atropi otot
C. Perencanaan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Intoleransi aktivitas Setelah tindakan - Kaji tanda-tanda - Adanya tanda-tanda intoleransi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas, dapat memudahkan
kelemahan dan perubahan toleransi aktivitas baik, - Bantu untuk memilih penentuan intervensi selanjutnya
metabolisme protein. Yang dengan kriteria hasil : aktivitas yang sesuai - Aktivitas yang sesuai dengan
ditandai dengan : - klien menunjukkan dengan kemampuan kemampuan klien, akan
DS : kemampuan untuk fisik, psikologis dan mengurangi penggunaan kekuatan
- Kelemahan secara melakukan aktivitasnya social otot yang berlebihan
menyeluruh sendiri - Bantu aktivitas klien - Mengurangi penggunaan energi
16
2. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan - Inspeksi kulit terhadap - Menandakan area sirkulasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan perubahan warna, buruk/kerusakan yang dapat
edema, yang ditandai diharapkan keadaan kulit turgor, vaskular. menimbulkan pembentukan
dengan : membaik, dengan kriteria - Pantau masukan cairan infeksi.
DS : hasil dan hidrasi kulit dan - Mendeteksi adanya
- Klien mengatakan ada - Memar hilang membran mukosa. dehidrasi/hidrasi berlebihan yang
memar dan lukanya sulit - Luka sembuh - Inspeksi area mempengaruhi sirkulasi dan
sembuh - Turgor kulit baik tergantung edema. integritas jaringan pada tingkat
DO : - Pigmentasi kulit - Berikan perawatan seluler.
- Terdapat memar dan ada normal kulit. Berikan salep - Jaringan edema lebih cenderung
luka yang belum sembuh· atau krim. rusak/robek.
17
badan stabil, tanda vital (khususnya kalium perpindahan cairan keluar area
dalam rentang normal dan natrium) vaskuler.
- Tak ada edema. - Batasi natrium dan - Perpindahan cairan pada jaringan
cairan sesuai indikasi. sebagai akibat retensi natrium dan
air, penurunan albumin dan
penurunan ADH.
- Penurunan albumin serum
memperngaruhi tekanan osmotic
koloid plasma, mengakibatkan
pembentukan edema.
- Natrium mungkin dibatasi untuk
meminimalkan retensi cairan
dalam area ekstravaskuler.
5. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan - Catat keluhan nyeri, - Nyeri tidak selalu ada tetapi bila
peningkatan sekresi tindakan keperawatan, lokasi, lamanya, ada harus dibandingkan dengan
lambung, yang ditandai diharapkan nyeri intensitas (skala 0-10) gejala nyeri pasien.
dengan : berkurang/hilang, dengan - Kaji ulang faktor yang - membantudalam membuat
DS : criteria hasil: meningkatkan dan diagnosa dan kebutuhan terapi.
- melaporkan nyeri baik - Klien mengatakan menurunkan nyeri - makanan mempunyai efek
20
secara verbal maupun nyeri - Berikan makan sedikit penetralisir asam, juga
nonverbal hilang/berkurang tapi sering sesuai menghancurkan kandungan
DO : - menunjukkan postur indikasi untuk pasien gaster. Makanan sedikit
- posisi untuk tubuh rileks - Berikan obat sesuai mencegah distensi dan haluaran
mengurangi nyeri - mampu tidur dengan indikasi. Mis, antasida. gaster.
- tingkah laku ekspresif tepat - menurunkan keasaman gaster
(gelisah, meringis, dan dengan absorbsi atau dengan
mengeluh) menetralisir kimia
- perubahan dalam nafsu
makan
6. Resti cedera berhubungan Setelah dilakukan - Kaji tanda-tanda ringan - Efek antiinflamasi kortikosteroid
dengan atropi otot,yang tidakan keperawatan infeksi dapat mengaburkan tanda-tanda
ditandai dengan : diharapkan cedera tidak - Ciptakan lingkungan umum inflamasi dan infeksi.
DS : terjadi, dengan criteria yang protektif - Mencegah jatuh, fraktur dan cedera
- Keterbatasan hasil: - Bantu klien ambulasi lainnya pada tulang dan jaringan
kemampuan untuk - Klien bebas dari cedera - Berikan diet tinggi lunak.
melakukan ketrampilan jaringan lunak atau protein, kalsium, dan - Mencegah terjatuh atau terbentur
motorik halus fraktur vitamin D pada sudut furniture yang tajam.
21
D. Implementasi
Implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan langsung pada pasien, keuarga, dan komunitas berdasarkan
rencana keperawatan yang dibuat. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
(Keliat, 2006).
22
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Terdiri atas:
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil
dengan tujuan
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.
Hasil yang diharapkan:
- Menurunkan resiko cedera dan infeksi
• Bebas fraktur atau cedera jaringan lunak
• Bebas daerah ekimosis.
• Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahan, rasa nyeri ataupun tanda-
tanda lain infeksi serta inflamasi.
- Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri
• Merencanakan aktivitas perawatan dan latihan untuk memungkinkan
periode istirahat
• Melaporkan perbaikan perasaan sehat.
• Bebas komplikasi mobilitas.
- Mencapai/mempertahankan integritas kulit.
• Memiliki kulit yang utuh tanpa ada bukti adanya luka atau infeksi
• Menunjukkan bukti berkurangnya edema pada ekstremitas dan badan
• Mengubah posisi dengan sering dan memeriksa bagian kukit yang
menonjol setiap hari.
- Mencapai perbaikan citra tubuh.
25
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek
metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang
menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena
pemeberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid.
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol yang berlebihan,
kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal
berupa adenoma maupun carcinoma. Misalnya adenoma pada hipofisis.
Sindrom cushing juga dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid
jangka panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol
yang berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan)
pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat
rangsangan belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang
mengakibatkan produksi kortisol abnormal.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep
sindrom cushing serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan prosedur yang ada.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://alam414m.blogspot.com/2011/06/askep-sindrom-cushing.html
http://agungadiaryono.blogspot.com/2012/05/sindrom-cushing-
makalah.html#.UVb03lLM6o8
http://baioe.wordpress.com/2009/04/25/3/
http://dhaniekim.blogspot.com/2011/05/askep-cushings-sindrom.html
http://geagreen.blog.com/2011/10/07/sindrom-cushing-hiperkostisolisme/
http://iry4.blogspot.com/p/askep-cuising-sindrom.html
http://medicastore.com/penyakit/3052/Cushing%27s_Syndrome.html
28
MAKALAH
ANEMIA PADA ANAK
OLEH:
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
prevalensi anemia pada balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan
angka prevalensi anemia pada balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja menderita
anemia gizi besi, usia 6 bulan cadangan besi itu akan menipis, sehingga
penurunan kadar tersebut banyak dijumpai pada anak karena kurangnya kadar
zat besi atau pendarahan, sehinggan anemia ini dapat disebut juga sebagai
anemia defisiensi zat besi (anemi kurang zat besi), walaupun sebenarnya
apabila bayi yang lahir dengan ibu non-anemia atau bergizi baik akan
membuat bayi tersebut lahir dalam keadaan zat besi yang cukup apabila
diberikan ASI yang cukup pula, akan tetapi apabila zat besi yang sebenarnya
cukup tersedia dalam ASI tidak dimanfaatkan oleh ibu dan anak tersebut tidak
mendapatkan sumber zat besi yang dapat diperoleh dari susu formula atau
makanan yang kaya akan zat besi dapat menimbulkan adanya anemia, selain
kadar zat besi anemia dapat juga ditimbulkan karena pendarahan seperti
pendarahan pada usus atau kehilangan darah serta akibat makanan yang salah,
kerusakan tidak mungkin dikembalikan seperti semula. Karena itu, pada masa
B. Tujuan
❖ Defenisi
gangguan pada system peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai
2. Kehilangan darah
mendadak
karena:
32
kerusakan eritrosit)
- Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit,
obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang
zat besi (Fe) dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu asupan yang kurang
rebsorbsi Fe), dan kebutuhan yang mengikat, misalnya pada anak balita
banyak.
digunakan untuk memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 5-6 bulan saja,
bahkan pada bayi premature cadangan tersebut hanya cukup sampai usia 2-
infeksi.
Oleh karena itu, ekskresi besi juga sangat sedikit. Pemberian Fe yang
Fe yang berlebih dalam jaringan). Pada masa bayi dan pubertas, kebutuhan
Anemia Megaloblastik
juga dengan anemia defisensi asam folat. Asam folat merupakan bahan
34
esensial untuk sintesis DNA dan RNA yang penting untuk metabolisme
1. Masukan yang kurang. Pemberian susu saja pada bayi di atas 6 bulan
diperlukan tubuh.
Anemia Permisiosa
pernisiosa ini tergolong anemi megaloblastik karena bentuk sel darah yang
hampir sama dengan anemi defisiensi asam folat. Bentuk sel darahnya
metabolisma jaringan saraf, dan purin. Selain asupan yang kurang, anemi
Anemia Pascapendarahan
menerus dan dalan jumlah banyak), sperti pada kecelakaan, operasi, dan
aliran darah ke organ yang kurang vital, dan penambahan aliran darah ke
organ vital (otak dan jantung). Kehilangan darah yang mendadak lebih
irreversible (menetap).
jantung, (4) kelaina cerebral akibat hipoksemia, dan (5) menurunnya aliran
terlihat sebagai gejala akibat defisiensi besi bila tidak diimbangi masukan
Fe yang cukup.
Anemia Aplastik
semua sel darah) darah tepi dan menurunnya selularitas sumsum tulang.
pascapendarahan.
1. Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah.
Penurunan sel darah induk bisa terjadi karena bawaan, dalam arti tidak
Selain karena bawaan, penurunan sel induk juga bisa terjadi karena
sel.
Anemia Hemolitik
Selain itu, sumsum tulang dapat membentuk 6-8 kali lebih banyak sistem
keganasan sel.
38
❖ Patofisiologi
Pembuatan
Gangguan hem dan Hb
penyerapan Fe terganggu
Anemia
39
- Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
- Gagal jantung,
- Parestisia dan
- Kejang.
1. Anemia aplastik:
- Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
gangguan absorbsi.
B. Konsep Keperawatan
Pengkajian
Pada pengkajian ini, tidak dibahas secara khusus asuhan untuk masing-
masing jenis anemi. Untuk itu, akan dikaji data-data focus yang umumnya
41
sering dialami/terjadi pada bayi dan balita yang mengalami anemi terutama
defisiensi.
1. Usia
2. Pucat
b) Pada defisiensi zat besi maupun asam folat (pernisiosa), pucat terjadi
bahan esensial untuk pematangan sel, dalam hal ini zat besi dan
asam folat.
sel darah merah sebelum waktunya. Secara normal, sel darah merah
sel darah pada sumsum tulang. Hal ini terjadi karena sumsum tulang
mengalami kerusakan.
Warna kepucatan pada kulit ini dialami oleh hampir semua anak yang
anemi. Warna pucat ini dapat dilihat pada telapak tangan, dasar kuku,
atau orang tuanya. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa telapak tangan
3. Mudah lelah/lemah
energy yang dihasilkan oleh tubuh, sehingga anak kelihatan lesu, kurang
bergairah, dan mudah lelah. Oksigen yang terikat dengan Hb pada sel
4. Pusing kepala
Pusing kepala pada anak anemi disebabkan karena pasokan atau aliran
5. Napas pendek
pendek.
43
6. Nadi cepat
Pada anemi yang berat, sering timbul keluhan nyeri perut, mual,muntah,
10. Pika
Merupakan suatu keadaan yang berulang karena anak makan zat yang
tidak bergizi, tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik. Sering terdapat
pada anak berusia 1-4 tahun yang kurang gizi, anak terlantar, anak yang
menghilang, bila anak mendapat perhatian dan kasih saying yang cukup
minum dan makan, tetapi anak tetap rewel. Apabila sebelumnya anak
dan pucat). Sedangkan pada defisiensi asam folat dan vitamin B12,
yaitu bentuk sel besar dan warna normal. Berikut ini disajikan tabel
Usia
Jenis Sel Darah
Bayi baru lahir 1 Tahun 5 Tahun 8-12 Tahun
Eritrosit
5,9 (4,1-7,5) 4,6 (4,1-5,1) 4,7 (4,2-5,2) 4,5-5,4
(juta/mikro lt0)
Leukosit (per
17.000 (8-38) 10.000 (5-15) 8000 (5-13) 8000 (5-12)
mikro lt)
Trombosit (per
200.000 260.000 260.000 260.000
mikro lt)
Hematokrit (%) 54 36 38 40
Diagnosa
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan anemia
1. Intoleransi aktivitas
3. Ansietas/Cemas
46
Perencanaan
1. Intoleransi Aktivitas
Tindakan:
Tindakan:
a. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (Fe) seperti makanan daging,
c. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero
makan zat besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum
e. Berikan multivitamin
3. Ansietas/Cemas
Masalah ansietas atau kecemasan pada anak sering terjadi akibat kondisi
stress emosional.
Tindakan:
diagnosis
aktivitas anak.
Implementasi
data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data bila terjadi
Evaluasi
dilaksanakan.
dilaksanakan.
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
dengan tujuan
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.
normal.
51
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel
darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah
berdasarkan penyebabnya.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Salemba Medika.
Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-
anak-dengan-anemia_26.html