Anda di halaman 1dari 52

1

MAKALAH
SINDROM CUSHING

OLEH:
JULANDARI, S.Kep., Ns.
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cortisol merupakan glukokortikoid utama didalam tubuh manusia.
Sindroma Chusing merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya peningkatan sekresi kortisol oleh berbagai sebab. Sindroma Chusing
ini ditandai dengan adanya peningkatan berat badan (obesitas), distribusi
lemak pada bagian leher (buffalo hump) dan di wajah (moon face), striae
berwarna ungu pada kulit, osteoporosis, hiperglikemia, hipertensi, dan lain
sebagainya.
Prevalensi sindroma Chusing ini pada laki-laki sebesar 1 : 30.000 dan
pada perempuan 1 : 10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindroma
Cushing disebabkan oleh hipertensi berat (67%), diabetes gestasional (30%),
superimposed preeklamsia (10%) dan gagal jantung sekunder karena
hipertensi berat (10%). Kematian ibu telah dilaporkan sebanyak 3 kasus dari
65 kehamilan dengan sindroma Cushing, dua kasus disebabkan gagal jantung
dan 1 kasus infeksi (Hernaningsih dan Soehita, 2005).
Sindroma Chusing ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti:
tumor hipofisis, sekresi ACTH ektopik oleh organ nonendokrin, tumor
adrenal (adenoma dan karsinoma), dan penggunaan obat steroid dosis tinggi
dan jangka lama pada terapi penyakit kronis seperti arthritis rheumatoid, asma
bronchial, dan lain sebagainya. Penetapan diagnosis sindroma Chusing
berdasarkan penyebabnya perlu ditegakkan untuk mempermudah melakukan
terapi pada pasien. Seperti yang terdapat dalam skenario dimana terdapat
pasien yang kemungkinan menderita sindroma Chusing namun untuk
menentukan penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sindrom cushing
2. Untuk mengetahui etiologi sindrom cushing
3. Untuk mengetahui patofisiologi sindrom cushing
3

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis sindrom cushing


5. Untuk mengetahui penatalaksanaan sindrom cushing
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sindrom cushing
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Definisi sindrom chusing dari beberapa sumber, antara lain :
- Syndrome Chusing: Gambaran klinis yang timbul akibat peningkatan
glukotirid plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (Latrogen).
(William. F. Ganang, Fisiologis Kedokteran, Hal 364)
- Syndrome Chusing: Di sebabkan oleh sekresi berlebihan steroid
adrenokortial, terutama kortisol. (IPD.Edisi III jilid I, hal 826)
- Syndrome Chusing: Akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi
secara abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan
anak, Edisi 15 hal 1979).

B. Etiologi
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron
yang berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia
korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung
ACTH juga mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas
hipofisis, atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang
disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit cusing. (buku ajar ilmu bedah, R.
Syamsuhidayat, hal 945)
Klasifikasi penyebab sindrom chusing, antara lain:
1. Pada sindrom chusing primer, terlalu banyak produksi kortisol yang
diakibatkan oleh adenoma atau karsinoma adrenal.
2. Pada sindrom chusing sekunder, terlalu banyak produksi kortisol yang
diakibatkan oleh hyperplasia adrenal karena banyak sekali ACTH. Terlalu
banyak produksi ACTH dapat diakibatkan oleh:
a. Hipofisis mengeluarkan terlalu banyak ACTH karena gangguan
hipofisis atau hipotalamus.
5

b. Keluarnya ACTH yang berasal dari ektopik non hipofisis (produksi


hormone diluar hipofisis) meningkat, misalnya pada karsinoma
bronkogenik, adenoma bronchial, dan karsinoma pancreas.
3. Pada sindrom chusing iatrogenic, kadar kortisol yang sangat tinggi sebagai
akibat terapi glukokortikoid yang berlangsung lama.

C. Patofiologi
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cushing adalah
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih
memahami manifestasi klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-
akibat metabolik dari kelebihan glikokorikoid.
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:
Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal
manusia adalah kortisol.. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan
keadan-keadaan seperti dibawah ini:
1. Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein.
Menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk
mensistesis protein, sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada
jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang. Secara klinis dapat
ditemukan: Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh
dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan
tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi
dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya
jaringan penyokong vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar.
Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis,
sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis. Metabolisme
karbohidrat dipengaruhi dengan merangsang glukoneogenesis dan
menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita
dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang mempunyai
kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid
6

akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan


toleransi glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin
yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut, dan
menimbulkan manifestasi klinik DM.
2. Distribusi jaringan adiposa.
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh (Obesitas).
Wajah bulan (moon face), Memadatnya fossa supraklavikulare dan
tonjolan servikodorsal (punguk bison), Obesitas trunkus dengan
ekstremitas atas dan bawag yang kurus akibat atropi otot memberikan
penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
3. Elektrolit, efek minimal pada elektrolit serum. Kalau diberikan dalam
kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan retensi natrium dan
pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis
metabolik.
4. Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah
pembentukan antibody humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat
ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang
diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi. Glukokortikoid mengganggu
pembentukan antibody humoral dan menghambat pusat-pusat germinal
limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen.
Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut
ini: Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag
Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten. Produksi anti
bodi,Reaksi peradangan Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
5. Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan. Sekresi asam hidroklorida dan
pepsin dapat meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh
steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.
7

6. Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini
ditandai dengan oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan
episode depresi singkat.
7. Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan
eritropoiesis. Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari
glukokortikoid adalah kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan.
Dalam hal ini glukokortikoid: Dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi
sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler. Menghambat pelapasan kiniin
yang bersifat pasoaktif dan menekan fagositosis. Efeknya pada sel mast;
menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut yang
berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi. Penekanan
peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi
yang merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu
melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima dosis farmakologik.
(Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091)

D. Manifestasi Klinis
1. Rambut kepala menjadi tipis
2. Wajah bulan (moon face)
3. Perubahan-Perubahan pada kulit
4. Buffalo hump
5. Hipertensi
6. Disfungsi Gonad
7. Gangguan Psikologis
8. Kelemahan Otot, Mudah lelah
9. Osteoporosis akibat Katabolisme Protein yang berlebih
10. Haus dan poliuri
11. Gangguan tidur akibat dhiural kortisol
12. Nyeri punggung
8

E. Test Diagnostik
1. CT scan
Untuk Menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus syndrome cusing
2. Photo scaning
3. Pemeriksaan sidik nuklir
Kelenjar adrenal mengharuskan Pemberian kolesterol radio aktif secara
inra vena
4. Pemeriksaan elektro kardiografi
Untuk menentukan adanya hipertensi. (Endokrinologi edisi 4 hal 437)

F. Penatalaksanaan
Karena lebih banyak Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor
hipofisis dibanding tumor korteks adrenal, maka penanganannya sering
ditujukan kepada kelenjar hipofisis. Operasi pengangkatan tumor melalui
hipofisektomi transfenoidalis merupakan terapi pilihan yang utama dan angka
keberhasilannya sangat tinggi (90%). Jika operasi ini dilakukan oleh tim
bedah yang ahli. Radiasi kelenjar hipofisis juga memberikan hasil yang
memuaskan meskipun di perlukan waktu beberapa bulan untuk
mengendalikan gejala. Adrenalektomi merupakan terapi pilihan bagi pasien
dengan hipertropi adrenal primer.
Setelah pembedahan, gejala infusiensi adrenal dapat mulai terjadi 12
hingga 48 jam kemudian sebagai akibat dari penurunan kadar hormon adrenal
dalam darah yang sebelumnya tinggi. Terapi penggantian temporer dengan
hidrokortison mungkin diperlukan selama beberapa bulan sampai kelenjar
adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal terhadap kebutuhan tubuh.
Jika kedua kelenjar diangkat (adrenalektomi bilateral), terapi penggantian
dengan hormon – hormon korteks adrenal harus dilakukan seumur hidup.
Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethhimide,
mitotane, ketokonazol) dapat digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme
jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang
tidak dapat dihilangkan secara tuntas. Pemantauan yang ketat diperlukan
9

karena dapat terjadi gejala insufisuensi adrenal dan efek samping akibat obat
– obat tersebut.
Jika Sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid
eksternal (eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk
dikurangi atau dihentikan secara bertahap hingga tercapai dosis minimal yang
adekuat untuk mengobati proses penyakit yang ada dibaliknya (misalnya,
penyakit otoimun serta alergi dan penolakan terhadap organ yang
ditransplantasikan). Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua hari sekali
akan menurunkan gejala Sindrom Cushing dan memungkinkan pemulihan
daya responsif kelenjar adrenal terhadap ACTH.
10

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
- Data Dasar
Pengumpulan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek
tubuh dari hormone korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada
kemampuan korteks adrenal untuk berespons terhadap perubahan kadar
kortisol dan aldosteron. Riwayat kesehatan mencakup informasi tentang
tingkat aktivitas klien dan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin
dan perawatan diri. Detailnya pengkajian keperawatan untuk klien dengan
sindrom cushing mencakup:
- Data Subjectif, berikut hal yang harus dikaji:
• Perubahan proporsi tubuh, berat badan,distribusi bulu tubuh, rambut
kepala rontok atau menipis, pigmentasi kulit, memar, ekimosis, dan
luka sulit sembuh
• Nyeri tulang, terutama nyeri punggung
• Riwayat infeksi pada kulit dan saluran pernapasan
• Data neurologis, misalnya tingkah laku, konsentrasi ingatan
• Asupan makanan dan cairan selama 24 jam
• Peningkatan rasa haus dan nafsu makan
• Perubahan haluaran urine
• Data seksualitas. Wanita mengalami perubahan menstruasi, ciri-ciri
seksualitas sekunder, dan libido. Pria mengalami perubahan libido dan
ciri-ciri seksualitas sekunder
• Pengetahuan mengenai proses penyakitnya dan diagnosis pengobatan
- Data objektif, berikut hal yang harus dikaji:
• Adanya moon face, buffalo hump, obesitas trunkus, lengan dan kaki
kurus, hiperpigmentasi, striae, memar, ekimosis, dan luka yang belum
sembuh.
• Neurologis : ketepatan emosi dengan situasi, konsentrasi, dan ingatan.
11

• Kardiovaskuler : tekanan darah, berat badan, nadi, adanya edema, dan


distensi vena jugularis.
• Nutrisi : asupan makanan dan cairan
• Musculoskeletal : massa otot, kekuatan, dan kemmpuan berdiri dari
posisi duduk
• Eliminasi : haluaran urine dan adanya glukosuria
• Seksualitas : cirri-ciri seksual sekunder, jerawat, distribusi bulu-bulu
tubuh, dan rambut kepala.

- Pemeriksaan Diagnostik
Uji diagnostic untuk gangguan ini adalah memeriksa adanya
peningkatan kortisol serum, hilangnya irama diurnal dari produksi
kortisol, CT Scan, dan ultrasuara untuk mengetahui adanya tumor adrenal.
(Standar Perawatan Pasien; Susan Martin Tucker, hal, 342)
Pada sindrom chusing iatrogenic, uji diagnostic yang dilakukan
adalah:
a. Uji terhadap darah dilakukan untuk mengetahui:
➢ Penurunan kadar kalium serum (hipokalemia)
➢ Peningkatan natrium serum (hipernatremia)
➢ Peningkatan bikarbonat serum dan pH (alkalosis)
➢ Penurunan magnesium serum (hipomagnesemia)
➢ Peningkatan aldosteron plasma
b. Uji terhadap urine dilakukan untuk mengetahui :
➢ Penurunan berat jenis urine (urine encer)
➢ Peningkatan protein urine
➢ Peningkatan aldosteron urine.
12

- Penyimpangan KDM

- Analisa Data
Data Pendukung Etiologi Masalah
DS : - Tumor adrenokortikal, Intoleransi Aktivitas
- Kelemahan secara hyperplasia adrenal, dan
menyeluruh tumor ekstra pituitary
DO : - sekresi kortisol
- kemampuan berdiri - kadar kortisol dalam
dari posisi duduk darah
- aktivitas dibantu - produksi protein
keluarga dan perawat - pembentukan energy
- tirah baring - Intoleransi aktivitas
/imobilisasi
DS : - Tumor adrenokortikal, Kerusakan integritas
- Klien mengatakan hyperplasia adrenal, dan kulit
ada memar dan tumor ekstra pituitary
lukanya sulit sembuh - sekresi kortisol
13

DO : - kadar kortisol dalam


- Terdapat memar dan darah
ada luka yang belum - produksi protein
sembuh - protein kulit hilang
- Kelembapan kulit - kerusakan integritas
- Perubahan kulit
pigmentasi
- Perubahan turgor
DS : - Pemakaian obat Gangguan citra
- penolakan terhadap glukokortikoid dalam tubuh
berbagai perubahan jangka panjang
actual - kadar kortisol dalam
- perasaan negative darah
mengenai bagian - distribusi jaringan
tubuh (perasaan tidak adipose
berdaya) - Moon face, buffalo
- keputusasaan atau hump
tidak ada kekuatan - Gangguan citra tubuh
DO :
- adanya moon face,
buffalo hump,
obesitas
- perubahan struktur
dan atau fungsi
actual
DS : - Tumor adrenokortikal, Kelebihan volume
- Perubahan haluaran hyperplasia adrenal, dan cairan
urine tumor ekstra pituitary
DO : - sekresi kortisol
- Haluaran urine dan - kadar kortisol dalam
14

adanya glukosuria darah


- Retensi natrium
- Penumpukan cairan
- Gangguan
keseimbangan cairan
DS : - Pemakaian obat Nyeri
- melaporkan nyeri glukokortikoid dalam
baik secara verbal jangka panjang
maupun nonverbal - kadar kortisol dalam
DO : darah
- posisi untuk - sekresi lambung
mengurangi nyeri - ulkus
- tingkah laku - nyeri
ekspresif (gelisah,
meringis, dan
mengeluh)
- perubahan dalam
nafsu makan
DS : - Tumor adrenokortikal, Resti Cedera
- Keterbatasan hyperplasia adrenal, dan
kemampuan untuk tumor ekstra pituitary
melakukan - sekresi kortisol
ketramppilan - kadar kortisol dalam
motorik halus darah
DO: - produksi protein
- Keterbatasan ROM - protein jaringan hilang
- atropi otot
- resti cedera
15

B. Diagnosa
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
- Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
- Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
- Nyeri berhubungan dengan meningkatnya sekresi lambung
- Resti cedera berhubungan dengan atropi otot

C. Perencanaan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Intoleransi aktivitas Setelah tindakan - Kaji tanda-tanda - Adanya tanda-tanda intoleransi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas, dapat memudahkan
kelemahan dan perubahan toleransi aktivitas baik, - Bantu untuk memilih penentuan intervensi selanjutnya
metabolisme protein. Yang dengan kriteria hasil : aktivitas yang sesuai - Aktivitas yang sesuai dengan
ditandai dengan : - klien menunjukkan dengan kemampuan kemampuan klien, akan
DS : kemampuan untuk fisik, psikologis dan mengurangi penggunaan kekuatan
- Kelemahan secara melakukan aktivitasnya social otot yang berlebihan
menyeluruh sendiri - Bantu aktivitas klien - Mengurangi penggunaan energi
16

DO : yang berarti yang berlebihan, dan klien tidak


- kemampuan berdiri dari - Pastikan lingkungan cepat capai
posisi duduk aman bagi - Mencegah jatuh, fraktur dan
- aktivitas dibantu keberlangsungan cedera lainnya pada tulang dan
keluarga dan perawat gerakan-gerakan yang jaringan lunak, mencegah
- tirah baring/imobilisasi melibatkan sejumlah terbentur pada sudut furniture
besar otot-otot tubuh yang tajam.

2. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan - Inspeksi kulit terhadap - Menandakan area sirkulasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan perubahan warna, buruk/kerusakan yang dapat
edema, yang ditandai diharapkan keadaan kulit turgor, vaskular. menimbulkan pembentukan
dengan : membaik, dengan kriteria - Pantau masukan cairan infeksi.
DS : hasil dan hidrasi kulit dan - Mendeteksi adanya
- Klien mengatakan ada - Memar hilang membran mukosa. dehidrasi/hidrasi berlebihan yang
memar dan lukanya sulit - Luka sembuh - Inspeksi area mempengaruhi sirkulasi dan
sembuh - Turgor kulit baik tergantung edema. integritas jaringan pada tingkat
DO : - Pigmentasi kulit - Berikan perawatan seluler.
- Terdapat memar dan ada normal kulit. Berikan salep - Jaringan edema lebih cenderung
luka yang belum sembuh· atau krim. rusak/robek.
17

- Kelembapan kulit - Anjurkan - Lotion dan salep mungkin


- Perubahan pigmentasi menggunakan pakaian diinginkan untuk menghilangkan
- Perubahan turgor katun longgar. kering, robekan kulit
- Kolaborasi dalam - Mencegah iritasi dermal langsung
pemberian matras busa. dan meningkatkan evaporasi
lembab pada kulit.
- Menurunkan tekanan lama pada
jaringan.
3. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan - Bina hubungan saling - Dengan hubungan saling percaya,
berhubungan dengan tindakan keperawatan percaya klien akan dapat mengungkapkan
perubahan penampilan diharapkan citra tubuh - Kaji tingkat perasaannya dan masalahnya
fisik, yang ditandai kembali, dengan kriteria pengetahuan pasien - Mengidentifikasi luas masalah
dengan: hasil : tentang kondisi dan dan perlunya intervensi.
DS : - Dapat membicarakan pengobatan - Beberapa pasien memandang
- penolakan terhadap diri sendiri secara - Diskusikan arti situasi sebagai tantangan,
berbagai perubahan positif perubahan pada beberapa sulit menerima
actual - Klien mengungkapkan pasien. perubahan hidup/penampilan
- perasaan negative perasaan dan metode - Anjurkan orang peran dan kehilangan kemampuan
mengenai bagian tubuh koping untuk persepsi terdekat control tubuh sendiri.
18

(perasaan tidak berdaya, negatif tentang memperlakukan - Menyampaikan harapan bahwa


keputusasaan atau tidak perubahan penampilan pasien secara normal pasien mampu untuk mangatur
ada kekuatan dan bukan sebagai situasi dan membantu untuk
DO : orang cacat. mempertahankan perasaan harga
- adanya moon face, - Rujuk ke perawatan diri dan tujuan hidup.
buffalo hump, obesitas kesehatan. Contoh: - Memberikan bantuan tambahan
- perubahan struktur dan kelompok pendukung. untuk manajemen jangka panjang
atau fungsi actual dari perubahan pola hidup.
4. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan - Ukur masukan dan - Menunjukan status volume
berhubungan dengan tindakan keperawatan haluaran, catat sirkulasi, terjadinya/ perbaikan
kelebihan natrium, yang diharapkan dapat keseimbangan positif. perpindahan cairan, dan respon
ditandai dengan : menunjukkan pulihnya Timbang berat badan terhadap terapi. Keseimbangan
DS : volume cairan, dengan tiap hari. positif/peningkatan berat badan
- Perubahan haluaran criteria hasil : - Awasi tekanan darah. sering menunjukkan retensi
urine - Menunjukkan volume - Kaji derajat cairan lenjut.
DO : cairan stabil, dengan perifer/edema - Peningkatan tekanan darah
- Haluaran urine dan keseimbangan dependen biasanya berhubungan dengan
adanya glukosuria pemasukan dan - Awasi albumin serum kelebihan volume cairan tetapi
- edema pengeluaran, berat dan elektrolit mungkin tidak terjadi karena
19

badan stabil, tanda vital (khususnya kalium perpindahan cairan keluar area
dalam rentang normal dan natrium) vaskuler.
- Tak ada edema. - Batasi natrium dan - Perpindahan cairan pada jaringan
cairan sesuai indikasi. sebagai akibat retensi natrium dan
air, penurunan albumin dan
penurunan ADH.
- Penurunan albumin serum
memperngaruhi tekanan osmotic
koloid plasma, mengakibatkan
pembentukan edema.
- Natrium mungkin dibatasi untuk
meminimalkan retensi cairan
dalam area ekstravaskuler.
5. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan - Catat keluhan nyeri, - Nyeri tidak selalu ada tetapi bila
peningkatan sekresi tindakan keperawatan, lokasi, lamanya, ada harus dibandingkan dengan
lambung, yang ditandai diharapkan nyeri intensitas (skala 0-10) gejala nyeri pasien.
dengan : berkurang/hilang, dengan - Kaji ulang faktor yang - membantudalam membuat
DS : criteria hasil: meningkatkan dan diagnosa dan kebutuhan terapi.
- melaporkan nyeri baik - Klien mengatakan menurunkan nyeri - makanan mempunyai efek
20

secara verbal maupun nyeri - Berikan makan sedikit penetralisir asam, juga
nonverbal hilang/berkurang tapi sering sesuai menghancurkan kandungan
DO : - menunjukkan postur indikasi untuk pasien gaster. Makanan sedikit
- posisi untuk tubuh rileks - Berikan obat sesuai mencegah distensi dan haluaran
mengurangi nyeri - mampu tidur dengan indikasi. Mis, antasida. gaster.
- tingkah laku ekspresif tepat - menurunkan keasaman gaster
(gelisah, meringis, dan dengan absorbsi atau dengan
mengeluh) menetralisir kimia
- perubahan dalam nafsu
makan

6. Resti cedera berhubungan Setelah dilakukan - Kaji tanda-tanda ringan - Efek antiinflamasi kortikosteroid
dengan atropi otot,yang tidakan keperawatan infeksi dapat mengaburkan tanda-tanda
ditandai dengan : diharapkan cedera tidak - Ciptakan lingkungan umum inflamasi dan infeksi.
DS : terjadi, dengan criteria yang protektif - Mencegah jatuh, fraktur dan cedera
- Keterbatasan hasil: - Bantu klien ambulasi lainnya pada tulang dan jaringan
kemampuan untuk - Klien bebas dari cedera - Berikan diet tinggi lunak.
melakukan ketrampilan jaringan lunak atau protein, kalsium, dan - Mencegah terjatuh atau terbentur
motorik halus fraktur vitamin D pada sudut furniture yang tajam.
21

DO : - Klien bebas dari area - Meminimalkan penipisan massa


- Keterbatasan ROM ekimotik otot dan osteoporosis.
- Klien tidak mengalami
kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, nyeri, atau
tanda-tanda infeksi dan
inflamasi lainnya

D. Implementasi
Implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan langsung pada pasien, keuarga, dan komunitas berdasarkan
rencana keperawatan yang dibuat. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
(Keliat, 2006).
22

No. Diagnosa Implementasi


1. Intoleransi aktivitas - Mengkaji tanda-tanda intoleransi
berhubungan dengan - Membantu untuk memilih aktivitas
kelemahan dan perubahan yang sesuai dengan kemampuan fisik,
metabolisme protein. psikologis dan social
- Membantu aktivitas klien yang berarti
- Memastikan lingkungan aman bagi
keberlangsungan gerakan-gerakan yang
melibatkan sejumlah besar otot-otot
tubuh
2. Kerusakan integritas kulit - Menginspeksi kulit terhadap perubahan
berhubungan dengan warna, turgor, vaskular.
edema. - Memantau masukan cairan dan hidrasi
kulit dan membran mukosa.
- Menginspeksi area tergantung edema.
- Memberikan perawatan kulit.
Memberikan salep atau krim.
- Menganjurkan menggunakan pakaian
katun longgar.
- Melakukan kolaborasi dalam pemberian
matras busa.
3. Gangguan citra tubuh - Membina hubungan saling percaya
berhubungan dengan - Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
perubahan penampilan tentang kondisi dan pengobatan
fisik. - Mendiskusikan arti perubahan pada
pasien.
- Menganjurkan orang terdekat
memperlakukan pasien secara normal
dan bukan sebagai orang cacat.
- Merujuk ke perawatan kesehatan.
23

Contoh: kelompok pendukung.

4. Kelebihan volume cairan - Mengukur masukan dan haluaran,


berhubungan dengan mencatat keseimbangan positif.
kelebihan natrium. Menimbang berat badan tiap hari.
- Mengawasi tekanan darah.
- Mengkaji derajat perifer/edema
dependen
- Mengawasi albumin serum dan
elektrolit (khususnya kalium dan
natrium)
- Membatasi natrium dan cairan sesuai
indikasi.

5. Nyeri berhubungan dengan - Mencatat keluhan nyeri, lokasi,


peningkatan sekresi lamanya, intensitas (skala 0-10)
lambung. - Mengkaji ulang faktor yang
meningkatkan dan menurunkan nyeri
- Memberikan makan sedikit tapi sering
sesuai indikasi untuk pasien
- Memberikan obat sesuai indikasi. Mis,
antasida.

6. Resti cedera berhubungan - Mengkaji tanda-tanda ringan infeksi


dengan atropi otot. - Menciptakan lingkungan yang protektif
- Membantu klien ambulasi
- Memberikan diet tinggi protein,
kalsium, dan vitamin D
24

E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Terdiri atas:
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil
dengan tujuan
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.
Hasil yang diharapkan:
- Menurunkan resiko cedera dan infeksi
• Bebas fraktur atau cedera jaringan lunak
• Bebas daerah ekimosis.
• Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahan, rasa nyeri ataupun tanda-
tanda lain infeksi serta inflamasi.
- Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri
• Merencanakan aktivitas perawatan dan latihan untuk memungkinkan
periode istirahat
• Melaporkan perbaikan perasaan sehat.
• Bebas komplikasi mobilitas.
- Mencapai/mempertahankan integritas kulit.
• Memiliki kulit yang utuh tanpa ada bukti adanya luka atau infeksi
• Menunjukkan bukti berkurangnya edema pada ekstremitas dan badan
• Mengubah posisi dengan sering dan memeriksa bagian kukit yang
menonjol setiap hari.
- Mencapai perbaikan citra tubuh.
25

• Mengutarakan perasaan tentang perubahan penampilan, fungsi seksual


dan tingkat aktivitas.
• Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan fisik merupakan akibat
dari pemberian kortikosteroid yang berlebihan.
- Memperlihatkan perbaikan fungsi mental.
- Tidak adanya komplikasi.
• Memperlihatkan tanda-tanda vital serta berat badan yang normal serta
bebas dari gejala krisis addisonian.
• Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala hipofungsi korteks adrenal
yang harus dilaporkan dan menyatakan tindakan yang akan diambil
pada keadaan sakit serta stress berat.
• Mengidentifikasi strategi untuk memperkecil komplikasi sindrom
cusing
• Mematuhi anjuran untuk pemeriksaan tindakan lanjut. (Susanne c.
smeltzer, buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner Suddart,
Hal1331).
26

III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek
metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang
menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena
pemeberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid.
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol yang berlebihan,
kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal
berupa adenoma maupun carcinoma. Misalnya adenoma pada hipofisis.
Sindrom cushing juga dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid
jangka panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol
yang berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan)
pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat
rangsangan belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang
mengakibatkan produksi kortisol abnormal.

B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep
sindrom cushing serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan prosedur yang ada.
27

DAFTAR PUSTAKA

http://alam414m.blogspot.com/2011/06/askep-sindrom-cushing.html

http://agungadiaryono.blogspot.com/2012/05/sindrom-cushing-
makalah.html#.UVb03lLM6o8

http://baioe.wordpress.com/2009/04/25/3/

http://dhaniekim.blogspot.com/2011/05/askep-cushings-sindrom.html

http://geagreen.blog.com/2011/10/07/sindrom-cushing-hiperkostisolisme/

http://iry4.blogspot.com/p/askep-cuising-sindrom.html

http://medicastore.com/penyakit/3052/Cushing%27s_Syndrome.html
28

MAKALAH
ANEMIA PADA ANAK

OLEH:

JULANDARI, S.Kep., Ns.


29

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001,

prevalensi anemia pada balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan

remaja sekitar 26,5%. Sementara survei di DKI Jakarta 2004 menunjukkan

angka prevalensi anemia pada balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja menderita

anemia gizi besi, usia 6 bulan cadangan besi itu akan menipis, sehingga

diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi.

Anemia merupakan kondisi di mana kurangnya konsentrasi sel darah

merah atau menurunnya kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal,

penurunan kadar tersebut banyak dijumpai pada anak karena kurangnya kadar

zat besi atau pendarahan, sehinggan anemia ini dapat disebut juga sebagai

anemia defisiensi zat besi (anemi kurang zat besi), walaupun sebenarnya

apabila bayi yang lahir dengan ibu non-anemia atau bergizi baik akan

membuat bayi tersebut lahir dalam keadaan zat besi yang cukup apabila

diberikan ASI yang cukup pula, akan tetapi apabila zat besi yang sebenarnya

cukup tersedia dalam ASI tidak dimanfaatkan oleh ibu dan anak tersebut tidak

mendapatkan sumber zat besi yang dapat diperoleh dari susu formula atau

makanan yang kaya akan zat besi dapat menimbulkan adanya anemia, selain

kadar zat besi anemia dapat juga ditimbulkan karena pendarahan seperti

pendarahan pada usus atau kehilangan darah serta akibat makanan yang salah,

atau pendarahan lain yang jumlahnya berlebihan.


30

Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih

berbahaya dari kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami

kerusakan tidak mungkin dikembalikan seperti semula. Karena itu, pada masa

emas dan kritis perlu mendapat perhatian.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit anemia pada anak

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan anemia pada anak.


31

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

❖ Defenisi

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan

hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah. Hampir semua

gangguan pada system peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai

dengan warna kepucatan pada tubuh terutama ekstrimitas. Penyebab anemia

dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:

- Perubahan sintesa Hb yag dapat menimbulkan anemia defisiensi Fe,

Thalasemia, dan anemia infeksi kronik

- Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan natrium yang dapat

menimbulkan anemia pernisiosa dan anemia asam folat

- Fungsi sel induk (stem sel) terganggu, sehingga dapat menimbulkan

anemia aplastik dan leukemia.

- Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.

2. Kehilangan darah

- Akut karena perdarahan atau trauma/kecelakaan yang terjadi secara

mendadak

- Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia

3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dapat terjadi

karena:
32

- Faktor bawaan, misalnya kekurangan enzim C6PD (untuk mencegah

kerusakan eritrosit)

- Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit,

misalnya ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan

obat acetosal.

4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang

dimaksud adalah protein, asam folat, vitamin B12, mineral Fe.

Berdasarkan penyebab tersebut di atas, anemia dapat dikelompokkan

menjadi beberapa jenis yaitu,

Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)

Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang

merupakan bahan baku pembuat sel darah dan hemoglobin. Kekurangan

zat besi (Fe) dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu asupan yang kurang

mengandung zat besi terutama pada fase pertumbuhan cepat, penurunan

reabsorbsi karena kelainan pada usus atau karena anak banyak

mengkonsumsi the (menurut penelitian, ternyata teh dapat menghambat

rebsorbsi Fe), dan kebutuhan yang mengikat, misalnya pada anak balita

yang pertumbuhannya cepat sehingga memerlukan nutrisi yang lebih

banyak.

Bayi premature juga berisiko mengalami anemia defisiensi zat besi,

karena berkurangnya persediaan Fe pada masa fetus. Pada trimester akhir

kehamilan, Fe ditransfer dari ibu ke fetus, kemudian disimpan di liver,

lien, dan sumsum tulang belakang. Cadangan Fe ini hanya dapat


33

digunakan untuk memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 5-6 bulan saja,

bahkan pada bayi premature cadangan tersebut hanya cukup sampai usia 2-

3 bulan. Jika kebutuhan Fe tidak dipasok dengan pemberian nutrisi yang

mencukupi, maka anak akan mengalami defisiensi Fe (Wong, 1989:859).

Sering dijumpai bahwa bayi yang kegemukan (overweight)

mengalami defisiensi Fe. Hal ini disebabkan karena pemberian susu

(PASI) yang berlebihan tanpa disertai dengan makanan tambahan lainnya.

Bayi akan kelihatan pucat, perkembangan ototnya terlambat, dan mudah

infeksi.

Secara normal, tubuh hanya memerlukan Fe dalam jumlah sedikit.

Oleh karena itu, ekskresi besi juga sangat sedikit. Pemberian Fe yang

berlebihan dalam makanan dapat mengakibatkan hemosiderosis (pigmen

Fe yang berlebihan akibat penguraian Hb) dan hemokromatosis (timbunan

Fe yang berlebih dalam jaringan). Pada masa bayi dan pubertas, kebutuhan

Fe meningkat karena pertumbuhan. Demikian juga, dalam keadaan infeksi.

Kekurangan Fe meningkatkan kekurangan Hb, sehingga pembuatan

eritrosit mengalami penurunan. Di samping itu, tiap eritrosit akan

mengandung Hb dalam jumlah lebih sedikit. Akibatnya, bentuk selnya

menjadi hipokromik mikrositik (bentuk sel darah kecil), karena tiap

eritrosit mengandung Hb dalam jumlah yang lebih sedikit.

Anemia Megaloblastik

Merupakan anemi yang terhjadi karena kekurangan asam folat. Disebut

juga dengan anemia defisensi asam folat. Asam folat merupakan bahan
34

esensial untuk sintesis DNA dan RNA yang penting untuk metabolisme

inti sel. DNA diperlukan untuk sintesis, sedangkan RNA untuk

pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah, anemi megaloblastik

tergolong dalam anemi makrositik, seperti pada anemi pernisiosa. Ada

beberapa penyebab penurunan asam folat (FK UI, 1985:437), yaitu:

1. Masukan yang kurang. Pemberian susu saja pada bayi di atas 6 bulan

(terutama susu formula) tanpa pemberian makanan tambahan yang

cukup juga dapat menyebabkan defisiensi asam folat.

2. Gangguan absorbsi. Adanya penyakit atau gangguan pada

gastrointestinal dapat menghambat absorbsi bahan makanan yang

diperlukan tubuh.

3. Pemberian obat yang antagonis terhadap asam folat. Anak yang

mendapat obat-obat tertentu, seperti metotreksat, pitrimetasin, atau

derivate barbiturate sering mengalami defisiensi asam folat. Obat-obat

tersebut dapat menghambat kerja asam folam dalam tubuh, karena

mempunyai sifat yang bertentangan.

Anemia Permisiosa

Merupakan anemi yang terjadi karena kekurangan vitamin B12. Anemi

pernisiosa ini tergolong anemi megaloblastik karena bentuk sel darah yang

hampir sama dengan anemi defisiensi asam folat. Bentuk sel darahnya

tergolong anemi makrositik normokromik, yaitu ukuran sel darah merah

yang besar dengan bentuk abnormal tetapi kadar Hb normal.


35

Vitamin B12 (kobalamin) berfungsi untuk pematangan normoblas,

metabolisma jaringan saraf, dan purin. Selain asupan yang kurang, anemi

pernisiosa dapat disebabkan karena adanya kerusakan lambung, sehingga

lambung tidak dapat mengeluarkan skeret yang berfungsi untuk absrobsi

B12 (Markum, 1991:125).

Anemia Pascapendarahan

Terjadi sebagai akibat dari pendarahan yang massif (perdarahan terus

menerus dan dalan jumlah banyak), sperti pada kecelakaan, operasi, dan

persalinan dengan perdarahan hebat yang dapat terjadi secara mendadak

maupun menahun. Berdasarkan bentuk sel darah, anemi pascapendarahan

ini termasuk anemi normositik normokromik, yaitu sel darah berbentuk

normal tetapi rusak/habis.

Akibat kehilangan darah yang mendadak maka akan terjadi reflek

cardiovascular yang fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan

aliran darah ke organ yang kurang vital, dan penambahan aliran darah ke

organ vital (otak dan jantung). Kehilangan darah yang mendadak lebih

berbahaya dibandingkan dengan kehilangan darah dalam waktu yang lama.

Kehilangan darah 12-15% akan menyebabkan pucat dan takikardi, tetapi

kehilangan 15%-20% akan menimbulkan gejala syok (renjatan) yang

reversible. Bila lebih 20% maka dapat menimbulkan syok yang

irreversible (menetap).

Selain reflek kardiovascular, akan terjadi pergeseran cairan ekstravaskular

ke intravascular agar tekanan osmotic dapat dipertahankan. Akibatnya,


36

terjadi hemodilusi dengan gejala: (1) rendahnya Hb, eritrosit, hematokrit,

(2) leucositosis (15.000-20.000/mm3), (3) kadang-kadang terdapat gagal

jantung, (4) kelaina cerebral akibat hipoksemia, dan (5) menurunnya aliran

darah ke ginjal, sehingga dapat menyebabkan oliguria/anuria.

Pada kehilangan darah yang terjadi secara menahun, pengaruhnya akan

terlihat sebagai gejala akibat defisiensi besi bila tidak diimbangi masukan

Fe yang cukup.

Anemia Aplastik

Merupakan anemi yang ditandai dengan pansitopenia (penurunan jumlah

semua sel darah) darah tepi dan menurunnya selularitas sumsum tulang.

Dengan menurunnya selularitas, susmsum tulang tidak mampu

memproduksi sel darah. Berdasarkan bentuk sel darahnya, anemia ini

termasuk dalam anemia normositik normokromik seperti anemi

pascapendarahan.

Adapun beberapa penyebab terjadinya anemi aplastik diantaranya adalah:

1. Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah.

Penurunan sel darah induk bisa terjadi karena bawaan, dalam arti tidak

jelas penyebabnya (idiopatik), yang dialami sekitar 50% penderita.

Selain karena bawaan, penurunan sel induk juga bisa terjadi karena

didapat, yaitu karena adanya pemakaian obat-obatan seperti bisulfan,

kloramfenikol, dan klopromazina. Obat-obat tersebut menyebabkan

penekanan sumsum tulang.


37

2. Lingkungan mikro (micro environment) seperti radiasi dan kemoterapi

yang lama dapat mengakibatkan sembab yang fibrinus dan infiltrasi

sel.

3. Penurunan poitin, sehingga yang befungsi merangsang tumbuhnya sel-

sel darah dalam sumsum tulang tidak ada.

4. Adanya sel inhibitor (T. Limphosit) sehingga menekan/menghambat

maturasi sel-sel induk pada sumsum tulang.

Anemia Hemolitik

Merupakan anemi yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih

pendek/prematur. Secara normal, eritrosit berumur antara 100-120 hari.

Adanya penghancuran eritrosit yang berlebihan akan mempengaruhi

fungsi hepar, sehingga ada kemungkinan terjadinya peningkatan bilirubin.

Selain itu, sumsum tulang dapat membentuk 6-8 kali lebih banyak sistem

eritropoetik daripada biasanya, sehingga banyak dijumpai eritrosit dan

retikulosit pada darah tepi. Benrdasarkan bentuk sel darahnya anemi

hemolitik ini termasuk dalam anemi normositik normokromik.

Kekurangan bahan pembentuk sel darah, seperti vitamin, protein, atau

adanya infeksi dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara

pengahancuran dan pembetukan sistem eritropoetik.

Penyebab anemi hemolitik diduga sebagai berikut:

1. Kongenital, misalnya kelainan rantai Hb dan defisiensi enzim G6PD.

2. Didapat, misalnya infeksi sepsis, penggunaan obat-obatan, dan

keganasan sel.
38

Anemia Sickle Cell

Merupakan anemi yang terjadi karena sintesa Hb abnormal dan mudah

rusak, serta merupakan penyakit keturunan (hereditary

hemoglobinophaty). Anemia sickle cell ini menyerupai anemia hemolitik.

❖ Patofisiologi

Makanan Pertumbuhan Cepat Penyakit Perdarahan kronis

Kebutuhan Fe Gangguan Kadar Hb


Tidak cukup Fe
meningkat penyerapan Fe berkurang

Komposisi yang salah,


Tubuh
seperti sayuran
banyak, daging kurang Fe
kurang

Pembuatan
Gangguan hem dan Hb
penyerapan Fe terganggu

Kadar Hb dalam darah


menurun/konsentrasi
sel darah merah kurang

Anemia
39

❖ Tanda dan Gejala

- Lemah, letih, lesu dan lelah

- Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

- Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan

menjadi pucat.

❖ Kemungkinan Komplikasi yang Muncul

Komplikasi umum akibat anemia adalah:

- Gagal jantung,

- Parestisia dan

- Kejang.

❖ Terapi yang Dilakukan

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan

mengganti darah yang hilang:

1. Anemia aplastik:

- Transplantasi sumsum tulang

- Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)

2. Anemia pada penyakit ginjal

- Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat

- Ketersediaan eritropoetin rekombinan


40

3. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan

penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan

yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat

darah, sehingga Hb meningkat.

4. Anemia pada defisiensi besi

- Dicari penyebab defisiensi besi

- Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan

fumarat ferosus.

5. Anemia megaloblastik

- Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila

difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor

intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

- Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus

diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau

malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.

- Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan

penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan

gangguan absorbsi.

B. Konsep Keperawatan

Pengkajian

Pada pengkajian ini, tidak dibahas secara khusus asuhan untuk masing-

masing jenis anemi. Untuk itu, akan dikaji data-data focus yang umumnya
41

sering dialami/terjadi pada bayi dan balita yang mengalami anemi terutama

defisiensi.

1. Usia

Anak yang mengalami defisenisi Fe biasanya berusia 6-24 bulan dan

pada masa pubertas. Pada usia tersebut kebutuhan Fecukup tinggi,

karena digunakan untuk pertumbuhan yang relative terjadi cepat

dibandingkan dengan periode pertumbuhan lainnya(Wong,1991).

2. Pucat

a) Pada anemi pascapendarahan, kehilangan darah sekitar 12-15% akan

menyebabkan pucat, dan juga takikardi. Kehilangan darah yang

cepat dapat menimbulkan reflek cardiovascular secara fisiologis

berupa kontraksi arterial, penambahan aliran darah ke organ vital,

dan pengurangan aliran darah yang kurang vital, seperti ekstremitas.

b) Pada defisiensi zat besi maupun asam folat (pernisiosa), pucat terjadi

karenatidak tercukupinya bahan baku pembuat sel darah maupun

bahan esensial untuk pematangan sel, dalam hal ini zat besi dan

asam folat.

c) Sedangkan pucat pada anemi hemolitik terjadi karena penghancuran

sel darah merah sebelum waktunya. Secara normal, sel darah merah

akan hancur dalam waktu 120 hari, untuk selanjutnya membentuk

sel darah baru.


42

d) Pada anemi aplastik, pucat terjadi karena terhentinya pembentukan

sel darah pada sumsum tulang. Hal ini terjadi karena sumsum tulang

mengalami kerusakan.

Warna kepucatan pada kulit ini dialami oleh hampir semua anak yang

anemi. Warna pucat ini dapat dilihat pada telapak tangan, dasar kuku,

konjungtiva, dan mukosa bibir. Cara yang sederhana adalah dengan

membandingkan telapak tangan anak dengan telapak tangan petugas

atau orang tuanya. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa telapak tangan

pembanding haruslah normal.

3. Mudah lelah/lemah

Berkurangnya kadar oksigen dalam tbuh mengakibatkan keterbatasan

energy yang dihasilkan oleh tubuh, sehingga anak kelihatan lesu, kurang

bergairah, dan mudah lelah. Oksigen yang terikat dengan Hb pada sel

darah merah mempunyai salah satu fungsi untuk aktivitas tubuh.

4. Pusing kepala

Pusing kepala pada anak anemi disebabkan karena pasokan atau aliran

darah ke otak berkurang

5. Napas pendek

Rendahnya kadar Hb akan menurunkan kadar oksigen, karena Hb

merupakan pembawa oksigen. Oleh karena itu, sebagai kompensasi atas

kekurangan oksigen tersebut, pernapasan menjadi lebih cepat dan

pendek.
43

6. Nadi cepat

Peningkatan denyut nadi sering terjadi, terutama pada pendarahan

mendadak yang merupakan kompensasi dari reflek cardiovascular.

Kompensasi peningkatan denyut nadi ini terjadi untuk memenuhi

kebutuhan oksigen tubuh.

7. Eliminasi urine dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine

Adanya perdarahan yang hebat dapat mengakibatkan penurunan aliran

darah ke ginjal sehingga merangsang hormone renin angiotensin aktif

untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki

perfusi dengan manifestasi penurunan produksi urine.

8. Gangguan pada sistem saraf

Anemia defisiensi vitamin B12 dapat menimbulkan gangguan pada

system saraf sehingga timbul keluhan seperti kesemutan (gringginen),

ekstremitas lemah, spastisitas, dan gangguan melangkah.

9. Gangguan saluran cerna

Pada anemi yang berat, sering timbul keluhan nyeri perut, mual,muntah,

dan penurunan nafsu makan (anoreksia).

10. Pika

Merupakan suatu keadaan yang berulang karena anak makan zat yang

tidak bergizi, tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik. Sering terdapat

pada anak berusia 1-4 tahun yang kurang gizi, anak terlantar, anak yang

mengalami gangguan mental, dan kurang pengawasan. Zat yang sering

dimakan, misalnya kapur, lemak, dan lain-lain. Kebiasaan pika akan


44

menghilang, bila anak mendapat perhatian dan kasih saying yang cukup

atau sudah teratasi masalah aneminya.

11. Iritabel (cengeng, rewel, atau mudah tersinggung)

Anak cengeng/rewel sering terjadi terutama pada kasus anemi defisiensi

besi. Walaupun anak tersebut telah terpenuhi kebutuhannya, seperti

minum dan makan, tetapi anak tetap rewel. Apabila sebelumnya anak

rewel kemudian setelah diberi minum/makan anak menjadi diam, maka

hal ini tidak termasuk cengeng (iritabel)

12. Suhu tubuh meningkat

Diduga terjadi sebagai akibat dari dikeluarkan leukosit dan jaringan

akemik (jaringan yang mati akibat kekurangan oksigen)

13. Pola makan

Pada anemia defisiensi, sering terjadi kesalahan pola makan sehingga

asupan tidak mencukupi, misalnya terlambat memberikan makanan

tambahan pada bayi usia 6 bulan.

14. Pemeriksaan penunjang

Perlu pemeriksaan darah tepi untuk mengetahui Hb, eritrosit, dan

hematokrit. Pada anemi defisiensi besi, kadar Hb kurang dari 10 gr/dl

dan eritrosit menurun. Eritrosit berbentuk mikrositik hipokromik (kecil

dan pucat). Sedangkan pada defisiensi asam folat dan vitamin B12,

bentuk sel darahnya adalah makrositik normokromik (megaloblastik),

yaitu bentuk sel besar dan warna normal. Berikut ini disajikan tabel

tentang nilai normal sel darah.


45

Usia
Jenis Sel Darah
Bayi baru lahir 1 Tahun 5 Tahun 8-12 Tahun

Eritrosit
5,9 (4,1-7,5) 4,6 (4,1-5,1) 4,7 (4,2-5,2) 4,5-5,4
(juta/mikro lt0)

Hb (gr/dl) 19 (14-24) 12 (11-15) 13,5 (12,5-15) 14 (13-15,5)

Leukosit (per
17.000 (8-38) 10.000 (5-15) 8000 (5-13) 8000 (5-12)
mikro lt)

Trombosit (per
200.000 260.000 260.000 260.000
mikro lt)

Hematokrit (%) 54 36 38 40

15. Program terapi, prinsipnya:

a) Tergantung pada berat ringannya anemi, etiologi, akut, atau kronik.

b) Tidak selalu berupa transfusi darah

c) Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala.

Diagnosa

Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan anemia

adalah sebagai berikut:

1. Intoleransi aktivitas

2. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan)

3. Ansietas/Cemas
46

Perencanaan

1. Intoleransi Aktivitas

Masalah intoleransi aktivitas disebabkan oleh adanya kelemahan secara

umum dan adanya penurunan pengiriman kadar oksigen ke dalam

jaringan. Untuk mengatasi masalah tersebut maka rencana yang dapat

dilakukan adalah dengan mempertahankan aktivitas atau memberikan

istirahat yang cukup dan memperlancar pengiriman oksigen ke jaringan

sehingga aktivitas dapat ditoleransi, sehingga harapannya kondisi

pernapasan cukup normal.

Tindakan:

a. Monitor tanda fisik seperti adanya taki kardi, palpitasi, takipneu,

dispneu pusing, perubahan warna kulit, dan lain-lain.

b. Bantu aktivitas dalam batas toleransi

c. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan

dan meningkatkan istirahat.

d. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen

e. Monitor tanda vital dalam keadaan istirahat.

2. Kurang Nutrisi (Kurang dari Kebutuhan)

Masalah kekurangan nutrisi dapat disebabkan karena adanya

ketidakadekuatan masukan kadar Fe atau kurang pengetahuan keluarga

tentang pentingnya kebutuhan kadar Fe dan juga dapat disebabkan

karena gangguan penyakit atau pertumbuhan.


47

Tindakan:

a. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (Fe) seperti makanan daging,

kacang, gandum, sereal kering yang diperkaya besi.

b. Berikan susu suplemen setelah makan padat.

c. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero

suksinat, fero glukomat, dan berikan anatara waktu makan untuk

meningkatkan absorbsi, berikan bersama jus buah.

d. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau

makan zat besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum

preparat dengan air atau jus jeruk.

e. Berikan multivitamin

f. Jangan berikan preparat Fe bersama susu

g. Kaji feses karena pemberian yang cukup akan mengubah feses

menjadi hijau gelap

h. Monitor kadar Hb, atu tanda klinis lain.

i. Anjurkan makanan beserta air untuk mengurangi konstipasi

j. Tingkatkan asupan daging dan tambahkan padi-padian serta sayuran

hijau dalam diet.

3. Ansietas/Cemas

Masalah ansietas atau kecemasan pada anak sering terjadi akibat kondisi

tubuhnya, karena adanya prosedur diagnosis atau juga tindakan


48

transfuse, untuk itu diperlukan keterlibatan keluarga dalam menurunkan

stress emosional.

Tindakan:

a. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur

diagnosis

b. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah

c. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu

aktivitas anak.

d. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan

e. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan,

dengan harapan anak mau menerima.

Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh

perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari

rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu harus mengecek kembali

data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data bila terjadi

demikian kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan pasien.

Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Terdiri atas:


49

S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang

kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil

dengan tujuan

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons

klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.

Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria :

1. Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan

individu dengan kriteria: menunjukkan teknik / perilaku yang

memampukan kembali melakukan aktivitas.

2. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan

kriteria: mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab, melakukan

perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.

3. Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi

dengan kriteria: menyatakan penerimaan diri dan lamanya

penyembuhan, menyukai diri sebagai orang yang berguna.

4. Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria: tanda-tanda vital

stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.


50

5. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan /

mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kriteria: menunjukkan

peningkatan berat badan, mencapai tujuan dengan nilai laboratorium

normal.
51

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah

hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada

dibawah normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang

memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan

mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan

berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel

darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah

sesuai yang diperlukan tubuh

Anemia dibedakan atas penyebab terjadinya, penanganan anemia juga

berdasarkan penyebabnya.

B. Saran

Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep

anemia pada anak serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai

dengan prosedur yang ada.


52

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:

Salemba Medika.

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).

Jakarta: Salemba Medika.

http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-

anak-dengan-anemia_26.html

Anda mungkin juga menyukai