Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindrom cushing adalah kumpulan keadaan klinis yang diakibatkan oleh efek
metabolik dari kadar glukokortikoid atau kortisol yang meningkat dalam darah. Nama
penyakit ini diambil dari Harvey Cushing seorang ahli bedah yang pertama kali
mengidentifikasi penyakit ini pada tahun 1912. Sindrom cushing terjadi akibat kelebihan
glukokortikosteroid. Sangat sering terjadi akibat pemberian kortikosteroid terapeutik.
(Gleadle, 2003)
Kumpulan gejala klinis yang ditemukan yaitu hipertensi, striae, osteoporosis,
hiperglikemia, moon face, buffalo hump (penumpukan lemak di area leher, dan lain
sebagainya. Gejala klinis yang ditemukan sangat mudah berpengaruh terhadap
perkembangan penyakit selanjutnya atau risiko komplikasinya.
Prevalensi sindroma cushing ini pada laki-laki sebesar 1:30.000 dan pada perempuan
1: 10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindrom cushing desebabkan oleh hipertensi
berat sebesar 67%, diabetes gestasional sebesar 30%. Kematian ibu telah dilaporkan
sebanyak 3 kasus dari 65 kehamilan dengan sindrom cushing. (Hernaningsih dan Soehita,
2005)
Oleh karena itu, untuk mencegah angka kematian khususnya ibu pasca melahirkan
dengan sindrom cushing yang semakin bertambah, diperlukan pengetahuan tentang sindrom
Cushing itu sendiri..

1 | Page

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Figure 1, Kelenjar adrenal

2.1 Anatomi Fisiologi Kelenjar adrenal


Kelenjar adrenal terletak di kutub atas kedua ginjal. Kelenjar adrenal juga disebut
sebagai kelenjar suprarenalis karena letaknya yang ada di atas ginjal. Selain itu kelenjar
adrenal juga disebut kelenjar anak ginjal karena lokasinya yang menempel pada ginjal.
Kelenjar adrenal tersusun dari dua lapis yaitu korteks dan medulla. Korteks adrenal
esensial untuk bertahan hidup. Kehilangan hormon adrenokortikal dapat menyebabkan
kematian. Korteks adrenal mensintesis tiga kelas hormon steroid yaitu mineralokortikoid,
glukokortikoid, dan androgen. (Hotma, 2003)
Hormon mineralokortikoid pada manusia yang utama adalah aldosteron dibentuk di
zona glomerulosa. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan
retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya membantu dan
mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung.
Hormon glukokortikoid pada manusia yang utama adalah kortisol dibentuk di zona
fasikulata. Kortisol memiliki efek pada tubuh seperti metabolisme glukosa yaitu
glukoneogenesis yang meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme protein,
keseimbangan cairan dan elektrolit, inflamasi dan imunitas.
Korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks dari zona retikularis. Adrenal
mensekresi sedikit androgen dan esterogen.
2 | Page

2.2 Hormon glukokortikoid (kortisol)


Kortisol adalah glukokortikoid utama dihasilkan oleh zona fasikulata (ZF) dan zona
reticularis (ZR) bagian dalam yang dirangsang oleh ACTH (adenokortikotropik hormon).
Sekresi kortisol memiliki pola tertinggi ketika bangun tidur (pagi) dan terendah pada waktu
tidur (malam atau bed time). Sekresi kortisol mencapai puncaknya antara pukul 06.00
sampai 08.00 WIB. Selain itu, produksi kortisol juga meningkat pada waktu latihan fisik
karena penting untuk meningkatkan glukosa dan asam lemak bebas sebagai bahan
pembentuk energi.
Jumlah kortisol normal pada jam 09.00 WIB sebesar 6-20 g/dl, pada tengah malam
kurang dari 8 g/dl. Kortisol terikat erat dengan transkortin atau Cortisol-Binding Globulin
(CBG) 75% dari jumlah kortisol seluruhnya. 15% terikat kurang erat dengan albumin, dan
10% dari jumlah kortisol seluruhnya memiliki efek metabolik.
Berikut beberapa efek metabolik kortisol, yaitu :
(a) Protein : Proses katabolik sehingga meningkatkan glukoneogenesis
(b) Lemak :Proses lipolisis sehingga pelepasan lemak bebas (FFA) meningkat dan
menyebabkan deposisi lemak sentripetal (Buffalo Hump)
(c) Karbohidrat :Penyerapan glukosa di otot dan lemak menurun, sekresi glukosa oleh
hepar meningkat sehingga sel beta pankreas dapat dilemahkan (DM tersembunyi
muncul).
Fungsi kortisol berlawanan dengan insulin yaitu menghambat sekresi insulin dan
meningkatkan proses glukoneogenesis di Hepar. Sekresi kortisol juga dirangsang oleh
beberapa faktor seperti trauma, infeksi, dan berbagai jenis stres. Kortisol akan menghambat
proteksi dan efek dari berbagai mediator dari proses inflamasi dan imunitas seperti
interleukin-6 (IL-6), Lymphokines, Prostaglandins, dan histamine
Produksi kortisol dibutuhkan untuk produksi Angiostensin-II yaitu efek unutk
vasokontriksi dan vasotonus sehingga dapat membantu mempertahankan tonus pembuluh
darah yang adekuat (adequate vascular tone). Tonus pembuluh darah yang adekuat untuk
mengatur tonus arteriol dan memlihara tekanan darah. Glukokortikoid juga meningkatan
sekresi air (renal free water clearance), ekskresi K+, retensi Na+ dan menekan penyerapan
kalsium di tubulus renalis.
Mekanisme sekresi kortisol yaitu ketika kadar kortisol dalam darah menurun maka
target cells yaitu kelenjar adrenal menstimulasi hipofisis untuk mensekresi ACTH, agar
ACTH tersekresi maka perlu menstimulasi hipotalamus untuk sekresi ACRH.
3 | Page

Figure 2, Mekanisme sekresi kortisol

ACRH Adrenocortico Releasing Hormon berperan mengontrol sintesa sekresi hormon


hipofisis.
2.3 Definisi Cushing Syndrome
Cushing sindrome adalah hiperaktivitas atau hiperfungsi kelenjar adrenal sehingga
mengakibatkan hipersekresi hormon glukokortikoid (kortisol). Bentuk gangguan ini relatif
jarang dijumpai.
Sindrom cushing adalah keadaan glukokortikoid yang tinggi dan mencakup
kelebihan glukokortikoid yang disebabkan oleh pemberian terapeutik kortikosteroid.
Sindrom cushing merupakan pola khas obesitas yang disertai dengan hipertensi,
akibat dari kadar kortisol darah yang tinggi secara abnormal karena hiperfungsi korteks
adrenal. Sindromnya dapat tergantung kortikotropin (ACTH) ataupun tidak tergantung
ACTH.
2.4 Etiologi Cushing Syndrome
Sindroma Cushing terjadi akibat adanya hormon kortisol yang sangat tinggi di dalam
tubuh. Kortisol berperan dalam berbagai fungsi tubuh, misalnya dalam pengaturan tekanan
darah, respon tubuh terhadap stress, dan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak dalam
makanan.
4 | Page

Sindroma Cushing dapat diakibatkan oleh penyebab di luar maupun di dalam tubuh.
Penyebab sindroma Cushing dari luar tubuh yaitu sindroma Cushing latrogenik yaitu akibat
konsumsi obat kortikosteroid (seperti prednison) dosis tinggi dalam waktu lama. Obat ini
memiliki efek yang sama seperti kortisol pada tubuh.
Penyebab sindroma Cushing dari dalam tubuh yaitu akibat produksi kortisol di dalam
tubuh yang berlebihan. Hal ini terjadi akibat produksi yang berlebihan pada salah satu atau
kedua kelenjar adrenal, atau produksi hormon ACTH (hormon yang mengatur produksi
kortisol) yang berlebihan dari kelenjar hipofise. Hal ini dapat disebabkan oleh :
1) Hiperplasia adrenal yaitu jumlah sel adrenal yang bertambah. Sekitar 70-80% wanita
lebih sering menderita sindroma Cushing.
2) Tumor kelenjar hipofise, yaitu sebuah tumor jinak dari kelenjar hipofise yang
menghasilkan ACTH dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menstimulasi kelenjar
adrenal untuk membuat kortisol lebih banyak.
3) Tumor ektopik yang menghasilkan hormon ACTH. Tumor ini jarang terjadi, dimana
tumor terbentuk pada organ yang tidak memproduksi ACTH, kemudian tumor
menghasilkan ACTH dalam jumlah berlebihan. Tumor ini bisa jinak atau ganas, dan
biasanya ditemukan pada paru-paru seperti oat cell carcinoma dari paru dan tumor
karsinoid dari paru, pankreas (tumor pankreas), kelenjar tiroid (karsinoma moduler
tiroid), atau thymus (tumor thymus).
4) Gangguan primer kelenjar adrenal, dimana kelenjar adrenal memproduksi kortisol secara
berlebihan diluar stimulus dari ACTH. Biasanya terjadi akibat adanya tumor jinak pada
korteks adrenal (adenoma). Selain itu dapat juga tumor ganas pada kelenjar adrenal
(adrenocortical carcinoma).
5) Sindrom Cushing alkoholik yaitu produksi alkohol berlebih, dimana akohol mampu
menaikkan kadar kortisol.

5 | Page

6) Pada bayi, sindrom cushing paling sering disebabkan oleh tumor adrenokorteks yang
sedang berfungsi, biasanya karsinoma maligna tetapi kadang-kadang adenoma benigna.

2.5 Patofisiologi
Glukokortikoid meningkat karena berbagai faktor baik dari luar maupun dalam
tubuh, seperti yang sudah dijelaskan pada poin etiologi Cushing syndrome. Fungsi
metabolik glukokortikoid atau kortisol yang stabil dipengaruhi oleh jumlah sekresi
glukokortikoid atau kortisol. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan perubahan
berbagai kondisi di dalam tubuh khususnya fungsi metabolik seperti di bawah ini:
1.) Metabolisme protein
Efek katabolik dan antianabolik pada protein yang dimiliki glukokortikoid
menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis
protein. Kortisol menekan pengangkutan asam amino ke sel otot dan mungkin juga ke sel
ekstrahepatika seperti jaringan limfoid menyebabkan konsentrasi asam amino intrasel
menurun sehingga sintesis protein juga menurun. Sintesis protein yang menurun memicu
peningkatan terjadinya proses katabolisme protein yang sudah ada di dalam sel. Proses
katabolisme protein ini dan proses kortisol memobilisasi asam amino dari jaringan
ekstrahepatik akan menyebabkan tubuh kehilangan simpanan protein pada jaringan
perifer seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang atau seluruh sel tubuh kecuali yang
ada di hati. Oleh karena itu secara klinis dapat ditemukan kondisi kulit yang mengalami
atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis
pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot
mengalami atropi dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan
melemahnya jaringan penyokong pembuluh darah menyebabkan mudah timbul luka
memar. Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga
dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis. Kehilangan asam amino terutama di otot
mengakibatkan semakin banyak asam amino tersedia dalam plasma untuk masuk dalam
proses glukoneogenesis di hati sehingga pembentukan glukosa meningkat.
2.) Metabolisme karbohidrat
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat untuk merangsang
glukoneogenesis yaitu pembentukan karbohidrat dari protein dan beberapa zat lain oleh
hati. Seringkali kecepatan glukoneogenesis sebesar 6 sampai 10 kali lipat. Salah satu efek
6 | Page

glukoneogenesis yang meningkat adalah jumlah penyimpanan glikogen dalam sel-sel hati
yang juga meningkat.
Kortisol juga menyebabkan penurunan kecepatan pemakaian glukosa oleh
kebanyakan sel tubuh. Glukokortikoid menekan proses oksidasi nikotinamid-adenindinukleotida (NADH) untuk membentuk NAD+. Karena NADH harus dioksidasi agar
menimbulkan glikolisis, efek ini dapat berperan dalam mengurangi pemakaian glukosa
sel.
Peningkatan kecepatan glukoneogenesis dan kecepatan pemakaian glukosa oleh
sel berkurang dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Glukosa darah yang
meningkat merangsang sekresi insulin. Peningkatan kadar plasma insulin ini menjadi
tidak efektif dalam menjaga glukosa plasma seperti ketika kondisi normal. Tingginya
kadar glukokortikoid menurunkan sensitivitas banyak jaringan, terutama otot rangka dan
jaringan lemak, terhadap efek perangsangan insulin pada ambilan dan pemakaian
glukosa.
Efek metabolik meningkatnya kortisol dapat menganggu kerja insulin pada selsel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang
yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid
akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan toleransi
glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak
mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik
DM.
3.) Metabolisme lemak
gliserofosfat yang berasal dari glukosa dibutuhkan untuk penyimpanan dan
mempertahankan jumlah trigliserida dalam sel lemak. Jika gliserofosfat tidak ada maka
sel lemak akan melepaskan asam lemak. Asam lemak akan dimobilisasi oleh kortisol
sehingga konsentrasi asam lemak bebas di plasma meningkat. Hal ini menyebabkan
peningkatan pemakaian untuk energi dan penumpukan lemak berlebih sehingga obesitas.
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh menimbulkan obesitas
wajah bulan (moon face). Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal
(punguk bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat
atropi otot memberikan penampilan klasik perupa penampilan Cushingoid.
4.) Sistem kekebalan

7 | Page

Ada dua respon utama sistem kekebalan yaitu pembentukan antibodi humoral oleh
sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung pada
reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.
Pemberian dosis besar kortisol akan menyebabakan atrofi yang bermakna pada
jaringan limfoid di seluruh tubuh. Hal ini akan mengurangi sekresi sel-sel T dan antibodi
dari jaringan limfoid. Akibatnya tingkat kekebalan terhadap sebagian besar benda asing
yang memasuki tubuh akan berkurang.
Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibodi humoral dan menghambat
pusat-pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen.
Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini yaitu proses
pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag, Induksi dan proleferasi
limfosit imunokompeten, produksi anti bodi, reaksi peradangan, dan menekan reaksi
hipersensitifitas lambat.
5.) Elektrolit
Glukokortikoid memiliki efek minimal pada kadar elektrolit serum. Glukokortikoid yang
diberikan atau disekresikan secara berlebih akan menyebabkan retensi natrium dan
pembuangan kalium sehingga menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.
6.) Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat
meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini
dapat mempermudah terjadinya tukak.
7.) Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh
ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
8.) Eritropoesis
Kortisol mengurangi jumlah eosinofil dan limfosit di dalam darah. Involusi jaringan
limfosit, menyebabkan rangsangan untuk pelepasan neutrofil dan peningkatan
eritropoiesis.

8 | Page

2.6 Web Of Caution


Faktor di dalam tubuh

Faktor di luar
tubuh
Alkoholi

Farmakologi
Stre
seperti
kortikosteroid
Menekan kemampuan
Melepas CRH
aksis hipotalamus dan
dan ACTH
hipofisis
berlebih

Metabolisme
protein
Efek
Menekan
katabolik
pengangkut
dan
an as.amino
Kemampuan
ke sel
sel
Konsentrasi
tokstrahepa
membentuk
as. Amino
protein me
intrasel me
Sintesis protein di sel
me
Katabolisme protein di
sel me
Kehilangan simpanan
protein
Oto
Tulan
t
g
Atrofi
Osteoporos
is, lemah
Lema
MK.
Intolera
nsi
aktivita

MK.
Risiko
9 | Page
tinggi

Hiperplasia Adrenal
Tumor ektopik
Tumor kel. hipofisis
Gg. Primer kel. Adrenal

Korteks adrenal terus memproduksi Produksi ACTH berlebih


glukokortikoid
Glukokortikoid atau kortisol
meningkat
Metabolisme
Lemak

Sistem
Kekebalan
Menghambat
gliserofosfat
respon
dalam sel me
sistem
Asam lemak di
kekebalan
Menghambat
sel me
Mobilisasi
pembentuka
asam lemak
n antibodi
oleh kortisol
humoral,
Asam lemak
pusat
Penggu
bebas di Penumpuka
germinal
naan
plasma men lemak
MK.
limpa seldan
Sekresi
energi
berlebih
Risiko
seljaringan
T dan
me
tinggi
antibodi
Distribusi
Obesitas
menurun
jaringan adiposa
terakumulasi di
sentral tubuh
Cairan
Moon
Bufallo
interstisi
face
hump
al
tertarik
Cairan
MK. Gg Citra
dalam
tubuh
vaskular
me

Metabolisme
KH
Glukon
Menekan
eogene
proses
sis oleh
oksidasi
hati
nikotinamidme

adenindinukleotida
Glikolisi
(NADH)
s

Pemakaian
Glukosa
glukosa
Sekresi insulin
menurun
Fungsi insulin
tidak adekuat
Hiperglike
mi
Kadar
oksigen
rendah
Mudah
luka dan

Retensi natrium
dan pembuangan
kalium
meningkat
Reten
Pembua
+
si Na
ng-an
kalium
Penu
mpuk
an
cairan
MK.
Kelebihan
Oedem
Volume
a

Hipokal
emia

Luka sulit sembuh


Kuli
Atrofi
Kulit
merega
ng

As. Amino
di plasma
glukoneogen
me
esis
Glukosa me

Cairan
dalam sel
MK. Gg integritas kulit
Memicu
hipotalamu
s untuk
respon
Polydipsia
Skema 1, Alur sebab akibat Cushing Syndrome

Striae

10 | P a g e

2.7 Manifestasi Klinis

Figure 3, Manifestasi Klinis Cushing Syndrome

Tanda dan gejala sindrom cushing bervariasi, akan tetapi kebanyakan orang
dengan gangguan tersebut memiliki obesitas tubuh bagian atas, wajah bulat, peningkatan
lemak di sekitar leher, dan lengan yang relatif ramping dan kaki. Anak-anak cenderung
untuk menjadi gemuk dengan tingkat pertumbuhan menjadi lambat.
Manifestasi klinis yang sering muncul pada penderita cushing syndrome antara
lain :
a. Rambut tipis
b. Moon face
c. Penyembuhan luka buruk
d. Mudah memar karena adanya penipisan kulit
e. Petekie
f. Kuku rusak
g. Kegemukan dibagian perut
h. Kurus pada ekstremitas
i. Striae
j. Osteoporosis
k. Diabetes Melitus
l. Hipertensi
m. Neuropati perifer
Tanda-tanda umum dan gejala lainnya termasuk
(a)
(b)
(c)
(d)

Kelelahan yang sangat parah


Otot-otot yang lemah
Tekanan darah tinggi
Glukosa darah tinggi
11 | P a g e

(e) Rasa haus dan buang air kecil yang berlebihan


(f) Mudah marah, cemas, bahkan depresi
(g) Punuk lemak (fatty hump) antara dua bahu
Data Pendukung
DS :
Merasa seluruh badannya
lemah
DO :
Kemampuan berdiri dari
posisi duduk terbatas
aktivitas dibantu keluarga
dan perawat
tirah baring /imobilisasi
DS :
Klien mengatakan ada
memar dan lukanya sulit
sembuh
DO :
Ada memar dan luka yang
belum sembuh
Kelembapan kulit menurun
Perubahan pigmentasi
Perubahan turgor
DS :
Penolakan terhadap
berbagai perubahan aktual
Perasaan negatif mengenai
bagian tubuh (perasaan
tidak berdaya)
Keputusasaan atau tidak
ada kekuatan
DO :
Ada moon face, buffalo
hump, obesitas
perubahan struktur dan atau
fungsi secara aktual
DS :
Perubahan haluaran urine
DO :
Haluaran urine dan adanya
glukosuria
12 | P a g e

Etiologi
Kadar kortisol dalam darah
meningkat

Masalah

Sintesis protein menurun


Produk protein di otot dan
tulang menurun

Intoleransi Aktivitas

Pembentukan energy
meningkat
Intoleransi aktivitas
Sekresi kortisol meningkat
Kadar kortisol dalam darah
meningkat
Sintesis protein menurun

Kerusakan integritas
kulit

Protein di kulit hilang


Mudah memar dan tipis
Kerusakan integritas kulit
Kadar kortisol dalam darah
meningkat
Mobilisasi asam lemak
Asam lemak dalam plasma
meningkat

Gangguan citra tubuh

Distribusi jaringan adipose


menumpuk di sentral
Moon face, buffalo hump
Gangguan citra tubuh
Kadar kortisol dalam darah
meningkat
Retensi natrium
Penumpukan cairan

Kelebihan volume
cairan

Gangguan keseimbangan
cairan
DS :
Melaporkan nyeri baik
secara verbal maupun
nonverbal
DO :
Posisi untuk mengurangi
nyeri
tingkah laku ekspresif
(gelisah, meringis, dan
mengeluh)
Perubahan dalam nafsu
makan
DS :
Keterbatasan kemampuan
untuk melakukan
ketramppilan motorik halus
DO:
Keterbatasan ROM

Pemakaian obat glukokortikoid


dalam jangka panjang
Kadar kortisol dalam darah
Sekresi asam lambung
meningkat

Nyeri

Ulkus mukosa lambung


Nyeri
Kadar kortisol dalam darah
Produksi protein
Protein di tulang hilang

Resiko tinggi Cedera

Atropi otot
Resiko tinggi cedera

2.8 Pemeriksaan diagnostik dan Penunjang


Pada pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan dengan uji laboratorium dengan
memeriksa hormon metabolik, sel darah dan glukosa.
Pemeriksaan
Laboratorium
a. Hormon Metabolik

b. Sel Darah

Variabel
a) 17-Hidroksikortikoid
(17OHCS)
b) 17-ketosteroid
(17KS)
a)
b)
c)
d)

Eosinofil
Neutrofil
Darah
Urin

Hasil
Naik
Naik

Turun
Naik
Naik
Turun
Positif

c. Glukosa
13 | P a g e

Pemeriksaan Diagnostik lain yang dilakukan adalah


1. Sampel darah, untuk menentukan adanya variasi di urnal yang normal pada kadar
kartisol plasma. Variasi ini biasanya tidak terdapat pada gangguan fungsi adrenal.
2. Test supresi deksametason, untuk menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing
apakah dari hipofisis atau adrenal. Deksametason diberikan pada pukul 11 malam dan
kadar kortisol plasma diukur pada pukul 8 pagi di hari berikutnya.
3. Pengukuran kadar kortisol. Bebas dalam urine 24 jam, untuk memeriksabkadar 17hidroksikortikosteroid serta 17-ketosteroid yang merupakan metabolit kortisol &
androgen dalam urine. Pada sindrom cushing kadar metabolit dan kadar kortisol
plasma akan meningkat.
4. Stimulasi CRF ( Corticotropin Releasing Faktor), untuk membedakan tumor
hipofisis dengan tempat-tempat ektopik produksi ACTH.
5. Pemeriksaan Radioimunoassay ACTH plasma, untuk mengenali penyebab sindrom
cushing
6. Pemindai CT, USG atau MRI Untuk menentukan lokasi jaringan adrenal &
mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang
a. Foto Rontgen tulang
b. Pielografi
Laminografi
c. Arteriografi
d. Scanning

Hasil
a. Osteoporosis terutama pelvis,
Kranium, kosta, vertebra
b. Pembesaran adrenal (Karsinoma)
Lokalisasi tumor adrenal
c. Hiperplasi
d. Tumor
e. Hiperplasi
f. Tumor Hipofisis

e. Ultrasonografi
f. Foto Rontgen Kranium
2.9 Penatalaksanaan Cushing Syndrome
14 | P a g e

Penatalaksanaan Cushing Syndrome bergantung pada apa penyebab hormon


kortisol yang diproduksi secara berlebihan. Penatalaksanaan dapat dilakukan secara
pembedahan, radiasi, kemoterapi atau penggunaan obat untuk menghambat kortisol. Jika
penyebabnya adalah penggunaan jangka panjang hormon glukokortikoid yang
digunakan untuk mengobati gangguan lain, dokter secara bertahap akan mengurangi
dosis hingga mencapai dosis terendah namun tetap cukup untuk mengendalikan
gangguan itu. Setelah kontrol berhasil dilakukan, dosis harian hormon glukokortikoid
dapat ditingkatkan dua kali lipat dan diberikan pada hari lain untuk mengurangi efek
samping .
a. Hipofisis Adenoma
Pengobatan yang tersedia untuk penyakit Adenoma Hipofisis . Cara yang paling
banyak digunakan adalah operasi pengangkatan tumor , yang dikenal sebagai
transsphenoidal adenomectomy. Cara ini menggunakan mikroskop khusus dan
instrumen yang sangat halus, ahli bedah akan mendekati kelenjar pituitari melalui
lubang hidung atau pembukaan yang dibuat di bawah bibir atas. Tingkat keberhasilan
atau penyembuhan dari prosedur ini lebih dari 80 persen bila dilakukan oleh seorang
ahli bedah yang berpengalaman. Setelah operasi hipofisis, tingkat produksi ACTH
dua tetes di bawah normal. Hal ini merupakan penurunan yang alami, namun untuk
sementara klienakan diberi bentuk sintetis dari kortisol ( seperti hydrocortisone atau
prednisone).
Pada klien yang mengalami gagal operasi transsphenoidal , dapat dilakukan
metode radioterapi. Radiasi ke kelenjar pituitari diberikan selama 6. Hal ini
memerlukan waktu beberapa bulan atau tahun sebelum klien merasa lebih baik.
Namun demikian, kombinasi dari radiasi dan obat Mitotane (Lysodren) dapat
membantu mempercepat pemulihan . Mitotane dapat menekan produksi kortisol dan
menurunkan kadar hormon plasma dan urin. Tingkat keberhasilan dengan
menggunakan pengobatan Mitotane mencapai 30 sampai 40 persen. Obat lain yang
digunakan tanpa atau dengan kombinasi untuk mengontrol produksi kelebihan
kortisol diantaranya aminoglutethimide , metyrapone , trilostane dan ketoconazole.
b. Ektopik ACTH Syndrome
Kelebihan produksi kortisol yang disebabkan oleh sindrom ACTH ektopik
dapat disembuhkan dengan menghilangkan semua jaringan kanker yang mensekresi
ACTH. Pilihan pengobatan kanker - operasi, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi,
15 | P a g e

atau kombinasi dari perawatan ini tergantung pada jenis kanker dan seberapa jauh
tumor tersebut telah menyebar. Karena ACTH, tumor mensekresi ( misalnya, kanker
paru-paru sel kecil) mungkin sangat kecil dan bahkan telah menyebar luas pada saat
diagnosis, obat penghambat, seperti Mitotane, merupakan bagian penting dari
pengobatan. Pada beberapa kasus, jika operasi hipofisis tidak berhasil, operasi
pengangkatan kelenjar adrenal (Adrenalektomi bilateral ) dapat menggantikan cara
pengobatan.
c. Tumor Adrenal
Pembedahan adalah pengobatan utama untuk tumor kanker dari kelenjar
adrenal. Pada penyakit Primary Pigmented Micronodular Adrenal operasi
pengangkatan kelenjar adrenal mungkin diperlukan.
d. Obat antidiabetik oral
Karena pasien pada pemicu harus menjalani tempering off terhadap obat yang
dikonsumsinya selama ini; dan obat tersebut dicurigai mengandung kortikosteroid;
maka obat-obatan antidiabetik oral yang aman dikonsumsi pasien ini adalah :
Biguanid
Sebenarnya dikenal 3 jenis ado dari golongan biguanid: fenformin,
buformin, dan metformin, tetapi fenformin telah ditarik dari peredaran
karena sering menyebabkan asidosis laktat.
-

Mekanisme kerja
Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan
sensitivitas jaringan otot dan adiposa terhadap insulin. Efek ini terjadi
karena adanya aktivitas kinase di sel (amp-activated protein kinase).
meski masih kontroversial, adanya penurunan fungsi glukosa dihepar,
banyak data yang menunjukkan bahwa efeknya terjadi akibat penurunan
glukoneogenesis. preparat ini tidak memiliki efek yang berarti pada
sekresi glukagon, kortisol, hormon pertumbuhan, dan somatostatin.
Biguanid tidak merangsang atau menghambat perubahan glukosa menjadi
lemak. pada pasien diabetes yang gemuk, biguanid dapat menurunkan
berat badan dengan mekanisme yang belum jelas pula; pada orang
nondiabetik yang gemuk tidak timbul penurunan berat badan dan kadar
glukosa darah.
Metformin oral akan mengalami absorpsi di intestin, dalam darah
tidak terikat protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan
utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam, dosis awal 2 x 500 mg, umumnya

16 | P a g e

dosis pemeliharaan (maintenance dose) 3 x 500 mg, dosis maksimal 2,5 g.


obat diminum pada waktu makan.
Penghambat enzim -glikosidase
Obat golongan ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida (starch),
dekstrin, dan disakarida di intestin. dengan menghambat kerja enzim glikosidase di brush border intestin, dapat mencegah peningkatan glukosa
plasma pada orang normal dan pasien diabetes karena kerjanya tidak
mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan menimbulkan efek samping
hipoglikemia. akarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada dm usia
lanjut atau dm yang glukosa postprandialnya sangat tinggi. di klinik sering
digunakan bersama antidiabetik oral lain dan/atau insulin
e. Obat antiobesitas
Sibutramin
Suatu obat antiobesitas yang kerjanya menghambat ambilan serotonin
dan noradrenalin, dan secara lebih lemah juga dopamin. hal tersebut
memberikan efek penurunan berat badan dengan mengurangi asupan energi
melalui efek memberikan rasa cepat kenyang dan mempertahankan
pengeluaran energi setelah berat badan turun, serta mempertahankan berat
badan yang sudah turun. Demikian pula dengan efek metabolik, sebagai
efek dari penurunan berat badan, pemberian sibutramin setelah 24 minggu
yang disertai dengan diet dan aktivitas fisik dapat memperbaiki kadar
trigliserida dan kolesterol HDL.
f. Obat untuk mikroalbuminuria
Valsartan
Merupakan suatu penghambat reseptor angiotensin, dapat mengurangi
mikroalbuminuria yang diketahui sebagai faktor risiko independen
kardiovaskular. Dosis 80-320 mg/hari, dengan frekuensi pemberian satu
kali. obat ini tersedia dalam bentuk tablet 40 dan 80 mg.
Komunikasi, informasi dan edukasi pasien
Terangkan secara sederhana mengenai penyakit yang dideritanya
Nasehati pasien untuk tidak makan obat sembarangan/tidak sesuai indikasi
Minta pasien untuk menjaga kesehatannya secara umum, makan dengan baik
dan melakukan olahraga yang rutin. Namun karena disebabkan tulang17 | P a g e

tulangnya yang rapuh, jangan sampai pasien melakukan olahraga high impact
yang menyebabkan dia jatuh, karena bisa memperbesar kemungkinan patah
tulang.
Menginformasikan pada pasien bahwa apabila dalam hasil periksa tulang
massa tulang berkurang, bisa diberi tambahan vitamin D dan suplementasi
kalsium.
Jika pasien merokok, edukasi dia untuk berhenti, karena merokok bisa
menyebabkan pseudo-cushing syndrome, begitu juga dengan alcohol.
Jaga diet karbohidrat agar glukosa darah terkontrol, jangan lupa mengecek
gula darah secara berkala selama tappering off.
Jaga diet lemak agar kadar kolesterol total bisa menurun
2.10

Prognosis
Sindrom Cushing yang tidak diobati akan fatal dalam beberapa tahun oleh karena

gangguan kardiovaskuler dan sepsis. Setelah pengobatan radikal kelihatan membaik,


bergantung kepada apakah gangguan kerusakan kardiovaskuler irreversibel.
Pengobatan sustitusi permanen memberikan risiko pada waktu klienmengalami
stres dan dipelrukan perawatan khusus. Karsinoma adrenal atau yang lainnya cepat
menjadi fatal oleh karena kakeksia dan atau metastasis.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi Cushing Disease
Cushings Disease atau Itsenko-Cushing Disease adalah penyebab terjadinya
Cushing syndrome yang dicirikan dengan peningkatan sekresi ACTH. Hampir semuanya
disebabkan oleh adenoma hipofisis, di luar dari karena akibat penggunaan kortikosteroid
yang berlebihan atau Cushing syndrome ektopik.
B. Tanda dan Gejala
Gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan Cushing Syndrome, walaupun jarang
beberapa pasien memiliki makroadenoma. Tumor ini biasa menyebabkan tekanan
18 | P a g e

sehingga mengakibatkan terjadinya glukoma. Pada anak, dua gejala utama nya adalah
obesitas dan penurunan pertumbuhan.
C. Diagnosis
Diagnosis pertama adalah dengan melihat gejala seperti Cushing Syndrome. Setelah
itu dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan Cushing
Syndrome. Satu tes saja tidak cukup, diperlukan beberapa tes untuk menentukan
diagnosis yang tepat.
Setelah didiagnosa menderita Cushing Syndrome, hal selanjutnya yang harus
dilakukan adalah mengukur konsentrasi kortikotropin, bila konsisten di bawah 1,1
pmol/L maka tidak mengarah pada Cushing Disease. Langkah selanjutnya adalah
pencitraan CT. Jika kortikotropin plasma lebih dari 3,3 pmol/L berarti terjadi Cushing
Syndrome yang bergantung pada kortikotropin. Selanjutnya dilakukan tes CRH untuk
mengkonfirmasi hal di atas. Jika memang benar, langkah selanjutnya adalah untuk
membedakan antara Cushings Disease dengan Ectopic Corticotropin Syndrome. Hal ini
dapat kita ketahui setelah melakukan tes CRH, DST (Dexamethasone suppression test),
BIPSS dan MRI.
Pada DST, jika dicurigai Cushing Disease maka level kortisol plasma akan berada di
atas 50 nmol/L. Tes ini didasarkan pada sensitivitas glukokortikoid dari adenoma
hipofisis dibandingkan dengan yang tumor non-hipofisis.
Pada tes pemberian CRH, pada pasien dengan Cushing Disease akan mengalami
peningkatan kadar ACTH dan kortisol plasma. Jika ektopik, maka tidak akan ada
perubahan.
Selanjutnya pencitraan CT atau MRI akan memperlihatkan ada atau tidaknya tumor
yang mensekresi ACTH. Namun, pada 40% pasien Cushing Disease, tumor ini tidak
terdeteksi.
D. Penatalaksanaan
Tatalaksana pertama tentunya adalah pengangkatan tumor yang mensekresi ACTH,
biasanya menggunakan teknik TSS (Trans Sphenoidal Surgery). Pasien yang tumornya
sudah diketahui sebelum operasi memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Pilihan
kedua adalah terapi radiasi bila setelah operasi tetap terjadi hiperkortisolemia.

19 | P a g e

Adrenalektomi bilateral juga merupakan pilihan tatalaksana, hal ini sangat cepat
mengatasi keadaan hiperkortisolisme. Tetapi pasien harus mengikuti terapi
glukokortikoid dan mineralokortikoid seumur hidup.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Cushing Disease adalah penyebab terjadinya Cushing syndrome yang dicirikan
dengan peningkatan sekresi ACTH. Hampir semuanya disebabkan oleh adenoma
hipofisis, di luar dari karena akibat penggunaan kortikosteroid yang berlebihan atau
Cushing syndrome ektopik. Hormon kortisol yang meningkat memberikan dampak pada
beberapa fungsi tubuh seperti penumpukan lemak pada daerah sentral yang disebut moon
face, tubuh semakin gemuk baik akibat kelebihan volume cairan maupun penumpukan

20 | P a g e

lemak, dan lain sebagainya. Tatalaksana bagi Cushing Disease adalah pengangkatan dari
tumor itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 vol. 3. Jakarta :
EGC
Guyton, Arthur C. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 11. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. Halaman 999-1003
J. Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi edisi 3. Jakarta : EGC
Pierce A. Grace and Neil R. Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta : EMS
Sylvia A. Price; Patofisiologi, halaman 1090-1091
21 | P a g e

Tjokroprawiro, Askandar.2000. Garis besar kuliah ADRENAL: PATOGENESIS,


DIAGNOSIS, DAN TERAPI. Surabaya: Lab.-SMF Penyakit Dalam FK.UNAIRRSUD Dr. Soetomo. Halaman 2
Wilkinson, Judith M. Ahern, Nancy R. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan: diagnosis
NANDA, INTERVENSI NIC, KRITERIA HASIL NOC. Ed.9. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Kirk, Lawrence., Jr, Robert B. Hash: Harold P. Kartner; Tom Jones. (2000). Cushings
Disease: Clinical Manifestations and Diagnostic Evaluation. American Family
Physician 62: 1119 tersedia di www.aafp.org/afp/2000/0901/p1119 diakses pada
tanggal 07 Maret 2016
Ding, Dale; Robert M. Starke; Jason P. Sheehan. (2013). Treatment paradigms for pituitary
adenomas: defining the roles of radiosurgery and radiation therapy. J Neurooncol
117: 445-457 tersedia di http://link.springer.com/10.1007/s11060-013-1262-8 diakses
pada tanggal 07 Maret 2016

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai