Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata merupakan jendela dunia, organ yang sangat berperan penting dalam
kehidupan manusia. Dengan mata, manusia dapat melihat berbagai macam hal, mulai
dari pemandangan yang indah, laut, jalan, orang lain dan lain-lain. Berbagai macam
informasi masuk melalui mata secara visual.
Organ mata terdiri dari berbagai macam bagian seperti sklera, kornea, iris,
pupil, lensa dan juga retina. Bukan hanya bagian interna nya saja, kelopak mata, alis
dan bulu mata juga memiliki peran masing-masing baik itu untuk melindungi mata
agar ia senantiasa berfungsi sebagaimana mestinya.
Oleh karena banyaknya bagian-bagian yang terdapat pada mata, walaupun ia
telah mendapat perlindungan. Ia tetap dapat mengalami berbagai macam gangguan
yang otomatis akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Debu ataupun benda-benda lain
yang gagal disaring ataupun karena kebiasaan yang buruk dapat menyebabkan
gangguan pada mata.
Mata merah ataupun disertai dengan nyeri merupakan kejadian yang sering
menjadi gangguan pada mata. Baik dengan mata tanpa penurunan visus ataupun tidak.
Beberapa gangguan mata merah yang disertai nyeri akan dibahas dalam makalah ini.

BAB II
1

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI MATA
1. Orbita
a. Dinding orbita
Atap orbita terutama terdiri atas pars orbitalis ossis frontalis. Kelenjar
lakrimal terletak di dalam fossa glandulae lakrimalis di bagian anterior lateral
atap. Ala minor ossi sphenoidalis mengandung kanalis optikus melengkapo
bagian atap di posterior.
Dinding lateral dipisahkan dari bagian atap oleh fissure orbitalis
superior, yang memisahkan ala minor dari ala mayor ossis sphenoidalis.
Bagian anterior dinding lateral dibentuk oleh facies orbitallis ossis zygomatici
(malar).
Dasar orbita dipisahkan dari dinding lateral oleh fissure orbitalis
superior. Pars orbitalis maxillae membentuk daerah sentral yang lebih luas
bagian dasar orbita dan merupakan tempat tersering terjadinya fraktur
blowout. Processus frontalis maxillae di medial dan os zygomaticum di lateral
melengkapi tepi inferior orbita. Processus orbitalis ossis palatine membentuk
daerah segitiga kecil pada dasar posterior.
Batas-batas dinding medial rongga orbita tidak terlalu jelas. Os
ethmoidale tipis seperti kertas, tetapimenebal kea rah anterior saat bertemu
dengan os lacrimale. Corpus ossis sphenoidalis membentuk bagian paling
posterior dinding medial, dan processus angularis ossis frontalis membentuk
bagian atas crista lacrimalis posterior. Bagian bawah crista lacrimalis posterior
dibentuk ole hos lacrimale.

Gambar 1: orbita dengan struktur tulang yang menyusunnya

b. Apeks orbita
Apeks orbita adalah tempat masuknya semua saraf dan pembuluh ke
mata dan tempat asal semua otot ekstraokular, kecuali obliquus inferior.
Fissure orbitalis superior terletak diantara corpus serta ala mayor dan minor
ossis spheniodalis. Vena ophtalmica superior dan nervus lacrimalis, frontalis,
dan trochlearis berjalan melalui bagian lateral fissure yang terletak di luar
annulus Zinn. Ramus superior dan inferior nervus oculomotorius serta nervus
abducens dan nasolaciliaris berjalana melalui bagian medial fissure di dalam
annulus Zinn. Nervus opticus dan arteri ophtalmica berjalan melalui kanalis
optikus, yang juka terletak di dalam annulus Zinn. Vena ophtalmica inferior
dapat melalui bagian yang bersebelahan dengan corpus ossis sphenoidalis
yang terletak di sebelah inferomedial annulus Zinn. Vena ophtalmica inferior
sering bergabung dengan vena ophtalmica superior sebelum keluar dari orbita.
c. Pendarahan

Gambar 2: perdarahan mata

Pemasok arteri utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteria


ophtalmica, yaitu cabang besar pertam arteri carotis interna bagiaian
intrakrnial. Cabang ini berjalan di bawah nervus opticus dan bersamanya
melewati canalis opticus menuju ke orbita. Cabang intraorbital pertama adalah
arteri centralis retinae, yang memasuki nervus opticus sekitar 8-15 mm di
belakang bola mata. Cabang-cabang lain arteri ophtalmica adalah arteri
lacrimalis yang mendarahi glandula lacrimalis dan kelopak mata atas; cabangcabang muskularis ke berbagai otot orbita; a. ciliaris posterior longus dan
brevis; a. supraorbitalis serta supratrochlearis. A. ciliares posteriors breves
mendarahi koroid dan bagian-bagian nervus opticus. Kedua a. ciliaris posterior
longa mendarahi corpus ciliare, beranastomosis satu dengan yang lain, dan
bersama a. ciliaris anterior membentuk circulus arterious major iris. A. ciliaris
anterior berasal dari cabang-cabang muskularis dan menuju ke musculi recti.
Arteri ini memasok darah ke sklera, episklera, limbus, dan konjungtiva, serta
ikut membentuk crculus arterialis mayor iris. Cabang-cabang a. ophtalmica
yang paling anterior ikut membentuk aliran-aliran arteri yang berkelok-kelok

di kelopak mata, yang membuat anastomosis dengan sirkularis karotis eksterna


melalui a. fasialis.
Drainase vena-vena di orbita terutama melalui v. ophtalmica superior
dan inferior, yang juga menampung darah dari v. vorticosae, v ciliaris anterior,
dan v centralis retinae. V. ophtalmica berhubungan dengan sinus cavernosus
melalui fissure orbitalis superior dan dengan pleksus venosus pterigoideus
melalui fissure orbitalis inferior.
2. Bola mata

Gambar 3: bolamata tampak anterior

a. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membrane mukosa yang transparan dan tipi yang
membngkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan
dengan kulit pada tepi palpebral (suatu sambungan mukokutan) dan dengan
epitel kornea di limbus.
b. Kapsul tenon
Kapsul tenon adalah suatu membrane fibrosa yang membungkus bola
mata dari limbus sampai nervus opticus.
c. Sklera dan episklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, yang
hamper seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih
serta berbatasan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus
5

opticus di posterior. Permukaan luar sklera dibungkus oleh sebuah lapisan tipis
jaringan elastic halus, episklera, yang mengandung banyak pembuluh darah
yang mendarahi sklera.
d. Kornea

Gambar 4: kornea dan lapisannya

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya


sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke dalam
sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus
scleralis. Dari anterior k eposterior kornea mempunyai lima lapisan yang
berbeda-beda: lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma (paling tebal),
membrane Descemet, dan lapisan endotel. Sumber nutrisi untuk kornea adalah
pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan airmata.
e. Traktus uvealis

Gambar 5: bola mata potongan horisontal

Traktus uvealis terdiri atas iris, corpus ciliare, dan koroid.


- Iris: perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris berupa permukaan pipih
dengan aperture bulat yang terletak ditengah, pupil. Iris terletak
bersambungan dengan permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata
depan dengan bilik mata belakang, yang masing-masing berisi aqueous
humor. Di dalam stroma iris terdapatsfingter dan otot-otot dilator. Iris
mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran
pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi
akibat aktivitas parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus kranialis III
-

dan dilataasi yang ditimbulkan oleh aktovotas simpatis.


Corpus ciliare: membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke
pangkal iris. Terdiri atas zona anterior berombak, pars plicata, dan zona
posterior yang datar, pars plana. Processus ciliaris berasal dari pars plicata.
Processus ciliaris ini terutama terbentuk dari kapiler dan vena yang
bermuara ke vena verticosa, kapiler-kapilernya besar dan berlubanglubang sehingga membocorkan fluorescein yang disuntikkan secara
intravena.

Muskulus

siliaris,

tersusun

dari

gabungan

serat-serat

longitudinal, sirkular, dan radial. Fungsi serat-serat sirkular adalah untuk


mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula, yang berorigo di lembahlembah di antara processus ciliaris. Otot ini mengubah tegangan pada
7

kapsul lensa sehingga lensa mempunyai berbagai focus bauk untuk objek
-

jarak jauh maupun dekat.


Koroid: segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Koroid tersusun
atas tiga lapis pembuluh darah koroid; besar, sedang, dan kecil. Semakin
dalam pembuluh terletak di dalam koroid semakin lebar lumennya. Bagian
dalam pembuluh koroid dikenal sebagai koriokapilaris. Darah dari
pembuluh koroid dialirkan melalui empat vena verticosa. Koroid di
sebelah dalam dibatasi oleh membrane Bruch dan disebelah luar oleh
sklera. Koroid melekat erat ke posterior pada tepi-tepi nervus opticus. Di
sebelah anterior, koroid bergabung dengan corpus ciliare.

Gambar 6: iris dan pupil

f. Lensa

Gambar 7: lensa mata

Lensa adalah struktus bikonveks, avascular, tak berwarna, dan hamper


transparan sempurna. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris; zonula
menghubungkannya dengan corpus ciliare. Disebelah anterior lensa terdapat
aqueous humor; disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu
membrane semipermeable yang akan memperbolehkan air dan elektrolit
masuk. 65% lensa terdiri dari air, sekitar 35%-nya protein. Selain itu terdapat
sedikit sekali mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di
lensa.
g. Aqueous humor
Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki bilik
mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan,
kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan.
h. Sudut bilik mata depan
Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea perifer
dan pangkal iris.
i. Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola
mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliare dan
berakhir pada ora serata dengan tepi yang tidak rata. Lapisan-lapisan retina
mulai dari sisi dalamnya adalah sebagai berikut: 1) membrane limitans interna,
2) lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang
berjalan menuju nervus opticus, 3) lapisan sel ganglion, 4) lapisan pleksiform
9

dalam, yang mengandung sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel
bipolar, 5) lapisan inti dalam bdan-badan sel bipolar, amakrin dan horizontal,
6) lapisan pleksiform luar, yang mengandung sambungan sel bipolar dan sel
horizontal dengan fotoreseptor, 7) lapisan inti luar sel fotoreseptor, 8)
membranlimitans eksterna, 9) lapisan fotoreseptor segmen dalam dam luar
batang dan kerucut, dan 10) apitel pigmen retina.
j. Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avascular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruang yang
dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus. Permukaan luar hyaloid
normalnya berkontak dengan struktur-syruktus berikut: kapsul lensa posterior,
serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici.
Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisanya 1% meliputi dua komponen,
kolagen da nasal hialuronat, yang memebri bentuk dan konsistensi mirip gel
pada vitreus karena kemampuannya mengikat banyak air.
k. Otot-otot ekstraokuler

Gambar 8: otot-otot ekstraokular

Enam otot ektraokular mengendalikan gerak mata: empat muskulus rectus dan
dua muskulus obliquus
- Otot-otot rektus: keempat otot rektus mempunyai origo pada annulus Zinn
yang megelilingi nervus opticus di apeks posterior orbita. Mereka
ditanamkan sesuai insersio ke dalam sklera pada permukaan medial,
lateral, inferior dan superior mata. Fungsi utama otot-otot itu secara
berturut-turut adalah untuk aduksi, abduksi, mendepresi dan mengelevasi
-

bola mata.
Otot-otot obliquus: kedua otot obliquus terutama mengendalikan gerak
torsional dan sedikit mengatur gerak bola mata ke atas dan ke bawah .
10

obliquus superior adalah otot mata terpanjang dan tertipis. Origonya


terletak di atas dan medial foramen opticum dan menutupi sebagian origo
musculus levator palpebral superior. Muskulus obliquus inferior berorigo
pada sisi nasal dinding orbita tepat di belakang tepian inferior orbita dan
sebelah lateral ductus nasolakrimalis.
3. Adneksa mata

Gambar 9: mata, sisi kanan, dengan kelopak mata terbuka

a. Alis mata
Alis mata adalah lipatan penebalam kulit yang ditutupi rambut. Lipatan
kulit tersebut ditunjang oleh serat-serat otot dibawahnya.
b. Kelopak mata
Palpebral (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi
lipatan kulit yang dapat menutup dan memodifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu
menyebarkan lepisan tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva
dari dehidrasi. Palpebral superior berakhir pada alis mata; palpebral inferior
menyatu dengan pipi. Kelopak mata terdiri ats lima bidang jaringan yang
utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapisan kulit, otot rangka (orbicularis
oculi),

jaringan

areolar,

jaringan

fibrosa

(lempeng

tarsus),

dan

lapisanmembran mukosa (konjungtiva palpebralis).


c. Apparatus lakrimalis
Kompleks lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal, kelenjar lakrimal
aksesorius, kanalikuli, saccus lacrimal, dan ductus nasolacrimalis.2

11

Gambar 10: apparatus lakrimal

B. FISIOLOGI MATA
Mata membiaskan cahaya yang masuk untuk memfokuskannya ke retina
Cahaya adalah sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri atas paket
paket individual seperti partikel yang disebut foton yang berjalan menurut caracara
gelombang. Jarak antara dua puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang.
Fotoreseptor di mata peka hanya pada panjang gelombang antara 400 dan 700
nanometer. Cahaya tampak ini hanya merupakan sebagian kecil dari spektrum
elektromagnetik total. Cahaya dari berbagai panjang gelombang pada pita tampak
dipersepsikan sebagai sensasi warna yang berbedabeda. Panjang gelombang yang
pendek dipersepsikan sebagai ungu dan biru, panjang gelomang yang panjang
diinterpretasikan sebagai jingga dan merah.
Pembelokan sebuah berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika suatu berkas cahaya
berpindah dari satu medium dengan tingkat kepadatan tertentu ke medium denagn
tingkat kepadatan yang berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada
melalui medium transparan lainnya seperti kaca atau air. Ketika suatu berkas cahaya
masuk ke sebuah medium yang lebih tinggi densitasnya, cahaya tersebut melambat

12

(begitu pula sebaliknya). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya ketika melalui
permukaan medium baru pada setiap sudut kecuali sudut tegak lurus.
Dua faktor berperan dalam derajat refraksi : densitas komparatif antara dua
media dan sudut jatuhnya benda ke madium kedua. Pada permukaan yang
melengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat
pembiasan dan semakin kuat lensa. Suatu lensa dengan permukaan konveks
(cembung) menyebabkan konvergensi atau penyatuan, berkasberkas cahaya, yaitu
persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus. Dengan demikian,
permukaan refraktif mata besifat konveks. Lensa dengan permukaan konkaf (cekung)
menyebabkan divergensi (penyebaran) berkasberkas cahaya, suatu lensa konkaf
berguna

untuk

memperbaiki

kesalahan

refrektif

mata

tertentu,

misalnya

berpenglihatan dekat.
Akomodasi meningkatkan kekuatan lensa untuk penglihatan dekat.
Kemampuan menyesuaikan lensa sehingga baik sumbar cahaya dekat maupun
jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.
Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid
di sebelah anterior. Korpus siliaris memiliki dua komponen utama yaitu otot siliaris
dan jaringan kapiler (yang menghasilkan aqueous humor). Otot siliaris adalah otot
polos melingkar yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik
lensa sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika
berkontraksi, garis tengah otot ini berkurang dan tegangan di ligamentum
suspensorium mengendur. Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan dari ligamentum
suspensorium, lensa mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat) karena elastisitas
inherennya. Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin bulat), semakin besar
kekuatannya, sehingga berkas cahaya lebih dibelokkan.
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan
jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih

13

cembung dan lebih dekat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem
syaraf otonom. Seratserat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk
penglihatan jauh, sementara sistem syaraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot
untuk penglihatan dekat.
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari seratserat transparan.
Kadangkadang serat ini menjadi keruh (opaque), sehingga berkas cahaya tidak dapat
menembusnya, suatu keadaan yang dikenal dengan katarak. Lensa detektif ini
biasanya dapat dikeluarkan dengan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan
memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi.
Seumur hidup hanya selsel ditepi luar lensa yang diganti. Selsel di bagian
tengah lensa mengalami kesulitan ganda. Selsel tersebut tidak hanya merupakan sel
tertua, tetapi juga terletak paling jauh dari aquoeus humor, sumber nutrisi bagi lensa.
Seiring dengan pertambahan usia, selsel di bagian tengah yang tidak dapat diganti ini
mati dan kaku. Dengan berkurangnya kelenturan, lensa tidak lagi mampu mengambil
bentuk sferis yang diperlukan untuk akomodasi saat melihat dekat. Penurunan
kemampuan akomodasi yang berkaitan dengan usia ini, presbiopia, yang mengenai
sebagian besar orang pada usia pertengahan (45 sampai 50 tahun), sehingga mereka
memerlukan lensa korektif untuk penglihatan dekat.
Tidak semua serat di jalur penglihatan berakhir di korteks penglihatan.
Sebagian diproyeksikan ke daerahdaerah otak lain untuk tujuantujuan selain
persepsi penglihatan langsung, seperti :
-

Mengontrol ukuran pupil


Sinkronisasi jam biologis ke variasi siklis dalam intensitas cahaya (siklus

tidurbangun disesuaikan dengan siklus siangmalam).


Kontribusi terhadap kewaspadaan dan perhatian korteks.
Kontrol gerakangerakan mata.
Mengenai yang terakhir, kedua mata dilengkapi oleh enam otot mata eksternal

yang menempatkan dan menggerakkan mata, sehingga mata dapat menentukan


gerakan, lokasi, melihat, dan mengikuti benda. Gerakan mata adalah salah satu
gerakan tubuh tercepat dan terkontrol secara tajam.

14

Mekanisme protektif membantu mencegah cedera mata.


Beberapa mekanisme membantu melindungi mata dari cedera. Kecuali bagian
anteriornya, bola mata dilindungi oleh kantung tulang tempat mata berada. Kelopak
mata berfungsi sebagai shutter (daun penutup) untuk melindungi bagian anterior mata
dari gangguan luar. Kelopak mata menutup secara refleks untuk melindungi mata
pada saatsaat yang mengancam, misalnya bendabenda yang datang cepat, cahaya
yang sangat menyilaukan, dan keadaankeadaan sewaktu kornea atau bulu mata
tersentuh. Kedipan kelopak mata secara spontan berulangulang membantu
menyebarkan air mata yang melumasi, membersihkan dan bersifat bakterisidal. Air
mata diproduksi secara terusmenerus oleh kelenjar lakrimalis di sudut lateral atas
dibawah kelopak mata. Cairan pembersih mata ini mengalir melalui permukaan
kornea dan bermuara ke saluran alus di sudut kedua mata dan akhirnya dikosongkan
ke belakang saluran hidung. Sistem drainase ini tidak dapat menangani produksi air
mata yang berlebihan sewaktu menangis, sehingga air mata membanjir dari mata.
Mata juga dilengkapi dengan bulu mata protektif yang menangkap bendabenda halus
di udara seperti debu sebelum masuk ke mata.

BAB III
PEMBAHASAN
15

A. Skenario

LBM IV
Mata Merah

Seorang wanita berusia 33 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan


mata merah dan nyeri sejak 1 hari yang lalu. Anda sebagai seorang dokter umum
harus memeriksanya dengan lengkap dan benar agar mendapatkan diagnosa definitif
untuk memberikan pengobatan yang sesuai.

B. Terminologi
-

Tidak ditemukan terminologi

C. Permasalahan
1. Kelainan apa saja yang dapat menyebabkan mata merah dan adanya nyeri?
2. Dari kelainan-kelainan tersebut, penyakit mana saja yang memiliki kemungkinan
paling besar?
3. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk memastikan penyakit tersebut?
4. Setelah diperiksa, penatalaksanaan apa yang dapat dilakukan?

D. Pembahasan
1. Mata merah
Mata terlihat merah akibatnya melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang
terjadi pada peradangan mata akut, misalnya: konjungtivitis, keratitis, atau
iridosiklitis. Pada keratitis , pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar, sedang
pembuluh darah arteri perokornea yang letak lebih dalam akan melebar pada iritis
dan glaucoma akutkongestif. Pada konjungtivitis di mana akan terjadi
vasokonstriksi sehingga mata akan kembali putih.

Mata Merah
16

Tanpa
Penurunan
visus

Sekret
(+)

1. Konjungtivit
is
2. Trakoma

Sekret
(-)

Penurunan visus

1. Keratitis dan Ulkus


Kornea
2. Uveitis
3. Glaukoma Akut

1. Pterigium
2. Pseudopterigium
3. Pinguekula dan Pinguekula
Iritan
4. Hematoma Subkongungtiva
5. Episklerosis

Diagram 1. Pembagian jenis-jenis mata merah


2. Apabila terjadi kerusakan pada jaringan, zat-zat inflamasi akan dikeluarkan. Di
samping itu juga ada baradikidin. Zat-zat ini merangasang nosiseptor teraktivasi.
Nosiseptor ini mengirim sinyal ke saraf aferen melalui serabut saraf alfa dan c.
Serabut saraf alfa untuk rasa nyeri yang cepat, sementara sebut saraf c untuk
rangsangan nyeri tipe lambat. Rangsangan ini diperantarai oleh substantia P.
Adkanya zat ini, membuat rangsangan sampai ke korda spinalin. Dari sini akan
dilanjutkan ke thalamus kemudian ke bagian somatosensorik untuk dipresepsikan
sebagai rasa nyeri
Penyakit-penyakit yang paking sering menyebabkan keluhan utama mata
merah disertai nyeri :
1) Uveitis Akut
2) Keratitis
3) Glaukoma akut
A. Glaukoma Akut
Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi
kesan seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh
orang lain atau dipapah. Penderita sendiri memegang kepalanya karena sakit,
kadang-kadang pakai selimut. Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering
dikiranya seorang penderita dengan suatu penyakit sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian
hari penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri
17

dirasakan di dalam dan di sekitar mata. Penglihantannya kabur sekali dan


dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu.
Pada pemeriksaan, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi
yang sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik
mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan
dari samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis
yang hampir total.
Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai
hitung jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang
teliti sudah cukup.
Diagnosis baru dapat ditegakkan kalau tekanan bola mata diukur, lalu
didapatkan tinggi sekali. Mereka yang tidak biasa untuk mentransfer harus
dipakai cara digital.
Diagnosis banding :
a. Iritis akut
- Nyeri mata pada iritis tidak sehebat glaukoma akut
- Fotofobia lebih hebat daripada glaukoma akut
- Kornea masih mengkilat
- Pupil kecil
- Bilik mata depan tidak terlalu dangkal atau normal
- Tekanan bola mata biasa atau rendah
b. Konjungtivitis akut
- Tak ada nyeri atau mungkin hanya sedikit
- Tak ada perubahan tajam penglihatan
- Ada sekret mata
- Hiperemi konjungitva berat; tidak ada hiperemi perikorneal.
Diagnosis banding penting sekali karena berhubungan dengan
pengobatan. Glaukoma diobatai dengan miotikum, pada iritis harus diberi
midriatik. Bila salah diberikan, akan berabahaya.

Penyulit Glaukoma Akut


Sinekia anterior perifer
Apabila glaukoma

akut

tidak

cepat

diobati,

terjadilah

perlengketan antara iris bagian tepi dan jaringan trabekulum. Akibatnya


adalah bahwa penyaluran keluar humor lebih terhambat.
Katarak

18

Di atas permukaan kapsul depan lensa acapkali terlihat bercak


putih sesudah suatu serangan akut. Tampaknya seperti yang tertumpah di
atas meja. Gambaran ini dinamakan Glaucomfleckle yang menandakan
pernah terjadi serangan akut pada mata tersebut.
Atrofi saraf optik
Karena serangan yang mendadak dan hebat, papil saraf optik
mengalami pukulan yang berat hingga menjadi atrofi. Kalau
glaukomanya tidak diobati dan berlangsng terus, dapat terjadi ekskavasi
dan atrofi. Unsur-unsur saraf di retina pun sangat menderita.
Glaukoma kongestif kronik atau glaukoma tidak terkendali atau
terabaikan dipakai untuk glaukoma akut yang tidak diobati dengan tepat
atau mungkin tidak diobati sama sekali karena kesalahan diagnosa.
Keadaan ini sering dijumpai, pada pemeriksaan akan ditemukan
penglihatan yang sudah sangat buruk (goyang tangan atau hanya melihat
cahaya saja). Penderita tampak tidak terlalu kesakitan seperti pada waktu
serangan akut. Kelopak mata sudah tidak begitu membengkak,
konjungtiva bulbi hanya menunjukkan hiperemi perikornea tanpa edema,
kornea agak suram, pupil sangat lebar. Tekanan bola mata walaupun
masih tinggi tetapi sudah lebih rendah daripada waktu serangan.
Dianggap bahwa mata sudah menyesuaikan diri pada keadaannya.
Glaukoma absolut
adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah terbengkalai
sampai buta total. Bola mata demikian nyeri, bukan saja karena tekanan
bola mata yang masih tinggi tetapi juga karena kornea mengalami
degenerasi hingga mengelupas (keratopati bulosa).
B. Uveitis
Radang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau selaput
pelangi (iris) dan keadaan ini disebut sebagai iritis. Bila mengenai bagian tengah
uvea maka keadaan ini disebut sebagai siklitis. Biasanya iritis akan disertai
dengan siklitis yang disebut sebagai uveitis anterior. Bila mengenai selaput
hitam bagian belakang mata maka disebut koroiditis.
19

1. Uveitis anterior
Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan
siliar (iridosiklitis) biasanya unilateral dengan onset akut.
Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran
kliniknya saja. Iritis dan iridosiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik
reaksi imunologik terlambat, dini, atau sel mediated terhadap jaringan uvea
anterior. Pada kekambuhan atau rekuren terjadi reaksi imunologik humoral.
Bakterimia ataupun viremia dapat menimbulkan iritis ringan, yang bila
kemudian terdapat antigen yang sama dalam tubuh akan dapat timbul
kekambuhan.
Penyebab
uveitis anterior akut
dibedakan

dalam

bentuk
nongranulomatosa
dan granulomatosa
akut-kronis.
Ningranulomatosa
akut disertai rasa
nyeri,

fotopobia,

penglihatan buram
keratik
kecil,
mengeccil,

presipitat
pupil
sering

terjadi
kekambuhan. Penyebabnya dapat oleh trauma, diare kronis, penyakit reiter,
herpes simpleks, sindrom bechet, sindrom posner schlosman, pasca bedah,
infeksi adenovirus, parotitis, influenza, dan klamidia. Non-granulomatosa kronis
dapat disebabkan artritis reumatoid dan fuchs heterokromik iridosiklitis.
Granulomatosa akut tidak nyeri, fotopobia ringan, buram, keratik
presipitat besar ( mutton fat) benjolan koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil
atau benjolan busacca (penimbunan sel pada permukaan iris), terjadi akibat
sarkoiditis, sifilis, tuberkulosis, virus, jamur (histoplasmosis), atau parasit
(toksoplasmosis).
20

Uveitis terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan sakit,
ataupun datang perlahan dengan mata merah dan sakit ringan dengan
penglihatan turun perlahan-lahan. Iridosiklitis kronis merupakan episode
rekuren dengan gejala akut yang ringan atau sedikit.

Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut mata sakit, merah,


fotopobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan mata merah.
Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis akibat ikut meradangnya otototot akomodasi.
Pupil kecil akibat rangsangan proses peradangan pada otot sfingter pupil
dan terdapatnya edem iris. Pada proses radang akut dapat terjadi miopisasi
akibat rangsangan badan siliar dan edema lensa. Terdapat fler atau efek tyhndal
di dalam bilik mata depan, jika peradangan sangat akut maka akan terlihat
hifema/hipopion.
Terbentuk sinekia posterior, miosis pupil, tekanan bola mata yang turun
akibat hipofungsi badan siliar, tekanan bola mata dapat meningkat melebarnya
pembuluh darah siliar dan perilimbus.
Pada yang akut dapat terbentuk hipopion dibilik mata depan, sedang
yang kronis terlihat edema makula dan kadang katarak.
Perjalanan penyakit iritis adalah sangat khas yaitu penyakit berlangsung
hanya antara 2-4 minggu. Kadang-kadang penyakit ini memperlihatkan gejalagejala kekambuhan atau menjadi menahun.
Diperlakukan pengobatan segera untuk mencegah kebutaan. Pengobatan
pada uveitis anterior adalah dengan steroid yang diberikan pada siang hari
bentuk tetes dan malam hari dalam bentuk salep. Steroid sistemik bila perlu
diberikan dalam dosis tunggal seling sehari yang tinggi dan kemudian
diturunkan sampai dosis efektif. Steroid dapat juga diberikan subkonjungtiva
dan

peribulbar. Pemberian steroid

untuk jangka lama

dibagi dapat
21

mengakibatkan timbulnya katarak, glaukoma, dan midriasis pada pupil.


Sikoplegik diberikan untuk mengurangi rasa sakit, melepas sinekia yang terjadi,
memberi istirahat pada iris yang meradang. Pengobatan spesifik diberikan bila
kuman penyebab diketahui.
Penyulit uveitis anterior adalah terbentuknya sinekia posterior dan
sinekia anterior perifer yang akan mengakibatkan glaukoma sekunder.
Glaukoma sekunder sering terjadi pada uveitis akibat tertutupnya trabekulum
oleh sel radang atau sisa sel radang. Kelainan sudut dapat dilihat dengan
pemeriksaan gonioskopi. Bila terdapat glaukoma sekunder diberi azetazolamid.
Penyulit uveitis umumnya kornea keruh, glaukoma, katarak, kekeruhan
vitreous, makulopati, ablasio retina, neuritis optik, dan cyclitic pupilary
membrana.

C. Keratitis
Keratitis adalah peradangan pada kornea. Gangguan pada kornea
merupakan penyakit yang fatal karena penanganan yang terlambat atau tidak
sempurna dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang permanen, baik
ringan hingga kebutaan. Komplikasi lain dari keratitis adalah timbulnya luka
pada kornea (ulkus kornea). Keratitis dapat mengenai seluruh rentang usia,
jenis kelamin, dan ras.
Kornea merupakan suatu bagian mata yang transparan yang ada di
depan mata. Fungsi kornea adalah sebagai jendela mata dan merupakan
jalannya sinar yang masuk dan akan diteruskan ke retina, sehingga kornea
berperang penting dalam proses penglihatan. Fungsi lain dari kornea adalah
sebagai lapisa pelindung. Kornea yang normal tidak memiliki pembuluh darah
sehingga kornea menjadi transparan.
Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh proses infeksi ataupun peradangan steril
(tidak ada kuman infeksi yang menyerang). Infeksi pada kornea dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur, virus ataupun protozoa (Acanthamoeba sp.
atau. Riwayat trauma pada mata juga dapat menyebabkan keratitis, seperti
kemasukan benda asing atau tergores aibat penggunaaan lensa kontak.
22

Penggunaan obat-obatan secara sembarangan juga dapat menyebabkan


keratitis. Terutama obat-obat golongan penekan sistem imun, seperti
kortikosteroid, dan juga obat-obat penghilang rasa nyeri. Penggunaan obatobatan diatas harus dengan resep dan pengawasan dokter.
Pasien dengan penyakit sistemik (menyerang seluruh tubuh) yang
menurunkan daya tahan tubuh memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena
keratitis. Penyakit tersebut antara lain diabetes mellitus (penyakit kencing
manis), HIV/AIDS, dan keganasan (kanker). Selain itu, kekurangan vitamin A
meningkatkan risiko terjadinya gangguan kornea. Orang yang bekerja sebagai
petani atau di lingkungan pertanian atau perkebunan memiliki risiko lebih besar
terkena keratitis jamur. Hal ini disebabkan karena jamur banyak terdapat di
tanah dan tumbuh-tumbuhan.
Gejala
Keratitis merupakan penyakit mata yang termasuk dalam keadaan mata
merah dengan penglihatan yang menurun. Sesuai dengan golongannya, maka
gejala utama dari keratitis adalah mata yang merah dan disertai dengan
penglihatan yang menurun.
Fungsi kornea sebagai jendela mata menyebabkan gangguan pada
kornea berakibat pada penurunan penglihatan. Penglihatan yang menurun
merupakan tanda dari suatu penyakit mata yang serius dan memerlukan
penanganan yang tepat. Gejala umum lain yang terjadi pada keratitis adalah
nyeri pada mata, fotofobia, dan mata berair. Nyeri pada keratitis diperberat
pada saat menggerakan kelopak mata, terutama kelopak mata atas. Fotofobia
merupakan kondisi mata yang sensitif pada cahaya, sehingga pasien akan
merasa silau saat melihat cahaya.
Keratitis yang disebabkan bakteri memiliki gejala yang sama dengan
keratitis pada umumnya (nyeri, sialu, fotofobia, dan penurunan penglihatan),
namun pada infeksi bakteri umumnya ada cairan yang mengandung pus
(nanah). Sementara pada keratitis akibat virus, umumnya disertai gejala
penyerta seperti demam dan kelemahan pada tubuh.Pada keratitis jamur,
23

tampak gejala berupa kekeruhan dengan batas tidak tegas, dan adanya lesi
satelit (adanya kekeruhan berukuran kecil di sekeliling kekeruhan yang besar).
Berdasarkan lapisan yang terkena, keratitis dibagi menjadi keratitis
dangkal (superfisial) dan keratitis yang lebih dalam (profunda). Beberapa
bentuk dari keratitis yang dangkal, yaitu:

Keratitis pungtata
Memiliki gambaran penyakit berupa bintik-bintik putih kecil pada permukaan
kornea. Umunya disebabkan oleh infeksi oleh virus, seperti virus herpes
simpleks (penyebab penyakit herpes), virus varisela-zoster (penyebab penyakit
herpes zoster).
Pada keratitis herpes simpleks, gejala yang dirasakan oleh penderita sangat
bervariasi. Kadang-kadang tidak dikeluhkan oleh penderita, atau gejala ringan
(kelopak mata bengkak dan berair) sampai gejala yang umum terjadi pada
keratitis (nyeri, mata merah, silau, penglihatan menurun). Pada keratitis herpes
simpleks gambaran khas pada kornea adalah bentuk dendritik (seperti ranting
pohon).
Penyakit herpes zoster umunya menyerang kulit, namun bila mengenai saraf
mata (nervus trigeminus oftalmik) dapat terjadi keratitis herpes zoster.
penderita umumnya pernah terkena cacar air sebelumnya. Gejala yang timbul
berupa mata sulit membuka, nyeri, silau, dan berair yang disertai dengan lukaluka pada kulit disekitar mata. Gejala yang dirasakan hanya pada satu sisi tubuh
(kiri atau kanan).

Keratitis flikten
Keratitis flikten memiliki gambaran berupa adanya benjolan putih yang berada
di dekat tepi kornea. Benjolan yang timbul memiliki diameter 2-3 mm dan

24

berjumlah satu atau lebih. Penyebab pada keratitis flikten diduga akibat reaksi
dari sistem daya tahan tubuh (imunitas). Beberapa penyebab seperti
kekurangan gizi, pasien dengan tuberkulosis atau TBC (akibat reaksi sistem
imun, dan tidak pernah ditemukan kuman TBC dalam benjolan tersebut).
Keratitis sika
Merupakan suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh berkurangnya produksi
air mata oleh kelenjar air mata atau air mata yang terlalu cepat menguap.
Keluhan-keluhan yang biasanya dirasakan oleh pasien adalah mata terasa perih,
kering, dan seperti berpasir atau ngeres. Gejala diatas umumnya disebut mata
kering (dry-eye syndrome). Bila mengenai kornea, akan timbul pandangan
menurun, nyeri, dan silau.
Keratitis lepra
Keratitis lepra adalah keratitis yang disebabkan oleh gangguan saraf, yang
umumnya disebabkan penyakit lepra atau kusta. Penyakit lepra atau kusta
menyerang kornea melalui kerusakan saraf, gangguan kelenjar air mata
sehingga menimbulkan dry-eye syndrome, dan pasien tidak menutup mata
dengan rapat sehingga mata terpapar oleh udara dan benda asing.
Keratitis nummularis
Keratitis nummularis memiliki gambaran berupa adanya bercak putih
berbentuk bulat seperti koin pada permukaan kornea, berjumlah lebih dari satu,
dan umumnya banyak ditemukan pada orang dengan pekerjaan sebagai petani.
Penyakit keratitis numularis umumnya mengenai satu mata.
Beberapa jenis keratitis dalam atau profunda adalah:
Keratitis interstisial luetik
Merupakan gejala lanjutan dari penyakit sifilis bawaan sejak lahir (kongenital).
Penyakit keratitis interstisal luetik umumnya terjadi pada anak usia 5-15 tahun.

25

Keratitis ini timbul akibat reaksi peradangan terhadap bakteri Treponema


pallidum.
Gejala yang dirasakan pasien berupa sakit, silau, dan penglihatan menurun.
Pada kornea, terjadi kekeruhan kornea seperti kaca susu dengan tepi kornea
berwarna kemerahan. Pada pasien dengan keratitis ini, dapat ditemukan
gangguan organ lain berupa gangguan pendengaran, dan bentuk gigi seri atas
yang seperti obeng (Hutchinsons teeth). Ketiga gejala tersebut dinamakan trias
Hutchinson. Proses radang pada kornea umunya dapat sembuh dengan
sendirinya.

Keratitis sklerotikans
Penyakit ini jarang terjadi. Penyebab pasti dari keratitis sklerotikans belum
diketahui. Namun keratitis ini timbul karena adanya peradangan yang berulang
dan menahun. Gejala yang dirasakan merupakan gejala umum keratitis seperti
sakit dan fotofobia dengan disertai kekeruhan kornea (berwarna putih).
3. Untuk menegakan diagnosis penyakit-penyakit di atas dibutuhkan lagi beberapa
pemeriksaan fisik maupun penunjang seperti pengukuran TIO, lapang pandang
dan gonioskopi untuk kasus glukoma. Untuk kasus uveitis dan keratitis
dibutuhkan pemeriksaan segmen anterior dan posterior mata. Tetapi, bila dilihat
dari keluhan pasien, salah satu penyakit yang sangat cepat terjadi dan dapat
menimbulkan nyeri yang cepat adalah glaukoma akut.
4. Harus diingat bahwa kasus glaukoma akut adalah masalah pembedahan.
Pemberian obat hanya untuk tindakan darurat agar segera dirujuk ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas pembedahan mata.
Pengobatan dengan obat :
a. Miotik : pilokarpin 2-4 % tetes mata yang diteteskan setiap menit 1 tetes
selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap jam sampai 6 jam. Hasilnya
adalah liosis dan karenanya melepaskan iris dari jaringan trabekulum.
Sudut mata depan akan terbuka.
26

b. Carbonic Anhidrase Inhibitor : asetazolamid @ 250 mg, 2tablet sekaligus,


kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam. Kerja obat ini adalah
dengan mengurangi pembentukan akuos humor.
c. Obat hiperosmotik :
1. larutan gliserin, 50% yang diberikan oral. Dosis 1-1.5 gram/kg BB (0.7-1.5
cc/kgBB). Untuk praktisnya dapat dipakai 1 cc/kgBB. Obat ini harus
diminum sekaligus.
2. Mannitol 20% yang diberikan per infus 60 tetes/menit.
Kerja obat hiperosmotik adalah mempertinggi daya osmosis plasma.
d. Morfin : injeksi 10-15 mg mengurangi sakit dan mengecilkan pupil.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi, kasus dalam skenario kali ini cukup sulit karena pasien hanya datang dengan
keluhan mata merah dan nyeri sudah 1 hari. Dari banyak penyebab dan penyakit yang dapat
menyebabkan mata merah, diambil penyakit yang paling sering menyebabkan nyeri dan
didapatkanlah keratitis, uveitis dan glaukoma akut.
Untuk menegakan diagnosis memang diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang
tambahan tetapi bila dilihat dari gejalanya yang cukup cepat. Kemungkinan besar pasien
mengalami glaukoma akut.

27

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ilyas, Sidarta dan Sri Rahayu Yulianti. 2014.


Ilmu Penyakit Mata ed-5. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

2.

Paul Riordan-Eva dan John P. Whitcher; alih


bahasa, Brahm U. Pendit; editor bahasa Indonesia, Diana Susanto. 2009. Vaughan &

3.

Asbury : Oftalmologi umum, ed- 17. Jakarta : EGC


Ilyas, Sidarta dan Sri Rahayu Yulianti. 2014.
Ilmu Penyakit Mata ed-5. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, hlm : 180-181

4.

Paul Riordan-Eva dan John P. Whitcher; alih


bahasa, Brahm U. Pendit; editor bahasa Indonesia, Diana Susanto. 2009. Vaughan &
Asbury : Oftalmologi umum, ed- 17. Jakarta : EGC, hlm : 150-155

28

29

Anda mungkin juga menyukai