PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan jendela dunia, organ yang sangat berperan penting dalam
kehidupan manusia. Dengan mata, manusia dapat melihat berbagai macam hal, mulai
dari pemandangan yang indah, laut, jalan, orang lain dan lain-lain. Berbagai macam
informasi masuk melalui mata secara visual.
Organ mata terdiri dari berbagai macam bagian seperti sklera, kornea, iris,
pupil, lensa dan juga retina. Bukan hanya bagian interna nya saja, kelopak mata, alis
dan bulu mata juga memiliki peran masing-masing baik itu untuk melindungi mata
agar ia senantiasa berfungsi sebagaimana mestinya.
Oleh karena banyaknya bagian-bagian yang terdapat pada mata, walaupun ia
telah mendapat perlindungan. Ia tetap dapat mengalami berbagai macam gangguan
yang otomatis akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Debu ataupun benda-benda lain
yang gagal disaring ataupun karena kebiasaan yang buruk dapat menyebabkan
gangguan pada mata.
Mata merah ataupun disertai dengan nyeri merupakan kejadian yang sering
menjadi gangguan pada mata. Baik dengan mata tanpa penurunan visus ataupun tidak.
Beberapa gangguan mata merah yang disertai nyeri akan dibahas dalam makalah ini.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI MATA
1. Orbita
a. Dinding orbita
Atap orbita terutama terdiri atas pars orbitalis ossis frontalis. Kelenjar
lakrimal terletak di dalam fossa glandulae lakrimalis di bagian anterior lateral
atap. Ala minor ossi sphenoidalis mengandung kanalis optikus melengkapo
bagian atap di posterior.
Dinding lateral dipisahkan dari bagian atap oleh fissure orbitalis
superior, yang memisahkan ala minor dari ala mayor ossis sphenoidalis.
Bagian anterior dinding lateral dibentuk oleh facies orbitallis ossis zygomatici
(malar).
Dasar orbita dipisahkan dari dinding lateral oleh fissure orbitalis
superior. Pars orbitalis maxillae membentuk daerah sentral yang lebih luas
bagian dasar orbita dan merupakan tempat tersering terjadinya fraktur
blowout. Processus frontalis maxillae di medial dan os zygomaticum di lateral
melengkapi tepi inferior orbita. Processus orbitalis ossis palatine membentuk
daerah segitiga kecil pada dasar posterior.
Batas-batas dinding medial rongga orbita tidak terlalu jelas. Os
ethmoidale tipis seperti kertas, tetapimenebal kea rah anterior saat bertemu
dengan os lacrimale. Corpus ossis sphenoidalis membentuk bagian paling
posterior dinding medial, dan processus angularis ossis frontalis membentuk
bagian atas crista lacrimalis posterior. Bagian bawah crista lacrimalis posterior
dibentuk ole hos lacrimale.
b. Apeks orbita
Apeks orbita adalah tempat masuknya semua saraf dan pembuluh ke
mata dan tempat asal semua otot ekstraokular, kecuali obliquus inferior.
Fissure orbitalis superior terletak diantara corpus serta ala mayor dan minor
ossis spheniodalis. Vena ophtalmica superior dan nervus lacrimalis, frontalis,
dan trochlearis berjalan melalui bagian lateral fissure yang terletak di luar
annulus Zinn. Ramus superior dan inferior nervus oculomotorius serta nervus
abducens dan nasolaciliaris berjalana melalui bagian medial fissure di dalam
annulus Zinn. Nervus opticus dan arteri ophtalmica berjalan melalui kanalis
optikus, yang juka terletak di dalam annulus Zinn. Vena ophtalmica inferior
dapat melalui bagian yang bersebelahan dengan corpus ossis sphenoidalis
yang terletak di sebelah inferomedial annulus Zinn. Vena ophtalmica inferior
sering bergabung dengan vena ophtalmica superior sebelum keluar dari orbita.
c. Pendarahan
a. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membrane mukosa yang transparan dan tipi yang
membngkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan
dengan kulit pada tepi palpebral (suatu sambungan mukokutan) dan dengan
epitel kornea di limbus.
b. Kapsul tenon
Kapsul tenon adalah suatu membrane fibrosa yang membungkus bola
mata dari limbus sampai nervus opticus.
c. Sklera dan episklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, yang
hamper seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih
serta berbatasan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus
5
opticus di posterior. Permukaan luar sklera dibungkus oleh sebuah lapisan tipis
jaringan elastic halus, episklera, yang mengandung banyak pembuluh darah
yang mendarahi sklera.
d. Kornea
Muskulus
siliaris,
tersusun
dari
gabungan
serat-serat
kapsul lensa sehingga lensa mempunyai berbagai focus bauk untuk objek
-
f. Lensa
dalam, yang mengandung sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel
bipolar, 5) lapisan inti dalam bdan-badan sel bipolar, amakrin dan horizontal,
6) lapisan pleksiform luar, yang mengandung sambungan sel bipolar dan sel
horizontal dengan fotoreseptor, 7) lapisan inti luar sel fotoreseptor, 8)
membranlimitans eksterna, 9) lapisan fotoreseptor segmen dalam dam luar
batang dan kerucut, dan 10) apitel pigmen retina.
j. Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avascular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruang yang
dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus. Permukaan luar hyaloid
normalnya berkontak dengan struktur-syruktus berikut: kapsul lensa posterior,
serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici.
Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisanya 1% meliputi dua komponen,
kolagen da nasal hialuronat, yang memebri bentuk dan konsistensi mirip gel
pada vitreus karena kemampuannya mengikat banyak air.
k. Otot-otot ekstraokuler
Enam otot ektraokular mengendalikan gerak mata: empat muskulus rectus dan
dua muskulus obliquus
- Otot-otot rektus: keempat otot rektus mempunyai origo pada annulus Zinn
yang megelilingi nervus opticus di apeks posterior orbita. Mereka
ditanamkan sesuai insersio ke dalam sklera pada permukaan medial,
lateral, inferior dan superior mata. Fungsi utama otot-otot itu secara
berturut-turut adalah untuk aduksi, abduksi, mendepresi dan mengelevasi
-
bola mata.
Otot-otot obliquus: kedua otot obliquus terutama mengendalikan gerak
torsional dan sedikit mengatur gerak bola mata ke atas dan ke bawah .
10
a. Alis mata
Alis mata adalah lipatan penebalam kulit yang ditutupi rambut. Lipatan
kulit tersebut ditunjang oleh serat-serat otot dibawahnya.
b. Kelopak mata
Palpebral (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi
lipatan kulit yang dapat menutup dan memodifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu
menyebarkan lepisan tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva
dari dehidrasi. Palpebral superior berakhir pada alis mata; palpebral inferior
menyatu dengan pipi. Kelopak mata terdiri ats lima bidang jaringan yang
utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapisan kulit, otot rangka (orbicularis
oculi),
jaringan
areolar,
jaringan
fibrosa
(lempeng
tarsus),
dan
11
B. FISIOLOGI MATA
Mata membiaskan cahaya yang masuk untuk memfokuskannya ke retina
Cahaya adalah sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri atas paket
paket individual seperti partikel yang disebut foton yang berjalan menurut caracara
gelombang. Jarak antara dua puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang.
Fotoreseptor di mata peka hanya pada panjang gelombang antara 400 dan 700
nanometer. Cahaya tampak ini hanya merupakan sebagian kecil dari spektrum
elektromagnetik total. Cahaya dari berbagai panjang gelombang pada pita tampak
dipersepsikan sebagai sensasi warna yang berbedabeda. Panjang gelombang yang
pendek dipersepsikan sebagai ungu dan biru, panjang gelomang yang panjang
diinterpretasikan sebagai jingga dan merah.
Pembelokan sebuah berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika suatu berkas cahaya
berpindah dari satu medium dengan tingkat kepadatan tertentu ke medium denagn
tingkat kepadatan yang berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada
melalui medium transparan lainnya seperti kaca atau air. Ketika suatu berkas cahaya
masuk ke sebuah medium yang lebih tinggi densitasnya, cahaya tersebut melambat
12
(begitu pula sebaliknya). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya ketika melalui
permukaan medium baru pada setiap sudut kecuali sudut tegak lurus.
Dua faktor berperan dalam derajat refraksi : densitas komparatif antara dua
media dan sudut jatuhnya benda ke madium kedua. Pada permukaan yang
melengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat
pembiasan dan semakin kuat lensa. Suatu lensa dengan permukaan konveks
(cembung) menyebabkan konvergensi atau penyatuan, berkasberkas cahaya, yaitu
persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus. Dengan demikian,
permukaan refraktif mata besifat konveks. Lensa dengan permukaan konkaf (cekung)
menyebabkan divergensi (penyebaran) berkasberkas cahaya, suatu lensa konkaf
berguna
untuk
memperbaiki
kesalahan
refrektif
mata
tertentu,
misalnya
berpenglihatan dekat.
Akomodasi meningkatkan kekuatan lensa untuk penglihatan dekat.
Kemampuan menyesuaikan lensa sehingga baik sumbar cahaya dekat maupun
jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.
Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid
di sebelah anterior. Korpus siliaris memiliki dua komponen utama yaitu otot siliaris
dan jaringan kapiler (yang menghasilkan aqueous humor). Otot siliaris adalah otot
polos melingkar yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik
lensa sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika
berkontraksi, garis tengah otot ini berkurang dan tegangan di ligamentum
suspensorium mengendur. Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan dari ligamentum
suspensorium, lensa mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat) karena elastisitas
inherennya. Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin bulat), semakin besar
kekuatannya, sehingga berkas cahaya lebih dibelokkan.
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan
jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih
13
cembung dan lebih dekat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem
syaraf otonom. Seratserat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk
penglihatan jauh, sementara sistem syaraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot
untuk penglihatan dekat.
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari seratserat transparan.
Kadangkadang serat ini menjadi keruh (opaque), sehingga berkas cahaya tidak dapat
menembusnya, suatu keadaan yang dikenal dengan katarak. Lensa detektif ini
biasanya dapat dikeluarkan dengan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan
memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi.
Seumur hidup hanya selsel ditepi luar lensa yang diganti. Selsel di bagian
tengah lensa mengalami kesulitan ganda. Selsel tersebut tidak hanya merupakan sel
tertua, tetapi juga terletak paling jauh dari aquoeus humor, sumber nutrisi bagi lensa.
Seiring dengan pertambahan usia, selsel di bagian tengah yang tidak dapat diganti ini
mati dan kaku. Dengan berkurangnya kelenturan, lensa tidak lagi mampu mengambil
bentuk sferis yang diperlukan untuk akomodasi saat melihat dekat. Penurunan
kemampuan akomodasi yang berkaitan dengan usia ini, presbiopia, yang mengenai
sebagian besar orang pada usia pertengahan (45 sampai 50 tahun), sehingga mereka
memerlukan lensa korektif untuk penglihatan dekat.
Tidak semua serat di jalur penglihatan berakhir di korteks penglihatan.
Sebagian diproyeksikan ke daerahdaerah otak lain untuk tujuantujuan selain
persepsi penglihatan langsung, seperti :
-
14
BAB III
PEMBAHASAN
15
A. Skenario
LBM IV
Mata Merah
B. Terminologi
-
C. Permasalahan
1. Kelainan apa saja yang dapat menyebabkan mata merah dan adanya nyeri?
2. Dari kelainan-kelainan tersebut, penyakit mana saja yang memiliki kemungkinan
paling besar?
3. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk memastikan penyakit tersebut?
4. Setelah diperiksa, penatalaksanaan apa yang dapat dilakukan?
D. Pembahasan
1. Mata merah
Mata terlihat merah akibatnya melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang
terjadi pada peradangan mata akut, misalnya: konjungtivitis, keratitis, atau
iridosiklitis. Pada keratitis , pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar, sedang
pembuluh darah arteri perokornea yang letak lebih dalam akan melebar pada iritis
dan glaucoma akutkongestif. Pada konjungtivitis di mana akan terjadi
vasokonstriksi sehingga mata akan kembali putih.
Mata Merah
16
Tanpa
Penurunan
visus
Sekret
(+)
1. Konjungtivit
is
2. Trakoma
Sekret
(-)
Penurunan visus
1. Pterigium
2. Pseudopterigium
3. Pinguekula dan Pinguekula
Iritan
4. Hematoma Subkongungtiva
5. Episklerosis
akut
tidak
cepat
diobati,
terjadilah
18
1. Uveitis anterior
Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan
siliar (iridosiklitis) biasanya unilateral dengan onset akut.
Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran
kliniknya saja. Iritis dan iridosiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik
reaksi imunologik terlambat, dini, atau sel mediated terhadap jaringan uvea
anterior. Pada kekambuhan atau rekuren terjadi reaksi imunologik humoral.
Bakterimia ataupun viremia dapat menimbulkan iritis ringan, yang bila
kemudian terdapat antigen yang sama dalam tubuh akan dapat timbul
kekambuhan.
Penyebab
uveitis anterior akut
dibedakan
dalam
bentuk
nongranulomatosa
dan granulomatosa
akut-kronis.
Ningranulomatosa
akut disertai rasa
nyeri,
fotopobia,
penglihatan buram
keratik
kecil,
mengeccil,
presipitat
pupil
sering
terjadi
kekambuhan. Penyebabnya dapat oleh trauma, diare kronis, penyakit reiter,
herpes simpleks, sindrom bechet, sindrom posner schlosman, pasca bedah,
infeksi adenovirus, parotitis, influenza, dan klamidia. Non-granulomatosa kronis
dapat disebabkan artritis reumatoid dan fuchs heterokromik iridosiklitis.
Granulomatosa akut tidak nyeri, fotopobia ringan, buram, keratik
presipitat besar ( mutton fat) benjolan koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil
atau benjolan busacca (penimbunan sel pada permukaan iris), terjadi akibat
sarkoiditis, sifilis, tuberkulosis, virus, jamur (histoplasmosis), atau parasit
(toksoplasmosis).
20
Uveitis terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan sakit,
ataupun datang perlahan dengan mata merah dan sakit ringan dengan
penglihatan turun perlahan-lahan. Iridosiklitis kronis merupakan episode
rekuren dengan gejala akut yang ringan atau sedikit.
dibagi dapat
21
C. Keratitis
Keratitis adalah peradangan pada kornea. Gangguan pada kornea
merupakan penyakit yang fatal karena penanganan yang terlambat atau tidak
sempurna dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang permanen, baik
ringan hingga kebutaan. Komplikasi lain dari keratitis adalah timbulnya luka
pada kornea (ulkus kornea). Keratitis dapat mengenai seluruh rentang usia,
jenis kelamin, dan ras.
Kornea merupakan suatu bagian mata yang transparan yang ada di
depan mata. Fungsi kornea adalah sebagai jendela mata dan merupakan
jalannya sinar yang masuk dan akan diteruskan ke retina, sehingga kornea
berperang penting dalam proses penglihatan. Fungsi lain dari kornea adalah
sebagai lapisa pelindung. Kornea yang normal tidak memiliki pembuluh darah
sehingga kornea menjadi transparan.
Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh proses infeksi ataupun peradangan steril
(tidak ada kuman infeksi yang menyerang). Infeksi pada kornea dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur, virus ataupun protozoa (Acanthamoeba sp.
atau. Riwayat trauma pada mata juga dapat menyebabkan keratitis, seperti
kemasukan benda asing atau tergores aibat penggunaaan lensa kontak.
22
tampak gejala berupa kekeruhan dengan batas tidak tegas, dan adanya lesi
satelit (adanya kekeruhan berukuran kecil di sekeliling kekeruhan yang besar).
Berdasarkan lapisan yang terkena, keratitis dibagi menjadi keratitis
dangkal (superfisial) dan keratitis yang lebih dalam (profunda). Beberapa
bentuk dari keratitis yang dangkal, yaitu:
Keratitis pungtata
Memiliki gambaran penyakit berupa bintik-bintik putih kecil pada permukaan
kornea. Umunya disebabkan oleh infeksi oleh virus, seperti virus herpes
simpleks (penyebab penyakit herpes), virus varisela-zoster (penyebab penyakit
herpes zoster).
Pada keratitis herpes simpleks, gejala yang dirasakan oleh penderita sangat
bervariasi. Kadang-kadang tidak dikeluhkan oleh penderita, atau gejala ringan
(kelopak mata bengkak dan berair) sampai gejala yang umum terjadi pada
keratitis (nyeri, mata merah, silau, penglihatan menurun). Pada keratitis herpes
simpleks gambaran khas pada kornea adalah bentuk dendritik (seperti ranting
pohon).
Penyakit herpes zoster umunya menyerang kulit, namun bila mengenai saraf
mata (nervus trigeminus oftalmik) dapat terjadi keratitis herpes zoster.
penderita umumnya pernah terkena cacar air sebelumnya. Gejala yang timbul
berupa mata sulit membuka, nyeri, silau, dan berair yang disertai dengan lukaluka pada kulit disekitar mata. Gejala yang dirasakan hanya pada satu sisi tubuh
(kiri atau kanan).
Keratitis flikten
Keratitis flikten memiliki gambaran berupa adanya benjolan putih yang berada
di dekat tepi kornea. Benjolan yang timbul memiliki diameter 2-3 mm dan
24
berjumlah satu atau lebih. Penyebab pada keratitis flikten diduga akibat reaksi
dari sistem daya tahan tubuh (imunitas). Beberapa penyebab seperti
kekurangan gizi, pasien dengan tuberkulosis atau TBC (akibat reaksi sistem
imun, dan tidak pernah ditemukan kuman TBC dalam benjolan tersebut).
Keratitis sika
Merupakan suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh berkurangnya produksi
air mata oleh kelenjar air mata atau air mata yang terlalu cepat menguap.
Keluhan-keluhan yang biasanya dirasakan oleh pasien adalah mata terasa perih,
kering, dan seperti berpasir atau ngeres. Gejala diatas umumnya disebut mata
kering (dry-eye syndrome). Bila mengenai kornea, akan timbul pandangan
menurun, nyeri, dan silau.
Keratitis lepra
Keratitis lepra adalah keratitis yang disebabkan oleh gangguan saraf, yang
umumnya disebabkan penyakit lepra atau kusta. Penyakit lepra atau kusta
menyerang kornea melalui kerusakan saraf, gangguan kelenjar air mata
sehingga menimbulkan dry-eye syndrome, dan pasien tidak menutup mata
dengan rapat sehingga mata terpapar oleh udara dan benda asing.
Keratitis nummularis
Keratitis nummularis memiliki gambaran berupa adanya bercak putih
berbentuk bulat seperti koin pada permukaan kornea, berjumlah lebih dari satu,
dan umumnya banyak ditemukan pada orang dengan pekerjaan sebagai petani.
Penyakit keratitis numularis umumnya mengenai satu mata.
Beberapa jenis keratitis dalam atau profunda adalah:
Keratitis interstisial luetik
Merupakan gejala lanjutan dari penyakit sifilis bawaan sejak lahir (kongenital).
Penyakit keratitis interstisal luetik umumnya terjadi pada anak usia 5-15 tahun.
25
Keratitis sklerotikans
Penyakit ini jarang terjadi. Penyebab pasti dari keratitis sklerotikans belum
diketahui. Namun keratitis ini timbul karena adanya peradangan yang berulang
dan menahun. Gejala yang dirasakan merupakan gejala umum keratitis seperti
sakit dan fotofobia dengan disertai kekeruhan kornea (berwarna putih).
3. Untuk menegakan diagnosis penyakit-penyakit di atas dibutuhkan lagi beberapa
pemeriksaan fisik maupun penunjang seperti pengukuran TIO, lapang pandang
dan gonioskopi untuk kasus glukoma. Untuk kasus uveitis dan keratitis
dibutuhkan pemeriksaan segmen anterior dan posterior mata. Tetapi, bila dilihat
dari keluhan pasien, salah satu penyakit yang sangat cepat terjadi dan dapat
menimbulkan nyeri yang cepat adalah glaukoma akut.
4. Harus diingat bahwa kasus glaukoma akut adalah masalah pembedahan.
Pemberian obat hanya untuk tindakan darurat agar segera dirujuk ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas pembedahan mata.
Pengobatan dengan obat :
a. Miotik : pilokarpin 2-4 % tetes mata yang diteteskan setiap menit 1 tetes
selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap jam sampai 6 jam. Hasilnya
adalah liosis dan karenanya melepaskan iris dari jaringan trabekulum.
Sudut mata depan akan terbuka.
26
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi, kasus dalam skenario kali ini cukup sulit karena pasien hanya datang dengan
keluhan mata merah dan nyeri sudah 1 hari. Dari banyak penyebab dan penyakit yang dapat
menyebabkan mata merah, diambil penyakit yang paling sering menyebabkan nyeri dan
didapatkanlah keratitis, uveitis dan glaukoma akut.
Untuk menegakan diagnosis memang diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang
tambahan tetapi bila dilihat dari gejalanya yang cukup cepat. Kemungkinan besar pasien
mengalami glaukoma akut.
27
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
28
29