PENDAHULUAN
1.2 Skenario
LBM V1.1
1
1.3 Terminologi
1.4 Permasalahan
a.
b.
c.
d.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tanpa Kemiskinan (Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru
dunia.)
2. Tanpa Kelaparan (Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan
nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.)
3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan (Menjamin kehidupan yang sehat serta
mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur.)
4. Pendidikan Berkualitas (Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan
meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang
inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi
semua orang.)
5. Kesetaraan Gender (Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan
perempuan.)
6. Air Bersih dan Sanitasi (Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua orang.)
7. Energi Bersih dan Terjangkau (Menjamin akses terhadap sumber energi yang
terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua orang.)
8. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak (Mendukung perkembangan
ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja yang penuh dan produktif,
serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.)
9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur (Membangun infrastruktur yang berkualitas,
mendorong peningkatan industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong
inovasi.)
10. Mengurangi Kesenjangan (Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara
maupun di antara negara-negara di dunia.)
11. Keberlanjutan Kota dan Komunitas (Membangun kota-kota serta pemukiman yang
inklusif, berkualitas, aman, berketahanan dan bekelanjutan.)
12. Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab (Menjamin keberlangsungan konsumsi
dan pola produksi.)
13. Aksi Terhadap Iklim (Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya.)
14. Kehidupan Bawah Laut (Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan
kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan.)
15. Kehidupan di Darat (Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan
keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan,
mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan,
menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian
keanekaragaman hayati.)
16. Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian (Meningkatkan perdamaian termasuk
masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan
bagi semua orang termasuk lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan,
serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.)
17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (Memperkuat implementasi dan menghidupkan
kembali kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan.)
Menyikapi 17 Tujuan Global tersebut, Presiden Majelis Umum PBB menegaskan
bahwa ambisi dari negara-negara anggota PBB tersebut hanya akan tercapai jika dunia
telah damai, aman, serta menghormati hak asasi manusia bukan di dunia di mana
investasi dalam persenjataan dan perang lebih besar sehingga menghancurkan sebagian
besar sumber daya yang telah menjadi komitmen untuk berinvestasi dalam pembangunan
berkelanjutan.
Pemerintah setempat juga hanya akan berhasil dalam melaksanakan agenda besar
ini jika adanya partisipasi luas yang berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan
seperti anggota parlemen, pemimpin daerah, masyarakat lokal, masyarakat sipil, pemuda,
komunitas agama, serikat buruh, pelaku bisnis dan akademisi di seluruh dunia.
1.
2.
UNSUR SISTEM
Telah disebutkan bahwa sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling
berhubungan dan mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen
tersebut ialah sesuatu yang mutlak harus ditemukan, yang jika tidak demikian maka tidak
ada yang disebut sistem. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya, yang jika
disederhanakan dapat dikelompokkan kedalam 6 unsur yakni:
Masukan
Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem &
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut
Proses
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem &
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan
Keluaran
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem
Umpan balik
Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem & sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut
Dampak
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran sistem tersebut
Lingkungan
Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem
JENJANG SISTEM
Untuk memudahkan pemahaman, peranan & kedudukan sistem terhadap lingkungan
yang beraneka ragam sering digambarkan dalam bentuk penjenjangan sistem.
Secara sederhana yang dimaksud dengan penjenjangan sistem ialah pembagian
sistem ditinjau dari sudut peranan dan kedudukannya terhadap lingkungan. Untuk itu,
penjenjangan sistem tersebut dpt dibedakan atas 3 macam yakni:
1. Suprasistem
Adalah lingkungan dimana sistem tersebut berada. Lingkungan yang
dimaksud disini juga berbentuk suatu sistem tersendiri, yang kedudukan dan
peranannya lebih luas
2. Sistem
Adalah sesuatu yang sedang diamati yang menjadi objek dan subjek
pengamatan
6
3. Subsistem
Adalah bagian dari sistem yang secara mandiri membentuk sistem pula.
Subsistem yang mandiri, kedudukan dan peranannya lebih kecil daripada
sistem
KESEHATAN
Beberapa pengertian tentang kesehatan sebagai berikut:
1. WHO, 1947 & UU Pokok Kesehatan No.9 Tahun 1960
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial yang
tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja.
SISTEM KESEHATAN
SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen
Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
MAKSUD DAN KEGUNAAN
Penyusunan SKN ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2009 dengan
berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat dipergunakan
sebagai pedoman dalam pengelolaan kesehatan baik oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta.
Tersusunnya SKN ini mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka
pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan
sesuai dengan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
Tahun 2005-2025 (RPJP-K), memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang
transformatif, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu,
meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional.
ANALISIS SITUASI DAN KECENDERUNGAN
Kita sudah memiliki Sistem Kesehatan Nasional (SKN), yang telah ditetapkan pada
tahun 1982. Esensi SKN 1982 telah dipergunakan dalam penyusunan GBHN Bidang
Kesehatan, utamanya GBHN 1988, 1993, dan 1998, UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan dan yang terbaru dan lebih spesifik
adalah Perpres No. 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
LANDASAN SKN
Landasan SKN meliputi:
a. landasan idiil;
b. landasan konstitusional; dan
c. landasan operasional.
Landasan idiil yaitu Pancasila.
Landasan konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, khususnya Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya, Pasal 28B ayat (2) Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi., Pasal 28C ayat (1) Setiap orang berhak mengembangkan
diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia, Pasal 28H ayat
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, Pasal 28H ayat (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat,
Pasal 34 ayat (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan, dan Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
perikemanusiaan;
keseimbangan;
manfaat;
perlindungan;
keadilan;
penghormatan hak asasi manusia;
sinergisme dan kemitraan yang dinamis;
komitmen dan tata pemerintahan yang baik (good governance);
legalitas;
antisipatif dan proaktif;
gender dan nondiskriminatif; dan
kearifan lokal.
KEDUDUKAN SKN
a. SUPRASISTEM SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Ketahanan Nasional. SKN bersama dengan
berbagai sistem nasional lainnya diarahkan untuk mencapai tujuan bangsa
Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Dalam kaitan ini, undang-undang yang berkaitan dengan kesehatan
merupakan kebijakan strategis dalam pembangunan kesehatan.
1. Kedudukan SKN dalam Sistem Nasional Lainnya
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak hanya
menjadi tanggung jawab sektor/urusan kesehatan, melainkan juga tanggung jawab
berbagai sektor/urusan terkait. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
SKN perlu menjadi acuan bagi sektor/urusan lain. Dalam penyelenggaraan
derajat
kesehatan
masyarakat
yang
pemerintah
daerah
provinsi/kabupaten/kota,
dan/atau
masyarakat,
dan
humaniora,
kebijakan
kesehatan,
dan
11
pemerintah.
diselenggarakan
Pembiayaan
melalui
jaminan
pelayanan
kesehatan
pemeliharaan
perorangan
kesehatan
dengan
12
daya
manusia
kesehatan
guna
menjamin
ketersediaan,
data,
informasi,
dan
teknologi
komunikasi
untuk
14
guna
menghasilkan
15
dengan
subsistem
upaya
kesehatan,
subsistem
penelitian
dan
kesehatan,
informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang
penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Dengan
manajemen
kesehatan
diselenggarakan
yang
subsistem
berhasil
upaya
guna
kesehatan,
dan
berdaya
subsistem
guna
penelitian
dapat
dan
tersebut, yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan. Lingkungan tersebut terdapat di tingkat lokal, nasional, regional, maupun
global. Selain itu, lingkungan dimaksud dapat sebagai peluang maupun kendala.
17
c. LANDASAN
Landasan idiil RPJP Nasional adalah Pancasila dan landasan konstitusional
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sedangkan landasan
operasionalnya meliputi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
langsung dengan pembangunan nasional, yaitu:
1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan;
18
d. PENTINGNYA
Perencanaan jangka panjang dan jangka menengah nasional bagi suatu negara
sangat penting, karena mempunyai banyak manfaat dan keperluan yang melatar
belakanginya. Manfaat dan keperluan tersebut adalah sebagai berikut:
Terkait dengan karakteristik atau perilaku dari para pelaku pembangunan,
khususnya pihak swasta yang notabene berkontribusi terhadap pembangunan baik
perumahan,industri atau lainya sekitar lebih dari 60 % dari keseluruhan pembangunan,
menjadi sangat perlu sekali adanya satu kepastian. Kepastian tersebut salah satunya
berupa kejelasan dan kepastian arah atau rumusan masa depan nasional yang di
formalkan baik dalam bentuk dokumen Rencana Tata Ruang atau pun Visi Pembangunan
Jangka Panjang dan Jangka Menegah.
Pihak Swasta baik dalam maupun luar negeri yang mampu mendukung
pertumbuhan melalui investasi di negara tersebut, pada umumnya bersifat jangka
panjang. Berbagai perhitungan BEP (break even point) untuk satu kegiatan investasi
industri misalnya menuntut adanya perhitungan waktu yang lebih dari 5 atau 10 tahun.
Untuk itu, keberadaan satu Visi pembangunan nasional jangka panjang dan jangka
menengah yang tertuang dalam dokumen RPJPN dan RPJMN secara signifikan akan
memberikan rasa amandan kepastian (predictable) yang selanjutnya akan mampu
mendorong terbangunya atmosfer yang kondusif bagi berbagai kegiatan investasi besar
(jangka panjang).Tanpa kepastian jangka panjang dan dengan dinamika politik yang
tinggi atau setiap lima tahun terjadi perubahan arah karena keberadaan visi hasil
19
PEMILU, jelas memberikan atmosfer yang tidak mendukung atau kondusif terhadap
perkembangan investasi nasional.
Implikasi lanjutan dari rasa aman dan kepastian diatas akan muncul satu peluang
yang akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
masyarakat
berakhlak
mulia,
bermoral,
beretika,
bangsa
yang
berdaya-saing adalah
mengedepankan
masyarakat
demokratis
berlandaskan
hukum adalah
pemerataan
pembangunan
dan
berkeadilan adalah
21
pembangunan
yang
dapat
menjaga
keseimbangan
antara
memantapkan
diplomasi
Indonesia
dalam
rangka
dan
masyarakat
infrastruktur
perekonomian
yang
kokoh
berlandaskan
daya
manusia.
Pembangunan
kesehatan
yang
dilaksanakan
secara
masyarakat
secara
bermakna.
Derajat
kesehatan
masyarakat
telah
menunjukkan perbaikan seperti dapat dilihat dari angka kematian bayi, angka kematian
ibu melahirkan dan umur harapan hidup.
b. TANTANGAN MASA DEPAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
23
terjadi
peningkatan
penyakit
tidak
menular
serta
meningkatnya
24
bidang
kesehatan
pada
umumnya
masih
regional, maupun nasional. Perubahan sosial budaya, ekonomi dan politik yang
berpotensi terjadinya konflik sosial dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Terorisme, utamanya bioterorisme dapat menjadi ancaman dalam pembangunan
kesehatan.
9. Tantangan
global
yang
dihadapi
adalah
upaya
dalam
pencapaian
MEA 2015
akan
mempengaruhi
berbagai
aspek
penyelenggaraan
sebagai
investasi
pembangunan
nasional,
dengan
demikian
26
28
dari
masyarakat
adalah
dana
amanat,
sehingga
hasil
penyelenggara
untuk
dikelola
sebaik-baiknya
dalam
rangka
Beberapa pengertian:
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran.
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan
dalam bentuk lain.
Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang
mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam
bentuk lainnya.
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN
dengan rincian sebagai berikut:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu yang terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pegawai Negeri Sipil;
b) Anggota TNI;
c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f) Pegawai Swasta; dan
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang
menerima Upah.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
a) Investor;
b) Pemberi Kerja;
c) Penerima Pensiun;
d) Veteran;
e) Perintis Kemerdekaan; dan
f) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang
mampu membayar Iuran.
4) Penerima pensiun terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
30
31
tersebut
tidak
berlaku
bagi
peserta
PBI.
Sebagai
bentuk
33
35
3. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung kef askes tersier
hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya,
merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
4. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi :
a. Terjadi keadaan gawat darurat
b. Bencana
c. Kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang sudah
ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di
faskes lanjutan.
d. Pertimbangan geografis
e. Pertimbangan fasilitas
5. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama sesuai ketemtuan perundang-undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter
gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi
darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar
kompetensi dokter/dokter gigi pemberi pelayanan tingkat pertama.
6. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau specimen kef askes lain dalam
rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan suatu
rangkaian perawatan pasien di faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa : Pengiriman pasien untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang atau tindakan dan/atau pengiriman specimen untuk
pemeriksaan penunjang.
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan pasien
dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.
36
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi, apa yang dialami oleh dr. Moci adalah sebuah tanda keberhasilan dan
kemajuan dari system kesehatan yang ada di Indonesia. Hampir semua area kota Mataram
telah terlayani dengan system tersebut. Sebagai dokter, kita harus mengetahui dan harus upto-date dengan Sistem Kesehatan Nasional kita sendiri serta ikut mengawasi dan mengiringi
kea rah perubahan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W. (2007). Sistem Kesehatan, Edisi 1. Jakarta:Raja Grafindo Persada
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Buku Pegangan Sosialisasi JKN (PDF)
tersedia di http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasijkn.pdf&ved=0ahUKEwi52YwjMrMAhViHY4KHVUzD3kQFggYMAA&usg=AFQjCNETKEmZIFy6BRFBi_7Xa7
EIN6zulg&sig2=Xlqc_j8_AT8FbjbSxEOjqg diakses pada tanggal 29 April 2016
37
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Norma Penetapan Besaran Kapitasi Dan Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan
Komitmen Pelayanan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
Perpres Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Pendek
Bidang Kesehatan (RPJP-K) Tahun 2005-2025
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
United Nation. (1948). Universal Declaration of Human Rights.
Tersedia
di
38